Anda di halaman 1dari 117

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia secara geografis terletak di antara dua benua, yaitu Benua

Asia dan Australia serta di antara dua samudera, yaitu samudera hindia dan

samudera pasifik. Kondisi ini membuat letak indonesia sangat strategis karena

posisi indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra

memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara

maupun laut dan sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia,

antara perdagangan negara - negara industri dan negara - negara yang sedang

berkembang.

Secara astronomis, indonesia terletak antara 6 lintang utara sampai

11 lintang selatan dan 95 sampai 141 bujur timur yang meliputi rangkaian

pulau antara sabang sampai merauke. Menurut data dari Badan Informasi

Geospasial ( BIG ), indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

dengan jumlah pulau 13.466, luas daratan 1.922.570 km dan luas perairan

3.257.483 km

Luasan wilayah dalam peta negara kesatuan republik indonesia dari

masa ke masa memperlihatkan wilayah negara kesatuan republik indonesia

yang mengalami beberapa perubahan. Saat ini peta indonesia yang terbaru

memperlihatkan penambahan luas wilayah yurisdiksi kelautan republik

indonesia di luar 200 mil laut seluas 4.209 Km yang terletak di sisi barat laut

1
pulau sumatera, yang disetujui dan disahkan oleh PBB tanggal 17 Agustus

2010 lalu, saat menggelar sidang di new york amerika serikat.

Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 66 tahun 2011

tentang kode dan data wilayah administrasi pemerintahan kementerian dalam

negeri menunjukkan bahwa pada tahun 2012 secara administratif wilayah

Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 497 kabupaten / kota ( 399 kabupaten dan

98 kota ), 6.994 kecamatan, 8.216 kelurahan ( Profil Kesehatan Indonesia,

2012 ).

Menurut undang - undang republik indonesia nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

satu unsur kesejahterahan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita - cita

bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan undang -

undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, setiap kegiatan dalam

upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi - tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,

partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya

manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi

pembangunan nasional.

Efusi pleura merupakan penyakit menular saluran pernapasan yang

kronis. Menurut World Healt Organitation ( Who ) Penyakit ini bukan

merupakan suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang

serius yang dapat mengancam jiwa penderita ( Dep. Kes. RI, 2008 ).

2
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi

problem utama di negara - negara yang sedang berkembang termasuk

Indonesia. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan dan lebih banyak di

sebabkan oleh infeksi tuberkulosis, penyakit efusi pleura dapat ditemukan

sepanjang tahun dan jarang dijumpai secara sporadis tetapi lebih sering

bersifat epindemik di suatu daerah.

Efusi pleura adalah keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan

didalam rongga pleura. Penyebabnya utamanya yaitu efusi pleura transudate,

efusi pleura eksudatif, klien efusi pleura secara khas memperlihatkan keluhan

dan gejala yang berkaitan dengan kondisi patologis yang mendasari yaitu

sesak napas, nyeri pleuritik dada, gambaran klinis lain tergantung pada

penyebab efusi. Komplikasi pada efusi pleura dapat meliputi kerusakan

ventilasi dan pleuritis ( Kowalak dkk, 2013 ).

Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada klien efusi pleura

akan mengalami suatu perubahan pada kebutuhan dasar manusia yaitu bio,

psiko, sosial dan spiritual yang akan selalu menimbulkan dampak yang

diakibatkan oleh proses penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada

umumnya klien dengan efusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun

adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang

lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat adanya

akumulasi cairan di kavum pleura ( Bararah 2013 : 37 - 38 )

Pengetahuan yang dalam tentang efusi pleura dan segalanya

merupakan pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan yang tetap.

3
Disamping pemberian obat, penerapan proses keperawatan yang tepat

memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan

pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat efusi

pleura. Peran perawat dalam perawatan klien dengan efusi pleura termasuk

penerapan regimen medis. Perawat menyiapkan serta memposisikan klien

untuk tindakan torakosintesis dan memeberikan dukungan sepanjang prosedur

dilakukan. Karena peura yang terkena, maka akan terjadi nyeri yang hebat,

oleh karenanya klien dibantu untuk mengambil posisi yang paling sesuai yang

diresepkan dan sesuai yang dibutuhkan. Jika drainase selang dada dan system

water-seal yang digunakan, perawat bertanggung jawab untuk pemantauan

fungsi system dan mencatat jumlah drainase pada interval yang diharuskan.

Asuhan keperawatan yang berhubungan dengan penyebab dasar efusi pleura

akan spesifik tergantung pada kondisi tersebut ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

Berdasarkan data dari rekam medik di rumah sakit angkatan udara dr.

M. Salamun kota bandung, klien yang dirawat pada tahun 2014 periode

januari sampai desember berjumlah 6520 kasus dan efusi pleura berjumlah 3

kasus. Angka kejadian efusi pleura tidak termasuk dalam sepuluh besar

penyakit yang ada di rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun. Pada

periode Tanggal 1 - 29 Januari 2015 jumlah klien yang dirawat inap di rumah

sakit ini sebanyak 112 orang dan pada saat pengkajian tanggal 20 januari

2015 didapatkan penderita efusi pleura di ruang parkit rumah sakit angkatan

udara dr. M. Salamun sebanyak 1 orang.

4
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik memilih

judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.N DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN EFUSI PLEURA Diruang

Parkit Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Kota Bandung

Tahun 2015, karena penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular

kronis yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia terutama

gangguan pernapasan seperti sesak napas / gagal napas.

Dalam menangani kasus ini, selain penatalaksanaan dan pengobatan

oleh tim medis serta tidak kalah pentingnya yaitu pengetahuan dan pengenalan

yang lebih jauh tentang penyakit efusi pleura dapat menjadi pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan dalam rangka mengurangi angka kejadian

dari penyakit efusi pleura ini.

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam usaha membantu klien

mengatasi masalahnya dengan pendekatan proses keperawatan.

b. Tujuan Khusus

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada Tn. N, dengan gangguan system pernafasan : Efusi

pleura, dengan langkah - langkah sebagai berikut :

5
a. Mampu melakukan pengkajian, analisa data dan merumuskan diagnosa

keperawatan yang terjadi pada klien dengan gangguan sistem

pernapasan efusi pleura.

b. Mampu dalam merumuskan rencana asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura.

c. Mampu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem pernapasan efusi pleura.

d. Mampu dalam melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sistem

pernapasan efusi pleura.

e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem pernapasan efusi pleura.

C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode

studi kasus yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data, yaitu:


1. Observasi
Kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat panca indera yang dapat dilakukan melalui

penglihatan dan pendengaran.


2. Wawancara
Penulis melakukan dialog dengan klien dan keluarga, untuk

mendapatkan data yang diperlukan.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan langsung kepada klien dengan cara inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi, yang diawali dengan pemeriksaan dari kepala

sampai telapak kaki atau pendekatan persistem.


4. Studi Dokumentasi

6
Pengumpulan data, mencatat dan mengelola data perawatan dari

hasil laporan perawat dan klien.


5. Partisipasi Aktif
Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, penulis langsung

bertanya kepada klien dan keluarga, sehingga ada hubungan timbal balik

antara penulis dan klien.


6. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku - buku ilmu keperawatan dan sumber - sumber

lainnya seperti internet yang berhubungan dengan kasus yang dihadapi

untuk memperoleh kepustakaan dan pembahasaan.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini meliputi :
BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan teknik

pengumpulan data.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Mengenai teori dan konsep dasar efusi pleura yang meliputi

pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan

laboratorium, tindakan medis dan dampak efusi pleura terhadap

sistem tubuh, manajemen umum medik dan konsep asuhan

keperawatan pada klien dengan efusi pleura yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

sampai evaluasi.
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari laporan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

kepada Tn. N dengan diagnosa efusi pleura melalui pengkajian,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Membahas kesenjangan

7
yang didapat serta alternatif pemecahan masalah dalam melakukan

asuhan keperawatan.
BAB IV PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan pada pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR SISTEM PERNAPASAN

1. Anatomi Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan terbagi menjadi 2, yaitu traktus respiratorius

bagian atas dan traktus respiratorius bagian bawah. Traktus respiratorius

bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring. Sementara struktur yang

8
membentuk bagian dari traktus respiratorius bagian bawah adalah trakea,

bronkus, rongga toraks, paru - paru, alveoli, pleura, otot - otot pernapasan

( Muttaqin, 2008 : 4 ).

Berikut ini adalah gambar anatomi saluran pernapasan

Gambar 2.1
Anatomi sistem pernapasan

Sumber : ( Muttaqin. 2008 : 4 ).Gangguan Sistem Pernapasan

a. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas

Gambar 2.2
Saluran Pernapasan Atas

9
Sumber : ( Somantri. 2009 : 5 ).Gangguan sistem Pernapasan

(a) Hidung

Nares anterior adalah saluran - saluran didalam lubang hidung.

Saluran - saluran itu bermuara ke dalam bagian yang di kenal sebagai

vestibulum ( rongga ) hidung. Vestibulum ini di lapisi epitelium

bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior

memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang di tutupi bulu kasar.

