PENDAHULUAN
Kapasitas
Produksi Sem
Tahun Pabrik Lokasi Produk
en (Juta Ton
/ Tahun )
Citeureup, PCC / OPC
1975 Pabrik ke-1 0,7
Jawa Barat Tipe II
Citeureup, PCC / OPC
1976 Pabrik ke-2 0,6
Jawa Barat Tipe II
Citeureup,
1979 Pabrik ke-3 PCC 1,1
Jawa Barat
Citeureup,
1980 Pabrik ke-4 OPC 1,1
Jawa Barat
Citeureup, OWC / WC /
1981 Pabrik ke-5 0,2
Jawa Barat OPC Tipe V
Citeureup, 1,6 + 1,9
1983 Pabrik ke-6 PCC
Jawa Barat (VRM)
Citeureup,
1984 Pabrik ke-7 PCC 1,9
Jawa Barat
Citeureup,
1986 Pabrik ke-8 PCC 1,9
Jawa Barat
Palimanan,
1991 Pabrik ke-9 *) Cirebon, Jawa PCC 2,05
Barat
Palimanan,
1996 Pabrik ke-10 Cirebon, Jawa PCC 2,05
Barat
Citeureup,
1999 Pabrik ke-11 PCC 2,6
Jawa Barat
Tarjun,
Pabrik ke-12 Kotabaru,
2000 PCC 2,6
**) Kalimantan
Selatan
Citeureup,
2016 Pabrik ke-14 PCC, OPC 4,4
Jawa Barat
Jumlah Seluruhnya 24,7
*) melalui akuisisi
**) melalui merger dengan PT Indo Kodeco Cement pada tanggal 29 Desember 2000
1.2.3. Moto
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Kevin Gluskie
Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen : Tedy Djuhar
Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen : Simon Subrata
Komisaris Independen : Daniel Lavalle
Komisaris : Dr. Lorenz Naeger
Komisaris : Dr. Bernd Scheifele
Komisaris : Dr. Albert Scheuer
Direksi
Direktur Utama : Christian Kartawijaya
Wakil Direktur Utama : Franciscus Welirang
Direktur Independen : Kuky Permana
Direktur : Hasan Imer
Direktur : Tju Lie Sukanto
Direktur : Ramakanta Bhattacharjeee
Direktur : Troy Dartojo Soputro
Direktur : Benny S. Santoso
Direktur : Juan Francisco Defalque
TINJAUAN PUSTAKA
Semen berasal dari bahasa latin caemamentum yang berarti perekat. Semen adalah
suatu campuran bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat hidrolis, yang bila dicampur
dengan air akan bereaksi dan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat sehingga
dapat mengikat bahan-bahan lain menjadi satuan massa yang padat dan kompak. Sifat
hidrolis inilah yang menjadikan semen sebagai bahan utama dalam kerja konstruksi bangunan
dan sarana fisik lainnya seperti: jalan, bendungan, landasan lapangan terbang dan perumahan.
Fase : Padat
Warna : Coklat kekuningan, kadang sedikit hitam
Spesific gravity : 2,36 g/cm3
Bulk density : 1,45 ton/m3
Ukuran material : 0-30 mm
Titik lebur : 1150oC
Kadar air : 18-25%
Silica modulus (SM) : 3,03
Iron modulus (IM) : 3,19
LimeStone Fraction (LSF) : 0,01
BM : 159,70 gr / mol
1. Gypsum
Gypsum (CaSO4.2H2O) adalah batuan sedimen CaSO4 yang
mengandung dua molekul hidrat yang berfungsi sebagai penghambat
pengerasan awal semen (retarder). Pemakaian gypsum tergantung pada
kandungan C3A, kadar alkali, kualitas gypsum, suhu gypsum, suhu
pengerasan dan masa testing. Penambahan gypsum dilakukan pada
penggilingan akhir (Cement Mill) dengan perbandingan tertentu.
Sifat Fisika Gypsum :
Fase : Padat
Warna : Putih keabuan
Ukuran partikel : 50 mm (min) 156 mm (maks)
Kemurnian : 46, 4 % (berat minimum)
Sifat Kimia Gypsum:
Gypsum dapat melepaskan air hidratnya dengan reaksi :
CaSO4.2H2O CaSO4.1/2 H2O + 3/2 H2O H = 69 kJ
2. Limestone Additive
Limestone Additive merupakan bahan yang mempunyai kandungan
CaO tinggi untuk menyuplai kandungan CaO (free lime) pada clinker agar
semen yang dihasilkan sesuai dengan standar.
3. Trass atau Pozzoland (CaO.Al2O3.3H2O)
Trass diperoleh dengan cara penambangan. Trass adalah bahan aditif
yang memiliki sifat mirip dengan semen. Penggunaan trass pada proses
produksi adalah 20% dari total clinker. Berdasarkan data dari Quality
Control Department (QCD), spesifikasi trass adalah sebagai berikut:
Wujud : padat
Bentuk : butiran
Kenampakan : putih kekuningan
Komposisi : H2O : 20.5%
SiO2 : 41.89%
Al2O2 : 9.38%
Fe2O2 : 1.64%
CaO : 25.79%
MgO : 0.8%
(Sumber : Quality Control Department)
4. Slag
Slag adalah limbah dari industri besi atau biasa disebut dengan biji besi.
Karena mengandung unsur Fe yang tinggi maka slag memiliki struktur yang
lebih keras dibandingkan Trass. Penggunaan slag atau trass dapat dipilih salah
satu karena keduanya memiliki improvement agent strength yang sama.
1. Hidrasi Semen
Hidrasi semen terjadi apabila mineral yang ada dalam semen mulai
kontak dengan air. Adapun yang mempengaruhi reaksi kimia adalah
kehalusan semen, jumlah air yang digunakan, temperature, dan reaksi
kompleks yang terjadi. Reaksi yang terjadi adalah:
a. 2C3S + 6H2O C3S2.H2O + 3Ca(OH)2 (reaksi
cepat)
(tobermorite gel)
b. 2C2S + 6H20 C3S2.3H2O + Ca(OH)2 (reaksi
lambat)
c. C3A + 6H2O C3A.6H2O (sangat cepat)
(calcium aluminat hidrat)
d. C4AF + H20 3CaO.Al2O3.6H20 + 3CaO.Fe2O3.6H2O
(calcium alumina ferrite hidrat)
e. C3A + 3CaSO4.2H2O + 26H2O 6CaO.Al2O3.3SO3.32H2O
(Gypsum) (Ettringite)
2. Panas Hidrasi
Panas yang terjadi selama semen mengalami proses hidrasi disebut
dengan pamas hidrasi. Besarnya panas hidrasi dipengaruhi oleh tipe
semen, komposisi kimia, kehalusan semen, dan rasio air-semen.
Jika semen berkekuatan awal tinggi (High early strength cement) dan
mempunyai panas hidrasi tinggi dipakai sebagai pembentuk beton dapat
mengakibatkan beton mengembang. Hal ini diakibatkan oleh sulitnya
melepaskan panas hidrasi yang timbul selama proses hidrasi berlangsung.
Selanjutnya akan terjadi kontraksi dan akhirnya beton akan retak apabila
proses pendinginan beton diteruskan.
3. Setting dan Hardening
C3A yang bereaksi dengan air membentuk kalsium alumina hidrat
yang berbentuk gel dan cepet kaku. Jika gypsum ditambahkan, maka akan
menghambat dan memperlambat reaksi dengan cara membungkus
permukaan senyawa C3A. tetapi dengan adanya osmosis, lapisan tersebut
akan pecah dan hidrasi berlangsung kembali. Gypsum yang berfungsi
sebagai retarder atau memperlambat reaksi yang berlangsung selama 1-2
jam. Ketika gypsum hampir habis, maka C3S dan sulfat akan saling
mempengaruhi sehingga kecepatan hidrasi bertambah, akibatnya terjadi
pecahnya coating dan pada periode initial set mulai berlangsung.
Ketika hidrasi dari C3S mengakibatkan 3CaO.2SiO2.3H2O (C-S-H) ini
berlangsung, akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang
menghasilkan kekuatan pada tahap berikutnya terjadi peningkatan
konsentrasi dari C-S-H, dan pengerasan mulai steady.
4. Hubungan antara Kekuatan dan Komposisi Semen
Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila kadar C3S di dalam
semen tinggi, maka semen akan mempunyai kekuatan awal yang semakin
tinggi (High Early Strength Cement). Sebaliknya apabila kadar C2S tinggi,
maka semen akan mempunyai kekuatan awal yang tinggi pada waktu yang
lama (Moderate Heat Cement). Kadar C3A di dalam semen hanya sedikit
mempengaruhi perkembangan kekuatan awal, sedangkan pada
perkembangan berikutnya untuk C3A dan C4AF tidak berpengaruh.
5. Kelembaban
Selama penyimpanan atau pengangkutan, semen mudah menyerap uap
air dan karbon dioksida dari udara, khususnya pada musim hujan atau
pada daerah pantai. Semen-semen yang sudah mengalami kelembaban ini
akan menurun kualitasnya antara lain ditandai dengan bertambahnya loss
on ignation, menurunnya specific gravity, terbentuknya gumpalan-
gumpalan, menurunnya kekuatan, bertambahnya waktu setting dan
hardening, dan berkembangnta kesalahan bentuk. Oleh karena itu
disarankan untuk menyimpan semen tidak lebih dari satu bulan setelah
beli.
6. Penyusutan (Shrinkage)
Penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam campuran beton
terbagi atas 3 macam yaitu: hidration shrinkage, drying shrinkage, dan
carbonation shrinkage. Diantara ketiga penyusutan diatas, tegangan yang
dihasilkan dari drying shrinkage yang menyebabkan keretakan pada
beton. Drying shrinkage dihasilkan dari penguapan air dari pasta semen
selama proses setting dan hardening.
Penyusutan dipengaruhi oleh factor-faktor lain seperti kadar C3A yang
terlalu tinggi atau semen yang terlalu halus. Untuk mengatasi hal tersebut,
kadar gypsum dalam semen harus tinggi.
7. Daya Tahan terhadap Asam Sulfat
Senyawa sulfat yang terdapat dalam air laut atau air tanah dapat
menyerang beton. Mineral C3A dapat bereaksi dengan sulfat membentuk
high calcium sulfoaminate hydrat (3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O). hal ini
menyebabkan bertambahnya jumlah air Kristal dalam mineral C 3A yang
menyebabkan ekspansi volume dan akhirnya menyebabkan retak pada
beton. Oleh karena itu semen yang dipakai di pelabuhan harus mempunyai
kadar C3A yang rendah. Reaksi yang terjadi adalah:
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Ca(OH)2 + MgSO4 + 2H2O CaSO4.2H2O + Mg(OH)2
3. Kelenturan (Soundness)
Menurut Rudi Pringadi, 1995 kelenturan digunakan untuk
mengontrol agar tidak terjadi pemuaian atau penyusutan yang dapat
merusak konstruksi. Ekspansi semen tergantung pada kandungan CaO
bebas, MgO, Na2O, dan K2O. Untuk Ordinary semen, kandungan tersebut
dibatasi masing-masing : MgO maksimum 5%, SO3 maksimum 3,5%,
total alkali maksimum 0,6% dan free lime (CaO bebas) maksimum 1 %.
3. Temperatur
4. Ratio Air Semen
5. Homogenitas semen
6. Cara pengerjaan (pengadukan, pengecoran)
7. Cara pengeringan
6. Pengikatan Semu (False Set)
Menurut Rudi Pringadi, 1995 false set terjadi apabila adonan
mengeras dalam waktu singkat. False set dapat dihindari dengan
melindungi semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali karbonat
tidak terbentuk dari alkali dalam semen dan CO2 dari udara. Selain itu
jumlah gypsum yang ditambahkan harus cukup jumlahnya dan belum
terhidrasi.
7. Hidrasi Semen
Hidrasi semen adalah reaksi antara komponen - komponen semen
dengan air. Untuk mengenal hidrasi semen harus mengenal hidrasi dari
senyawa yang terkandung pada semen (C3S, C2S, C3A dan C4AF).
1. Hidrasi Kalsium Silikat (C3S dan C2S)
Kalsium silikat didalam air akan terhidrolisa menjadi Kalsium
Hidroksida Ca(OH)2 dan Kalsium Silikat Hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O)
pada suhu 30 0C.
