PAPILOMA LARING
Disusun oleh:
2017
1
2
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor laring merupakan suatu neoplasma yang ditandai dengan sebuah
tumor yang berasal dari epitel struktur laring dan merupakan massa abnormal
jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan
pertumbuhan jaringan normal meskipun rangsangan yang memicu perubahan
tersebut telah berhenti.1
Tumor jinak laring jarang ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua
jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (yang paling
banyak frekuensinya) yang bisa didpapatkan dalam dua bentuk yaitu juvenil dan
tunggal, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan
neurofibroma.2
Penyakit ini cenderung kambuh sehingga disebut juga recurrent respiratory
papilomatosis, dapat tumbuh pada kedua pita suara asli dan pita suara palsu.
Papiloma ini dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas atau perubahan suara.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak-anak dibawah usia 12 tahun yaitu
juvenile-onset recurrent rspiratory papilomatosis (JORRP) dan bisa dijumpai pada
usia 20-40 tahun yaitu adult-onset respiratory papilomatosis (AORRP).
Penyebab utama kanker laring belum sepenuhnya diketahui, namun
diperkirakan berkaitan dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan,
paparan radiasi serta sekuensi HPV (Human Papiloma Virus) pada sebagian kecil
kasus.3
Karsinoma laring adalah keganasan yang paling umum untuk bagian
kepala dan leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan jumlah
yang tinggi pada pria, meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan lebih
banyak wanita mulai merokok.2
Karsinoma laring merupakan entitas paling penting dalam ilmu onkologi.
Berdasarkan data dunia, porsi kejadian kanker laring adalah sekitar 30% hingga
40% dari semua kejadian malignansi kepala dan leher serta 1% hingga 2,5% dari
total neoplasma ganas pada manusia. Secara histopatologis, 95% hingga 98%
karsinoma laring berasal dari sel squamosal. Hingga saat ini, faktor predisposisi
yang dicurigai memicu terjadinya karsinoma laring ialah sering dihubungkan
4
dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol. Faktor risiko lain yang bias
memicu terbentuknya karsinogen di tubuh antara lain lingkungan kerja, nutrisi,
infeksi virus dengan HPV serta EBV, radiasi, GERD dan faktor keturunan.
Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan
pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi dari padanya, tergantung
stadium penyakit dan keadaan umum penderita. 4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah saluran nafas atas dan memiliki bentuk
yang menyerupai limas segitiga terpancung. Batas atas laring berupa aditus laring
dan batas bawah berupa batas kaudal kartilago krikoid. Batas depannya adalah
permukaan belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik,
sudut anatara kedua belah lamina kartilago krikoid.5
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan
ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa. Laring laki-laki dewasa terleak setinggi
vertebra servikalis 3-6. Pada anak dan wanita sedikit lebih tinggi. Laring dibagi
atas tiga bagian yaitu supraglotis, glotis dan sub glotis. Supra glotis meluas dari
puncak epiglotis sampai ke ventrikel laring. Glotis melibatkan pita suara sampai
5-7 mm dibawah ligamentum vokale, sedangkan subglotis dan bagian inferior
glotis ke pinggir inferior kartilago krikoid.6
2. Kartilago tiroid
Merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina
yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke belakang.
3. Kartilago krikoid
Terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan
paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat
7
4. Kartilago aritenoidea
Merupakan kartilago kecil, dua buah dan berbentuk pyramid. Keduanya
terletak dibelakang laring, pada pinggir atas lamina kartilago krikoid.
5. Kartilago corniulata
Adalah dua buah nodulus kecil yang bersendi dengan apex cartilagnis
arytenoideae dan merupakan tempat lekat plica aryepiglotika.
6. Kartilago cuneiformmis
Merupakan dua kartilago kecil berbentuk batang yang terletak
sedemikian rupa sehingga masing-masing terdapat didalam satu plica
aryepiglotika. Kartilago ini berfungsi menyokong plica tersebut.
7. Epiglotis
Sebuah kartilago elastis berbentuk daun yang teletak di belakang radix
linguinale.1
b. Otot laring
Otot-otot laring terdiri dari 2 kelompok yaitu otot ekstrinsik dan otot
instrinsik. Otot ekstrinsik yang utama bekerja pada laring secara
keseluruhan, sementra otot instrinsik menyebabkan gerakan antara
berbagai laring sendiri.
1. Otot-otot ekstrinsik
a. Otot elevator
- M. Milohiodeus, M. Geniohioideus, M. Digrastikus dan M. Stilohioideus,
M. Genioglosus, M. Hioglosus
b. Otot depressor
- M. Omohioideus, M. Sternotrioideus dan M. Sternohioideus.
8
2. Otot-otot instrinsik
a. Otot adduktor dan abduktor
- M. Krikoaritenoid lateral, M. Aritenoid transversum, M.
Aritenoid oblik
Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis
- M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid
b. Otot yang mengatur pintu masuk laring
M. ariepiglotik, M.tiroepiglotik
9
c. Rongga laring
Batas atas rongga
Batas atas rongga laring adalah aditus laring
Batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago
krikoid
Batas depannya ialah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum
epiglotis, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina
kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid
Batas belakang adalah M. Aritenoid transverus dan lamina kartilago
krikoid 8,9
Pada laring terdapat pita suara asli (plika vokalis) dan pita suara
palsu (plika ventikularis). Bidang antara plika ventrikularis kiri dan kanan
10
e. Perdarahan laring
1. Reflex batuk
Benda asing yang telah masuk kedalam trakea dapat dibatukkan keluar.
Dan dengan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan
2. Menelan
Laring membantu menelan melalui 3 mekanisme, yaitu gerakan laring
bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak masuk lagi kedalam laring
14
3. Emosi
Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi, seperti
berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain.1
Papiloma laring adalah suatu tumor jinak pada laring yang seirng dijumpai
pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe
6 dan 11 yang mana penyakit ini merupakan suatu penyakit kronik yang jarang
dijumpai dan cenderung kambuh sehingga disebut juga recurent Respiratory
Papillomatosis (RRP). Walaupun secara histologi jinak namun secara klinis
penyakit ini sulit untuk dikontrol, tidak dapat diprediksi, sering kambuh dan
progresif yang dapat menyebabkan sakit berat bahkan kematian.2-6
2.4 Epidemiologi
Penyakit ini sering dijumpai pada anak-anak dibawah usia 12 tahun yaitu
Juvenile Onset Recurrent Respiratory Papillomatosis (JORRP) dan bisa dijumpai
pada usia 20-40 tahun yaitu Adult Onset Recurrent Respiratory Papillomatosis
(AORRP).2 Awitan papiloma biasanya terjadi pada anak berusia antara 18 bulan
dan 7 tahun, dan sering terjadi involusi pada pubertas.3,9
Menurut Lee di Amerika Serikat terdapat 1500 sampai 2500 kasus baru
setiap tahunnya.2 Pada anak-anak angaka insiden diperkirakan 4,3 kasus per
100.000 populasi dan pada orang dewasa 1,8 kasus per 100.000 populasi.2-4 Di
Amerika Serikat prevalensi pada anak-anak berkisar 1,7- 2,6 kasus per populasi
pertahun.2 Penelitian di Kanada pada anak-anak angka insiden dari tahun 1994-
2007 diperkirakan 0,24 kasus per 100.000 populasi dengan prevalensi 1,11 kasus
per 100.000 populasi.4 Penelitian dari Denmark mendapatkan angka insiden pada
anak-anak sama dengan di Amerika Serikat.5,4 Dibagian THT FK USU/RSUP H.
Adam Malik Medan sejak November 2001 sampai dengan November 2002
ditemukan 6 kasus pailoma laring, 4 kasus pada anak-anak dan 2 kasus pada orang
dewasa.3
15
33. Namun HPV juga ditemukan pada mukosa laring normal, pervalensi HPV
juga yang dideteksi pada mukosa laring normal adalah sebesar 25%.8
Human Papiloma Virus merupakan virus DNA, tidak berkapsul dengan
kapsid ikosehedral dan DNA double-stranded. Didalam sel yang terinfeksi, DNA
HPV mengalami replikasi, transkripsi dan translasi menjadi protein virus. Protein
ini akan membentuk virion HPV baru yang dapat menginfeksi sel lainnya. Sel
terinfeksi HPV akan mengalami proliferasi pada lapisan basal.8 13
Respon imun tubuh berperan dalam patogenesis terbentuknya HPV. Pada
papilomatosis laring, nuclear factor-kappa beta merupakan mediator utama yang
terlibat dalam regulasi respon imun selular (Th1) dan humoral (Th2). Respon
imun selular merupakan faktor yang palling penting dalam pertahanan tubuh
terhadap infeksi HPV. Malfungsi respon imun selular menyebabkan papilomatosis
laring, sebaliknya defek imunitas humoral tidak berhubungan dengan penyakit ini.
