Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MATA

DISUSUN OLEH :
1. AMIR SYARIFUDIN
2. AHMAD ABU BASIL, DKK

KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun
mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan
jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih
sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola
mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan
atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata
memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang
akan mengakibatkan kebutaan.
Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan
industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah
ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan
akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata
biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti
panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan sebagainya.
Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan
sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh
pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Trauma pada mata dapat mengenai
jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma
dapat mengenai jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf
optik, dan orbita. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata.2
Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan
ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul, trauma akibat
benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma
mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang
semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis yang reversibel
ataupun non-ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi,
perforasi, masuknya benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi dari
struktur jaringan bola mata.2
Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk
mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang akan
menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maun indirek, tes
fluoresensi, tonometri, USG, maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung
pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.
Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata.Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk
kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
A. Fisik atau Mekanik
a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol
tidak dengan alat, ketapel.
b) Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.
c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang
peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
B. Khemis
a) Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
(perekat).
b) cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

C. Fisis
a) Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b) Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
2. Epidemologi
Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan
kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan,
terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian
trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO
tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta
mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera
mata. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat
mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak
pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.
3. Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :
A. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing
didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda
beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu.
Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi
jika tercemar oleh kuman.
B. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara
sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau
sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
C. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis
basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat
kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/
kornea secara perlahan-lahan.
D. Trauma Mekanik
a. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis
sel.
b. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah
menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.
c. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan
sebagainya.
4. Tanda dan Gejala
a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rndah
c. Bilikmata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil berubah
e. Terlihat adanya ruptur pada corneaatau sclera
f. Terdapat jaringan yang prolapsseperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau retina
g. Kunjungtiva kemotis
5. Patofisiologi
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam.
Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

a. Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat
menyebabkan suatu ptosis yang permanent
b. Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
c. Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva
d. Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan
kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola
mata, bola mata menjadi injury.
e. Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea
sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps,
korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus
f. Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan
daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.
g. Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak
kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi
juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
h. Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil
menjadi midriasis
i. Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan
kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri
oblaina retina.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,
terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya,
dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.
b. Pemeriksaan Computed Tomography (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat scanning dari organ
tersebut.
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
d. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.
e. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
f. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi, maupun
funduskopi (Ilyas, S., 2000)
8. MANIFESTASI KLINIS
A. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada
kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
B. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
C. Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya
adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih
kembali.
Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes
mata kortisol
D. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus
siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan
suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
a. Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.
b. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
c. Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi visus
karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai
dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu
membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup
dengan verband.
E. Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap
midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
F. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut
dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu
adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
G. Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
H. Subluksasio lentis- luksasio lentis
Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan menimbulkan
glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi gaukoma maka perlu
operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif.
I. Hemoragia pada korpus vitreum
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit pada
korpus siliare, visus akan sangat menurun.
J. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut
traumatic angle yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
K. Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.
L. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan
operasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai prioritas)


1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan intraokular.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
interupsi permukaan tubuh.
3. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori / status organ
indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.
4. Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasan informasi.

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
DX
1 Nyeri akutNyeri berkurang atau Lakukan tindakan Tindakan
berhubungan hilang. penghilangan nyeri yang nonpenghilangan nyeri
dengan imflamasiKriteria hasil : Klien akan : invasif dan non farmakologi,yang non invasif dan
pada kornea atau Melaporkan seperti berikut nonfarmakologi
peningkatan penurunan nyeri Posisi : Tinggikan bagianmemungkinkan klien
tekanan progresif dankepala tempat tidur, berubah-untuk memperoleh
intraokular. penghilangan nyeriubah antara berbaring padarasa kontrol terhadap
setelah intervensi. punggung dan pada sisi yangnyeri.
Klien tidak gelisah. tidak sakit. Klien kebanyakan
2. Distraksi mempunyai
3. Latihan pengetahuan yang
relaksasi mendalam tentang
Bantu klien dalamnyerinya dan

tindakan
mengidentifikasi tindakan
penghilangan nyeri yangpenghilangan nyeri
yang efektif.
efektif.
Berikan dukungan Untuk beberapa klien
tindakan penghilangan nyeriterapi farmakologi
dengan analgesik yangdiperlukan untuk
diresepkan. memberikan
penghilangan nyeri
yang efektif.
Tanda ini
menunjukkan
peningkatan tekanan
intraokular atau
komplikasi lain.
2 Risiko tinggiTidak terjadi infeksi. Tingkatkan penyembuhan Nutrisi dan
infeksi Kriteria hasil : Klien akan : luka: hidrasi yang optimal
berhubungan Menunjukkan 1. Berikan meningkatkan
dengan penyembuhan tanpa dorongan untukkesehatan secara
peningkatan gejala infeksi. mengikuti diet yangkeseluruhan, yang
kerentanan Nilai seimbang dan asupan meningkatkan
sekunder Labotratorium : SDP cairan yang adekuat. penyembuhan luka
terhadap normal, kultur negatif. 2. Instruksikan pembedahan.
interupsi klien untuk tetapMemakai pelindung
permukaan menutup mata sampaimata meningkatkan
tubuh. diberitahukan untukpenyembuhan dengan
dilepas. menurunkan kekuatan
Gunakan tehnikiritasi.
aseptik untuk meneteskan Tehnik aseptik
tetes mata : meminimalkan
masuknya
Cuci tangan sebelum memulai.
1. Pegang alatmikroorganisme dan
penetes agak jauhmengurangi risiko
infeksi.
dari mata.
Drainase
2. Ketika
meneteskan, hindariabnormal
kontak antara mata,memerlukan evaluasi
alatmedis dan
tetesan dan
kemungkinan
penetes.
memulai penanganan
Beritahu dokterfarmakologi.
tentang semua drainase yang
Mengurangi
terlihat mencurigakan.
reaksi radang, dengan
Kolaborasi dengansteroid dan
dokter dengan pemberianmenghalangi
antibiotika dan steroid.. hidupnya bakteri,
dengan antibiotika.
3 Gangguan Hasil yang Tentukan ketajaman Dengan mengetahui
Sensori diharapkan / kriteriapenglihatan, catat apakahketajaman dan
Perseptual :evaluasi pasiensatu atau kedua mata terlibat. penyebab penglihatan
Penglihatan b/d akan : Orientasikan pasien terhadapdapat menetukan
gangguan Meningkatkan ketajamanlingkungan, staf, orang lainlangkah intervensi
penerimaan penglihatan dalam batasdi areanya. Pendekatan pasien
sensori / statussituasi individu. Observasi tanda tanda dandapat dapat
organ indera.Mengenal gangguangejala-gejala disorientasi:mendorong
Lingkungan sensori danpertahankan pagar tempatkesembuhan
secara terapetik tidur sampai benar-benar Tetes mata yang
dibatasi. berkompensasi terhadapsembuh dari anestasia. tidak dengan resep
perubahan. Pendekatan dari sisi yangdokter dapat
Mengidentifikasi /tak dioperasi, bicara danmembuat kabur dan
memperbaiki potensialmenyentuh sering, dorongiritasi mata
bahaya dalamorang tedekat tinggal dengan
lingkungan. pasien.

4 Kurangnya Pasien dan keluarga Jelaskan kembali tentang Mengurangi stress,


pengetahuan memiliki pengetahuankeadaan pasien, rencanamencegah kabur dan
(perawatan) yang memadai tentangperawatan dan proseduriritasi mata
berhubungan perawatan. tindakan yang akan di Mengurangi rasa
dengan lakukan. nyeri, mengurangi
keterbatasan Jelaskan pada pasien agarresiko penekanan
informasi. tidak menggunakan obatpada mata
tetes mata secara
senbarangan.
Anjurkan pada pasien gara
tidak membaca terlebih
dahulu, mengedan, buang
ingus, bersin atau merokok.
Anjurkan pasien untuk tidur
dengan meunggunakan
punggung, mengtur cahaya
lampu tidur.
Observasi kemampuan
pasien dalam melakukan
tindakan sesuai dengan
anjuran petugas.

Anda mungkin juga menyukai