2 (3CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2 (2CaO.SiO2) + 4 H2O 2CaO.2SiO2.2H2O + 2Ca(OH)2
Kalsium Silikat Hidrat (CSH) adalah kristal yang belum
sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering disebut
Tubermorite Gel. Adanya Kalsium Hidroksida akan membuat pasta
semen bersifat basa kuat (pH = 12,5) hal ini dapat menyebabkan pasta
semen sensitif terhadap asam kuat tetapi dapat mencegah baja
mengalami korosif.
a. Hidrasi C3A
Hidrasi C3A dengan air yang berlebih pada suhu 30 0C akan
menghasilkan Kalsium Alumina Hidrat (3CaO.Al2O3.3H2O) yang
mana kristalnya berbentuk kubus, didalam semen karena adanya
gypsum maka hasil hidrasi C3A agak berbeda. Mula - mula C3A
bereaksi dengan gypsum menghasilkan Sulfo Aluminate yang mana
kristalnya berbentuk jarum dan biasa disebut Ettringite namun
pada akhirnya semua baru terbentuk Kalsium Aluminate Hidrat
(CAH).
Hidrasi C3A tanpa gypsum
3CaO.Al2O3 + 6 H2O 3CaO.Al2O3.6H2O
Hidrasi C3A dengan gypsum
3CaO.Al2O3+3CaSO4+32H2O 3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk
menunda pengikatan, hal ini disebabkan karena terbentuknya
lapisan ettringite pada permukaan - permukaan kristal C3A
sehingga dapat menunda hidrasi C3A.
b. Hidrasi C4AF
Pada tahap awal C4AF bereaksi dengan kalsium hidroksida
membentuk kalsium aluminate hidrat dan kalsium ferrit hidrat
yang kristalnya berbentuk jarum. Pada tahap berikutnya C4AF
bereaksi dengan gypsum membentuk kalsium sulfo aluminate ferrit
hidrat.
4CaO.Al2O3.Fe2O3+2Ca(OH)2+10H2OCaO.Al2O3.6H2O+3CaO.
Fe2O3.6H2O
4CaO.Al2O3.Fe2O3+3CaSO4+32H2O3CaO.Al2O3.Fe2O3.3CaSO4
.32H2O
9. Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen
mengalami proses hidrasi. Jumlah panas hidrasi yang terjadi tergantung
pada tipe semen, komposisi kimianya, kehalusan semen dan perbandingan
antara air dan semen. Semen dengan kekerasan awal tinggi dan panas
hidrasi besar kemungkinan terjadi retak-retak pada beton, hal ini
disebabkan phospor yang timbul sukar dihilangkan sehingga terjadi
pemuaian pada proses pendinginan.
Pada umumnya panas hidrasi dari high early strength cement
adalah yang paling tinggi dan moderate heat cement mempunyai panas
hidrasi yang paling rendah. Sedangkan Ordinary cement terdapat diantara
keduanya. Pada komposisi kimia semen, yang menghasilkan panas hidrasi
terbesar adalah C3A dan terkecil adalah C3S.
10. Kelembaban
Menurut Walter H. Duda, 1985 selama penyimpanan dan
pengangkutan, semen mempunyai sifat mudah menyerap air dan karbon
dioksida dari udara, terutama pada musim hujan atau pada daerah pantai.
Kelembaban semen ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas semen
yang ditandai dengan:
1. Insoluble Residu
Modulus-Modulus Semen
Untuk AM < 0,64 maka CaO maks = 2,8 SiO2 + 1,1 Al2O3 + 0,7 Fe2O3
Untuk AM > 0,64 maka CaO maks = 2,8 SiO2 + 1,65 Al2O3 + 0,35
Fe2O3
Gypsum
Total alkali yang diperbolehkan adalah: Na2O + 0,656 K2O < 0,6 %.
Hasil reaksi membentuk alkali silika gel yang dapat menyebabkan
ekspansi dan menimbulkan keretakan. Makin tinggi kandungan alkali
akan berakibat :
2.5. Produk
SiO2Al2 17 25 MgO 6
O3 38 SO3 2,3
Gambar 2. 4 OPC
DESKRIPSI PROSES
Penggilingan
Pembakaran tepung baku dan pendinginan klinker
batubara
(burning and cooling)
(coal mill)
3.2.2 Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Raw Mill Unit)
Unit raw mill pada plant 3 dan 4 memiliki perbedaan pada masing
masing plant untuk pengolahan bahan bakunya.
Limestone,
Sandy Clay, Mix Rotary Cyclone
Clay Koreksi, Dryer
Iron Material
Legend :
Aliran Material
Blending Storage
Aliran Gas/Udara Silo Silo
Aliran Debu
Udara
Gambar 3. 2 Block Flow Diagram Unit Raw Mill P-3
Limestone, sandy clay, clay koreksi dan iron material masuk ke dalam
mix rotary dryer. Dryer ini dialiri gas panas yang berasal dari suspension
preheater (SP) pada unit kiln dan aliran gas panas searah (co-current) arah
material. Temperatur gas masuk dryer sebesar 290 340 C dan keluar pada
temperatur 40 90 C. Dari dryer, material halus (debu) masuk ke cyclone. Di
cyclon, material yang sangat halus akan ikut terhisap ke electrostatic
precipitator (EP) sebagai produk EP dan bergabung dengan produk raw mill
ke raw meal silo menggunakan alat transportasi air slide dan air lift.
Plant 3 memiliki 2 raw meal silo yang masing masing dibagi menjadi
2 bagian . Bagian atas disebut blending silo dan bagian bawah disebut storage
silo. Di blending siloo terjadi proses homogenisasi dengan cara
menghembuskan udara dari bawah. Produk yang sudah homogen selanjutnya
dimasukkan ke dalam storage silo melalui air slide.
Limestone Gas panas dari SP
Gas Buang
Tailing
Legend :
Aliran Material
Blending Storage
Silo Silo
Aliran Gas/Udara
Udara
Gambar 3.3 menunjukkan diagram alir proses unit raw mill plant 4.
Pada plant 4, tidak semua bahan baku yang mengalami proses pengeringan di
dryer. Hanya clay koreksi dan sandy clay yang memasuki rotary dryer yang
dialiri oleh gas panas dari SP dengan arah aliran gas panas searah aliran
material. Material halus (debu) dari dryer langsung masuk ke EP. Keduanya
memasuki dryer secara bergantian lalu masuk ke dalam masing masing
hopper.
Proses unit kiln secara keseluruhan pada plant 3 sama dengan plant 4.
Perbedaannya hanya pada alat grate cooler saja.
Gas Buang
Terrtiary
Air
Grate EP
Cooler
Legend :
Aliran Material
Umpan kiln dari blending silo dialirkan dengan air slide dan bucket
elevator masuk ke feed tank dan dengan air lift dialirkan ke suspension
preheater lewat weighing feeder agar alirannya konstan. SP terdiri dari cyclone
cyclone yang dihubungkan satu sama lain secara bertingkat. Untuk plant 3
dan 4 terdiri dari empat tingkat masing masingnya, yaitu :
CaCO3CaO +CO2
o
600-800 C Penguraian karbonat MgCO3MgO +CO2
Dekomposisi limestone
(penguraian karbonat).
CaCO3 CaO + CO2
600-1000 oC Pembentukan CS CaO + SiO2 CaO. SiO2
CaO + Al2O3 CaO. Al2O3
Pembentukan CA
Cement Mill
Gas Buang
Tailing
Circulation Cyclon
Air Fan
Produk
Aliran Debu
Gambar 3. 5 Block Flow Diagram Finish Mill Unit Plant 3-4
Material yang keluar dari cement mill diangkut dengan bucket elevator.
Material dengan densitas yang tinggi masuk ke dynamic separator. Sedangkan
material dengan densitas yang rendah dihisap oleh separator fan masuk ke bag
filter. Disini terjadi pemisahan lanjutan antara debu dan gas. Gas buang keluar
melalui chimney. Debu dan produk ini jatuh ke screw conveyor kemudian
bersama dengan produk keluaran dynamic separator ditransportasikan
menggunakan air slide. Transportasi kemudian dilanjutkan dengan air lift
menuju cement silo.
Dalam Dynamic separator terjadi dua gaya yaitu gaya sentrifugal dan
gravitasi. Produk yang masih kasar masuk kembali ke cement mill sebagai
tailing. Setelah dari separator, material masuk ke siklon untuk memisahkan
material dengan padatan. Produk yang halus (dengan densitas rendah) masuk
ke dalam bag filter untuk dipisahkan antara material yang halus dan gas. Gas
dibuang melalui cerobong (Chimney). Pada plant 3 Dynamic separator
merupakan Dynamic separator generasi ke dua sementara pada plant 4
Dynamic separator yang digunakan adalah generasi ketiga.
Pada plant 3 semen disimpan dalam tiga buah cement silo sementara
pada plant 4 semen disimpan dalam dua buah cement silo. Semen dari silo
dibawa ke bagian pengepakan (packing) dengan menggunakan air sliding
conveyor dan bucket elevator. Dari bucket elevator, semen dilewatkan ke
vibrating screen untuk memisahkan material asing yang terdapat didalam
semen. Lalu semen dimasukan ke dalam feed bin dan dikeluarkan melalui
mesin pengepakan. Mesin pengepakan yang digunakan pada plant 3 ini adalah
Static in Line Packer. Sementara pada plant 4 mesin pengepakannya
menggunakan Rotary Packer. Di mesin pengepakan ini semen dikemas dalam
paper bag dimana setiap paper bag memiliki berat netto 40 atau 50 kg. Semen
juga dikemas dengan ukuran besar (big bag) dengan berat 1 ton.
Dari hopper, raw coal diangkut dengan belt feeder dan belt conveyor
menuju coal storage. Pada storage biasanya terjadi proses homogenisasi. Coal
dilewatkan pada tripper yang mengatur penyebaran di storage hingga
membentuk pile-pile (gunungan). Untuk pengambilan coal digunakan
reclaimer dan scrapper. Dari scrapper coal diangkut dengan belt conveyor
menuju vibrating screen. Sebelum sampai ke vibrating screen, raw coal
melewati iron separator yang menangkap benda-benda asing (khususnya yang
bersifat logam) yang terbawa raw coal. Vibrating screen berfungsi untuk
menahan coal yang berukuran besar (>50 mm) yang kemudian akan
dihancurkan dengan hammer crusher. Sedangkan raw coal yang berukuran
kecil akan diteruskan oleh belt conveyor masuk raw coal bin/hopper raw coal.
Sebelum masuk vertical roller mill material melewati triple gate feeder
hydraulic pump yang berfungsi untuk mencegah masuknya udara luar. Pada
coal mill terjadi proses pengeringan, penggilingan dan pemisahan.
Batubara masuk keatas bagian atas coal mill sementara dari bagian
bawah coal mill mengalir aliran gas panas dari header. Terjadi proses
pengeringan dengan gas panas dan penggilingan dengan roll penggiling.
Batubara yang tergiling terlempar dari meja giling dan terbawa gas panas
masuk ke separator dengan hisapan mill fan. Batubara dikeringkan dan
dihaluskan sampai kehalusan 90 mikron dan 200 mikron. Tingkat kehalusan
dapat diatur dengan mengatur kecepatan putar blade yang digerakkan oleh
motor. Serbuk batubara yang kasar akan dikembalikan ke meja giling untuk
digiling kembali sedangkan yang halus bersama gas panas keluar dari bagian
atas mill menuju ke separator.
Pada siklon separator terjadi pemisahan antara gas panas dan fine coal.
Gas panas akan dialirkkan ke dust collector (bag filter) untuk menangkap debu
coal yang mungkin ikut dalam aliran gas. Debu coal akan tertahan pada bag
filter yang secara periodik akan ditembakkan dengan angin kejut sehingga
jatuh ke screw conveyor dan bergabung dengan fine coal dari siklon separator
dipipa menuju ke fine coal bin. Pada fine coal bin terdapat load cell yang
berguna ntuk menimbang berat fine coal bin.
1. Pembakaran di kiln
2. Permbakaran di SP line 1
3. Pembakaran di Sp line 2
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
Keterangan gambar :
1. Material masuk
2. Belt Conveyor
3. Roller
4. Material keluar
Cara kerja :
Batu kapur diumpankan lewat hopper masuk melalui bagian atas dan
diangkut oleh belt conveyor untuk masuk ke antara dua pemukul yang
berputar ke arah satu sama lain yang digerakkan oleh rotor. Batu kapur ini
selanjutnya dipukul atau dipecah oleh hammer. Material yang sudah tergiling
akan jatuh dan diangkut oleh belt conveyor ke storage.
Keterangan gambar :
1. Material masuk
2. Roller bergerigi
3. Material keluar
Gambar 4. 2 Double Roll Crusher
Cara Kerja :
Pasir silika atau tanah liat yang ditampung dalam hopper masuk ke
dalam crusher melalui bagian atas, dan kemudian material terjepit di kedua
roll itu dan kemudian pecah karena kompresi dan jatuh ke bawah. Kedua
roll itu berputar ke arah satu sama lain dengan kecepatan yang sama.
