Anda di halaman 1dari 33

Masalah Keperawatan Imun dan Hematologi II

Asuhan Keperawatan Polio pada Anak

Dosen Pendamping:
Ilya Krisnana, S.Kep.Ns.,M.Kep
Disusun oleh :
Kelas A 1 Kelompok 4
Syarif Hidayatullah 131411131088
Pratama Soldy Izzulhaq 131411131091
Indah Febriana Nila 131411131094
Ainun Saananiyah 131411131097
Ridha Cahya Prakhasita 131411131100
Tessa Widya Kosati 131411131103

Program Studi Pendidikan Ners


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum .Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
denganpertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Polio pada Anak. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami
tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari dalam diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan pertolongan-Nya, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Imun dan Hematologi II dan teman-teman yang telah
membantu penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
para pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun.
Terima kasih.
Wassalamualaikum .Wr.Wb.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Polio .................................................................................................. 4
2.2 Etiologi Polio ...................................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Polio ................................................................................................ 7
2.4 Patofisiologi ........................................................................................................ 8
2.5 Penatalaksanaan .................................................................................................. 9
2.6 Penatalaksanaan Diagnostik .............................................................................. 12
2.7 WOC (Web Of Caution) ................................................................................... 12
2.8 Komplikasi Polio .............................................................................................. 12
2.9 Prognosis ........................................................................................................... 13
2.10 Pengertian Vaksinasi Polio ............................................................................... 13
2.11 Indikasi .............................................................................................................. 14
2.12 Manfaat Vaksinasi ............................................................................................ 14
2.13 Efek samping .................................................................................................... 14
2.14 Jadwal pemberian dan dosis .............................................................................. 15
2.15 Prosedur Pemberian .......................................................................................... 16
BAB III ............................................................................................................................. 17
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM ............................................................................. 17
BAB IV ............................................................................................................................. 27
PENUTUP ........................................................................................................................ 27

iii
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 28

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus (polivirus, PV). Penyakit ini dapat menyebabkan
kelumpuhan, yang irreversibel dan dalam kasus yang lebih parah kelumpuhan
tersebut dapat menyebabkan kematian oleh sesak napas. Agen virus ini menyebar
melalui kotoran dan partikel udara, kemudian masuk ke tubuh melalui mulut,
mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis).
Pada tahun 1988 silam muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global, karena
polio mewabah di 125 negara, termasuk Indonesia, dan mencatat 350.000 korban
di seluruh dunia. Kemudian WHO mengklaim polio sebenarnya nyaris musnah
berkat upaya eradikasi yang gencar dilakukan selama 25 tahun terakhir, namun
saat ini menurut data WHO cuma tiga negara yang dianggap sebagai potensi
penyebar polio, yakni Afghanistan, Pakistan dan Nigeria. Selama 10 tahun
Indonesia menyandang reputasi sebagai negeri bebas polio, namun reputasi
tersebut hilang pada awal bulan Maret 2005 ketika seorang anak berusia 20 bulan
di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Indonesia sekarang mewakili satu per lima
dari seluruh penderita polio secara global tahun ini dan Indonesia merupakan
Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga galur berbeda dan
amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi
dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari
gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio menular melalui kontak
antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar
penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu
kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus
akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi
penularan virus.

1
Mewabahnya kembali polio di Indonesia terjadi karena pada putaran-putaran
imunisasi sebelumnya ditahun 2005 tidak cukup untuk mengimunisasi banyak
anak, rendahnya angka rata-rata cakupan imunisasi berkala di Indonesia yaitu 70
persen serta pola hidup masyarakat yang masih kurang. Kita sebagai seorang
tenaga medis harus memberikan pengertian dan menjelaskan pentingnya untuk
melakukan imunisasi pada bayi-bayi yang baru lahir sesuai jadwal yang sudah
diterapkan oleh menteri kesehatan RI, sehingga kita bisa mendapatkan para calon
penerus bangsa yang sehat terutama bebas dari penyakit polio.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari penyakit polio?
2. Bagaimana etiologi penyakit polio?
3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit polio?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit polio?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit polio dalam upaya pencegahan dan
pengobatan?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit polio?
7. Apa saja komplikasi penyakit polio?
8. Bagaimana prognosis penyakit polio?
9. Apa definisi dari vaksinasi polio?
10. Apa indikasi pemberian vaksinasi polio?
11. Apa saja manfaat vaksinasi polio?
12. Bagaimana efek samping diberikan vaksinasi polio?
13. Kapan jadwal pemberian dan dosis vaksinasi polio?
14. Bagaimana prosedure pemberian vaksinasi polio?
15. Bagaimana asuhan keperawatan polio?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawatan dala
pencegahan dan penanganan masalah dengan penyakit polio pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami penyakit polio dan vaksinasi polio