Kelenjar - kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung, rongga

hidung di lapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,

bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang

mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.

Daerah penafasan di lapisi epitelium silinder dan sel epitel

berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu

membuat permukaan nares basah dan berlendir.

Di atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini paling

tebal, yang di uraikan di bawah. Tiga tulang kerang ( konka ) yang di

selaputi epitalium pernapasan yang menjorok dari dinding lateral

hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput

lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara di saring oleh

bulu - bulu yang terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan

10
permukaan lendir yang di laluinya udara menjadi hangat dan karena

penguapan air dari permukaan selaput lendir udara menjadi lembab.

Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup.

Udara masuk dan keluar sistem pernapasan melalui hidung, yang

terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua

pintu pada dasar hidung - nostril ( lubang hidung ) atau nares eksternal

yang dipisahkan oleh septum nasal dibagian tengahnya ( Pearce, 2010 :

255 ).

Menurut Somantri 2009 : 4, Fungsi hidung secara umum adalah

sebagai berikut :

1) Sebagai jalan nafas

2) Sebagai pengatur udara

3) Sebagai pengatur kelembaban udara

4) Sebagai pengatur suhu

5) Sebagai pelindung dan penyaring udara

6) Sebagai indra pencium

7) Sebagai resonator suara

(b) Faring

Faring, tenggorokan ( tekak ) adalah pipa berotot yang berjalan

dari dasar tengkorak sampai ke persambungannya dengan usofagus

pada ketinggian tulang rawan krikoid terletak di posterior rongga nasal

dan oral dan dianterior vertebra servikalis. Secara deskriptif faring

dibagi menjadi 3 ( tiga ) sekmen lanjutan; belakang hidung

11
( nasofaring ), di belakang mulut ( orofaring ) dan di belakang laring

( faring - laringeal ),( Pearce, 2010 : 257 ).

Menurut Irman Somantri 2009 : 6, Faring berdasarkan letaknya

terbagi menjadi tiga yaitu :

(1) Nasofaring letaknya superior ( atas )

(2) Orofaring letaknya posterior ( depan )

(3) Laringo faring letaknya inferior ( bawah )

(c) Laring

Laring biasa disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktur

epitelium - lined yang berhubungan dengan faring ( atas ) dan trakea

( bawah ). Lokasinya berada dianterior tulang vertebra ke - 4 dan ke -

6, bagian atas dari esophagus berada di posterior laring.

Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu

juga berfungsi sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan

memfasilitasi batuk. Laring terdiri dari epiglotis, glotis, tiroid

kartilago, krikoid kartilago, arytenoid kartilago, pita suara ( Somantri,

2009 : 5 ).

b. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah.

Gambar : 2.3
Saluran Pernapasan bawah

12
Sumber : ( Somantri. 2009 : 8 ). Gangguan Sistem Pernapasan

1) Trakea

Trakea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan

panjang 11 cm. Trakea terletak setelah laring dan memanjang ke

bawah setara dengan vertebra torakalis ke - 5. Ujung trakea bagian

bawah bercabang menjadi dua bronkus ( bronki ) kanan dan kiri.

Percabangan bronkus kanan dan kiri dikenal sebagai karina ( carina ).

Trakea tersusun atas 16 - 20 kartilago hialin berbentuk huruf C

yang melekat pada dinding trakea dan berfungsi untuk melindungi

jalan udara ( Muttaqin, 2008 : 7 )

2) Bronkus

Bronkhus merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam

dan keluar dari paru - paru. Bronkus mempunyai struktur serupa

dengan trakea. Bronkus kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan

lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir vertical dengan trakea,

Sebaliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit, dan sudutnya

pun lebih runcing. Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi

klinis tersendiri seperti jika ada benda yang terinhalasi, maka benda itu

13
lebih memungkinkan berada di bronkus kanan dibandingkan dengan

bronkus kiri karena arah dan lebarnya ( Muttaqin, 2008 : 7 )

3) Rongga Toraks

Rangka dada yang terdiri atas tulang dan tulang rawan. Sebelah

kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru - paru beserta

pembungkus pleuranya, pleura ini membungkus setiap belah dan

membentuk batas lateral pada mediastinum ( ruang didalam rongga

dada antara kedua paru - paru ) ( Pearce, 2010 : 260 ).

4) Paru - Paru

Paru merupakan organ elastis, berbentuk kerucut dan terletak

dalam rongga thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum

sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.

Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu, paru juga dibagi

menjadi lima lobus, tiga lobus pada paru kanan dan dua lobus pada

paru kiri. Lobus - lobus tersebut dibagi menjadi beberapa segmen,

yaitu 10 segmen pada paru kanan, 9 segmen pada paru kiri, proses

patologis seperti atelektasis dan pneumoni sering kali terbatas pada

satu lobus atau suatu segmen saja ( Muttaqin, 2008 : 13 ).

5) Alveoli

Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru ,

dimana pada daerah tersebut mengandung berjuta - juta unit alveolar.

Alveolar bentuknya sangat kecil, alveoli merupakan kantong udara

pada akhir bronkiolus respirtatorius yang memungkinkan terjadinya

14
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Seluruh unit alveolar ( zona

respirasi ) terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar dan

kantong alveoli ( alveoli sacs ). Fungsi utama alveolar adalah

pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara kapiler pulmonare dan

alveoli ( Somantri, 2009 : 7 ).

6) Pleura
Dari segi anatomi, permukaan rongga pleura berbatasan dengan

paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke

rongga lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga

kosong diantara kedua pleura, karena biasanya hanya terdapat sekitar

5 - 15 mililiter cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang

selalu bergerak secara teratur.


Setiap saat jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi

lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka

kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik ( yang

membuka secara langsung ) dari rongga pleura ke mediastinum.

Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura parietalis

memerlukan keseimbangan antara produksi cairan pleura oleh pleura

parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Oleh karena itu, rongga

pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya

begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas

( Muttaqin, 2008 : 126 ).


Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membran

serosa ( masing - masing untuk setiap paru ) yang didalamnya

mengandung cairan serosa. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru

15
disebut pleura viseralis dan lapisan paru yang membatasi rongga

thoraks disebut pleura parietalis. ( Muttaqin, 2008 : 14 )


Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan

atmosfer. Perbedaan tekanan ini berguna untuk mencagah terjadinya

kolaps paru ( Muttaqin, 2008 : 15 ).


7) Otot - Otot Pernapasan
Otot - otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk

menghembuskan udara. Diafragma ( dibantu oleh otot - otot yang

dapat mengangkat tulang rusuk dan tulang dada ) merupakan otot

utama yang ikut berperan meningkatan volume paru.


Saat inspirasai, otot sternokleidomastoideus, otot skalenes, otot

pektoralis minor, otot serratus anterior dan otot interkostalis sebelah

luar mengalami kontaraksi sehingga menekan diafragma ke bawah dan

mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru.


Pada fase ekspirasi, otot - otot transversal dada, otot

interkostalis sebelah dalam dan otot abdominal mengalami kontraksi,

sehingga mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk

mengeluarkan udara dari paru ( Muttaqin, 2008 : 15 - 16 ).


8) Hystologi Sistem Pernapasan
Merupakan kombinasi antara sel epitel dan lamina propria dan

biasa disebut dengan mukosa respirasi. Mukosa ini berada pada zona

konduksi saluran pernapasan dan kaya akan pembuluh darah yang

dapat menghangatkan udara seketika saat udara itu dihirup oleh

hidung.
1) Sel Epitel
Secara umum saluran pernapasan yang dimulai dari rongga

hidung hingga percabangan bronkial dilapisi oleh sel epitel

batangbersilia dan berlapis semu. Dalam sel epitel tersebut

16
terdapat sel goblet yang memproduksi dan mengsekrsikan mucus

( lendir ). Jenis sel epitel yang berbeda ditemukan pada epitel

faring.perbedaan jenis epitel ini terkait dengan peran laring

sebagai penghubung antara rongga mulut dan rongga hidung.

2) Lamina Propria
Lamina propria merupakan lapisan jaringan konektif yang terletak

diantara sel epitel dengan kartilago. Biasanya terdiri dari atas

sekumpulan serat otot polos yang tersebar dibawah sel epitel.


Dibeberapa bagian tertentu lamina propria mengalami modifikasi

menjadi bentuk seperti pipa tebal yang mengelilingi lumen,

lamina propria juga kaya akan pembuluh darah arteri,vena dan

kapiler lainnya yang membawa zat gizi dan air menuju ke sel

sekretori. Lamina propria pada nasal konka juga mengandung

banyak pembuluh darah vena, banyaknya pembuluh darah vena

membuat udara yang masuk melalui rongga hidung dapat dengan

segera dihangatkan dan dilembabkan ( Mutaqqin, 2008 : 2 - 3 )

2. Fisiologi Sistem Pernapasan

Fungsi paru - paru ialah pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida. Pada pernapasan melalui paru - paru atau pernapasan

eksterna, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas

oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli dan dapat

berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli - kapiler, yang

memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran ini dan

17
dipungut oleh hemoklobin sel darah merah dan dibawah kejantung. Dari

sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan

paru - paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini

hemoklobinnya 95 persen jenuh oksigen.

Didalam paru - paru, karbondioksida salah satu hasil buangan

metabolisme, menembus membrane alveolar - kapiler, dari kapiler darah

ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial ke trakea, dinapaskan keluar

melalui hidung dan mulut.

Menutut Pearce 2010 : 265, Ada 4 ( empat ) proses yang

berhubungan dengan pernapasan paru - paru, yaitu :


a. Ventilasi pulmoner, yaitu gerak pernapasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar.


b. Arus darah melalui paru - paru.

c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat

dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.

d. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kalpiler.

Karbondioksida ( CO2 ) lebih mudah berdifusi dari pada oksigen ( O2 )

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat karbondioksida dan

oksigen. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru - paru

membawa terlalu banyak karbondioksida dan terlampau sedikit oksigen,

karbondioksida itu tidak dapat di keluarkan, maka konsentrasinya dalam

darah arteri bertambah, hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak

untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan

18
ventilasi ini mengeluarkan karbondioksida dan memungut lebih banyak

oksigen.

3. Mekanisme Pengaturan Sistem Pernapasan

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan dua faktor utama

yaitu kimiawi dan pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu

merangsang pusat pernapasan yang terletak didalam medula oblongata

dan kalau dirangsang pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan

saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot

interkostalis.

a. Pengendalian oleh saraf

Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik didalam medulla

oblongata yang mengeluarkan implus eferen ke otot pernapasan

memlalui beberapa radiks saraf servikalis impuls ini diantarkan oleh

diafragma oleh saraf frenikus. Dibagian yang lebih rendah pada

sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf

interkostalis untuk merangsang otot interkotalis. Impuls ini

menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis

yang berkecepatan kira - kira lima belas setiap menit.

Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara

diantarkan saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.

b. Pengendalian Secara Kimiawi

Faktor kimiawi ini adalah factor utama dalam pengendalain dan

pengaturan frekuensi, kecepatan dan kedalaman gerakan pernapasan.

19
Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi : kadar

alkali darah harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produk asam

dari metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat

pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot

pernapasan. Kedua pengendalian , baik melalui saraf maupun secara

kimiawi , adalah penting. Tanpa salah satunya orang tidak dapat

bernapas terus ( Pearce, 2010 : 267 - 268 ).

B. KONSEP DASAR PENYAKIT EFUSI PLEURA

1. Pengertian Efusi Pleura

Ada beberapa pengertian mengenai efusi pleura, yaitu sebagai berikut :

a. Efusi pleura dapat terjadi akibat penyakit atau suatu trauma seperti

infeksi, gagal jantung kongestif, neoplasma, tromboemboli defek

kardiovaskular dan reaksi imunologis ( Bararah, 2013 : 222 ).

b. Efusi pleura adalah adanya cairan dalam rongga pleura yang

disebabkan oleh beberapa macam penyakit ( Murwani, 2011 :18 ).

c. Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh

cairan / terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura ( Somantri,

2009 : 106 ).

d. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan

cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan

terjadinya ketidak seimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler

dan pleura viseralis ( Muttaqin, 2008 : 126 ).

20
e. Efusi pleura adalah cairan didalam rongga pleura, dapat disebabkan

oleh penyakit pleura atau penyakit sistemik ( Hayes, 1997 : 107 ).

2. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi

menjadi transudat, eksudat dan hemoragi :

a. Transudat yaitu dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif

( gagal jantung kiri ), sindrom nefrotik, asites ( oleh karena sirosis

hepatis ), sindrom vena kava superior, tumor dan sindrom Meigs.

b. Eksudat yaitu dapat disebabkan oleh infeksi TB paru, Pneumoni,

tumor, infark paru, radiasi dan penyakit kolagen

c. Hemoragi yaitu dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark

paru dan tuberculosis

Menurut Muttaqin 2008 : 126, berdasarkan lokasi cairan yang

terbentuk, dibagi menjadi :

a. Unilateral

Tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya.

b. Bilateral

Ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongestif, sindrom

nefrotik, lupus eritematosus sistemis, asites, infark paru, tumor dan

tuberculosis.

21
3. Manifestasi Klinis

Menurut Murwani, 2011 : 18, manifestasi klinis yang muncul yaitu :

a. Timbulnya cairan dimulai dengan adanya rasa sakit karena adanya

gesekan antara pleura.

b. Kemudian rasa sakit berkurang jika cairan bertambah banyak.

c. Dipsnu bila cairan bertambah banyak.

d. Batuk - batuk.

e. Keluar mukus / lendir.

f. Keluar keringat pada malam hari.

g. Krepitasi pada dada ( suara cairan di rongga dada )

h. Sukar tidur pada bagian yang sakit

Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan

berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan

kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah ( raba dan vocal ),

pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan

cairan membentuk garis melengkung ( Garis Ellis Damoiseu ).

Di dapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup

timpani dibagian atas garis Ellis Damoiseu. Segitiga Grocco - Rochfusz,

yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada

auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.( Pada

permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura ).

( Padila, 2012 : 120 )

22
4. Patofisiologi

Didalam rongga pleura terdapat 5 - 15 mili liter cairan yang

cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura

viseralis. Cairan ini di hasilkan oleh kapiler pleura parietalis, karena

adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.

Sebagian cairan ini diserab kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,

sebagian kecil lainnya ( 10 - 20% ) mengalir kedalam pembuluh limfe

sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini

terjadi bila keseimbangan produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada

hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic

( hipoalbuminemia ), peningkatan tekanan vena ( gagal jantung ). Atas

dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.

Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena

disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena tekanan

osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh

keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya

akan protein dan berat jenisnya tinggi ( > 30 g / l ). Cairan ini juga

mengandung banyak sel darah putih, sebaliknya transudat kadar proteinya

rendah ( < 30 g / l ) sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah

( Padila, 2012 : 121 )

Menurut Muttaqin 2008 : 127, Efusi pleura berarti terjadi

penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Proses

23
akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang

meliputi :

a. Penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura

b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan

perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan

yang berlebihan ke dalam rongga pleura.

c. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma, juga memungkinkan

terjadinya transudasi cairan yang berlebihan

d. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada

permukaan pleura dari rongga pleura, dapat menyebabkan pecahnya

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan

cairan ke dalam rongga secara cepat.

Gambar 2.4
Efusi Pleura

Sumber : ( www.xa-dewie.blogspot.com ) tanggal 04 - 03 - 2015

24
Tabel 2.1
Patofisiologi Efusi Pleura yang mengarah pada terjadinya masalah
keperawatan

TB Paru Gagal Jantung Kiri Karsinoma


Pneumoni Gagal Ginjal/Gagal Fungsi Hati Mediastinum
Karsinoma Paru

Atelektasis Peningkatan Tekanan


Hipoalbuminemia Hidrostatik di Pembuluh darah
Inflamasi Peningkatan Permeabilitas
Kapiler paru

Ketidakseimbangan Jumlah produksi


Tekanan Osmotik Koloid Menurun cairan dengan absorbsi yang bisa
dilakukan pleura viseralis
Tekanan Negatif Intrapleura
Penuingkatan Permeabilitas Kapiler

Akumuliasi/Penimbunan
cairan di kavum pleura

Ganngguan Ventilasi/Pengembangan Paru Tidak Optimal/Gangguan Difusi,Distribusi dan Transportasi Oksigen

Sistem Sistem Saraf Sistem Sistem Respon


Pernapasan Pusat Pencernaan Musculoskletal Psikososial

PaO2 Menurun Penurunan Suplai Efek Pewnurunan Sesak Nafas


PCO2 Meningkat Oksigen ke Otak Hipoventilasi Suplai Oksigen Tindakasn
Sesak Nafas Ke Jaringan Invasif
Peningkatan Produksi
Secret
Penurunan Imunitas Hipoksia Produksi Asam
Serebral lambung Meningkat Peningkatan Koping
Peristaltik Menurun Metabolisme Tidak
Anaerob Efektif
Pola Nafas Tidak
Efektif Pusing
Jalan Nafas Tidak Disorientasi Mual,Nyeri
Efektif Lambung Peningkatan
Resiko Terpapar Konstipasi Produksi Asam Kecemasan
Infeksi Laktate
Resiko Gangguan
Perfusi Serebral
Ketidak Seimbangan Kelemahan Fisik
Nutrisi Umum
Nyeri Lambung
Gangguan Eliminasi

Intoleransi
Aktivitas

Sumber : Muttaqin, 2008 :127

25
5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Padila 2012 : 121 - 122, Ada 5 ( lima ) macam

pemeriksaan penunjang, yaitu :

a. Pemeriksaan radiologik ( rontgen dada ), pada permulaan didapati

menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 mililiter, akan

tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat

pergeseran di mediastinum.

b. Ultrasonografi

c. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna,

biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea

aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke - 8, didapati cairan

yang mungkin serosa ( serotorak ), berdarah ( hemotoraks ), pus

( piotoraks ) atau kilus ( kilotoraks ). Bila cairan serosa mungkin

berupa transudat ( hasil bendungan ) atau eksudat ( hasil radang ).

d. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil

tahan asam ( untuk tuberculosis ), hitung sel darah merah dan putih,

pemeriksaan kimiawi ( glukosa, amylase, laktat dehidrogenase

( LDH ), protein), analisis sitologi untuk sel - sel malignan dan pH.

e. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

6. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi dari efusi pleura yaitu :

a. Menurut Kowalak, Welsh, Mayer, 2013 : 251, yaitu kerusakan ventilasi

dan pleuritis.

26
b. Menurut Rani, Soegondo, Nazir ( Soegondo dkk, 2008 ), yaitu efusi

pleura berulang, efusi pleura terlokalisir, empyema dan gagal napas.

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Padila 2012 : 122 - 123, Ada 3 ( tiga ) cara penatalaksanaan medis

efusi pleura meliputi :

a. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk

mencegah penumpukan kembali cairan dan untuk menghilangkan

ketidaknyamanan serta dipsneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada

penyebab dasar ( gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis ).

b. Torakosentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan

spesimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan dipsneu.

c. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam

beberapa hari atau minggu, torakosentesis berulang mengakibatkan

nyeri, penipisan protein dan elektrolit serta kadang pneumothoraks.

Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada

dengan drainase yang dihubungkan ke sistem drainase water - seal atau

pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan

paru.

d. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan

kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleura dan

mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

e. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi

dinding dada, bedah plerektomi dan terapi diuretik.

27
9. Dampak Masalah Terhadap Individu dan Keluarga

a. Dampak masalah terhadap individu

Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada klien efusi

pleura akan mengalami suatu perubahan baik bio, psiko, sosial dan

spiritual yang akan selalu menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh

proses penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Klien

dengan efusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya

nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang

lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat

adanya akumulasi cairan di kavum pleura.

b. Dampak masalah terhadap keluarga

Menurut Bararah 2013 : 37 - 38, Pada umumnya keluarga klien

akan merasa dituntut untuk selalu menjaga dan memenuhi kebutuhan

klien. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit sehingga

keluarga klien akan memberi perhatian yang lebih pada klien. Keluarga

menjadi cemas dengan keadaan klien karena mungkin sebagai orang

awam keluarga klien kurang mengerti dengan kondisi klien dan

tentang bagaimana perawatannya.

Lamanya perawatan klien banyaknya biaya pengobatan

merupakan masalah bagi klien dan keluarganya terlebih untuk keluarga

dengan tingkat ekonomi yang rendah. Secara langsung peran klien

sesuai statusnya pun akan mengalami perubahan bahkan gangguan

selama klien dirawat di rumah sakit.

28
10. Water Seal Drainase ( WSD )
a. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk

mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada ( Padila, 2012 :

123 )

b. Indikasi

1) Pneumothoraks karena ruptur bleb dan luka tusuk tembus

2) Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan,

paska bedah toraks

3) Torakotomi

4) Efusi pleura

5) Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

c. Tujuan Pemasangan

1) Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

2) Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

3) Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap

sebagian

4) Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

d. Tempat pemasangan

1) Apikal

(a) Letak selang pada interkosta III mid klavikula

(b) Dimasukkan secara antero lateral

(c) Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

29
2) Basal

(a) Letak selang pada interkostal V - VI atau interkostal VIII - IX

mid aksiller

(b) Fungsi : Untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

e. Jenis WSD ( water seal drainase )

1) Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada klien

dengan simple pneumotoraks

2) Sistem dua botol

Pada sistem ini, botol pertama mengumpulkan cairan / drainase dan

botol kedua adalah botol water seal.

3) Sistem tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke sistem dua

botol. Sistem tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah

penghisapan.( Padila, 2012 : 123 - 124 )

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Efusi Pleura

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan

hidup klien dan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative dan preventif

perawatan kesehatannya. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan

telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan

elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang

paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah

30
Kajian selama bertahun - tahun, penggunaan dan perbaikan telah

mengarahkan perawat pada pengembangan proses keperawatan menjadi

5 ( lima ) langkah yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi ( Bararah, 2013 : 9 ).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi

data biologis, psikologis, social dan spiritual.

Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah pengumpulan data objektif

dan subjektif dari klien ( Somantri, 2009 : 109 ).

a. Biodata

Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul

pada seluruh usia. Status ekonomi ( tempat tinggal ) sangat berperan

terhadap timbulnya penyakit ini terutama yang di dahului oleh

tuberculosis paru. Klien dengan tuberculosis paru sering ditemukan di

daerah padat penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.

1) Identitas Klien

Biodata klien mencakup nama, usia, jenis klamin,

pendidikan, status perkawinan, suku / bangsa, agama, tanggal

masuk rumah sakit, nomor rekam medik, tanggal pengkajian,

diagnosa medis dan alamat.

31
2) Identitas Penanggung Jawab

Biodata penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis

kelamin, agama, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong

klien mencari pertolongan atau berobat kerumah sakit, biasaanya

pada klien dengan efusi pleura di dapatkan keluhan berupa sesak

nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada saat batuk dan

bernapas serta batuk nonproduktif ( Muttaqin, 2008 : 128 )

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan sumber data yang subjektif tentang status

kesehatan klien yang memberikan gambaran tentang masalah

kesehatan aktual maupun potensial. Riwayat merupakan penuntun

pengkajian fisik yang berkaitan informasi tentang keadaan

fisiologis, psikologis, budaya dan psikososial untuk membantu

klien dalam mengutarakan masalah - masalah atau keluhan secara

lengkap, maka perawat dianjurkan menggunakan analisa simptom

PQRST, yaitu :

(a) Provokatif atau Paliatif

Apakah yang dapat memperberat / memperingan kondisi

klien. Pada klien dengan efusi pleura apakah ada peristiwa

32
yang menjadi faktor penyebab sesak napas, apakah sesak

napas berkurang apabila beristirahat.

(b) Qualitatif atau Kuantitatif

Seberapa berat apa yang dirasakan klien atau seperti apa rasa

sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah

rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan

inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam

melakukan pernapasan

(c) Region atau Area Radiasi

Pada daerah mana yang dirasakan klien atau di mana rasa

berat dalam melakukan pernapasan.

(d) Severity atau Skala

Seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien

(e) Timing

Berapa lama rasa sesak berlangsung, kapan, bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul

mendadak, perlahan - lahan atau seketika itu juga, apakah

timbul gejala secara terus - menerus atau hilang timbul

( intermitten ), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala

timbul, lama timbulnya ( durasi ), kapan gejala tersebut

pertama kali timbul ( onset ).

Klien dengan efusi pleura biasanya akan di awali dengan

adanya keluhan seperti batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat

33
pada dada dan berat badan menurun. Perlu juga ditanyakan sejak

kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk

menurunkan atau menghilangkan keluhan - keluhan tersebut

( Muttaqin, 2008 : 128 ).

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Perlu ditanyakan pula apakah klien pernah menderita penyakit

seperti TB paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites, dan

sebagainya. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya

kemungkinan faktor predisposisi ( Muttaqin, 2008 : 128 ).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit - penyakit yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura

seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain sebagainya ( Muttaqin,

2008 : 128 ).

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda

vital, berat badan, dan nilai GCS ( Glassgow Coma Scalle ). Keadaan

fisik secara keseluruhan dari semua sistem organ tubuh, pada klien

dengan Efusi pleura dilakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut :

1) Keadaan Umum dan Tanda - tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan Efusi pleura dapat dilakukan

secara selintas pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap

bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai secara umum tentang

34
kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,

somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Hasil pemeriksaan

tanda - tanda vital pada klien dengan efusi pleura biasanya

didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi

napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi

biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh

dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai

dengan adanya penyulit seperti hipertensi.

2) Sistem Pernapasan

Pemeriksaan fisik pada klien dengan efusi pleura merupakan

pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi.

(a) Inspeksi

Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang

klien dengan efusi pleura biasanya tampak kurus sehingga

terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada

antero - posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.

Apabila ada penyulit dari efusi pleura, maka terlihat adanya

ketidaksimetrian rongga dada, pelebaran intercostalis space

( ICS ) pada sisi yang sakit. Efusi pleura yang disertai

atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak

simetris, yang membuat penderitanya mengalami

penyempitan intercostalis space ( ICS ) pada sisi yang sakit.

35
Pada klien dengan efusi pleura minimal dan tanpa

komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami

perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi

yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru

biasanya klien akan terlihat mengalami sesak napas,

peningkatan frekuensi napas, dan menggunakan otot bantu

napas.

(b) Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior / ekskrusi pernapasan.

Efusi pleura tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi,

gerakan dada saat bernapas biasanya normal seimbang

antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan

dinding pernapasan biasanya ditemukan pada klien efusi

pleura dengan kerusakan parenkim paru yang luas. Pada

getaran suara ( fremitus vocal ), getaran yang terasa ketika

perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien

berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran

dalam laring arah distal sepanjang pohon bronchial untuk

membuat dinding dada dalam gerakan resonan, teerutama

pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi

pada dinding dada disebut taktil fremitus.

36
(c) Perkusi

Pada klien dengan efusi pleura minimal tanpa komplikasi,

biasanya akan didapatkan resonan atau sonor pada seluruh

lapang paru. Pada klien dengan efusi pleura yang berat akan

didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sesuai

banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila

disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi

hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yang

mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.

(d) Auskultasi

Pada klien dengan Efusi pleura didapatkan bunyi napas

tambahan ( ronkhi ) pada sisi yang sakit. Penting bagi

perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil

auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi

yang terdengar melalui stetoskop ketika klien berbica

disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan efusi pleura

yang disertai komplikasi seperti pneumopthoraks akan

didapatkan penurunan resonan vocal pada sisi yang sakit.

3) Sistem Kardiovaskuler

Kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah, takikardi,

peningkatan Jugularis Vena Presure, perubahan jumlah

hemoglobin / hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2

mungkin meredup. Selain itu Pada klien dengan efusi pleura

37
biasanya denyut nadi perifer melemah, batas jantung

mengalami pergeseran pada efusi pleura berat dan

pneumotoraks mendorong ke sisi sehat dan tekanan darah

biasanya normal serta bunyi jantung tambahan biasanya tidak

didapatkan.

4) Sistem Gastro Intestinal

Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis,

keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan

adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan

anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami

pembesaran bila telah terjadi komplikasi.

5) Sistem Muskuloskeletal

Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala

sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak.

Pada klien efusi pleura ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada

tulang - tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang

hebat.

6) Sistem Integumen

Kaji keadaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor,warna dan

fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien

efusi pleura ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit

tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien

mengalami tirah baring lama akibat pneumothorax / pemasangan

38
selang WSD, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sendi

sendi / tulang yang menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.

7) Sistem Perkemihan

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake

cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria

karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien di

informasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga

pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal

sebagai ekskresi karena meminum OAT ( obat anti tuberculosis )

terutama rifampisin.

8) Sistem Persyarafan

Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi

syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien efusi pleura

bisa terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan

kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda

kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.

9) Sistem Endokrin

Dikaji kelenjar tiroid membesar / tidak, hiperglikemi, hipoglikemi,

luka gangren, ada pus / tidak, juka ada keluhan, data penunjang di

tulis dalam kolom lain - lain. Kolom masalah diisi dengan masalah

yang ditemukan ( Nursalam, 2008 : 55 - 56 ).

39
d. Pola Aktivitas Sehari - hari
Menurut Wartonah 2006 : 87, pola aktivitas sehari - hari

meliputi :

1) Nutrisi

Nutrisi meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan,

frekuensi minum serta jenis minuman, porsi dan berapa gelas /

hari.

2) Eliminasi buang air besar ( BAB ) dan buang air kecil ( BAK )

Frekuensi, konsistensi, warna, bau dan masalah.

3) Istirahat Tidur

Lamanya tidur, tidur siang, tidur malam, masalah dan jam

tidur.

4) Personal Hygiene

Personal hygiene : frekuensi mandi, gosok gigi, keramas dan

gunting kuku.

5) Aktivitas meliputi

Rutinitas sehari - hari dan olah raga.

e. Data Psikososial

1) Status Emosi

Pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan

saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain, kestabilan

emosi.

40
2) Konsep Diri

Bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa

yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai

dirinya, klien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.

3) Gaya Komunikasi

Cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk

berespon, komunikasi nonverbal, kecocokan bahasa verbal dan

nonverbal.

4) Pola Interaksi

Kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang

menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan

dan perilaku, tanggapan terhadap orang lain, hubungan dengan

lawan jenis.

5) Pola Koping

Apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah

tindakan adaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah.

Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman

dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup.

f. Data Spiritual

Data yang harus dikaji meliputi arti kehidupan yang penting dalam

kehidupan klien, keyakinan tentang penyakit dan proses

kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan

41
menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses

kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan kematian.

g. Data Penunjang

1) Pemeriksaan Radiologi

Pada fluroskopi maupun foto toraks patologi anatomi cairan

yang kurang dari 300 mili liter tidak bisa dilihat mungkin

kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan

kostofernikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan

pleura lebih dari 300 mili liter, frenicocosialis tampak tumpul

dan diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikannya perlu

dilakukan dengan foto toraks lateral dari sisi yang sakit ( lateral

dekubitus ).

Foto ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan

pleura sedikit. Pemeriksaan radiologi foto toraks juga

diperlukan sebagai monitor akan intervensi yang telah

diberikan dimana keadaan keluhan klinis yang membaik dapat

lebih dipastikan dengan penunjang pemeriksaan foto toraks.

2) Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura

melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk

mengetahui adanya sel - sel ganas atau kuman - kuman

penyakit ( biasanya kasus pleuritis, tuberkulosa dan tumor

pleura ).

42
3) Pengukuran Fungsi Paru

Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke

kapasitas total paru dan penyakit pleural pada tuberkulosis

kronis tahap lanjut.

4) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan

memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi

lanjutan. Analisa cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi

kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan

pleura hasil torakosentesis secara makroskopis biasanya dapat

berupa cairan hemoragi, eksudat dan transudat.

1) Haemoragik pleural effusion, biasanya terjadi pada klien

dengan adanya keganasan paru atau akibat infark paru

terutama disebabkan oleh tuberkulosis.

2) Yellow eksudate pleural effusion, terutama terjadi pada

keadaan gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik,

hipoalbuminemia dan pericarditis konstriktif.

3) Clear transudate pleural effusion, sering terjadi pada klien

dengan keganasan ekstrapulmoner ( Muttaqin, 2008 : 131 )

h. Penatalaksanaan Medis

Pengolahan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar

dan pengosongan cairan ( thorakosentesis ). Indikasi untuk

melakukan thorakosintesis adalah :

43
1) Menghilangkan sesak nafas yang disebabkan oleh akumulasi

cairan dalam rongga pleura

2) Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.

3) Bila terjadi reakumulasi cairan.

2. Analisa Data

Menurut Nursalam, 2008 : 60 - 61, Perawat harus memahami tentang

standar keperawatan agar dapat membandingkan keadaan kesehatan klien

yang tidak sesuai dengan standar tersebut.


Data - data klien yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data

dikelompokkan berdasarkan masalah kesehatan yang dialami klien dan

sesuai dengan kriteria permasalahannya. Setelah data di kelompokkan

maka perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan dapat

mulai menegakkan diagnosia keperawatannya.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosia keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (

Nursalam, 2008 : 59 ).
Diagnosa yang mungkin muncul pada gangguan sistem pernapasan

efusi pleura, Menurut :

44
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura ( Muttaqin, 2008 ).

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema

trakeal / faringeal ( Muttaqin, 2008 ).

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan

ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar kapiler ( Muttaqin,

2008 ).

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan

penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen ( Muttaqin, 2008 ).

e. Gangguan ADL ( activity daily living ) yang berhubungan dengan

kelemahan fisik umum, keletihan sekunder dan adanya sesak nafas.

( Wartonah, 2006 ).

f. Resiko tinggi trauma pernapasan yang berhubungan dengan

pemasangan WSD ( Muttaqin, 2008 ).

g. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan

informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan

pengobatan ( Muttaqin, 2008 ).

h. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port

de entre akibat penusukan dari tindakan WSD ( Muttaqin, 2008 ).

45
i. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan

perubahan suasana lingkungan ( Wartonah, 2006 ).

Penentuan prioritas masalah bukan berarti memberi penomoran

kepada tiap diagnosa keperawatan dari satu sampai sekian menurut

keutamaan akan berarti bahwa setelah ditegakan beberapa diagnosa

keperawatan, diagnosa yang paling penting diseleksi dan kegiatan mula -

mula diarahkan terhadap diagnosa tersebut.

4. Perencanaan

Merupakan rencana tindakan yang disusun berdasarkan prioritas

masalah yang meliputi tujuan dengan kriteria intervensi dan rasionalisasi.

a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura.

Tujuan :

Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi klien mampu

mempertahankan fungsi paru secara normal.

Kriteria Hasil :

1) Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan berada dalam batas

normal ( reguler, 12 - 24 x / menit )

2) Pada pemeriksaan ronsen thoraks tidak ditemukan adanya

akumulasi cairan

3) Bunyi nafas terdengar jelas.

46
Tabel 2.2
Intervensi dan Rasional Diagnosa pertama
Intervensi Rasional
1 2
a. Identifikasi faktor penyebab a. Dengan mengidentifikasi penyebab,

kita dapat menentukan jenis efusi

b. Kaji kualitas frekuensi dan pleura

kedalaman pernapasan serta b. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi

melaporkan setiap perubahan dan kedalaman pernapasan, kita dapat

yang terjadi. mengetahui sejauh mana perubahan

kondisi klien.

c. Baringkan klien dalam posisi c. Penurunan diafragma memperluas

yang nyaman, dalam posisi daerah dada sehingga ekspansi paru

duduk, dengan kepala tempat bisa maksimal.

tidur ditinggikan 60 - 90 derajat. d. Peningkatan frekuensi nafas dan

d. Observasi tanda - tanda vital tacikardi merupakan indikasi adanya

( suhu, nadi, tekanan darah, penurunan fungsi paru.

pernapasan dan respon klien ) e. Pemberian oksigen dapat menurunkan

e. Kolaborasi dengan tim medis beban pernapasan dan mencegah

lain untuk pemberian oksigen. terjadinya sianosis akibat

hipoventilasi.
Sumber : Arif Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya

keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar

kapiler, sekret yang kental, edema bronkial.

47
Tujuan :

Dalam waktu 2 x 24 jam Setelah diberikan intervensi gangguan

pertukaran gas tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

1) Melaporkan tidak terjadi dispnuea.

2) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA ( gas darah arteri ) dalam rentang normal ( PaO2 >

90%, PCO2 35 - 45 )

3) Bebas dari gejala distress pernapasan

Tabel 2.3
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Dua
Intervensi Rasional
1 2
a. Kaji dipsnue, takipnue, bunyi a. Efusi pleura dapat rnenyebabkan

pernapasan abnormal ( ronki, meluasnya jangkauan dalam paru-

weezing ), peningkatan upaya paru yang berasal dari tuberculosis

respirasi, keterbatasan ekspansi bronko pneumonia yang meluas

dada dan kelemahan. menjadi inflamasi, nekrosis, pleura

efusion dan meluasnya fibrosis

dengan gejala - gejala respirasi

b. Evaluasi perubahan tingkat distress.

kesadaran, catat tanda - tanda b. Akumulasi sekret dan berkurangnya

sianosis dan perubahan warna jaringan paru yang sehat dapat

kulit, membran mukosa dan mengganggu oksigenasi organ vital

warna kuku. dan jaringan tubuh.

48
1 2
c. Tunjukan dan dukung c. Membuat tahanan melawan udara

pernapasan bibir selama luar untuk mencegah koleps atau

ekspirasi khususnya untuk klien penyempitan jalan nafas sehingga

d. Dengan fibrosis dan kerusakan d. Membantu menyebarkan udara

parenkim. melalui paru dan mengurangi nafas

pendek.
e. Anjurkan untuk bedrest, batasi
e. Mengurangi konsumsi oksigen pada
dan bantu aktivitas sesuai
periode respirasi.
kebutuhan.
f. Menurunnya kadar O2 ( PO2 ) dan
f. Kolaborasi cek analisa gas
peningkatan CO2 ( PCO2)
darah ( AGD )
menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi atau perubahan program

terapi.
g. Pemberian oksigen sesuai
g. Terapi dapat mengoreksi
kebutuhan tambahan.
hipoksemia yang terjadi akibat

penurunan ventilasi atau menurunya

permukaan alveolar paru.


Sumber : Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh nafsu

makan terganggu akibat sesak nafas sekunder yang menekan abdomen.

49
Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan,

2) Berat badan normal ( N : 52 - 62 kg )

Tabel 2.4
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Tiga
Intervensi Rasional
1 2
a. Beri motivasi tentang a. Kebiasaan makan seseorang

pentingnya nutrisi. dipengaruhi oleh kesukaannya,

kebiasaannya, agama, ekonomi dan

pengetahuannya tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus. b. Bising usus yang menurun atau

meningkat menunjukkan adanya

gangguan pada fungsi pencernaan.

c. Anjurkan klien oral hygiene c. Bau mulut yang kurang sedap dapat

setiap hari. mengurangi nafsu makan.

d. Sajikan makanan semenarik d. Penyajian makanan yang menarik

mungkin. dapat meningkatkan nafsu makan.

e. Beri makanan dalam porsi kecil e. Makanan dalam porsi kecil tidak

tapi sering. membutuhkan energi banyak

sehingga memudahkan reflek

f. Kolaborasi dengan tim gizi menelan

50
1 2
f. Diit tinggi kalori tinggi protein sangat
dalam pemberian diit tinggi
baik untuk kebutuhan metabolisme
kalori tinggi protein ( TKTP )
dan pembentukan antibody.
g. Kolaborasi dengan dokter
g. Menyediakan kalori dan semua asam
pemberian vitamin dan
amino esensial, peningkatan intake
suplemen nutrisi lainnya jika
protein, vitamin dan mineral dapat
Intake diit terus menurun lebih
menambah asam lemak dalam tubuh.
30 % dari kebutuhan.
Sumber : Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.

d. Gangguan ADL ( activity daily living ) yang berhubungan dengan

kelemahan fisik umum, keletihan sekunder dan adanya sesak nafas

Tujuan :

Klien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

Kriteria hasil :

1) Terpenuhinya aktivitas secara optimal

2) Klien kelihatan segar dan bersemangat

3) Personal hygiene klien cukup.

Table 2.5
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Empat
Intervensi Rasional
1 2
a. Evaluasi respon klien saat a. Mengetahui sejauh mana kemampuan

beraktivitas, catat keluhan dan klien dalam melakukan aktivitas.

tingkat aktivitas serta adanya

1 2

51
perubahan tanda - tanda vital. b. Memacu klien untuk berlatih secara

b. Bantu klien memenuhi aktif dan mandiri.

kebutuhannya c. Memberi pendidikan pada klien dan

c. Awasi klien saat melakukan keluarga dalam perawatan selanjutnya

aktivitas. d. Kelemahan suatu tanda klien belum

d. Libatkan keluarga dalam mampu beraktivitas secara penuh.

perawatan klien. e. Istirahat perlu untuk menurunkan

e. Jelaskan pada klien tentang kebutuhan metabolisme.

perlunya keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat.


Sumber : Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.

f. Resiko tinggi trauma pernapasan yang berhubungan dengan

pemasangan WSD ( water seal drainase )

Tujuan. :

Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan intervensi resiko trauma

pernapasan tidak terjadi

Kriteria hasil :

1) Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal

( 12 - 24 x / menit )

2) Pada pemeriksaan rongen thoraks terlihat adanya pengembangan

paru bunyi nafas terdengar jelas

Tabel 2.6
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Lima

52
Intervensi Rasional
1 2
a. Kaji kualitas, frekuensi dan a. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi

kedalaman pernapasan, laporkan dan kedalaman pernapasan perawat

setiap perubahan yang terjadi dapat mengetahui sejauh mana

perubahan kondisi klien

b. Observasi tanda - tanda vital b. Peningkatan pernapasan dan

( nadi, pernapasan ) tacikardi merupakan indikasi adanya

perubahan fungsi paru

c. Baringkan klien dalam posisi c. Posisi duduk atau setengah duduk

yang nyaman, dalam posisi dapat mengurangi resiko pipa /

duduk selang WSD terjepit

d. Perhatikan undulasi pada selang d. Undulasi ( pergerakan cairan

WSD (water seal drainase ) diselang dan adanya gelembung

udara yang keluar dari dalam botol

WSD merupakan indikator bahwa

drainase selang dalam keadaan

optimal.

e. Anjurkan klien untuk memegang e. Menghindari tarikan spontan pada

selang apabila akan mengubah selang WSD yang mempunyai resiko

posisi tercabutnya selang dari rongga dada

f. Botol WSD harus selalu lebih f. Gravitasi udara dan cairan mengalir

rendah dari tubuh klien dari tekanan yang tinggi ke tekanan

1 2
yang rendah

53
g. Beri penjelasan pada klien g. Meningkatkan sikap kooperatif klien

tentang perawatan WSD dan mengurangi resiko trauma

pernapasan
Sumber : Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.

f. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan

informasi mengenai proses penyakit, perawatan dan pengobatan

Tujuan :

Klien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.

Kriteria hasil :

1) Klien dan keluarga menyatakan paham tentang penyebab masalah.

2) Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang

memerlukan evaluasi medik.

3) Klien dan keluarga mengikuti program pengobatan dan

menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah

terulangnya masalah.