Permukaan roll agak sempit, sedangkan diameternya agak besar. Kapasitas
mesin dan ukuran partikel tergantung pada besarnya jarak antara kedua roll.
Material yang sudah halus kemudian diangkut oleh belt conveyor ke storage.
4.1.2 Raw Mill Unit
Cara Kerja :
Jumlah : 1 unit
Jumlah ruangan :1
Prinsip Kerja :
Cara kerja :
3. Air Separator
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 90 ton/jam
Diameter : 7,8 m
Prinsip kerja :
4. Cyclone
Fungsi : Untuk memisahkan material halus yang
terbawa oleh aliran gas
Diameter : 5000 nm
Blending silo
Jumlah : 2 unit
Diameter : 15 m
Tinggi : 18 m
Prinsip kerja :
Cara kerja :
Jumlah : 2 unit
Diameter : 15 m
Tinggi : 32 m
(Quality System Document File, Machine Data Card Raw Mill Plant 3)
2. Rotary Dryer
Tipe : Citroen type H2H.886
Kapasitas : 44 ton/jam material kering
Prinsip kerja : Co-current
Panjang : 16 m
Diameter :3m
Tebal : 20 mm
Kemiringan : 30
Speed : 2,85 rpm
Daya motor : 60 kW
Daya : 50 kW
4. Electrostatic Precipitation
Tipe : Horizontal flow, HP 60-9-8/8/8
Volume gas : 387900 m3/jam
Suhu : 150 oC
Dew point : 55 oC
(Quality System Document File, Machine Data Card Raw Mill Plant 4)
4.1.3 Unit Kiln
1. Feed Tank
Fungsi : Sebagai tangki intermediate yang mengatur aliran ke
suspension preheater.
Jumlah :2
Diameter :4m
Tinggi :5m
Volume : 60 m2
2. Suspension Preheater
Keterangan :
C1 : siklon 1
C2 : siklon 2
C3 : siklon 3
C4 : siklon 4
3. Rotary Kiln
Keterangan :
Panjang : 70 m
Prinsip kerja :
Cara Kerja :
Cooling zone
Panjang : 1,2 m
Sintering zone
Panjang : 32 m
Transition zone
Panjang: : 10 m
Calcinating zone
Panjang: : 15 m
Conical Inlet
Panjang: : 1,5 m
Type : Castable
Clinker panas yang dihasilkan mempunyai suhu kira-kira 12400C
kemudian mengalami proses pendinginan lebih lanjut dalam Grate
Coller.
4. Grate Cooler
Panjang grate : 30 m
Jumlah : 1 buah
Prinsip kerja :
Cara kerja :
Cara kerja alat ini dimulai dengan masuknya clinker pada suhu
12000C dari Rotary Kiln ke dalam Cooling Grate. Clinker dalam Cooling
Grate akan mengalami pendinginan secara mendadak sampai suhu 1200C
oleh hembusan udara pendingin yang berasal dari Cooling Fan. Adanya
gerakan maju mundur dari Cooling Grate akan menyebabkan clinker
dengan ukuran lebih dari 5 cm terdorong dan bergerak menuju ke Hammer
Crusher untuk dihancurkan menjadi clinker yang berukuran 2 cm. Clinker
yang agak halus akan jatuh menembus lubang-lubang kecil pada Grate
kemudian dibawa oleh Apron Conveyor.
5. Clinker Silo
Gambar 4. 10 Clinker Silo
Fungsi : Tempat penampungan clinker setelah melewati
Diameter : 22 m
Tinggi : 33 m
Jumlah : 2 unit
1. Finish Mill
1. Inlet 5. Saringan
2. Steel ball ukuran besar 6. Outlet
3. Steel ball ukuran kecil 7. Sekat diafragma
4. Water spray
Gambar 4. 11 Finish Mill
Kapasitas : 80 ton/jam
Jumlah ruangan : 2
Daya : 2790 kW
Prinsip kerja :
Finish Mill yang digunakan adalah tipe Ball Mill yang terbuat dari
plat baja berbentuk silinder horisontal, dimana didalamnya dilapisi oleh
liner yang terbuat dari baja tuang yang dipasang menempel pada dinding.
Cara kerja :
Umpan yang berupa clinker dan gypsum masuk ke Finish Mill
melalui Feed Chute. Karena perputaran mill maka akan menyebabkan
gerakan pada bola-bola baja dan material. Oleh adanya tumbukan dan
gesekan antara bola-bola baja dan material maka material akan mengalami
penghancuran dan penghalusan.
2. Air Separator
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 80 ton/jam
Diameter : 4,2 m
Prinsip kerja :
3. Cement Silo
Gambar 4. 13 Cement Silo
Fungsi : Tempat penampungan yang berasal dari finish mill
Diameter : 22 m
Tinggi : 37 m
Jumlah : 5 unit
1. Vibrating Screen
Jumlah : 4 unit
Screening surface : 1200 x 3000 mm
Mesh : 4 mm
Kemiringan : 6o
2. Pre Bin
Fungsi : Menampung semen yang telah melewati vibrating
screen
Jumlah :4
Tinggi :5m
Cara kerja :
Sistem bekerja dengan bantua angin. Rotary packer berputar searah
jarum jam. Di rotary packer terdapat 8 lubang pengisian yang nantinya bila
kantong masuk dalam lubang, maka secara otomatis bag clamp akan
menjepit kantong sehingg kantong tidak akan bergerak. Sensor load cell
akan mendeteksi berat kantong semen. Bila sudah penuh maka secara
otomatis kantong akan lepas dari lubang pengisian dan terdorong jatuh ke
belt conveyor.
Model : LM 23-20
Jumlah : 1 buah
- ukuran : maks. 50 mm
Cara kerja :
3. Triple gate
Tipe : Triple gate feeder hydraulic pump
1. Bucket Elevator
Gambar 4. 16 Bucket Elevator
Panjang lintasan : 25 m
Tinggi bucket : 60 mm
Daya motor : 55 kW
Prinsip kerja :
2. Apron Conveyor
Gambar 4. 17 Apron Conveyor
Tipe : Inclined
Kapasitas : 50 ton/jam
Lebar : 1,8 m
Daya motor : 37 kW
Prinsip kerja :
Conveyor ini terdiri dari pan dengan posisi miring ke atas,
membawa material naik ke tempat yang agak lebih tinggi yang tidak bisa
3. Belt Conveyor
Gambar 4. 18 Belt Conveyor
Daya motor : 22 kW
Prinsip kerja :
Material yang akan diangkut, diletakkan di atas roller/ban berjalan
dan sabuk/belt yang terbuat dari bahan fleksibel, kuat dan tahan gesek.
