Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
Kehamilan adalah bersatunya antara spermatozoa dengan ovum yang kemudian berlanjut
dengan fase implantasi yang pada normalnya berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan.
Salah satu komplikasi dari kehamilan secara langsung adalah kematian ibu, baik yang terjadi
pada fase kehamilan, nifas, maupun persalinan (Prawirohardjo, 2008). Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada tahun 2012, didapatkan
bahwa angka kematian ibu (AKI) adalah 359 per 100.000 kelahiran. Angka tersebut mengalami
penurunan dibandingkan dengan survei yang diadakan pada tahun 1991, namun terjadi
peningkatan yang tinggi dibandingkan dengan survei yang dilakukan pada tahun 2007 dimana
AKI yang didapatkan pada tahun tersebut adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes
RI, 2014). Bentuk penyebab kematian ibu yang utama dikenal dengan trias klasik yaitu
pendarahan, infeksi, dan gestosis. (Manuaba, 2007). Selain penyebab utama tersebut, terdapat
beberapa faktor lain yang menjadi penyebab dalam kematian ibu di Indonesia dimana salah
satunya adalah kehamilan dengan kekurangan energy kronik (KEK) (Prawirohardjo, 2008).
Kekurangan energi kronik (KEK) adalah kondisi dimana penderita mengalami kekurangan
gizi baik itu kekurangan kalori maupun protein yang telah berlangsung lama. KEK dapat terjadi
pada Wanita Usia Subur (WUS) dan pada ibu hamil. Seorang ibu yang sedang hamil dikatakan
mengalami KEK apabila lingkar lengan atas (LiLA) didapatkan kurang dari 23,5 cm (Depkes,
2002). Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, kualitas rendah atau keduanya. Zat gizi yang
dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
Kondisi ibu hamil dengan KEK dapat membahayakan baik itu pada ibu maupun janin.
Pada ibu, bisa terjadi penurunan kekuatan otot sehingga terjadi gangguan pada proses
persalinan sehingga bias mengakibatkan partus lama dan pendarahan pasca persalinan yang
kemudian akan berkomplikasi mengakibatkan kematian ibu. Sedangkan resiko pada janin yang
disebabkan oleh KEK adalah keguguran, lahir prematur, BBLR, lahir cacat, selain itu KEK
bahkan dapat menyebabkan kematian janin (Wirjatmadi, 2014). Terdapat beberapa faktor
resiko yang menyebabkan ibu hamil mengalami KEK, diantaranya adalah jumlah asupan
makanan, usia ibu hamil, beban kerja/aktivitas, penyakit, pengetahuan ibu tentang gizi,
pendapatan keluarga, perawatan antenatal (Handayani, 2014).
Untuk di Indonesia, dari hasil survey pemantauan gizi (PSG) yang dilakukan pada tahun
2016 mendapatkan presentase ibu hamil dengan KEK dengan angka presentase 16,2%.
Walaupun persentase tersebut telah mencapai target dimana target yang ingin dicapai adalah
dibawah 22,7%, persentase tersebut meningkat dibandingkan survei yang dilakukan pada tahun
2015, dimana persentase yang didapatkan pada tahun tersebut adalah 13,3% (Dirjen Kesehatan
Masyarakat, 2016). Untuk di Puskesmas 1 Gianyar sendiri, terjadi peningkatan prevalensi ibu
hamil dengan KEK tiap tahunnya dari tahun 2014 hingga 2016 dengan persentase masing-
masing tahun adalah 3,08% sebanyak 27 kasus, 3,62% sebanyak 32 kasus, dan 6,30% sebanyak
55 kasus, namun data tersebut telah memenuhi target yang ditentukan. Sedangkan pada tahun
2017, dari 87 ibu hamil yang mengunjungi Puskesmas 1 Gianyar dari bulan Januari 2017
hingga Agustus 2017, didapatkan 47 ibu hamil dengan KEK. Dengan 24 orang merupakan
primigrivida. Sedangkan dari 24 ibu hamil tersebut terdapat 13 orang berumur 20 tahun
kebawah.
Pernikahan dini adalah institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih
remaja dalam satu ikatan keluarga, pernikahan dibawah usia yang seharusnya belum siap untuk
melaksanakan pernikahan. Untuk membina suatu keluarga yang berkualitas dibutuhkan
kematangan fisik dan mental. Bagi pria dianjurkan menikah setelah berumur 25 tahun karena
pada umur tersebut pria dipandang cukup dewasa secara jasmani dan rohani. Wanita dianjurkan
menikah setelah berumur 20 tahun karena pada umur tersebut wanita telah menyelesaikan
pertumbuhan dan rahim melakukan fungsinya secara maksimal (UNICEF, 2011). Terdapat
beberapa resiko kehamilan pada usia muda seperti anemia, kekurangan gizi, hipertensi, dan
Pada wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk
mendapatkan kangker servik (Kusmiran 2011). Sedangkan resiko bagi janin adalah abortus,
kelahiran premature, BBLR, dan mudah terinfeksi (Manuaba, 2010). Dari paparan-paparan
tersebut, perlu dilakukan pencegahan pernikahan dini dimana salah satu caranya adalah
melakukan promosi kesehatan tentang pernikahan dini dan kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai