Puja puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan hanya dengan
ini, tepat waktunya sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar
Sarjan Hukum (S.H) pada Fakultas Hukum UNTAD. Adapun judul proposal
Proposal yang penulis buat didedikasikan kepada kedua orang tua saya
Gustri dan saudara saudariku, yang telah mendoakan dan perhatian serta
dukungan kepada saya. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan buat teman-
teman saya yang telah membantu dan mendukung saya dalam pembuatan proposal
ini yaitu: Moh. Akbar SH, Moh. Akbar Utomo, Wahid Hidayat, dan Fahmi
Al-Hadad, yang telah mendukung saya dalam penyusunan proposal ini. Serta
dosen pembimbing saya yang telah mengarahkan dan membimbing saya dalam
HALAMAN SAMPUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Manfaat Penilitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E. Kerangka Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
F. Metode Penilitan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
kelangsungan kegiatan usahanya. Lebih jauh lagi, gejolak tersebut juga telah
kewajiban kepada kreditur.1 Keadaan ini pada gilirannya telah melahirkan akibat
berantai, yang lebih luas lagi. Tidak hanya dalam kelangsungan usaha dan segi-
segi ekonomi pada umumnya, tetapi juga pada aspek-aspek sosial lainnya. Dunia
bisnis merupakan dunia yang sulit untuk diprediksi, suatu perusahaan tidak selalu
berjalan dengan baik, dan sering kali menghadapi kendala keuangannya sudah
hidupnya atau usahanya. Semua ini perlu diselesaikan secara adil, dalam arti
kepada kreditur dan debitur yang bertimbal balik. Inti dari perjanjian utang
1
Rachmadi Usman. S.H.,2004. Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia. Hlm 4
piutang adalah kreditur memberikan pinjaman baik berupa benda, jasa ataupun
dalam bentuk uang kepada debitur yang wajib dikembalikan dalam waktu yang
yang telah diperjanjikan dan disepakati para pihak tersebut. Adanya sengketa
dinyatakan dalam jumlah uang baik mata uang Indonesia maupun mata uang
asing, baik secara langsung ataupun yang akan timbul dikemudian hari, yang
timbul karena perjanjian maupun karena undang-undang dan wajib dipenuhi oleh
debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat
2
Gatot Supramo, S.H., M.Hum. 2011. Perjanjian Utang Piutang. Hlm 147
3
Ibid. Hlm 148
Debitur mepunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya
satu utang dan tidak membayar satu utang yang telah jatuh waktu dan dan dapat
ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan baik atas permohonan
sendiri maupun permohonan satu atau lebih krediturnya.
meminta haknya kepada debitur, dan telah melewati batas waktu yang telah
pengembalian sebagian kecil atau pengembalian sebagian besar. Utang yang baru
sebagaian dibayar atau hanya sebagian kecil yang dibayar, selebihnya atau sisa
umum (non litigasi), berdasarkan perjanjian yang dibuat secara tertulis (kontrak)
dan disepakati para pihak yaitu debitur dan kreditur, untuk memberikan keamanan
dan menjamin terlaksananya kepentingan kreditor dan debitor. Pasal 1313 KUH
Perdata menjelaskan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih , sedangkan
menurut teori baru yang dikemukakan Van Dunne yang akan melengkapkan
definisi perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara para pihak atau lebih
pasal dan teori tersebut, maka jelaslah jika terjadinya sengketa khususnya
perjanjian yang dibuat secara tertulis dan disepakati antara debitur dan kreditur,
4
Salim HS, S.H., M.S.,2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW)., Hlm 161
baik melalui pengadilan ataupun diluar pengadilan umum khususnya jika
cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis dan disepakati para pihak
yaitu berapa lama perselisihan atau sengketa yang diajukan kepada arbitrase harus
ditetapkan. Apabila para pihak tidak menetapkan jangka waktu tertentu, lamanya
Dalam hal para pihak telah memilih acara arbitrase, harus ada
kesepakatan mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan
arbitrase dan apabila jangka waktu dan tempat arbitrase tidak ditentukan, arbiter
atau majelis arbitrase yang akan menentukan.6
5
Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H. 2001. Hukum Penyelesaian Sengeketa. Hlm 37
6
Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternative Penyelesaian
Sengketa
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dan untuk memperkecil perluasan makna dari
C. Tujuan Penelitian
perjanjian yang dibuat secara tertulis dan disepakati antara debitur dan
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penilitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan teoritis dan
perwujudan atau pengejawatan dari pasal 1131 KUH Perdata dan pasal 1132
KUH Perdata.8 Adapun pengertian yang terkandung dalam kedua pasal tersebut
adalah :
7
Jono, S.H., 2010 Hukum Kepalitan Hlm. 1
8
Lihat Pasal 1131 KUH Perdata yang berbunyi ; segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian
menjadi tanggungan untuk segalaperikatan perseorangan. Sedangkan pasal 1132 KUH Perdata
kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan
padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu
menurut besar-kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada
alasan-alasan yang sah untuk didahulukan
3. Tidak ada nomor urut dari para kreditor yang didasarkan atas saat
Dalam pasal 1131 KUH Perdata mengandung asas schuld dan haftung
dan ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata mengandung asas paritas creditorum,
bahwa setiap kreditor memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditor lainnya
debitor kepada kreditor pada hakekatnya terletak pada perjanjian para pihak yang
dibuat secara tertulis dan disepakati, serta sumber dari muncul kewajiban utang
tersebut.
perikatan hukum atau obligatio adalah suatu kewajiban dari seorang untuk
mengadakan prestasi kepada pihak lain. Menurut Von Savigny perikatan adalah :
perikatan menurut pasal 1233 KUH Perdata adalah suatu perbuatan hukum antara
para pihak untuk meberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu atau tidak berbuat
9
ibid hlm, 3 Jono, S.H, Thn 2007
10
Komariah, S.H., M.Si., Hukum Perdata. 2001. Hlm 139
sesuatu. Perjanjian yang disepakati, menjadi suatu perikatan dan mengikat para
pihak tersebut. Dari penjelasan pasal dan teori tersebut, maka jelaslah bahwa jika
terjadi suatu perjanjian yang disepakati para pihak maka menimbulkan suatu
menjelaskan bahwa jika terjadinya sengketa, dan dalam perjanjian yang dibuat
sengketa yang tidak tercantum dalam isi perjanjian pokok. Pasal 5 UU No. 30
11
Dr.frans Hendra Winarta., S.H., M.H., 2001 Hukum Penyelesaian Sengketa. Hlm. 37
arbitrase hanya sengketa perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum
bersengketa.
Rechtsvordering = Rv) yang terdapat dalam S. 1847 No. 52 jo. S. 1849 No. 63.12
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (Rv) ini sebenarnya berlaku pada
berlaku juga untuk bumiputra. Dalam buku ketiga bab pertama diatur ketentuan-
ketentuan tentang arbitrase, mulai dari pasal 615-651 Rv. Sedangkan setelah
R.Gb tidaklah berlaku. Hal ini sejalan dengan asas perundang-undang yaitu : lex
specialis derogat lex generalis, dimana suatu peraturan atau undang-undang yang
12
M. Yahya Harahap, S.H., 2004, Arbitrase Hlm. 2
G. Metode Penilitian
yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu metode yang mengkaji
Bahan hukum tersier adalah berupa kamus untuk merajuk peristilahan yang
peniliti hukum juga menggunakan bahan-bahan non hukum ini dapat berupa
tidak mampu. Kata pailit dapat juga diartikan sebagai bankrupt, kata bankrupt
sendiri mengandung arti banca dan ruta, dimana kata tersebut bermakna
demikian adalah karena dahulu suatu peristiwa dimana terdapat seorang debitor
debitor.13 Menurut Peter Mahmud, kata pailit berasal dari bahasa Prancis filite
dan Penundaan kewajiban Pembayaran Utang, pailit adalah sita umum atas semua
Dalam Blacks Law Dictionary pailit atau Bankrupt adalah the state
13
http ml. Scrib .com/Pengertian-Kepailitan-Dan-Dasar
14
uneble to pay its debt as they are, or become due. The term inculdes a parson
agints whom an involuntary petion has been filed, or who has filed a voluntary
petion has been filed, or who has filed a voluntary petition, or who has been
adjudged a bankrupt.15
untuk membayar dari seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.
mengajukan, baik yang harus dilakukan secara sukarela oleh debitur sendiri,
sebagai suatu bentuk pemenuhan asas pubilitas dari keadaan tidak mampu
kreditor atau pihak yang berkepentingan dalam sengketa kepailitan tersebut, tidak
akan pernah tahu keadaan tidak mampu membayar debitur. Keadaan ini kemudian
akan diperkuat dengan suatu putusan pernyataan pailit oleh hakim pengadilan,
diajukan.
Dalam peraturan kepailitan yang lama, yaitu Fv S. 1905 No. 348 yang
dimaksud pailit adalah, setiap berutang (debitor) yang ada dalam keadaan berhenti
membayar, baik atas laporan sendiri maupun ataupun permohonan seseorang atau
Kepailitan, yang menyebutkan debitor mempunyai dua atau lebih kreditor yang
tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,16
pengajuan permohonannya.
Yang disebut dengan harta paiit adalah harta milik debitor yang
meliputi seluruh kekayaan debitor yang ada pada saat pernyataan pailit itu
dijatuhkan oleh pengadilan, dan meliputi jga seluruh harta kekayaan yang
yang dimaksud kepailitan adalah sita umum atas semua harta kekayaan debitor
pasalnya saja yang berubah yaitu diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun
16
http
17
Undang-undang nomor 4 tahun 1998 tentang penetapan pemerintah pengganti undang-
undang nomor 1 tahun 2008 tentang perubahan atas undang-undang tentang kepailitan menjadi
undang-undang
2004. Dilihat dari beberapa arti kata atau pengertian kepailitan dari kedua UU
tersebut, maka esensi kepailitan secara singkat dapat dikatakan sebagai sita umum
atas harta kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya yang pada
Hukum tentang kepailitan itu sendiri sudah ada sejak zaman Romawi
(Baird, Douglas G, 1985 : 21).18 Bagi negara-negara tradisi hukum Common Law,
dimana hukumnya berasal dari negara Inggris raya, maka tahun 1952 merupakan
tonggak sejarah, karena dalam tahun 1952 tersebut, hukum pailit dari tradisi
di masa kekaisaran Raja Henry VII sebuah undang-undang yang disebut dengan
undang ini memberikanhak-hak kepada kreditur yang tidak dimiliki oleh krditur
secara individual.
banyak yang mengatur tentang larangan pengalihan properti tidak dengan itikad
Inggris tersebut juga diatur antara lain tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Usaha menjangkau bagian harta debitur yang tidak diketahui (to parts
unknown).
18
Munir fuady.1999. Hukum pailit.Hlm. 3
19
Ibid. Hlm.5
2. Usaha menjangkau debitur nakal yang mengurung diri di rumah
dimulai hampir 100 tahun yang lalu yakni sejak 1906, sejak berlakunya
in Indonesia, sebagaimana dimuat dalam Staatblads 1905 No. 217 jo. Staatblads
relatif masih banyak perkara kepailitan yang diajukan kepada Pengadilan Negeri
di seluruh Indonesia, namun sejak 1980-an hampir tidak ada perkara kepailitan
Indonesia, banyak utang tidak dibayar lunas meski sudah ditagih, sehingga timbul
20
Ibid. Hlm. 7
pikiran untuk membangunkan proses kepailitan dengan cara memperbaiki
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor 135). UU No. 4 tahun
No. 217 jo S. 1906 No. 348) yang praktis sejak lama sudah tidak beroperasi lagi,
21
http/ sahikul.blogspot.com/2013/01/pengertian kepailitan dan penjelasan kepailitan
22
http/
Pengertian arbitrase dan sejarah arbitrase.
Proses atau cara penyelesaian sengketa bisnis yang saat ini sering di
gunakan pelaku usaha adalah melalui lembaga arbitrase, istilah arbitrase berasal
dari kata latin yaitu arbitrater yang berarti berhak menyelesaikan sesuatu
suatu perselisihan (perkara) oleh seorang atau beberapa orang wasit (arbiter) yang
bersama-sama ditunjuk oleh para pihak yang berperkara dengan tidak diselesaikan
perjanjian arbitrase yang dibuat para pihak secara tertulis dan disepakati para
pihak. . Arbitrase apabila dilihat dari suku katanya berasal dari bahasa latin yaitu
arbitrare, yang mempunyai arti kebijaksanaan. Oleh karena itu R. Subekti dalam
adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa yang proses dibantu oleh seorang
seolah-olah seorang arbiter atau suatu majelis arbitrase dalam memeriksa dan
memutus suatu sengketa tidak akan mengindahkan norma-norma hukum lagi dan
majelis arbitrase dalam memeriksa, mengadili dan memutus suatu sengketa terikat
23
24
http
dengan norma-norma hukum perundang-undangan yang ada, dengan kata lain
arbiter dalam memutus suatu sengketa tidak hanya didasarkan pada kebebasan
bidang kehidupan. Namun yang paling tampak dan terasa adalah bidang ekonomi,
pendapat maupun pertentangan atau sengketa sebagai akibat adanya salah satu
aman dan keadilan bagi para pihak. Salah satu yang cukup populer dan banyak
diminati para pelaku usaha dalam proses penyelesaian sengketa dagang yaitu
pemeriksaan arbitrase di indonesia adalah pasal 615 sampai pasal 651 Reglemen
Reglement, Staatblad 1941:44 = HIR) dan pasal 705 Reglemen Acara untuk
= RBg).25
berbagai macam cara untuk memperoleh kesepakatan dalam proses perkara atau
untuk menyelesaikan sengketa dan konflik. Cara yang dipakai pada suatu
sengketa tertentu jelas memiliki konsekuensi, bagi para pihak yang bersengketa
mekanisme penyelesaian sengketa yang paling tepat bagi para pelaku usaha.
lama, yaitu dengan dicantumkannya di dalam salah satu bagian satu bagian
25
Gunawan widjaja dan ahmad yani. 2003.hlm
26
Ibid. Hlm.
Reglement op de rechtsvording (Rv) dengan S. 1847 No. 52 jo. S. 1849 No. 60.
Tata hukum indonesia sudah sangat lama mengenal institusi atau lembaga
arbitrase sebaga ADR. Ketentuan dalam Rv tersebut semula hanya berlaku bagi
untuk penduduk golongan Eropa dan Tionghoa sesuai pembagian golongan yang
diatur dalam pasal 131 IS (Indische Staatregeling). Penerapan hukum tampak dari
ketentuan bahwa Rv merupakan hukum acara yang berlaku khusus bagi golongan
Eropa dan Tiong Hoa sebagai hukum acara yang berlaku untuk Raad van yustitue
bahwa :
II UUD 1945 yang menegaskan bahwa : segala badan negara dan peraturan yang
27
ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-
kemerdakaan Indonesia.
oleh dan berdasarkan kehendak serta itikad baik dari pihak-pihak yang berselisih
agar perselisihan mereka tersebut diselesaikan oleh hakim yang mereka tunjuk
dan angkat sendiri, dengan pengertian bahwa putusan yang diambil oleh hakim
tersebut merupakan putusan yang bersifat final dan yang mengikat kedua belah
dengan nama wasit (menurut Rv), atau arbiter. Dari pengertian tersebut arbitrase
tidak lain merupakan suatu badan peradilan, yaang putusannya memiliki sifat final
dilakukan lewat pranata arbitrase. Dalam hal para pihak berhak dan berwenang
sengketa mereka, yang berarti pula adanya kewenangan dari para pihak untuk
menentukan sendiri cara atau proses penyelesaian sengketa antara para pihak
sendiri.