2
b. Memahami dan mampu mempraktikan asuhan keperawatan yang tepat
untuk pasien dengan penyakit polio.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mampu membuat asuhan keperawatan polio pada anak serta mampu
mengaplikasikannya dalam proses keperawatan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Polio
Poliomielitis atau polio adalah penyakit radang yang menyerang sistem saraf
dan menyebabkan lumpuh yang disebabkan oleh virus polio, yang termasuk
dalam kelompok enterovirus, famili Picornavirus (Cahyono,2010). Virus polio
sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan
larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi dalam keadaan
beku masa hidupnya dapat bertahun-tahun.
Polio merupakan penyakit menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk
ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi tinja penderita dan bisa juga dari air liur penderita.
Selanjutnya virus menginfeksi usus kemudian memasukialiran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusat yang menyebabkan melemahnya otot dan kadang-kadang
menyebabkan kelumpuhan. Poliomielitis adalah penyakit menular akut yang
disebabkan oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu
sumsum tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak
(brain stem); dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat
yang bervariasi serta bersifat permanen.
Pertama sekali ditemukan oleh Jacob Heine (1840) yaitu seorang ortopedik
berkebangsaan Jerman, dimana ia mengidentifikasi berbagai gejala dan gambaran
patologi dari penyakit ini. Pada tahun 1890, Medin seorang dokter anak
berkebangsaan Swedia mengemukakan berbagai data epidemiologi penyakit
Poliomielitis. Atas jasa kedua sarjana ini, maka Poliomielitis disebut juga sebagai
penyakit Heine-Medin. Tahun 1908, Landsteiner dan Popper berhasil
memindahkan penyakit ini pada kera melalui cara inokulasi jaringan sumsum
tulang belakang penderita yang meninggal akibat penyakit Poliomielitis. Tahun
1949 Enders, Weller dan Robbins dapat menumbuhkan virus ini pada sel-sel yang
bukan berasal dari susunan syaraf, sehingga memungkinkan ditelitinya
patogenesis dan perkembangan vaksin polio. Tahun 1952, Bodian dan Horstmann
mendapatkan bahwa viremia terjadi pada awal infeksi, yang mana hal ini perlu
untuk menerangkan fase sistemik penyakit dan bagaimana penyebaran virus polio

4
ke susunan syaraf pusat. Salk pada tahun 1953 melaporkan keberhasilan
imunisasi dengan formalin-inactivated poliovirus, dan lisensi vaksin ini diperoleh
pada tahun 1955. Beberapa tahun kemudian Sabin, Koprowski dan lain-lain
mengembangkan vaksin live attenuated poliovirus dan mendapat lisensi pada
tahun 1962.
Dalam World Health Assembly 1998, yang diikuti sebagian besar negara di
dunia, dibuatkesepakatanuntukmelakukan eradikasi polio (Erapo) tahun 2000.
Artinya dunia bebas polio pada tahun 2000. Dalam rangka meneliminasi polio
pada tahun 2000. Dalam rangka mengeliminasi polio, Depkes, pada tahun 1995,
1996, dan 1997 mencanangkan Pekan Imunisasi Nasional,dengan mewajibkan
anak memperoleh oral polio vaccine/OPV. Polio menyerang tanpa mengenal usia,
namun penyakit ini lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia 3 hingga 5
tahun.

2.2 Etiologi Polio


Polio ini disebabkan oleh virus polio. Virus polio merupakan virus yang
termasuk kedalam genus enterovirus. Virus polio memiliki tiga tipe, yaitu tipe 1,2,
dan 3. Ketiga virus tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan. Di alam bebas,
virus polio dapat bertahan selama 48 jam pada musim kemarau dan dua minggu
pada musim hujan. Di dalam usus manusia, virus dapat bertahan hidup sampai dua
bulan. Virus polio tahan terhadap sabun,detergen, alkohol, eter, dan kloroform,
tetapi virus ini akan mati dengan pemberian formaldelhida 0,3 %, klorin,
pemanasan, dan snar ultraviolet (Widoyono, 2011).
Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel. Dapat diidolasi
3 strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (lansing), dan tipe 3 (Leon).
Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut, yaitu dapat dibuktikan
dengan ditemukannya 3 macam zat anti dalam serum seorang penderita. Epidemi
yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemi yang ringan
oleh tipe 3 sedangkan tipe 2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik
(Ngastiyah,1997).
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun
dalam deep freeze. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk

5
sulfonamida, antibiotika (streptomisin, penisilin, kloromisetin), eter, fenol dan
gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan
pemberian zat oksidator yang kuat seperti peroksida atau kalium permanganat.
Reservoir alamiah satu-satunya ialah manusia, walaupun virus juga terdapat pada
sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya anatara 7-10 hari, tetapi kadang-
kadang terdapat kasus dengan inkubasi antara 3-35 hari (Ngastiyah,1997).
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan
amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi
dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari
gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit
peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar
luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak
memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena
infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah
dapat terjadi penularan virus. Virus polio adalah virus yang termasuk dalam famili
Picornaviridae dan merupakan penyebab penyakit poliomielitis. Virus ini
memiliki diameter ~30 nm, tahan pada keadaan asam (pH 3 atau lebih rendah),
dan berbentuk ekosahedral. Virion (partikel penyusun) virus polio terdiri dari
empat protein kapsid yang berbeda, disebut VP1, VP2, VP3, dan VP4. Genom
(materi genetik) dari virus polio terdiri dari RNA utas tunggal positif (+) yang
berukuran 7441 nukleotida. Virus polio diklasifikasikan menjadi tiga golongan
berdasarkan sifat antigenik dari struktur protein penyusunnya. Virus ini menyebar
melalui kontaminasi tinja pada makanan ataupun pasokan air. Untuk bereplikasi,
genom virus akan masuk ke dalam sel inang melalui endositosis sementara
partikel virus lainnya dibuang. Reseptor untuk pengikatan virus ini terletak pada
epitelium usus manusia. Apabila virus ini telah berhasil menginfeksi usus maka
dapat terjadi kerusakan jaringan dan mengakibatkan diare.

6
2.3 Manifestasi Polio
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik
sama sekali.
b. Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat
hiperemi.Dan gejala ini berlangsung beberapa hari.
c. Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul
beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk
kemudian masuk dalam fase kedua dengan demam,nyeri otot.khas dari
bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,tulang tubuh
dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari.
d. Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa
gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7
hari.kemudian disusun dengan timbulnya gejala lebih berat disertai
dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada ekstremitas inferior
yang terdapat pada femoris,tibialis anterior,peronius. Sedangkan pada
ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal, dapat mengenai otot leher, toraks abdomen, diafragma,
dan ekstremitasan
2. Bentuk bulbar, dapat mengenai satu atau lebih saraf cranial, gangguan
pusat pernafasan, termoregulator, dan sirkulasi
a) Saraf otak yang terkena :
1) Bagian atas (N.III N.VII) dan biasanya dapat sembuh.
2) Bagian bawah (N.IX N.XIII ) : pasase ludah di faring
terganggu sehingga terjadi pengumpulan air liur,mucus dan

7
dapat menyebabkan penyumbatan saluran nafas sehingga
penderita memerlukan ventilator.
b) Gangguan pusat pernafasan dimana irama nafas menjadi tak teratur
bahkan dapat terjadi gagal nafas.
c) Gangguan sirkulasi dapat berupa hipertensi,kegagalan sirkulasi
perifer atau hipotensi
d) Gangguan termoregulator yang kadang-kadang terjadi
hiperpireksia.
3. Bentuk bulbospinal yang merupakan gejala campuran antara
bentukspinal dan bentuk bulbur.dan gejalanya berupa : kadang
ensepalitik,di sertai dengan delirium,kesadaran menurun,tremor dan
kejang.

2.4 Patofisiologi
Poliomyelitis dahulu merupakan penyebab utama ketidakmampuan kronis,
tetapi sejak penggunaan vaksin polio secara rutin, infeksi virus ini sekarang
menjadi jarang. Enterovirus lain, seperti virus Koksackic dan ECHO, atau virus
vaksin polio hidup, dapat juga menyebabkan infeksi akut neuron motorik dengan
gejala dan tanda yang sama dengan poliomielitis, meskipun biasanya ringan. Uji
serologis untuk antibodi tertentu dan biakan virus cairan serebrospinal adalah
diagnostik.
Polio disebabkan karena Virus Polio : Family Pecornavirus, Genus virus:
Brunhilde, Lansing, dan Leon. Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati
dengan pengeringan atau oksidan dengan masa inkubasi : 7-10-35 hari
Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau
tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke
manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui
oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekal-oral berarti minuman atau makanan yang
tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia
sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita
yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Virus polio sangat tahan terhadap
alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan chlor. Suhu

8
tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahan bertahun-
tahun. Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu
dan mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama pada air limbah dan air
permukaan, bahkan hingga berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meski penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari
penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang
atau mahluk hidup perantara yang dapat dibuktikan hingga saat ini adalah
manusia.Virus polio masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak di dalam
tenggorokan dan saluran pencernaan,diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(paralisis ).