Tabel 2.7
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Enam
Intervensi Rasional
1 2
a. Kaji tingkat pengetahuan klien a. Untuk memberikan informasi pada

dan keluarga tentang penyakit klien / keluarga, perawat perlu

efusi pleura mengetahui sejauh mana informasi

1 2
atau pengetahuan yang diketahui

54
klien / keluarga

b. Kaji hasil patologi anatomi b. Memberikan pengetahuan dasar

masalah individu. untuk pemahaman kondisi dinamik

dan pentingnya intervensi terapeutik

selanjutnya.

c. Berikan informasi yang akurat c. Informasi yang akurat tentang

tentang proses penyakit penyakitnya dapat mengurangi

beban pikiran klien

d. Berikan keyakinan kepada klien d. Sikap positif dari tim kesehatan akan

bahwa perawat, dokter dan tim membantu menurunkan kecemasan

kesehatan lain selalu berusaha yang dirasakan klien

memberikan pertolongan yang

terbaik dan seoptimal mungkin

mungkin
Sumber : Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan
g. Resiko tinggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port

de entre akibat penusukan dari tindakan WSD

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh tidak meningkat antara 36 - 37,5 C

2) Tanda infeksi tidak ada ( rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi lesi )
Tabel 2.8
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Tujuh
Intervensi Rasional
1 2

55
a. Rawat luka secara aseptik a. Keadaan luka, balutan yang kotor

merupakan media yang baik untuk

b. Observasi daerah bekas tusukan berkembang biaknya

selang WSD dari adanya tanda - mikroorganisme

tanda infeksi b. Dapat membantu mengetahui

c. Observasi tanda - tanda vital intervensi apa yang akan dilakukan

sesuai dengan tanda - tanda infeksi


d. Laksanakan program dokter
( Antibiotik, Antipiretik ) apa yang muncul

c. Dengan mengetahui tanda - tanda

e. Berikan minum air putih yang vital klien, dapat membantu untuk

cukup - 2 liter / 24 jam.( 5 - 10 menilai keadaan umum klien

gelas ). d. Secara umum pemberian obat

antibiotik dan antipiretik dapat

meminimalisir perkembangan

mikroorganisme dan menurunkan

ambang suhu tubuh

e. Intake cairan peroral cukup dapat

menjaga keseimbangan cairan

tubuh.
Sumber :Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan

h. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema

trakeal / faringeal

56
Tujuan :

Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi,bersihan jalan

nafas kembali efektif

Kriteria Hasil :

1) Klien mampu melakukan batuk efektif

2) Pernapasan klien normal ( 12 - 24 x / menit ) tanpa ada

penggunaan otot bantu nafas

3) Bunyi nafas dan pergerakan pernapasan normal (Broncovesikular)

Tabel 2.9
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Delapan
Intervensi Rasional
1 2
a. Kaji fungsi pernapasan ( bunyi a. Penurunan bunyi nafas

nafas, kecepatan, irama, menunjukkan atelektasis, ronkhi

kedalaman dan penggunaan otot menunjukkan akumulasi sekret dan

bantu nafas ) ketidakefektifan pengeluaran sekret

yang selanjutnya dapat

menimbulkan penggunaan otot

bantu nafas dan peningkatan kerja

pernapasan

b. Kaji kemampuan b. Pengeluaran akan sulit bila sekret

memngeluarkan secret, catat sangat kental ( efek infeksi dan

1 2
karakter dan volume sputum hidrasi yang tidak adekuat )

c. Berikan posisi semi fowler / c. Posisi fowler memaksimalkan

fowler tinggi dan bantu klien ekspansi paru dan memurunkan

57
latihan nafas dalam dan batuk upaya bernafas, ventilasi maksimal

efektif membuka area atelektasis dan

meningkatkan gerakan sekret

kedalam jalan nafas besar untuk di

keluarkan

d. Bersihkan sekret dari mulut dan d. Mencegah obstruksi dan aspirasi,

trakea, bila perlu melakukan pengisapan di perlukan bila klien

pengisapan ( suktion ) tidak mampu mengeluarkan

sekret,eliminasi lender dengan

suktion sebaiknya dilakukan dalam

jangka waktu kurang dari 10 detik

dengan pengawasan efek samping

suktion

e. Kolaborasi pemberian obat e. Bronkodilatator meningkatkan

bronkodilatator : jenis aminofilin diameter lumen percabangan

tracheobronkial sehingga

menurunkan tekanan terhadap aliran

udara
Sumber :Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan

i. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan perubahan

suasana lingkungan

Tujuan :

Gangguan pola tidur teratasi

58
Kriteria hasil :

1) Klien dapat tidur 6 - 8 jam setiap malam

2) Secara verbal klien mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar

Tabel 2.10
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Sembilan

Intervensi Rasional
1 2
a. Kaji masalah gangguan tidur a. Memberikan informasi dasar dalam

klien, penyebab kurang tidur menentukan rencana perawatan

b. Lakukan persiapan untuk tidur b. Mengatur pola tidur

malam seperti jam 21.00 sesuai

pola tidur klien

c. Atur keadaan tempat tidur yang c. Meningkatkan tidur

nyaman, bersih dan bantal yang

nyaman

d. Bunyi telpon, alarm di kecilkan d. Mengurangi gangguan tidur


Sumber : Wartonah, 2006 Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan

5. Pelaksanaan / Implementasi

Menurut Wartonah 2006 : 6 - 7, pelaksanaan / implementasi

merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.

Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri ( independen ) dan

tindakan kolaborasi

59
a. Tindakan Mandiri ( independen ) adalah aktivitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan merupakan

bukan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain

b. Tindakan Kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan

bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain

Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi diperlukan

perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional.

Bentuk implementasi keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Bentuk perawatan, pengkajian untuk mengidentifikasi masalah baru

atau mempertahankan masalah yang ada.

b. Pengajaran / pendidikan kesehatan pada klien untuk membantu

menambah pengetahuan tentang kesehatan

c. Konseling klien untuk memutuskan kesehatan klien

d. Konsultasi dengan tenaga profesional kesehatan lainnya sebagai

bentuk perawatan holistik.

e. Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk

memecahkan masalah kesehatan

f. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sendiri

Perencanaan yang dapat di implmentasikan tergantung pada aktivitas

berikut ini :

a. Kesinambungan pengumpulan data.

b. Penentuan prioritas.

c. Bentuk intervensi keperawatan

60
d. Dokumentasi asuhan keperawatan

e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.

f. Mempertahankan rencana pengobatan

Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan berdasarkan tujuan

dan intervensi yang telah ditetapkan tindakan ini bersifat intelektual,

interpersonal dan teknikal berupa berbagai upaya untuk dapat terpenuhinya

kebutuhan klien, aspek kreatif dari seni dan kiat keperawatan sangat

berperan dalam implementasi.

6. Evaluasi

Tipe pernyataan formatif atau sumatif diketahui kedua pernyataan

tersebut dapat dibuat pada point yang alamiah dalam pemberian asuhan

keperawatan terhadap klien. Contohnya, adalah perawatan klien sehari -

hari, masuk rumah sakit,rujukan atau pulang.

a. Evaluasi Formatif

Pernyataan formatif merefleksikan observasi dan analisis perawat

terhadap respon klien pada intervensi keperawatan mengenai apa yang

sedang terjadi pada klien pada saat itu. Contoh berjalan selama 15 menit

di ruang masuk, tidak ada keluhan atau sesak nafas yang diobservasi

pada klien

b. Evaluasi Sumatif

Pernyataan sumatif merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi

dan analisa mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan

- pernyataan ini menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi

61
sesuai kriteria hasil yang diharapkan. Perawat menggunakan data

pengkajian yang di dokumentasikan. Tanpa adanya data ini evaluasi

sumatif tidaklah mungkin karena tidak ada standar lain yang dapat

dibandingkan dengan perkembangan klien. Untuk menulis pernyataan

sumatif, perawat perlu merujuk pada catatan data seperlunya dan harus

menguji / memeriksa pengaruh perawatan kumulatif ( Nursalam, 2008 :

192 - 193 ).

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

62
1. Pengumpulan Data

a. Identitas Klien

Nama : Tn. N

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

No. Rekam medik : 219673

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Diagnosa Medis : Gangguan Sistem Pernapasan : Efusi Pleura

Tanggal Masuk : 14 Januari 2015

Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2015

Alamat : Jln. Setia Budi Gg. Toha No.65 Rt 01 / 05 Kota

Bandung

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 48 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

63
Hubungan dengan Klien : Istri

Alamat : Jln. Setia Budi Gg. Toha No. 65 Rt 01 / 05

Kota Bandung

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

(a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit

Pada tanggal 14 januari 2015 klien masuk rumah sakit lewat klinik TB

paru RSAU dr. M. Salamun pukul 14.00 wib, klien kiriman dr. R Sp.P

dengan keluhan sesak nafas, badan terasa lemah, nyeri dada kanan

bawah, terasa mual, muntah tidak ada, tekanan darah 100 / 60, nadi

100 x / menit, pernapasan 34 x / menit, suhu 37,3 C

b) Keluhan Utama Saat di Kaji

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 januari 2015, keadaan

umum klien masih lemah, klien sudah tidak merasa sesak lagi, sesak

dirasakan bila melakukan aktivitas / tidur terlentang dan berkurang

saat klien setengah duduk / duduk, mengeluh nyeri skala nyeri

2 ( skala bourbanis 1 - 10 ) dibagian luka WSD

( water seal drainasse ) terutama pada saat menarik nafas dan batuk,

nafsu makan berkurang, mulut pahit dan kering, buang air kecil kuning

keruh, buang air besar lembek, wajah klien terlihat cemas, klien dan

istrinya menanyakan tentang sakit yang dialami, tekanan darah

100 / 60 mmhg, nadi 90 kali permenit, pernapasan 28 kali permenit,

64
suhu 36,5 C.