28
Adalah diperkenankan kepada siapa saja, yang terlibat dalam suatu
sengketa yang mengenai hak-hak yang berada dalam kekuasannya untuk
melepaskannya, untuk menyerahkan pemutusan sengketa tersebut kepada seorang
atau beberapa orang wasit .
Dari ketentuan diatas maka jelaslah jika terjadi sengketa antara para pihak berhak
terjadinya sengketa yang sangat sulit untuk dihindari. Setiap masyarakat atau
sengketa.
29
Secara konvensional atau tepatnya kebiasaan yang berlaku dalam beberapa
dekade, jika terjadi sengketa bisnis, pada umumnya para pebisnis tersebut
melalui lembaga peradilan, para pihak memperhatikan asas yang berlaku dalam
gugat-menggugat melalui pengadilan. Satu asas yang cukup penting adalah siapa
dalam pasal 1865 KUH Perdata yang mengemukakan bahwa: Setiap orang yang
sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu peristiwa,
sesuai prinsip umum yang sering dianut yaitu menyelesaikan sengketa yang
terjadi dengan cepat dan aman. Pengertian aman disini adalah dalam penyelesaian
sengketa dagang tidak mempunyai akhir muncul lagi sengketa yang lain. Maka
saja adil dan menjamin kepastian hukum, tetapi juga diterima oleh para
melalui pengailan (litigasi) yang dianggap tidak mampu lagi memenuhi tuntutan
pengadilan lebih mendominankan kepada menang atau kalah, dan juga proses
serta putusannya selalu terbuka atau untuk umum. Sedangkan proses di luar
32
pengadilan (non litigasi) prosedur penyelesaiannya mengutamakan kepada
menang-menang atau yang dimaksud adalah itikad perdamaian bagi para pihak
mediasi, konsiliasi, dan melalui lembaga arbitrase. Kontrak dagang yang dibuat
atau terkandung unsur terus menerus (on going element).33 Pilihan ini diambil
bukanlah sesuatu hal yang baru dalam praktek hukum di indonesia. Disebut
demikian karena pada zaman Hindia Belanda pun sudah dikenal. Hanya saja, pada
waktu itu berlaku untuk golongan tertentu saja sehingga pengaturan lembaga ini
pun diatur tersendiri yakni dalam hukum acara perdata yang berlaku bagi
(RV). Dalam Pasal 615 Rv ditegaskan adalah diperkenankan kepada siapa saja
yang terlibat dalam suatu sengketa mengenai hak-hak yang berada dalam
33
Ibid. Hlm. 125
kekuasaannya untuk menyelesaikan sengketa tersebut kepada seseorang atau
yang sengaja dipilih oleh para pihak. Sebagai pilihan, maka kemauan para pihak
tersebut harus dapat dibuktikan, jika tidak maka penyelesaian sengketa hanya
dapat dilakukan melalui badan peradilan yang disediakan oleh pemerintah atau
melalui lembaga arbitrase, yang didasarkan pada kesepakatan para pihak yang
karenanya tidak dapakasakan para pihak oleh salah satu pihak kepada pihak
untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadilan harus ditaati para pihak. Pada
34
http//www.
BAB III
Dalam suatu perjanjian perdata (dagang) antara para pihak atau hubungan
buat para pihak dalam proses penyelesaian sengketa dagang melalui lembaga
kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang atas
perjanjian yang dibuat secara tetulis mencantumkan lembaga arbitrase, yang isi
35
perjanjiannya menentukan bahwa para pihak sepakat untuk mengajukan
perselisihannya kepada seorang arbiter atau majelis arbitrase. Hal ini berarti
bahwa ada kesepahaman pikir antara para pihak yang bersengketa, yakni dengan
dan Kawan Melawan PT Putra Putri Fortuna Windu (PPFW) Dan Kawan, yang
mana para pihak membuat suatu perjanjian menejemen (turnkey), dalam isi
18.2 : if the parties cannot reserve a dispute by amicable settlement, either party
may refer the dispute for arbitration in Singapure in accordance with the rules of
18.3 : The Decision of the Arbitration (including on who must be car on the costs
of the Arbitration) is final and binding on the parties. Except to enforce the
Decision of the Arbitration, neither party may bring any action in any court
Arbitrase itu) akan bersifat final dan mengikat terhadap para pihak-pihak yang
bersangkutan. Kecuali untuk tujuan memberlakukan keputusan arbitrase, maka
Dan dalam keputusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada
yaitu PT Enindo.