2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Upaya Pencegahan
Cara pencegahan yang utama adalah dengan memberikan imunisasii polio,
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan keluarga, serta kebersihan
alat dan bahan makanan serta minuman.
Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di antaranya:
1. Eradikasi Polio
Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh sebagian
besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk
melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000, artinya dunia bebas
polio tahun 2000. Program ERAPO yang pertama dilakukan adalah
dengan melakukan cakupan imunisasi yang memyeluruh.
2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995, 1996,
dan 1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai dengan
rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan
interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia 1,5tahun; 5
tahun; dan usia 15 tahun.

9
Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan
dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang
efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.
3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis
Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di
bawah usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang
diduga polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa
saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.
4. Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5
tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.
Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk
antarnegara sangat tinggi dan cepat muncul kesulitan dalam
mengendalikan penyebaran virus ini. Selain pencegahan dengan
vaksinasi polio, tentu harus disertai dengan peningkatan sanitasi
lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan jamban keluarga, air
bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta memelihara
kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan mengurangi
resiko penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.
Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat
polio menetap tak bisa disembuhkan. Penyembuhan yang bisa
dilakukan sedikit sekali alias tidak ada obat untuk menyembuhkan
polio. Namun sebenarnya orangtua tidak perlu panik jika bayi dan
anaknya telah memperoleh vaksinasi polio lengkap.
Kebutuhan rehabilitasi bagi anak polio diarahkan untuk:
1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat
kelumpuhan
2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.
Diantara kebutuhan rehabilitasi bagi anak yang lumpuh karena
polio, adalah :

10
a. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yang
kaku maupun memendek, mengatasi otot fleksid, meningkatkan
ruang gerak sendi, melatih fungsi koordinasi dan lain-lain
melalui berbagai bentuk terapi.
b. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace
pendek, brace panjang, skoliosisi, flat foot, sepatu koreksi,
splint/bidai.
c. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu
d. Bimbingan mobilitas, mulai dari posisi tubuh sampai berjalan
e. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak
negatif kelainan
f. Pendidikan anak dengan orang tua
g. Bimbingan ekonomi produktif

Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi, cara lain


untuk mencegah penyakit polio adalah dengan selalu melakukan cuci
tangan bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan juga
memperhatikan personal hygiene dan cuci tangan yang baik.

2.5.2 Pengobatan
Seorang penderita polio akan sulit diobati. Salah satu pengobatannya
adalah dengan pemberian imunisasi sejak balita.Penderita polio dapat
menular melalui air liur / feses. Virus polio dapat tahan dengan alkohol
dan lisol, tetapi peka terhadap fermoldehida dan larutan klorin. Suhu yg
tinggi dapat mematikan virus tersebut. Namun,suhu yg rendah dapat
membuat virus ini bertahan hingga bertahun-tahun. Pemberian imunisasi
polio saat balita sangat membantu pencegahan polio di masa
depan.Penyakit polio akan lebih berbahaya jika menyerang orang dewasa
yg belum diimunisasi sama sekali. Tidak ada pengobatan untuk orang yang
terinfeksi hanya pengobatan suportif. Seperti :
1. Analgesik untuk nyeri
2. Bed rest untuk penyembuhan
3. Diet bernutrisi

11
4. Minimalkan excersice
5. Kompres hangat pada nyeri otot
6. Perawatan di rumah sakit untuk paralitik
7. Komplikasi polio pada kelemahan lengan dan kaki

2.6 Penatalaksanaan Diagnostik


1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena
penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal
adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika
poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang
tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau
pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat
ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita.
Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang
tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut
tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat
peningkatanjumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah
sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul,
2004 ).

2.7 WOC (Web Of Caution)


Terlampir

2.8 Komplikasi Polio


Komplikasi beberapa pasien pengidap polio, selama 10-40 tahun kemudian
akanmenampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan
kemampuan beraktifitas sehari-hari dan atrofi otot. Gejala ini didefinisikan

12
sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut.Manifestasi lain dari post-polio
sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan dankram.
Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom umumnya lambat dan
pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2 tahun.
Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya:
1. Deformitas Tulang
Disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas tulang mungkin akan terjadi
disebabkanoleh positioning yang salah.
2. Abnormalitas Neurologis
Saraf yang terjepit mungkin terjadi pada pasien pengidap polio dan
menyebabkaneksaserbasi atropi otot dan kelemahan.
3. Komplikasi Respiratory
Skoliosis dan atropi otot dapat menyebabkan penyakit paru. Penyakit
paru tersebutakan berakibat pada insufisiensi pernafasan dancore
pulmonale.