4. Screw Conveyor
Gambar 4. 19 Screw Conveyor
Kapasitas : 10 ton/jam
Panjang screw : 25 m
Daya motor : 30 kW
Prinsip kerja :
Conveyor ini terdiri dari shaft yang dipasang seperti screw blade dan
digerakkan oleh motor. Dengan adanya gerakan dari screw blade ini akan
memindahkan material ke tempat yang diinginkan. Pengangkutan ini
berlangsung dalam arah horizontal dan dalam ruang tertutup.
5. Air Slide
Gambar 4. 20 Air Slide
Jarak pengangkutan : 30 m
Lebar : 500 mm
Sudut inclinasi : 8o
Prinsip kerja :
6. Air Lift
Fungsi : Untuk memindahkan dan mengangkat material
Prinsip kerja :
Unit ini terdiri dari pembangkit udara tekan, hopper untuk pengisian
material, pipa pemindah yang berbentuk silinder dan expantion vessel.
Material diangkat oleh udara bertekanan tinggi dari blower dialirkan
melalui pipa ke system noozle pada bagian bawah hopper. Material akan
terfluidisasi sehiingga akan bergerak ke atas naik bersama udara. Ujung
pipa dihubungkan dengan vessel ekspansi yang terdiri dari material
deflection dan expantion space yang dihubungkan dengan dust collector
sehingga dapat memisahkan material dengan udara. Selain itu terdapat
juga non return valve yang berfungsi sebagai proteksi terhadap masuknya
material ke dalam sistem pipa udara, khususnya terhadap gangguan arus
listrik pada blower.
Kapasitas : 38 ton//jam
Arragement : Horizontal
1. Dust Collector
3 4
5
7 6
2
9
10
11
Keterangan :
Luas filter : 80 m2
Cara Kerja
Debu yang dihisap dari sistem akan ditahan oleh bag fiter bagian
luar. Untuk melepaskan debu dari bag filter digunakan sistem
penembakan udara bertekanan tinggi atau angin kejut. Angin kejut ini
berasal dari kompressor dan diatur oleh valve selenoid yang dirangkai
secara elektrik. Biasanya tekanan udara 6 atm, pengaturannya pada
regulator. Umumnya dilengkapi dengan filter udara agar anginnya tetap
kering. Angin yang tekanannya sudah jatuh ini masuk ke dalam valve
diagraphm. Di dalamnya terdapat dua membran yang kerjanya
dihubungkan valve selenoid yang diatur secara elektrik. Penembakan ini
berguna untuk melepaskan debu yang tertempel pada bag filter.
2. Electrostatic Precipitator
1 5
2
6
8 8
Keterangan :
Daya : 893 kW
Tipe : HP 48-9-8/8
Efisiensi : 99.8%
Direct operation
Temperatur : 150 oC
Compound operation
Kiln Unit
Jumlah :1
Efisiensi : 99,8%
Jumlah chamber : 3
Efisiensi : 99,8%
Jumlah chamber : 3
Cara kerja
Cara kerja
Material diletakkan di atas belt yang berjalan. Pada tempat tertentu akan
dipasang timbangan. Dari hasil penimbangan tersebut akan diatur kecepatan
motor penggerak belt sehingga setiap saat akan didapat kecepatan alir material
yang konstan sesuai kebutuhan.
1. Weighng Feeder Raw Mill Unit 3/4
Fungsi : Menimbang material yang keluar dari hopper sebelum
dibawa ke raw mill agar didapat laju material yang
konstan
Tipe : Belt Type Constant Feeder
Kapasitas : 30 -150 ton/jam
Lebar : 1,2 m
Panjang : 3,8 m
Elektrik motor : 11 kW
1. Scrapper Reclaimer
Gambar 4. 24 Reclaimer
Panjang scrapping : 19 m
UTILITAS
Utilitas di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terdiri dari beberapa unit yang
mempunyai tugas menyuplai barang-barang yang dibutuhkan dalam suatu produksi
sehingga dapat mendukung kelancaran produksi tersebut. Utilitas yang terdapat di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.terbagi atas :
Air tanah ini berasal dari 11 buah sumur dalam (depp well) yang terdapat di
komplek pabrik dengan kapasitas rata-rata sebesar 200 liter/menit tiap
sumurnya. Pangambilan air tanah dilakukan dengan cara mengebor tanah hingga
kedalaman 40-60 meter dengan diameter 22 inchi. Casing yang digunakan
adalah pipa dengan diameter kurang dari 22 inchi yang dibawahnya dipasang
penyaring yang berfungsi agar kotoran tidak terhisap bersama air sedangkan
pada ujung atas pipa dipasang pompa. Air kemudian melalui filter rock dan
disaring dengan pipa penyaring. Air yang telah disaring tersebut kemudian
dialirkan ke bak penampung. Penggunaan air tanah hanya terbatas untuk
kepentingan perumahan dan poliklinik yang setiap harinya sekitar 6000 liter.
Meskipun demikian, air tanah yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik
air bersih seperti yang tercantum dalam Tabel. berikut :
Air permukaan yang diambil adalah air sungai yang mengalir dibelakang
pabrik yaitu sungai Cileungsi..Kemudian diolah di Instalasi Water Treatment
(IWT) sebelum didistribusikan ke pemakai yang 85 persen diantaranya
digunakan untuk air pendingin yang syarat baku mutunya dapat dilihat pada
tabel 45. Air tersebut ditampung pada bak sirkulasi yang sekaligus berfungsi
sebagai bak cadangan yang berada pada tiap plant. Untuk merawat kalkulasi
kualitas air pendingin agar tetap terjaga optimum maka dilakukan secondary
treatment, yaitu :
Memberi tambahan klor, corrosion, dan scale inhibitor
Blow down dan pembersihan bak secara periodic
Parameter Keterangan
A. FISIKA
1. Warna Keruh
2. Bau
Amis
3. Rasa
4. pH Asin
5. Kekeruhan 7 8,5
6. Total Padatan
20 ppm
B. KIMIA 1200 mg/lt
1. Air Raksa
0,002 mg/lt
2. Aluminium
3. Besi 0,3 mg/lt
4. Kesadahan 0,4 mg/lt
5. Klorida
600 mg/lt
6. Natrium
7. Perak 300 mg/lt
0,05 mg/lt
5 mg/lt
Sedangkan syarat baku mutu air pendingin yang baik dapat dilihat pada
Tabel 5.3. berikut :
1. Pengolahan Pendahuluan
Sebelum mengalami proses pengolahan, air dari sungai Cileungsi
harus mengalami pembersihan awal agar proses selanjutnya dapat
berlangsung dengan lancar. Air dilewatkan trash screen untuk memisahkan
kotoran berukuran besar kemudian dipompakan ke bak pengendap yang
dilengkapi pengaduk.