Kawan Melawan PT Putra Putri Fortuna Windu (PPFW), dan hasil keputusan
Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 2 Maret tahun 1999
diatas, maka jika terjadi sengketa dagang khususnya sengketa kepailitan dan para
melalui lembaga arbitrase, hal ini sejalan dengan asas yang dikenal dalam KUH
Perdata yaitu asas pacta sunt servanda, bahwa dimana para pihak membuat
36
Hj. Rahayu hartini. Penyelesaian sengketa kepailitan Indonesia, dualisme kewenangan
pengadilan niaga dan lembaga arbitrase. Hlm. 161
37
Ibid. Hlm. 165
Asas pacta sunt servanda juga disebut sebagai asas kepastian hukum,
dimana para pihak harus menaati isi perjanjian yang dibuat secara tertulis
sebagai proses penyelesaian sengketa. Asas pacta sunt servanda secara positif
telah dituangkan dalam pasal 1338 KUH Perdata menjelaskan bahwa, perjanjian
yang dibuat para pihak dan disepakati berlaku sebagai undang-undang dan
mengikat kedua belah pihak, sedangkan dalam pasal 1339 KUH Perdata memberi
dengan hal-hal yang dengan tegas didalamnya, tetapi juga yang menurut sifat
Menurut Grotius, asas pacta sunt servanda ini timbul dari kontrak secara
alamiah dan sudah menjadi sifatnya mengikat berdasarkan dua alasan yaitu:
dengan orang lain, yang berarti orang ini harus saling mempercayai yang
2. Bahwa setiap individu memiliki hak, dimana yang paling mendasar adalah
hak milik yang bisa dialihkan. Apabila seseorang individu memilik hak
untuk melepaskan hak miliknya, maka tidak ada alasan untuk mencegah
38
kuhperdata
39
Sedangkan menurut David Allan, sejak 450 tahun sebelum Masehi sampai
krditor, yang atas dasar catatan itu debitur terikat untuk membayar.
khusus yang dipinjam dari kebiasaan bangsa Yunani dan tidak terdapat
lain.42
40
41
Ibid hlm, 126
42
Ibid, hlm 127
Dari penjelasan pasal dan teori tersebut, memberikan penjelasan bahwa
jika terjadi suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis dan mencantumkan
ada dua aliran dalam teori hukum yang harus dipahami untuk menguatkan para
yaitu :
public policy.
kluasula/perjanjian arbitrase.
bersama para pihak yang tegas untuk itu. Dalam hal ini penarikan
absolut.44
43
Arbitrase nasional. Munir Fuady. Hlm. 121
44
Ibid. Hlm 122
Aliran yang terkesan kaku ini cukup banyak dianut oleh pengadilan-
pengadilan
menjelaskan bahwa pengadilan wajib menolak dan tidak akan campur tangan
dalam hal-hal tertentu diatur dalam undang-undang ini . Sutan Remy Sjahdeini
seyogyanya dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase. 45Dengan kata lain, lembaga
penyelesaianya kepada arbitrase, karena telah diatur secara khusus dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan, pasal 280 ayat (1), yang
.46
45
46
http
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku Hukum
Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H. 2001. Hukum Penyelesaian Sengeketa.
Salim Hs, S.H., M.S., 2001 Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW).
Peraturan Perundang-Undangan
Sumber-Sumber Lain