2.9 Prognosis
Prognosis polio bergantung pada derajat penyakitnya. Pada polio ringan dan
sedang, kebanyakan pasien sembuh sempurna dalam jangka waktu singkat.
Penderita polio spinal 50% akan sembuh sempurna, 25% mengalami disabilitas
ringan, 25% disabilitas serius dan permanen. Sebanyak 1% penderita polio berat
akan mengalami kematian.

2.10 Pengertian Vaksinasi Polio


Vaksinasi polio adalah tindakan dengan memberikan vaksin polio (dalam
bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vacine (OPV) yang bertujuan
untuk memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis, yang diberikan empat kali
dengan interval 4-6 minggu. Vaksinasi polio merupakan vaksinasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak minggu.

13
2.11 Indikasi
Indikasi pemberian vaksinasi polio adalah remaja dan dewasa yang belum
pernah imunisasi polio, orang tua yang anaknya diimunisasi polio.

2.12 Manfaat Vaksinasi


Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
poliomielitis atau polio. Penyakit polio termasuk penyakit menular karena
disebabkan oleh virus. Agen virus pembawa penyakit ini dinamakan poliovirus
(PV) yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kemudian menginfeksi
saluran usus, memasuki aliran darah dan sistem saraf pusat, sehingga
menyebabkan melemahnya otot dan kelumpuhan (paralisis).
Penyakit ini dapat terjadi karena kelalaian ataupun belum mendapat
imunisasi polio yang berakibat daya tahan tubuh untuk manghadapi poliovirus
(PV) menjadi sangat lemah. Oleh sebab itu, pemberian vaksin polio pada bayi dan
anak-anak sangat besar manfaatnya, terutama melindungi kesehatan tubuh dengan
merangsang pembentukan kekebalan secara aktif dari sistem imun terhadap
penularan poliovirus (PV). Pemberian vaksin polio merupakan pertahanan tubuh
yang akan dibawa seumur hidup. Semakin banyak bayi dan anak-anak yang
mendapat vaksin polio, maka semakin besar jumlah yang memiliki kekebalan
tinggi dan semakin kecil kemungkinan terjadinya penularan
Imunisasi polio sebaiknya diberikan tepat waktu, agar imunitas bayi dan
anak-anak berkembang dengan baik. Imunisasi polio juga merupakan upaya
pencegahan sejak dini dan meningkatkan taraf kesehatan nasional.

2.13 Efek samping


Poliomielitis pernah dilaporkan sebagai dampak setelah diberikan vaksin
polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing,
diare ringan, dan nyeri otot. Selain itu OPV tidak diberikan pada bayi yang masih
di rumah sakit karena OPV berisi virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini
bisa disekresikan (dibuang) melalui tinja selama 6 minggu, sehingga bisa
membahayakan bayi lain. Untuk bai yang dirawat di rumah sakit disarankan
pemberian IPV (Suharjo dkk,2010:79).

14
Adapun beberapa gejala yang muncul setelah pemberian Imunisasi
Vaksinasi :
1. Paralisis karena vaksinasi terjadi dalam 2 bulan imunisasi
(Sumber:Wong, 2004)
2. Kejang-kejang, tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi.
3. Pusing
4. Diare Ringan
5. Nyeri Otot
6. Orang dewasa dapat menderita polio jika diberi imunisasi per oral,
seperti pada penderita gangguan sistem imun.

2.14 Jadwal pemberian dan dosis


Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio, yaitu OPV (Oral Polio Vaccine)
dan IPV (Inactived Polio Vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut,
sedangkan IPV diberikan melalui suntikan (dalam kemasan sendiri atau
kombinasi DPaT).
Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian dilanjutkan
dengan imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar, diberikan pada umur 2,4, dan 6
bulan. Pada PIN (Pekan Imunisasi Nasional) semua balita harus mendapat
imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada penyakit dengan daya
tahan tubuh menurun (imunokompromais). Bila pemberiannya terlambat, jangan
mengulang pemberiannya dari awal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi sesuai
dengan jadwal. Imunisasi polio pada remaja dan dewasa diberikan pada yang
belum pernah imunisasi dan pekerjaan kontak dengan penderita polio. Bagi ibu
yang anaknya diberikan OVP, diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi
dasar. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh terhadap respon pembentukan
daya tahan tubuh terhadap polio, sehingga saat pemberian vaksin, anak tetap bisa
minum ASI.
Imunisasi polio ulangan (penguat) diberikan saat masuk sekolah (5-6 tahun)
dan dosis berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun. Sejak tahun 2007, semua
calon jemaah haji dan umroh dibawah 15 tahun harus mendapatkan 2 tetes OPV.

15
Tabel Jadwal Imunisasi

2.15 Prosedur Pemberian


1. Cucitangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada ibu bayi
3. Persiapkan perlengkapan imunisasi
4. Ambil vaksin polio dalam termoses
5. Atur posisi bayi dengan cara menelentangkan bayi diatas pangkuan ibu
/ ditempat tidur
6. Teteskan vaksin kemulut (pipet tidak boleh menyentuh mulut) sesuai
dosis yang dianjurkan yaitu 2 tetes.
7. Cuci tangan
8. Amati dan catat reaksi yang terjadi
9. Pendokumentasian

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, alamat
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama :
Pasien biasanya terlihat lemah dan kelelahan serta kelumpuhan
Keluhan yang biasanya dikeluhkan pada saat pengkajian adalah :
1. Pasien mengeluh aktivitasnya tergnggu karena kelemahan,
kelelahan serta kelumpuhan.
2. Keluarga pasien mengatakan bahwa akhir akhir ini anaknya
rewel
3. Keluarga mengatakan bahwa pasien demam sudah 3 hari yang lalu
b. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien belum pernah menderita poliomeilitis
c. Riwayat Vaksinasi
Belum melakukan vaksinasi polio
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat peyakit yang pernah diderita keluarga pasien. Apabila
terdapat keluarga yang menderita polio, maka kemungkinan besar
keluarga yang lain dapat terserang dengan mudah.
e. Pengkajian sosial
Biasanya pada pasien degan poliomeilitis kan mengalami gangguan
konsep diri, karena pasien malu dengan kondisi tubuh yang sedang
dialaminya.
f. Riwayat sirkulasi
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung saat beraktifitas,
perubahan
pada tekanan darah, serta perubahan pada frekuensi jantung.
g. Riwayat eliminasi

17
Pasien biasanya sering sembelit saat BAB. Usus mengalami
gangguan
fungsi. Urine yang keluar sedikit (retensi urin)
h. Riwayat neurosensori
Pasien biasanya mengeluh kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan.
Gejala : vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran,
gangguan pengecapan dan penghidu.
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan
mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris,
genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah,
apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitive terhadap gerakan.
i. Riwayat nyeri
Pasien biasanya akan mengeluh nyeri dan kejang otot, sakit kepala,
gatal (pruritus), serta sensasi yang abnormal.
Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya
lama
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri
yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
j. Riwayat pernafasan
Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
k. Riwayat nutrisi
Pasien biasanya mengalami nafsu makan menurun, berat badan
menurun,
mual dan muntah, dan kesulitan menelan (batuk, air liur keluar,
disfagia).
3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Biasanya keadaan umum pasien polio lemah
2. Kesadaran : Biasanya pasien dating ke rumah sakit dengan
kesadaran yang menurun

18
3. Tanda tanda vital :
a. Tekanan darah :Tekanan darah pasien kemungkinan akan
meningkat
b. Denyut nadi : Denyut nadi pasien kemungkinan akan meningkat
c. Suhu : Biasanya pasien mengalami hipertermi
d. Pernapasan : Pernapasan pasien biasanya meningkat
e. Berat Badan : BB pasien biasanya turun karena anoreksia
f. Tinggi Badan : Tinggi pasien
4. Kepala :
Terdapat nyeri kepala ,warna rambut hitam, penyebaran rambut
merata, rambut tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak ada lesi,
tekstur ranbut halus, dan tidak ada nyeri tekan, bentuk mata
bulat, konjungtiva berwarna merah muda, bentuk telinga simetris,
telinga bersih tidak ada kotoran dan tidak ada nyeri tekan, bibir
tampak pucat.
5. Leher :
warna kulit merata (sama dengan sekitarnya), tida ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, otot leher mengalami kram/ kaku dan terdapat
nyeri saat menelan.
6. Thorax dan pernapasan
bentuk dada simetris, tidak ada lesi, pengembangan dada saat
bernafas simetris, suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas
tambahan
7. Abdomen
mual, muntah, konstipasi, usus mengalami gangguan fungsi,
retensi urin (urin yang keluar sedikit)
8. Genetalia
Keadaan genetalia normal, tidak ada kelainan atau gangguan
pada kondisi fisik genetalianya.
9. Rektum