2. Pengolahan Pertama
Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat yang
masih terikut dari pengolahan pendahuluan dengan cara pengendapan
(sedimentasi) dan atau pengapungan. Setelah diendapkan, air dipompakan
ke dalam tiga unit alat penyaring (clarrifier) yang alirannya telah diatur oleh
distributor. Bahan-bahan kimia yang ditambahkan adalah sebagai berikut :
HOCl OCl- + H+
3. Pengolahan Kedua
Proses yang utama pada pengolahan kedua ini adalah penyaringan,
tujuannya untuk menyaring debu-debu halus yang masih lolos dengan
menggunakan sand filter yang terdiri dari antrasit, pasir, dan kerikil sebagai
media penyaring.
Pengolahan ini mempunyai 2 unit penyaring yang masing-masing
terdiri dari 3 silinder yang mempunyai ukuran dan dimensi media yang
berbeda-beda sesuai dengan kualitas air yang diinginkan. Air yang telah
disaring, ditampung dalam bak penampung air.Untuk menjaga pH air maka
ditambahkan NaOH (Caustic Soda).
4. Pengolahan Lanjutan
Pengolahan lanjutan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa debu
yang tidak terendapkan di proses sebelumnya. Selain itu proses ini juga
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme pengganggu di dalam air
proses. Bahan kimia yang ditambahkan di dalam proses ini adalah :
Power station I dan power station II bekerja secara paralel untuk saling
menunjang selama produksi 24 jam. Kebutuhan listrik digunakan untuk keperluan
penerangan gedung, pendingin ruangan, pompa blower, pengisi baterai, fan,
penggerak alat-alat pendukung, menyuplai peralatan bantu dan sebagainya.
1. Diesel
3. Turbin Gas
Bahan bakar yang digunakan oleh turbin gas adalah gas bertekanan
(compress natural gas) dengan tekanan 700 psi. Gas dari Pertamina hanya
mencapai 200 psi sehingga tekanan perlu dinaikkan dengan menggunakan
kompressor gas. Prinsip kerja dari turbin gas ini adalah penempatan dan
pengaliran udara yang kontinyu sehingga kompressor terus bekerja dan
menghasilkan udara.
Meskipun PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. memproduksi listrik
sendiri, perusahaan tetap bekerjasama dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara)
untuk menyuplai listriknya sebesar 60 MW yang disalurkan ke pabrik melalui
sistem interconnection dari gardu induk citeureup, kemudian melalui saluran
transmisi kapasitas 32 MW dialirkan menuju Plant produksi.
Udara Primer
Udara primer adalah semua udara yang masuk Rotary Kiln melalui
Burner Gun yang berasal dari Primary Air Fan dan transportasi Blower
batubara. Udara primer ini digunakan untuk pembakaran di Rotary Kiln.
Temperatur udara primer dipengaruhi oleh temperatur batubara yang sedang
ditransfer ke dalam Rotary Kiln antara 34o 35o C. Besarnya udara primer
sekitar 10 18 persen dari total udara yang diperlukan untuk pembakaran di
Rotary Kiln. Kapasitas blower untuk penyediaan udara primer di plant 4
sendiri sebesar 8700 m3/jam.
Udara Sekunder
Udara sekunder adalah udara yang ditarik ke dalam Rotary Kiln dari
Cooler sebesar. Udara tersebut merupakan udara yang digunakan untuk
pembakaran di Rotary Kiln. Pemakaian udara sekunder ini sangat efektif untuk
proses pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi yaitu 800 900o C.
Pemakaian batubara akan lebih hemat dengan adanya temperatur tinggi.
Udara Tersier
Udara tersier adalah udara yang ditarik ke dalam Suspension Preheater
dari Cooler, dimana udara tersebut digunakan untuk membantu pemanasan di
Suspension Preheater. Pemakian udara tersier ini sangat efektif untuk proses
pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi. Temperatur udara tersier ini
sebesar 700 oC.
Untuk udara sekunder dan dan tersier merupakan udara yang digunakan
kembali dari cooler yang disuplai dari 5 buah fan. Dengan kapasitas sebagai
berikut:
1. Solar
Solar digunakan untuk bahan bakar alat-alat trasportasi, seperti truck, alat
berat dan kendaraan operasional pabrik. Bahan bakar ini langsung dibeli dari
Pertamina. Solar dikirim ke pabrik dengan menggunakan truck yang kemudian
ditampung dalam tempat pengisian solar.
2. Oil
Oil yang biasa digunakan adalah IDO (Industrial Diesel Oil) yang berasal
dari penyulingan minyak bumi. IDO digunakan sebagai bahan bakar untuk jenis
pembangkit listrik diesel power station dan juga untuk pemanasan awal di Rotary
Kiln. Kebutuhannya mencapai 400 liter/jam untuk tiap diesel. Spesifikasi IDO:
- HV : 8000-9000 kkal/kg
- ash : 0%
- sulfur : 1-2%
3. Batubara
Batubara yang digunakan untuk bahan bakar pada Kiln khususnya pada
plant 4 memiliki nilai kalor 6765 kcal/kgoC, dengan komposisi C 65,28 % ; H2
5,22% ; N2 1,02% ; O2 25,38% ; S 0,15% ; H2O 13,68% ; Ash 2,42%.
