Anda di halaman 1dari 2

MASALAH: KETIDAKMAMPUAN PEMBELAJARAN

Meskipun kita dapat melihat dan berfikir dengan secara garis lurus (linear),
kenyataan sesungguhnya terdiri dari kumparan lingkaran. Para pemikir linear selalu
mencari sesuatu atau seseorang yang bertanggung jawab. Pemikir sistem selalu
mengambil porsi tanggung jawab yang lebih besar dalam berbagai hal, karena dalam
pandangan mereka setiap orang memang harus bertanggung jawab atas berbagai
masalah yang ditimbulkan oleh suatu sistem. Ketidakmampuan pembelajaran
lembaga berikut ini timbul manakala bila kita melihat dunia secara linear:

1. Saya adalah jabatan yang saya emban. Umumnya orang mengacaukan


pekerjaan mereka dengan jati diri mereka. ("Saya seorang akuntan"). Di satu
pihak mereka memahami tugas-tugas mereka, di lain pihak mereka tidak
memahami tujuan usaha yang mereka geluti. Akibatnya, dalam suatu sistem
mereka memposisikan diri sendiri sebagai orang yang memiliki sedikit
kewenangan dan karenanya tidak perlu ikut bertanggungjawab atas hasil yang
kurang memuaskan.

2. Musuh ada di luar sana. Ada organisasi dan orang-orangnya yang mencari
kambing hitam di luar lembaga (unit dalam lembaga) mereka manakala suatu
masalah muncul. Inilah hasil dari cara pandang dunia yang tidak sistematis.
Dengan tercurah pada posisi kita yang kita emban, kita tidak dapat melihat
pengaruh tindakan kita diluar batasan yang kita buat. Pencurahan perhatian
pada musuh eksternal adalah kesalahan yang sering terjadi. Biasanya "musuh di
luar sana" dan "musuh didalam sini" adalah bagian dari sistem yang sama.

3. Bayang-Bayang Kekuasaan. Manajer yang proaktif seringkali berbesar hati


dan dipuja-puja manakala mereka bisa memecahkan masalah dengan cepat.
Namun, apakah mengambil tindakan terhadap musuh 'luar' benar-benar tindakan
yang proaktif? Cap "proaktif" ini sebenarnya adalah tindakan reaktif tak kentara.
Usaha yang benar-benar proaktif adalah tindakan melihat bagaimana kita
menyumbangkan pemikiran terhadap permasalahan yang kita hadapi

4. Keterikatan pada Peristiwa. Kehidupan kita dikuasai oleh peristiwa-peristiwa:


penjualan bulan lalu, pengurangan anggaran baru, siapa saja yang dipecat,
pengenalan produk, dsb. Peristiwa tersebut mengalihkan pandangan kita dari
usaha melihat kembali pola-pola perubahan yang ada di belakang kita, dan
menghalangi usaha pemahaman kita terhadap pola-pola tersebut. Proses yang
pelan dan bertahap seperti kerusakan lingkungan, erosi sistem pendidikan, atau
menurunnya mutu produk bersifat lebih merusak daripada peristiwa mendadak.

5. Khayalan Belajar dari Pengalaman. Kita bisa saja belajar dari pengalaman
(orang lain) yang terbaik, namun seringkali orang (kita/karyawan) tidak
mengalami langsung akibat dari keputusan besar yang dibuatnya. Misalnya,
dibutuhkan waktu bertahun2 untuk melihat akibat dari kegiatan litbang.

6. Mitos Tim Manajemen. Pada sebagian besar organisasi, tim yang gagah berani
dan berpengalaman siap sedia untuk bertempur melawan masalah dan dilema.
Akan tetapi, tim pada dunia usaha cenderung bertempur untuk lahan usaha dan
menghindari apa saja yang akan membuatnya nampak lemah. Agar nampak
seperti tim yang kuat, mereka menyembunyikan ketidaksepakatan muncul
dengan keputusan "cucuran air" yang dapat diterima semua orang.

Anda mungkin juga menyukai