Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya agama Kristen pada awal abad Masehi secara tidak langsung
mempengaruhi kedudukan filsafat di Barat. Pemikiran-pemikiran para filsuf
mulai dipengaruhi atau bahkan dicampuri oleh pembahasan tentang pandangan
hidup kristiani. Agama Kristen yang ketika itu sedang berkembang, membawa
suatu dimensi baru dalam perjalanan filsafat selanjutnya. Dimensi itu ialah
sebuah masa dimana pembahasan-pembahasan filosofis diarahkan pada
pembicaraan tentang iman kristiani. Dengan kata lain inilah masa yang dikenal
sebagai periode pengkristenan filsafat. Inilah yang dikenal dengan masa
Patristik (masa permulaan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat di Eropa abad permulaan (Patristik)?
2. Bagaimana Sejarah Patristik ?
3. Dibagi menjadi berapakah Filsafat Patristik itu ?
4. Siapa sajakah tokoh-tokoh dalam Fisafat Patristik ?

C. Tujuan Pembahasan
1 Untuk mengetahui pengertian Patristik
2 Untuk mengetahui sejarah filsafat pada zaman Patristik.
3 Untuk mengetahui pembagian filsafat Patristik
4 Untuk mengetahui tokoh-tokoh pada zaman Patristik beserta peranannya

0
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Patristik

Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam
lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan
menuju teologi Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama
Kristen1. Secara kronologis mereka masih termasuk masa kuno, tapi dari sudut
perkembangan sejarah filsafat sebaiknya mereka dipandang sebagai masa
peralihan menuju pemikiran abad pertengahan. Menurut pendapat mereka,
sesudah manusia berkenalan dengan wahyu Ilahi yang tampak dalam diri Yesus
Kristus, filsafat sebagai kecerdikan manusiawi belaka serta merupakan sesuatu
yang berlebihan saja bahkan bahaya akan mengancam kemurnian iman kristiani,
seseorang yang menganut pendirian ini adalah Tertulianus.

B. Sejarah Filsafat Patristik

Timbulnya agama Kristen pada awal abad masehi menyebabkan filsafat


dibarat menduduki tempat yang baru. Disamping kearifan hidup yang
dikemukakan oleh filsafat timbulah kearifan hidup yang dikemukakan oleh agama
Kristen. Kedunya bukan hidup berdampingan secara damai melainkan
berkonfrontasi. Konfrontasi ini sebenarnya sudah tampak didalam kitab suci itu
sendiri. Tampilah orang orang seperti Paulus dan Yohanes, yang mengedepankan
kepercayaan Kristen.
Dalam sejarah, pada awal abad masehi agama Kristen telah tumbuh dan
berkembang dalam berbagai bentuk yang mengagumkan yang ditandai dengan
kecanggihan intelektual Thomas Aquinas tentang keberadaan Allah, setelah
munculnya orang-orang seperti Rasul Paulus, dan Rasul Yohanes yang
menghadapkan kepercayaan Kristen dengan kepercayaan yang bukan Kristen
pada waktu itu. Sejarah menunjukkan suatu pergumulan yang menentukan hidup,

1
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm. 52.

1
dan mati agama baru ini, dimana-mana agama Kristen ditentang, baik oleh
penguasa maupun oleh para pemikir pada waktu itu.2 Semula Para pengikut
agama Kristen memang terdiri dari orang orang sederhana dan juga rakyat jelata
yang bukan ahli pikir sehingga tidak ada pembelaan secara filsafati.akan tetapi
kemasukan juga dari golongan atasan dan ahli pikir yang menjadi pengikut agama
Kristen.
Dari golongan ahli pikir inilah yang menimbulkan sikap yang beragam
pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada pula yang
menerimanaya.3 Pada abad pertengahan terdapat unsur baru dalam filsafat
yaitu unsur wahyu sehingga menimbulkan dua aliran pemikiran:
1. Aliran yang menolak filsafat Yunani menganggap sebagai kebijakan kafir,
karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu
firman Tuhan dan tidak dibenarkan mencari sumber yang lain seperti filsafat
Yunani.
2. Aliran yang menerima filsafat Yunani menggap sebagai kebijakan manusia.
Karena beranggapan bahwa walaupun ada sumber kebenaran yaitu firman
Tuhan, tetapi tidak ada salah menggunakan filsafat Yunani yang hanya
diambil metodos.4

C. Pembagian Filsafat Patristik

Filsafat patristik dibagai menjadi dua yaitu Patristik Timur dan Patristik
Barat.
a. Patristik Timur
Pemikiran filsafat agama Kristen dimulai dari Apologit para pembela
agama Kristen diantaranya Aristides, Yustinus dan Tatianus. Para apologit dalam
pembelaannya dari tuduhan-tuduhan non Kristen seperti Kristen munafik,
pecundang, melakukan persetubuhan bebas, membenci sesama, tidak mau
menyembah dewa dan sebagainya, Jawaban apologi adalah fitnah, sebab dalam

2
http://wwwhufron.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-patristik.html diakses pada 11/03/2016 11.19
3
Asmoro Akhmadi, Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hlm.66.
4
http://wwwhufron.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-patristik.html diakses pada 11/03/2016 11.19

2
kenyataannya orang Kristen menurut hukum Allah sehingga mereka tidak jatuh
pada kesalahan-kesalahan seperti yang dilakukan oleh orang-orang besar Kristen,
mereka tidak membuang bayi, mereka tidak melakukan persetubuhan berlebihan,
bahkan mengasihi sesama.
Agama Kristen tidak mau menyembah dewa tetapi Kristen percaya kepada
Allah Yang Esa dan menyembahnya. Kristen hanya ada satu Allah saja yang
transenden yang secara hakiki berbeda dengan manusia. Para apologit
memanfaatkan filsafat Yunani dalam pembelaannya seperti :
1. Yustianus
Agama Kristen bukan agama baru, Agama Kristen lebih tua dari filsafat
Yunani, Nabi Musa telah menumbuhkan kedatangan Kristus, Musa hidup sebelum
Plato, Plato menurunkan hikmahnya dari hikmah Musa, filsafat Yunani dipandang
mengganggu hikmah dari kitab suci orang Yahudi. Keyakinan Kristus adalah
Logos, Kristus telah membagi-bagikan logos kepada seluruh umat manusia,
sehingga kepada yang bukan Kristen juga tertanam rasa kebenaran. Logos
berkerja kepada semua orang baik intelektual maupun moral. Setiap orang yang
mendapatkan bagian logos adalah orang Kristen, sekalipun tidak dibaktis seperti
Sucrates Orang Yunani kurang mengerti akan pencerahan yang telah diberikan
logos, sehingga menyimpang dari ajaran yang murni hal ini karena pengaruh
Demon yang dikepalai Iblis sehingga bangsa Romawi banyak yang menghambat
Kristen.
2. Klemes (150-215 M)
Pangkal pemikirannya adalah iman, di samping iman ada hal yang lebih
tinggi yaitu Gnosis. Iman berlaku bagi tiap-tiap orang Kristen. Genosis diperlukan
bagi orang-orang kristen yang dapat berfikir mendalam untuk menerangi Iman.
Seseorang yang telah memiliki Gnosis harus mematikan hawa nafsunya dan
kembali kepada Allah dalam satu kasih yang telah dibersihkan dari hawa nafsu.
Klemes mengandalkan Iman, tanpa Iman tiada Gnosis, Iman awal
pengetahuan yang harus berkembang menjadi pengetahuan tetapi pengetahuan
tidak mengadakan Iman. Gnosis bagi Klemes Ilmu Sejati, suatu pengetahuan yang
pasti berdasarkan penguraian yang benar dan pasti. Orang yang dianggap punya

3
Ilmu Pengetahuan (berhikmah) jika akalnya meneguhkan pengetahuan
dengan uraian-uraian yang mempunyai bukti.
3. Origenes (185-254 M)
Iman kurang berguna bagi orang yang sudah berpengetahuan, sebab iman
diperlukan bagi orang yang sederhana yang tidak mengerti Kitab suci secara
Rohani. Menurut Origenes Kitab suci mempunyai 3 macam arti :
a. Harfiah / Somatis berlaku bagi orang sederhana.
b. Etis / Psikis diuraikan di dalam khutbah, diperuntukan bagi orang psikis
c. Pneomatis / rohani diperuntukan bagi teolog dan filosuf.
Allah adalah transenden, tidak bertubuh, esa tidak berubah,Allah pencipta
segala sesuatu, baik bersifat rohani maupun badani, penciptaan Allah kekal abadi,
sebelum dunia diciptakan Allah telah menciptakan dunia lain yang mendahului
dunia tampak, setelah zaman dunia ini akan ada dunia yang baru. Allah
menciptakan dengan perantaraan anak, sejak kekal anak diperankan bapak,
sedangkan roh kudus keluar dari anak, anak Allah adalah logos, ide segala ide.
Hubungan Allah bapak, anak roh kudus sebagai subordinasi artinya yang satu
dibawah yang lain, yang satu lebih rendah dari pada yang lain.
Roh diciptakan oleh Allah, tetapi roh tidak setia pada Allah sehingga
dibelenggu didalam tubuh. Jagat raya yang tampak disebabkan oleh Dosa, semua
bersifat bendawi akibat dosa, sekalipun demikian akibat tidak kesetiaan tadi, tidak
semuanya sama melaikan bertingkat. Ada roh yang memiliki tubuh halus, ada roh
yang memiliki tubuh kasar ada malaikat, ada manusia. Jiwa manusia dapat juga
naik tingkat menjadi malaikat. Seluruh roh pada akhirnya akan kembali kepada
Allah setelah mengalami banyak kelahiran dan akhirnya semua mahluk baik
yang jahat dan yang baik akan selamat.
4. Gregorius Nazianze (390 M)
Akal manusia dengan sendirinya dapat mengenal Allah dengan
mempelajari hasil penciptaan Allah, manusia dengan akalnya dapat mengetahui
bahwa Allah ada sekalipun zat dan hakekatnya tersembunyi bagi manusia.
Mengetahui zat Allah manusia hanya dapat mengungkapkan secara negatif seperti

4
bahwa Allah tidak berubah, Tidak dilahirkan, tanpa awal, tidak berubah, tidak
binasa.
5. Basilius
Hanya Allah yang tampak awal, sedangkan dunia berawal awal dunia juga
awal waktu, dunia dan waktu berhubungan secara timbal balik. Ketika Allah
menciptakan dimulai juga waktu, akan tetapi perbuatan Allah dalam menciptakan
tidak dikuasai oleh waktu, perbuatan menciptakan itu sendiri terjadi diluar waktu.
6. Gregorius
Iman dan pengetahuan mempunyai perbedaan, sumber dan isi Iman
berbeda dengan sumber dan isi ilmu pengetahuan, kepastian tidak dapat dijelaskan
dengan akal karena lebih tinggi dari kepastian akal. Pengetahuan dengan akal
dapat dipakai untuk membaca Iman, untuk menjabarakan Iman. Akal dapat
mengenal Allah dengan mempelajari hasil penciptaan tetapi pengetahuan tidak
menyelamatkan. Orang diselamatkan hanya dengan Iman.
b. Patristik Barat
Sama halnya dengan Zaman Patristik Timur.Bagi Patristik Barat, ada dua
macam sikap terhadap filsafat yaitu: (1) Aliran yang menolak filsafat. (2) Aliran
yang menerima filsafat. Adapun tokoh-tokoh adalah sebagai berikut:
1. Tertullianus (160-230 M)
Ajarannya materialisme. Akal manusia dapat menemukan adanya Allah
dan menemukan sifat jiwa yang tidak dapat mati. Baik Allah maupun jiwa
bertubuh, sekalipun berbeda dengan tubuh jasmani. Allah adalah suatu zat yang
halus, jiwa terdiri dari zat yang halus yang bertubuh yang tembus sinar sama
seperti uap.
Jiwa tidak setiap kali diciptakan Allah, tetapi pembentukan diteruskan oleh
para orang tua kepada anak-anak mereka. Jiwa berasal dari seperma sang Ayah,
sehingga setiap jiwa adalah suatu ranting dari Adam, jiwa selalu mendapat dosa
warisan dari Adam.
2. Aurelius Agustinus (354-430 M)
Ia menentang sikap aliran spektis, sikap spektis disebabkan karena adanya
pertentangan batiniah. Barang siapa ragu-ragu sebenaranya ia berfikir dan