5.5. Unit Pembuatan Kantong Semen
Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, unit pembuatan kantong semen
merupakan divisi tersendiri. Paper Bag Divition (PBD) yang telah membuat kantong
khusus untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan kantong semen yaitu:
1. Kertas
Jenis kertas yang digunakan untuk pembuatan semen adalah jenis kertas
regular kraft dan kertas extensible kraft
2. Lem
Jenis benang yang dipakai adalah benang polyester fibred dan benang
polypropylene multifilament. Benang yang dipilih adalah warna putih untuk semen
Portland dan warna merah untuk semen putih.
4. Tinta
5. Filler Cord
Pabrik semen merupakan pabrik yang unik dalam hal penanganan debu,
baik dari sisi dalam pabrik maupun sisi luar pabrik, semua menghendaki emisi
debu seminimal mungkin. Dari pihak pabrik debu identik dengan uang,
sehingga makin banyak debu yang keluar makin besar pula uang yang hilang,
sehingga dust emission treatment operasi yang menghasilkan keuntungan.
1. Electrostatic Precipitator
Electrostatic Precipitator memanfaatkan tenaga elektrostatik untuk
memisahkan partikel debu dari gas yang akan dibersihkan. Electrostatic
Precipitator secara umum memiliki komponen mekanisme yang terdiri
dari:
Treatment Zone
Treatment zone merupakan daerah dimana terjadi peristiwa :
Komponen-komponen structural
Komponen EP yang termasuk komponen structural ialah
frame elektroda pelepasan muatan bagian bawah, frame pelepas
elektroda muatan bagian atas dan system penyangga plat housing.
Elektroda pelepas muatan disangga pada kedua sisi (atas dan
bawah) oleh frame yang tujuannya untuk mencegah terjadinya
busur api, kerusakan elektroda dan menghindari jatuhnya pemberat
kedalam hopper bila kawat elektroda putus, system penyangga
plate housing memiliki fungsi untuk memperkuat dinding EP.
Komponen penting lain
Komponen tersebut diantaranya isolator, purge air system,
rapper, hammer, dan anvil serta rapping controller. Isolator
merupakan komponen yang memisahkan tegangan tinggi,
komponen purge air yang bertugas mengalirkan debu dan uap air
di compartement. Ropper merupakan alat yang digunakan untuk
menghasilkan getaran mekanis sehingga dapat memindahkan debu
dari bagian internal EP. Hammer (palu) dipasang pada sebuah
poros untuk merontokan debu, poros diputar oleh motor sehingga
menyebabkan hammer menghantam anvil yang terhubung ke plat-
plat pengumpul maupun frame tegangan tinggi. Rapping controller
merupakan sistem kendali yang memudahkan tenaga operator
dalam pengoperasian sistem rapper, operator dapat mengatur
urutan perontokan, frekuensi pemukulan, system kendali yang
sering digunakan adalah PLC (Programmable Logic Controller).
Berikut akan dijelaskan mengenai cara kerja alat Filter Deduster (Dust
Collector):
Udara yang mengandung debu dihisap oleh fan yang diletakkan di
ujung dekat bag filter. Sebelum dikeluarkan udara yang mengandung
debu dilewatkan kantong-kantong penangkap debu. Debu akan
menempel pada kantong sedangkan udara bebas dikeluarkan lewat
cerobong. Pengaturan pengeluaran debu dari kantong filter dilakukan
oleh remote cyclic timer secara periodik dan solenoide valve akan
terbuka. Akibat bukaan valve ini maka udara bertekanan akan mengalir
sehingga mampu mengeluarkan debu-debu yang menempel pada
kantong penangkap debu.
5.6.2. Limbah Cair
Limbah gas ini biasanya berasal dari kondisi pembakaran yang tidak
sempurna sehingga menghasilkan gas CO. Kadar CO ini normalnya berada
pada tingkat 0,010,02 persen, kenaikan kadar CO sangat dihindari karena
apabila bereaksi lanjut dengan oksigen akan menimbulkan panas (ledakan).
Selain CO, polutan gas lainnya adalah NOx, N2, SO2, CO2, dan O2 sisa.
Komponen ini terkandung dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan
bakar di dalam rotary kiln. Penangan limbah gas ini sendiri dengan cara
mengatur pembakaran pada operasi di Unit Kiln yaitu dengan cara
menambahkan kapasitas udara pembakaran dengan tujuan untuk memperoleh
intensitas O2 untuk mencapai pembakaran sempurna.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari kegiatan kerja praktik (KP) yang telah dilakukan selama satu bulan di plant 3/4
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Lokasi plant 3/ 4 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di Jl. Mayor Oking Jaya
Atmaja, Citeureup, Bogor.
2. Kapasitas produksi plant 3/ 4 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sebesar 1.1
juta ton per tahun
3. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memproduksi semen jenis Portland
Composite Cement (PCC) di plant 3 dan memproduksi semen jenis Oil Well
Cement di plant 4.
4. Bahan baku yang digunakan adalah batu kapur, tanah liat, pasir silica, pasir besi
dan tambahan gypsum, trass dan limestone corectif.
5. Proses pembuatan semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terbagi
menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku (Mining Unit)
b. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Raw Mill Unit)
c. Pembakaran Tepung Baku dan Penggilingan Clinker (Burning Unit)
d. Penggilingan Akhir (Finish Mill Unit)
e. Pengantongan Semen (Packing Unit)
6. Bahan bakar yang digunakan di plant 3/ 4 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
yaitu Batubara
7. Unit utilitas di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yaitu:
a. Unit pengolahan air (water supply section)
b. Unit pembangkit tenaga listrik
c. Unit penyedia udara tekan
d. Unit pembuatan kantong semen
e. Unit peralatan berat
f. Unit pabrikasi dan perbaikan mesin
g. Unit penyedia bahan bakar
6.2. Saran
1. Disiplin dan kesadaran akan APD (Alat Pelindung Diri) serta keselamatan kerja
perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena hal ini sangat penting untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Dibeberapa tempat masih terlihat penumpukan hasil produksi yang tidak
terangkut dengan baik, sebaiknya tempat-tempat yang rawan kebocoran produk di
lakukan pengecekan secara berkala, atau jika memungkinkan diperbaiki agar
diperoleh hasil produksi maksimal.
3. Penggunaan bahan bakar alternatif seperti serbuk gergaji dan sekam padi sebagai
penganti batu bara harus lebih dioptimalkan dan dikaji kembali sehingga dapat
menurunkan biaya operasional.
4. Perawatan dan pembersihan alat harus lebih intensif lagi, karena kinerja suatu alat
sangat mempengaruhi banyaknya produk yang dihasilkan.