Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

Nefrolithiasis dan Hidronefrosis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Disusun oleh :
Peny Kurnia C.
20120310072

Pembimbing :
dr. R.S. Sulistijawati, Sp. Rad, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI RSUD TEMANGGUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Nama : Muhrodi, Tn Ruang : Flamboyan


IDENTITAS
Umur : 58 th 1M
Nama Lengkap : Muhrodi
Umur/JK : 58 th
Agama :Islam
Alamat : Gemawang
Kunjungan RS tanggal : 07-06-2017
Dokter yang merawat : dr. Nugroho, Sp.PD

KELUHAN UTAMA: Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kiri. Nyeri dirasa terus menerus. Keluhan dirasakan

sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 2 hari terakhir. Demam, mual dan muntah tidak ada.

BAK keluar darah (-).

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat BAK darah (-), riwayat sakit batu ginjal (-), Riwayat ISK (+)

3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluhan serupa (-), Penyakit Batu Ginjal (-), ISK (+)

PEMERIKSAAN FISIK
1. KU : Cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital Sign : TD : 110/ 80mmHg Nadi : 97 x/menit
Suhu : 36,5oC Respirasi : 18x/menit
4. Kepala : Normocephal
5. Mata : Sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), reflek cahaya (+/+)
6. Thorax

RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Inspeksi : Jejas (-), simetris, ketertinggalan gerak (-)


Perkusi : Sonor (+/+)
Palpasi : Vokal fremitus (+/+), krepitasi (-)
Auskultasi : SDV +/+, Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
7. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, NT (+) abdomen kuadran lumbal sinistra, nyeri ketok ginjal (+/+)
8. Ekstremitas : Akral dingin (-), Oedem (-), Sianosis (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap
Hemoglobin : 3,5 (LL) g/dl (13,2-17,3)
Hematokrit : 15 (L) % (40-52)
Jumlah Leukosit : 5,4 10^3/ul (3,8-10,6)
Jumlah Eritrosit : 2,46 (L) 10^6/ul (4,4-5,9)
Jumlah Trombosit : 604 (H) 10^3/ul (150-440)

Hitunng Jenis
Neutrofil : 73,8 (H) % (50-70)
Limfosit : 15,1 % (25-40)

Kimia Klinik
Ureum : 35,9 mg/dL (10-50)
Kreatinin : 0,78 mg/dL (0,6-1,2)

RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Pemeriksaan Radiologi
Foto BNO IVP

Gambar 1. Foto Polos BNO

Gambar 2. Foto BNO IVP 7 menit

RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Gambar 3. Foto BNO IVP 15 menit

Gambar 4. Foto BNO IVP 30 menit Gambar 5. Foto BNO IVP Post Miksi
menit
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Judul : Foto BNO IVP,

Deskripsi :

Foto Polos BNO :

Pada foto polos BNO tampak udara usus prominen

Tampak multiple lesi opak di proyeksi renal dextra pole superior ukuran lk 6 mm

Tampak batu bentuk staghorn di renal sinistra ukuran lk 6cm

Spondilosis lumbalis

Foto BNO IVP :

Calix renal dextra bentuk cupping, tak tampak filling defect maupun additional defect, lesi

opak terlemuri bahan kontras

Ureter dextra tidak melebar

Calix renal sinistra tampak melebar, tak tampak filling defect maupun additional defect,

tampak batu staghorn terlumuri bahan kontras

Ureter sinistra hanya tervisualisasi pada aspek proksimal

VU terisi bahan kontras, ukuran dan bentuk dalam batas normal

Post miksi residu urin minimal

Kesan : Hidronefrosis sinistra Grade 3 dengan batu staghorn renal sinistra

Multiple nefrolithiasis kecil renal sinistra pole superior

Spondylosis lumbalis

Diagnosis klinis : Hidronefrosis renal sinistra

Nefrolithiasis bilateral

Anemia

RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Terapi : Infus Nacl 0,9 % 1500cc/24jam

Transfusi PRC 2 kolf cek DR per 6 jam per transfuse per hari

(target HB >10mg/dL)

Inj Ketorolac 30 mg/ 8 jam

Inj Ranitidin 50mg/12jam

Spasminal 1 tab/8 jam

Nephrolit 2 kap/8 jam

Status akhir pasien : Pasien dirawat intensif oleh bagian penyakit bedah dan dirawat

bersama dengan bagian urologi. Sekarang sudah pulang dengan Hb

terakhir 10,5 mg/dL dan telah dilakukan operasi pengangkatan batu

oleh bagian Urologi.

RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

PEMBAHASAN

A. Definisi
Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.

Gambar 6. Nefrolithiasis

B. Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.7
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap
terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar.7
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga

RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel
dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam
saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti
batu.7

Gambar 7. Patologis Nefrolithiasis

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat sedangkan
sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu
xanthyn, batu sistein dan batu jenis lainnya.

Gambar 8. Batu oksalat

Batu struvit
Batu struvit, disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan
mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman

RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi:
CO(NH2)2+H2O2NH3+CO2.1
Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-
karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi,
atau batu urease, walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan
kalsium fosfat.1

Gambar 9. Batu Struvit.

Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau (Mg NH4PO4.H2O) dan
karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu jenis ini
dikenal dengan nama batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea
diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih, namun kuman ini
bukan termasuk bakteri pemecah urea.1

Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari seluruh batu
saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalium oksalat, kalium fosfat, atau campuran
dari kedua unsur tersebut
Factor terjadinya batu kalsium adalah:

RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

1. hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24 jam.
Menurut Pak (1976) terdapat tiga macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:
a. hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui
usus.
b. hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal.
c. hiperkalsiuri resorbtif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang yang
banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluri
3. hiperurikosuri
4. hipositraturia
5. hipomagnesiuria
Batu asam urat
Batu jenis lain

C. Manifestasi Klinis
Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari
kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran
kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.4
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan
batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya
pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam
dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan
pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.4

RM.011.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi
urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.4

D. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain
untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal
ginjal. Secara radiologik, batu dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.5
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu magnesium amonium fosfat akan
memberikan bayangan semiopak, sedangkan batu asam urat murni akan memberikan bayangan
radiolusen. Batu staghorn dapat diidentifikasi dengan foto polos abdomen karena komposisinya
yang berupa magnesium ammonium sulfat atau campuran antara kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga akan nampak bayangan radioopak.5
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab
terjadinya batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada
batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan
ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah
pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu,
menentukan ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.6

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan rencana
terapi antara lain:
1. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.

RM.012.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

2. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.
3. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
4. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
5. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.3
6. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio
opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio
opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non
opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non opak
Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih3

6a. Nefrolithiasis
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.Pada yang radiopak
pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil
foto dua arah.
Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga
dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto
pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan
adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak
muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi retrograd.

RM.013.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Gambar 10. Gambaran Radiologis Nefrolithiasis

6b. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang
dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang
dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih
tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal
(tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini
akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada
akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal
sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan gradenya. Ada 4 grade
hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk
blunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk
flattening, alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa

RM.014.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.


d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta
adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
Pemeriksaan UIV akan menghasilkan sebuah gambaran yang disebut dengan
pielogram. Pada pielogram normal, akan didapatkan gambaran bentuk kedua ginjal seperti
kacang. Kutub atas ginjal kiri setinggi vertebra Th11, batas bawahnya setinggi korpus
vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri. Pada
pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi.
Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan
adanya lemak perirenal, ginjal menjadi lebih jelas terlihat.
Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis lalu dilanjutkan dengan
kalik mayor, biasanya berjumlah 2 buah. Dari kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor
yang jumlahnya antara 6 14 buah. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah
pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah
dan masuk ke dalam dan depan untuk memasuki trigonum vesika urinaria. Tiga tempat
penyempitan ureter normal adalah pada ureteropelvical junction, ureterovesical junction,
dan persilangan pembuluh darah iliaka.

Gambar 11. Gambaran Radiologis Hidronefrosis

RM.015.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

7. Pemeriksaan BNO-IVP
Pemeriksaan BNO-IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan
diberikan kastor oli (catharsis) atau laksansia untuk membersihkan kolon dari feses yang
menutupi daerah ginjal (Nurlela Budjang, 2010). Berikut adalah tahap persiapan
pemeriksaan radiologi BNO-IVP :
a) Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
b) Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan kolon dari
feses yang menutupi daerah ginjal
c) Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan untuk
mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
d) Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok untuk
menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
e) Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk mendistensikan
lambung dan gas
f) Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement(klisma)
g) Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap penggunaan
kontras

Hasil Pemeriksaan BNO-IVP

Gambar 12. Foto Polos BNO

RM.016.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah bayangan, besar
(ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu
radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.

Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah


penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak waktu setelah
disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :

1. Empat sampai 5 menit :


Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi
sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan dengan tujuan untuk
menahan kontras media tetap berada pada sistem pelvikalises dan bagian ureter
proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit
kelima.

Gambar 13. Foto BNO IVP menit ke-5

RM.017.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

2. Delapan sampai 15 menit

Gambar 14. Foto BNO IVP menit ke-15

Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik, maka
foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografi untuk memperjelas bayangan.
Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter dan buli-buli
mulai terisi media kontras dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen,
pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan umbilicus.

3. Duapuluh lima sampai 30 menit


Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakkan
kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah menit ke -30 diharuskan
meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal
mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.

RM.018.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Gambar 15. Foto BNO IVP menit ke-20 30

4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm. Setelah
hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan normal maka
pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto kembali. Jika dokter ahli radiologi
menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 16. Foto BNO IVP menit ke 60 atau lebih

RM.019.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void.
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi erect
dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang tidak normal)
pada kasus posthematuri.

Gambar 17. Foto BNO IVP Post Miksi

a. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita
yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli
(yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan
ginjal.

RM.020.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Gambar 18. Batu ginjal / Nefrolitiasis. terlihat jelas struktur hyperechoic


(putih/tanda panah) yang diikuti bayangan hitam dibawahnya (shadowing).

Gambar 19. Hydronephrosis. Terlihat jelas penumpukan cairan (tanda panah/hitam) pada
pelvic calises ginjal. Gambar kanan karena adanya sumbatan batu (warna putih)

RM.021.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

Gambaran USG Hidronefrosis. a.

a. Hidronefrosis Gade 1

b. Hidronefrosis Grade 2

c. Hidronefrosis Grade 3

d. Hidronefosis Grade 4

b.

c.

d.

RM.022.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

F. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan
sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, berupa :
b. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
c. - blocker
d. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi.
Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan. Begitu
juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal,
ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien
seperti ini harus segera dilakukan intervensi. 10

Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Gambar 20. ESWL pada Nefrolithiasis

Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat penangkal
nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang kejut untuk

RM.023.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

memecahkan batunya Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya
pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm
serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang
terhalang oleh tulang panggul). Hal laim yang perlu diperhatikan adalah jenis batu apakah
bisa dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan
oleh penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal,
wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan berlebih (obesitas).

3. Endourologi
b. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.8
c. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
d. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk
ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti
yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu,
tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat
tersebut.8
e. Ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia).
4. Bedah Terbuka

G. Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang
sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi
dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Komplikasi jangka panjang

RM.024.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu
oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat.
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena.

H. Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan
adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya.
Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi.
Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal.1
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari
batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu
dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas
dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.1

RM.025.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS STASE RADIOLOGI NO.RM : 236378

DAFTAR PUSTAKA

1. Bartrum RJ Jr, Crow HC: Real time ultrasound: its role in abdominal
examinations.Radiology 133:823824, 1979 PubMedGoogle Scholar
2. Cook JM, Rosenfield AT, Taylor KJW: Ultrasonic demonstration of intrarenal
anatomy.AJR 129:831835, 1977PubMedGoogle Scholar
3. Holm HH, Kristensen JK, Rasmussen SN, Pedersen JF, Hancke S, Jensen F, Gammelgaard
J, Smith EH:Abdominal Ultrasound Static and Dynamic Scanning, 2nd ed. Munksgaard:
Copenhagen, 1980Google Scholar
4. Rosenfield AT, Taylor JW, Crade M, De Graaf CJ: Anatomy and pathology of the kidney by
gray scale ultrasound.Radiology 128:734744, 1978Google Scholar
5. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi Diagnostik, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta
6. Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal Kongenital, Laboratorium
Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.
7. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar Dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta.

RM.026.

Anda mungkin juga menyukai