19
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun
tumor
4. Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon
1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen
Keluarga pasien mengetahui tentang apa yang dialami pasien
terutama ketika tanda-tanda kelemahan fisik serta kelumpuhan
mulai muncul, namun keluarga pasien tidak mengetahui cara
mengatasi hal tersebut.
2. Pola nutirisi dan metabolik
Karena penyakit yang dialaminya, nafsu makan pasien menurun
dikarenakan proses penyakit.
3. Pola eliminasi
Terjadi perubahan pada pola eleminasi, dimana pasien merasa
sembelit saat BAB.
4. Pola aktivitas dan istirahat
Pasien mengeluhkan keadaannya yang mengalami kelemahan /
keletihan, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran,
letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam
keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi
dan dan latihan.
5. Pola persepsi dan kognitif
Pasien merasa nyeri pada alat genitalnya dikarenakan adanya
infeksi, namun pasein merasa nyaman ketika dia bersama
keluarganya, terutama ketika ibu pasien selalu disamping pasien
untuk menemani pasien.
6. Pola konsep diri
Pada pasien dengan poliomielitis biasannya akan mengalami
gangguan konsep diri karena ketidaknormalan pertumbuhan yang
dialaminya serta keadaan dirinya yang semakin hari semakin
mengalami kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan.
7. Pola peran dan hubungan

20
Meskipun pasien merasa kurang percaya diri dengan kondisinya,
namun pasien masih dapat menjalin interaksi dengan orang-
orang disekitarnya, terutama dengan kedua orang tuanya.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mencemaskan masalah pada seksual (dampak pada
hubungan, perubahan tingkat kepuasan).
9. Pola koping dan stress
Keluarga pasien merasa cemas karena terjadi ketidaknormalan pada
anak muncul faktor stres, perubahan tingkah laku atau
kepribadian, pasien cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi,
bingung, depresi dan impulsif.
10. Pola keyakinan dan nilai
Keluarga pasien berdoa untuk kesembuhan pasien
5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Viral isolation
Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang
diperoleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah
paralisis dan tinja pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu setelah
gejala klinis
b. Uji serologi
Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
penderita, jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka
diagnosis orang tersebut terkena polio benar. Pemeriksaan pada
fase akut dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi
immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio akan didapatkan
hasil yang positif
c. Cerebrospinal Fluid
CSF pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan terjadi
kenaikan kadar protein sebanyak 40-50 mg/100 ml.
2) Pemeriksaan Radiologis

21
Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada
anak tumbuh, didapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan
korteks yang tipis dan rongga medulla yang relative lebar, selain itu
terdapat penipisan epifise, subluksasio dan disloasi dari sendi.
3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. DS : Virus masuk kedalam tubuh Gangguan
Anak mengeluhkan Mobilitas Fisik
nyeri pada otot leher, Infeksi
punggung dan otot
terasa lembek ketika Gangguan syaraf
disentuh
DO: Paralis (kram otot)
kekuatan otot
esktermitas atas
kanan/kiri 4/4, kekuatan
otot ekstermitas bawah
kanan/kiri 0/0
Klien mengalami
kelumpuhan batang
tubuh, ekstremitas
bawah, dada, dan perut,
kelemahan saraf
facialis, trigeminal,
auditorial, dan
glasofaringeal
mengalami gangguan

22
2. DS : orangtua klien Virus masuk kedalam tubuh Hipertermia
mengatakan bahwa
klien mengeluh panas Infeksi
DO : TD, Nadi dan
Suhu klien meningkat Inflamasi

Suhu tubuh meningkat

3. DS : Pasien biasanya Virus masuk ke dalam tubuh Nyeri akut


akan mengeluh nyeri
dan kejang otot, serta
sakit kepala Virus menyerang batang otak
DO :
P : proses infeksi yang
menyerang saraf
Q : terus menerus Prose Infeksi menyerang syaraf
R : daerah kepala
S : wajah menyeringai,
respon menarik dri
rangsangan nyeri yang Nyeri Akut
hebat
T: nyeri kepala dengan
intensitas yang berbeda
dan biasanya lama

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Domain 4 Aktivitas/ Istirahat
Kelas 2 Aktivitas/ Latihan

23
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan paralysis
NOC NIC
Domain I Fungsi Kesehatan Perawatan Tirah Baring (0740)
Kelas C Mobilitas 1. Posisikan sesuai body alignment yang
Koordinasi Pergerakan (0212) tepat
Indikator yang digunakan adalah : 2. Gunakan alat di tempat tidur yang
021201 Kontraksi kekuatan otot (4 5) melindungi pasien
021202 Bentuk otot (4 5) 3. Letakan alat untuk memposisikan tempat
021205 Kontrol gerakan (4 5) tidur dalam jangkauan yang mudah
021207 Keseimbangan gerakan (4 5) 4. Aplikasikan aktivitas sehari hari
5. Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan
cara yang tepat.