Rekurensi dapat terjadi akibat DNA HPV yang nenetap pada mukosa normal.8 11
2.8 Klasifikasi
1. Tumor jinak laring
Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5 % dari
semua jenis tumor laring.
Tumor jinak laring dapat berupa:10
1. Papiloma laring (terbanyak frekuensi)
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis:10
17
2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
dari permukaan bebas di lipatan pita suara dua per tiga anterior di mana suara
serak adalah gejala pertamanya. Di stadium awal, radioterapi atau konservatif
menjadi terapi terbaik tanpa perlu direncanakan manajemen operasi leher eletif.11
2. Supraglottis carcinoma
Karsinoma supraglotik melibatkan wilayah: superior oleh batas bebas epiglotis
dan inferior oleh pita suara palsu dan ventrikel laring. Lateral oleh aspek medial
lipatan aryepiglotik. Neoplasma ini cenderung menyebar dengan ekstensi lokal.
Ada kecenderungan kuat untuk karsinoma supraglotik untuk menyebar melalui
limfatik. Sejumlah laporan memperkirakan bahwa 39-65% pasien dengan T2
untuk karsinoma supraglotik T4 datang dengan metastasis kelenjar getah bening
yang jelas, sedangkan 32-34% dari pasien tersebut memiliki node patologis
positif.11
3. Subglottis carcinoma
Karsinoma subglotik sangat jarang terjadi dengan hanya 1% dari 2%. 180
kasus karsinoma laring yang terletak 1 cm di bawah pita suara menurut Shaba dan
Shah. Gambaran klinis biasanya adanya obstruksi jalan napas. Pasien mungkin
memiliki insufisiensi saluran napas dan memperoleh bantuan langsung bila
diintubasi. Lesi subglotik biasanya muncul di bawah konus elastikus (1 cm di
bawah tepi bebas dari pita suara sejati) dan menyebar secara lokal untuk
menyerang tulang rawan dan kelenjar tiroid melalui penyebaran limfatik menuju
nodus jugularis profunda, nodus Delphian(prelaryngeal), dan nodus paratrakeal.
Kanker laring dibagi berdasar system TNM (tumor, nodul, metastasis) milik
American Joint Committee on Cancer. Untuk kepentingan staging, nodul postif di
leher termasuk dalam metastasis lokoregional; metastasis di bagian tubuh yang
lain (seperti paru, mediastinum, hepar dan tulang) termasuk dalam metastasis
jauh. Untuk pertama kalinya, tumor T4 dibagi menjadi tumor stage IV dibagi
menjadi IV.A, IV.B dan IV.C (adanya metastasis jauh). Studi yang dilakukan
sebelumnya, bagaimanapun juga, mengacu pada system lama yakni tahun 1998 di
mana terdapat T4 yang berdiri sendiri.10
20
Tabel dibawah menunjukkan penentuan kategori TNM edisi ke-7 pada karsinoma
laring
Kategori T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1, T2 N1
IV A T4a N0 M0
T 1-3 N1, N2 M0
IV B T4b N apapun M0
T apapun N3 M0
IV C T apapun N apapun M1
2.9 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan3 :
1. Anamnesa
Adanya suara parau sampai afonia, suara serak merupakan gejala yang
paling sering dikeluhkan. Pada papiloma yang besar bisa terjadi stridor
sampai sesak nafas.
2. Gejala klinis
Suara serak merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Pada
papiloma yang besar bisa terjadi stridor sampai sesak nafas.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan
untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis diparu. Foto jaringan lunak (soft tissue) leher dari lateral
kadangkadang dapat menilai besarnya dan letak tumor, bila tumornya
cukup besar. Apabila memungkinkan, CT scan laring dapat
memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama, misalnya
penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
metastase kelenjar getah bening leher.10
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik
dari bahan biopsi laring, dan biosi jarum-halus pada pembesaran kelenjar
23
suara (vocal abuse) menjadi penyebab tersering nodul pita suara. Strategi
penangan secara konservatif, terapi wicara merupakan terapi paling
utama.13
2.11 Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada papiloma alring adalah untuk mempertahankan jalan
nafas dan kualitas suara. Namun, tidak ada terapi yang memuaskan dalam
pengobatan papiloma laring. Terapi laring meliputi terapin operasi dan
medikamentosa sebagai terapi adjuvant.8
Terapi operasi berupa ekstirpasi lesi dengan teknik mikrolaringoskopi
menggunakan forcep dan laser. Eksisi yang ebrulang direkomendasikan untuk
menghindari tindakn trakeostomi dan mempertahankan struktur dan fungsi pita
suara. Laser dapat membantu dalam mendstruksi jaringan secara tepat dan
menjaga hemostasis selama operasi serta dapat memperpanjnag periode bebas
penyakit dalam beberapa kasus. Burns, et al meneliti penggunaan laser lainnya
menggunakan potassium-titanil-fosfat pada gelombang 532 nm sebagai terapi
yang aman dan efektif untuk papilomatosis laring.8
Setelah operasi pasien harus istirahat total dalam seminggu pertama, bicara
ringan pada minggu kedua dan secara betahap menggunakan suara pada minggu-
minggu berikutnya. Pada minggu pertama, pasien harus membatasi diet yaitu
tidak boleh makan makanan pedas dan merangsang, pemberian inhibitor pompa
proton dianjurkan, khususnya bila terjadi refluk gastroesofagus.8
Terpa adjuvant apada papiloma laring meliputi interferon , asam retinoat,
estrogen, indole-3, carbinol, terapi fotodinamik, cidofovir dan asiklovir. Cidofovir
26
intralesi adalah anti virus yang sering digunakan. Namun, penggunaan cidofovir
berpotensi dalm transformasi keganasan. Terapi adjuvant diberikan bila pasien
telah menjalani operasi lebih dari empat kali dalam satu tahun, terdapat
penyebaran penyakit ke lokasi yang lebih distal dan atau pertumbuhan kembali
lesi yang cepat disertai dengan gangguan pada jalan nafas.8
2.12 Komplikasi
Pada umumnya papiloma laring pada anak dapat sembuh spontan ketika
pubertas, tetapi dapt pula meluas ke trakea, bronkus, dan paru, diduga akibat
tindakan trakeostomi, ekstirpasi yang tidak sempurna. Progresifitas papiloma
laring menjadi squamous cell carsinoma (SCC) dapat terjadi, tetapi hal ini jarang.
Perubahan menjadi SCC ditandai juga dengan adanya penyebaran ke paru.2
2.13 Prognosis
Papilomatosis laring memiliki angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar
70%. Insiden trasformasi keganasan pada papiloma laring adalah jarang, yaitu
hanya terjadi pada 2-4% kasus, transformasi keganasan pada papiloma laring
berhubungan dengan faktor resiko seperti merokok dan riwayat terpapar radiasi
sebelumnya.8
\
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Papiloma laring adalah suatu tumor jinak pada laring yang seirng
dijumpai pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) tipe 6 dan 11 yang mana penyakit ini merupakan suatu penyakit
kronik yang jarang dijumpai dan cenderung kambuh sehingga disebut juga
recurent Respiratory Papillomatosis (RRP). Walaupun secara histologi jinak
namun secara klinis penyakit ini suliy untuk dikontrol, tidak dapat diprediksi,
sering kambuh dan progresif yang dapat menyebabkan sakit berat bahkan
kematian. Secara garis besar dibagi menjadi dua tipe yaitu JORRP dan
AORRP. Papiloma laring pada anak biasanya lebih agresif dan lebih sering
kambuh dibandingkan dengan tipe dewasa. Gejala utama yang paling dini
adalah suara yang serak sampai afonia. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
anamnes yang teliti, gejala klinik dan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti biopsi dan pemeriksaan histopalogik. Penatalaksanaannya dapat beupa
pembedahan, terapi medikamentosa maupun foto dinamik.10 12
28
DAFTAR PUSTAKA
13. Martin RHG, Dias NH, Gregorio EA, et al. Laryngeal Papillomatosis:
Morphologycal Study by Light and Electol Microscopi of the HPV-6. Rev
Bras Otorrinolaryngol, 2008