5
barangsiapa berfikir ia ada, aku ragu-ragu maka aku berfikir dan aku berfikir
maka akan ada. Pikiran dapat mencapai kebenaran dan kepastian karena berfikir
ada batasnya, namun dengan berfikir orang dapat mencapai kebenaran yang tiada
batasnya yang kekal abadi.
Kita lebih dapat mengatakan Allah itu bukan apa dari pada Allah itu apa,
sebab Allah tidak dapat dimasukan kedalam kategoris yang dimiliki manusia,
Allah adalah roh yang esa tidak bertubuh, tidak berubah, tidak berada dimana
mana serta meliputi segala sesuatu. Manusia tidak dapat mengenal Allah secara
sempurna.
1. Dionision
Allah adalah segala asal yang ada, yang keadaannya transenden secara
mutlak sehingga tidak mungkin memikirkan tentang dia dengan cara yang benar
dan memberikan kepadanya makna yang tepat, hal ini karena ia mengatasi segala
yang ada dan segala yang dapat dipikirkan orang. Segala sesuatu yang keluar dari
Allah berusaha kembali kepada Allah. Didalam usaha kembali ini manusia
mencoba sedikit memikirkan tentang Allah dan menyebutnya. Percobaan ini dapat
dilakukan dengan tiga cara :
a) Orang dapat secara positif menyebut segala hal yang baik, yang terdapat
dalam jagat raya ini untuk Allah.
b) Orang dapat menyangkal, bahwa segala yang baik, yang ada pada Allah
berada dengan cara yang sama seperti adanya segala sesuatu didalam jagat
raya ini.
c) Orang dapat meneguhkan, bahwa segala kesempurnaan ada pada Allah,
dengan cara yang tidak terhingga melebihi segala kesempurnaan makhluk.
Usaha kembali kepada Allah melalui jalan pikiran ini menjadikan hidup
penuh arti.
Allah adalah terang, terangnya begitu gemilang, sehingga mata manusia
menjadi terlalu lemah untuk mengamatinya, akibatnya terang itu menjadi
kegelapan, sekalipun demikian manusia dapat menjadikan matanya bias menerima
terang itu, sehingga manusia dapat mengenal Allah yaitu dengan jalan yang
disebut di atas.

6
Dionisios menekankan kehendak bebas manusia, ia menolak ajaran
tentang kepindahan jiwa, dan penyamaan antar tubuh dan dosa. Tubuh pada
dirinya bukanlah dosa, kejahatan ada dimana tiada kebaikan.5

5
http://ardiansyahparadise.blogspot.co.id/2011/10/filsafat-patristik-tugas-kelompok.html diakses
pada 11/03/2016 11.20

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam
lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen,
mencari jalan menuju teologi Kristiani, melalui peletakan dasar
intelektual untuk agama Kristen.
2. Zaman Patristik ditandai oleh bapak-bapak Gereja (Patristik) yang
dimulai dengan tampilnya apologit dan para pengarang Gereja.
3. Filsafat Patristik dibagai menjadi dua yaitu Patristik Timur dan
Patristik Barat.
4. Tokoh-tokoh di Patristik Timur yaitu Yustianus, Klemes (150-215 M),
Origenes (185-254 M), Gregorius Nazianze (390 M), Basilius dan
Gregorius.

B. Saran
Menyadari akan kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada penulisan
diatas, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang
membangun demi sebuah progress untuk masa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

A. Wiramihardja, Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.

http://ardiansyahparadise.blogspot.co.id/2011/10/filsafat-patristik-tugas-
kelompok.html

http://wwwhufron.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-patristik.html

Anda mungkin juga menyukai