2. Domain 11 Keamanan / Perlindungan


Kelas 6 Termoregulasi
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi yang terjadi (00007)
NOC NIC
Domain II Kesehatan Fisiologis Pengaturan Suhu (3900)
Kelas I Regulasi Metabolik
Termoregulasi (0800) 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
Indikator keberhasilan yang digunakan sesuai kebutuhan
adalah : 2. Monitor TD, nadi dan respirasi
080011 Menggigil saat dingin (4 5) 3. Monitor suhu dan warna kulit
080019 Hipertermia (4 5) 4. Monitr dan laporkan jika ada tanda dan
080014 Dehidrasi (4 5) gejala dari hipertermia
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Domain II Kesehatan Fisiologi adekuat
Kelas H Respon Imun Kontrol Infeksi (6540)
Keparahan Infeksi (0703)
Indikator keberhasilan yang digunakan 1. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
adalah : 2. Dorong intake cairan yang sesuai
070307 Demam (4 5) 3. Dorong untuk beristirahat

24
070330 Ketidakstabilan suhu (4 5) 4. Berikan antibiotik yang sesuai
070312 Malaise (4 5)
070312 Lethargy (4 5)
070326 Kehilangan nafsu makan (4 5)

3. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang
syaraf (00132)
NOC NIC
Domain IV Pengetahuan tentang Pemberian Analgesik (2210)
kesehatan dan perilaku
Kelas Q Perilaku Sehat 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
Kontrol Nyeri (1605) dan keparahan nyeri sebelum mengobati
Indikator yang digunakan untuk pasien
mengotrol nyeri klien : 2. Cek adanya riwayat alergi obat
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi (4 3. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
- 5) dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
160501 Menggambarkan faktor diresepkan
penyebab nyeri (4 - 5) 4. Tentukan pilihan obat analgesik
160507 Melaporkan perubahan terhadap berdasarkan tipe dan keparahan nyeri.
gejala nyeri pada petugas kesehatan (4 5. Tentukan analgesik sebelumnya, rute
5) pemberian, dan dosis untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri yang optimal
6. Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi
Domain V kondisi kesehatan yang untuk memfasilitasi penurunan nyeri.
dirasakan
Kelas V Status Gejala
Tingkat Nyeri 2102
Indikator keberhasilan yang

25
digunakan adalah :
210201 Nyeri yang dilaporkan (4 5)
210204 Panjangnya episode nyeri (4 5)
210206 Ekspresi wajah terhadap nyeri (4
5)
210221 Menggosok area yang terkena
dampak (4-5)

26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Polio merupakan penyakit menular melalui kontak antarmanusia. Virus
masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi tinja penderita dan bisa juga dari air liur penderita.
Selanjutnya virus menginfeksi usus kemudian memasukialiran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusatyang menyebabkan melemahnya otot dan kadang-kadang
menyebabkan kelumpuhan.
Polio ini disebabkan oleh virus polio. Virus ditularkan infeksi droplet dari
oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan
terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke
mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekal-oral
berarti minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya.
Cara pencegahan yang utama adalah dengan memberikan imunisasi polio,
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan keluarga, serta kebersihan alat dan
bahan makanan serta minuman.
Vaksinasi polio merupakan vaksinasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak minggu. Pemberian vaksin polio pada bayi dan anak-anak sangat besar
manfaatnya, terutama melindungi kesehatan tubuh dengan merangsang
pembentukan kekebalan secara aktif dari sistem imun terhadap penularan
poliovirus (PV). Imunisasi polio sebaiknya diberikan tepat waktu, agar imunitas
bayi dan anak-anak berkembang dengan baik. Semakin banyak bayi dan anak-
anak yang mendapat vaksin polio, maka semakin besar jumlah yang memiliki
kekebalan tinggi dan semakin kecil kemungkinan terjadinya penularan

27
DAFTAR PUSTAKA

A Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Behman, Richard E., Kliegman, Robert M., Arvin, Ann M.. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson, Vol 2. Jakarta: EGC.
Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta: Kanisius.
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagostik & Tatalaksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC.
Gloria M. Bulechek, et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
USA: Mosby Elsevier
Harmita. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: EGC
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definition and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Miller. 2004. Imunisasi Polio. Bandung:FFT
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit hal 331. Jakarta: EGC.
Poliomyelitis (Polio) Immunisation Information.2005. Victoria Department
Human Service
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Outcomes 5th Edition. USA: Elsevier
Suharjo. 2010.Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius

28
29

Anda mungkin juga menyukai