2) Riwayat Kesehatan Terdahulu

Klien mengatakan pernah dirawat dengan penyakit yang sama pada

tanggal 10 - 15 desember 2014 di ruangan parkit rumah sakit angkatan

udara dr. M. Salamun kota bandung.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Penyakit Menurun
Menurut keterangan klien dan istrinya, bahwa dalam anggota keluarga

tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama dan tidak ada

yang pernah menderita penyakit menular seperti tuberculosis, HIV -

AIDS, hepatitis dan kusta serta penyakit paru lainnya.


b) Penyakit Keturunan
Menurut keterangan klien dan istrinya, bahwa dalam anggota

keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti

diabetes militus, hipertensi dan asma

d. Pola Aktivitas Sehari - hari ( Activiti Day Living )


Tabel 3.1
No Pola ADL Sebelum Sakit Saat Sakit
1 2 3 4
1 Nutrisi

a. Makanan

- Jenis Nasi putih, ikan, sayur, Bubur, daging ayam,

tahu, tempe, daging, roti. tahu, tempe, telur rebus

- Frekuensi 3 x / hari 3 x / hari

- Porsi 1 porsi habis Habis porsi

- Masalah Tidak ada Mulut pahit, nafsu makan

65
berkurang

b. Minuman

- Jenis Air putih, teh manis, kopi Air putih, teh manis, susu

- Frekuensi 5 - 6 gelas / hari (200 ml) 5 - 6 gelas / hari (150 ml)

- Masalah Tidak ada Tidak ada


2 Eliminasi

BAB

- Konsistensi Lunak / Lembek Lunak / Lembek

- Frekuensi 1 x / hari 1 x / hari

- Warna Kuning Kuning

- Masalah Tidak ada Perut kembung

1 2 3 4
BAK

- Frekuensi 5 - 6 x / hari 6 - 7 x / hari

- Warna Kuning bersih Kuning keruh

- Masalah Tidak ada Tidak ada


3 Istirahat

- Tidur siang Tidak menentu 1 - 2 jam

- Tidur malam 5 - 6 jam ( 23.00 - 05.00 ) 7 - 8 jam ( 21.00 - 05.00 )

- Keluhan Tidak ada Tidak ada


4 Personal Hygiene

- Mandi 2 x / hari Klien hanya di lap

66
dengan air hangat setiap

pagi

- Gosok gigi 2 x / hari 1 x / hari

- Keramas 1 x 2 minggu Belum pernah selama di

rawat

- Gunting kuku 1 x / minggu 1 x / Minggu


5 Aktivitas Mengerjakan pekerjaan Klien hanya berbaring

sebagai kepala rumah ditempat tidur dan

tangga seperti mencari pemenuhan kebutuhan

nafkah ( sopir ), dibantu oleh keluarga

membersihkan mobil ( istri )

secara mandiri. Kegiatan

1 2 3 4
di waktu luang klien

sering nonton televisi

dirumah.

e. Pemerikasaan Fisik
1) Keadaan Umum : Klien tampak lemah, Compos mentis (CM)
Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg ( N : 100 - 139 / 60-90 )
Nadi : 90 x / menit ( N : 60 - 90 x / menit )
Respirasi : 28 x / menit ( N :12 - 25 x / menit )
Suhu : 36,5 C ( N : 36 - 37,5 )
Berat Badan sebelum sakit : 59 Kg ( N : 52 - 62 kg )
Berat Badan sekarang : 49 Kg
Tinggi Badan : 162 Cm
IMT : 49 Kg
(1,62 m)2
: 18,67 kg ( N : 18,5 - 24,9 kg / m2 )
2) Sistem Persyarafan

67
Kesadaran Compos mentis GCS 14 ( E = 4, V = 5, M = 5 )

orientasi klien terhadap orang dan tempat baik, terbukti klien mengenali

istri dan ibunya ataupun anaknya dan mengetahui bahwa klien sedang di

rumah sakit. Orientasi terhadap waktu cukup baik terbukti klien

mengetahui saat pagi atau sore.

(a)Nervus Olvaktorius ( N I )

Fungsi penciuman baik, terbukti klien bisa membedakan bau kopi dan

minyak kayu putih.

(b)Nervus Optikus ( N II )

Klien dapat membuka mata dengan spontan dan penglihatannya

masih jelas, terbukti bahwa klien bisa membaca papan nama perawat

dari jarak 1 meter.

(c) Nervus Okulomotorius, Trochlearis, Abduscen ( N III, N IV, N VI )

Reflek pupil terhadap cahaya +/+ ( membesar-mengecil ) dan kelopak

mata bisa berkedip secara spontan. Klien mampu menggerakkan bola

matanya kesegala arah yaitu kearah bawah, atas dan samping.

(d) Nervus Trigeminus ( N V )

Klien dapat membuka mulut, dapat menggerakkan maksila dan dapat

menggerakkan mandibula dengan baik.

(e) Nervus Facialis ( N VII )


Klien dapat membedakan antara rasa asin dan rasa manis serta klien

mampu mengerutkan dahi.


(f) Nervus Auditorius ( N VIII )
Klien dapat mendengarkan bisikan dan suara dengan jelas.

68
(g) Nervus Glossofaringeus ( N IX )
Reflek menelan klien baik terbukti klien dapat merasakan rasa asinnya

garam dan manisnya gula

(h) Nervus Vagus ( N X )


Fungsi pencernaan klien kurang baik, terbukti klien masih merasa

mual dan klien merasa mual bertambah setelah habis makan, kurang

nafsu makan dan mulut pahit serta perutnya kembung


(i) Nervus Asesorius ( N XI )
Klien dapat menggerakan leher dan dapat mengangkat bahu kiri dan

kanan.
(j) Nervus Hipoglossus ( NXII )
Klien dapat menggerakan lidah ke segala arah.
3) Sistem Pernapasan

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret / sumbatan, sinus tidak

nyeri, tidak ada polip, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada pernapasan

cupping hidung, bentuk dada simetris, pengembangan dada tidak

simetris karena ada pemasangan WSD setinggi costa V, bunyi nafas

ronki, irama nafas cepat dan dangkal, pernapasan 28 x / menit, hasil

perkusi pada dada terdengar dullnes dan ada nyeri saat batuk di daerah

dada tempat pemasangan selang WSD, skala nyeri 2 ( skala bourbanis

1 - 10 )

4) Sistem Kardiovaskuler

Bunyi jantung normal lup - dup, tidak ada peningkatan vena jugularis,

capilary rating time kembali kurang dari 3 detik, akral teraba hangat,

tekanan darah 100 / 60 mmHg, nadi 90 x / menit.

5) Sistem Pencernaan

69
Bentuk bibir simetris, mukosa kering, gigi terdapat 2 buah berlubang,

sisa akar 4 buah, gigi tanggal 4 buah dan jumlah gigi 28 buah, warna

lidah merah muda sedikit keputih - putihan, mulut pahit, kurang nafsu

makan, bentuk perut sedikit kembung dan pada saat diperkusi terdengar

pekak, tidak ada nyeri tekan pada daerah perut dan bising usus 7 x /

menit.

6) Sistem Endokrin
Berdasarkan hasil pengkajian pada sistem endokrin tidak terdapat

pembesaran kelenjar tyroid dan paratyroid serta kelenjar getah bening.


7) Sistem Perkemihan
Vesika urinaria klien kosong, ginjal tidak teraba, tidak ada pembesaran

pada ginjal dan tidak ada nyeri tekan pada ginjal kiri dan kanan.
8) Sistem Muskuloskeletal
(a) Ekstremitas Atas

Bentuk simetris, bisa bergerak ke segala arah, tidak terdapat nyeri pada

persendian dan tulang. Kekuatan otot 4 4 reflek bisef +/+, reflek

trisef +/+, reflek radius +/+ dan terpasang infus di tangan kiri dengan

cairan futrolit 20 tetes / menit.

(b) Ekstremitas Bawah

Bentuk kaki simetris, kekuatan otot kaki adalah 5 5 reflek patela +/+,

reflek babinsky +/+, reflek achilles +/+, gerakan aktif dan dapat

melawan tahanan penuh.

9) Sistem Integumen

Kulit kepala bersih, rambut tidak lengket, warna rambut hitam agak

beruban, warna kulit sawo matang, turgor kulit bila di tekan dapat

70
kembali kurang dari 3 detik, kulit tubuh tidak lengket dan terdapat luka

post operasi pemasangan selang WSD pada dada kanan setinggi costa V

dengan diameter 5 centi meter.

10) Sistem Pendengaran

Bentuk telinga simetris, dapat mendengarkan bisikan, getaran garputala

dan suara dengan jelas

11)Sistem Penglihatan

Bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna putih

kekuningan, reflek kedua pupil terhadap cahaya +/+ yaitu pupil

mengecil - membesar pada saat terkena cahaya.

f. Data Psikologis
1) Status Emosi
Penampilan klien tampak tenang.
2) Kecemasan
Klien bertanya kepada perawat tentang penyakitnya karena klien dan

keluarga tidak tahu penyakit efusi pleura dan prosedur perawatan,

pengobatan dan pencegahannya.

3) Pola Koping
Klien merasa tenang dirawat dirumah sakit karena dengan perhatian,

perawatan dan pengobatan yang sudah diberikan dari pihak rumah sakit,

klien percaya dapat terhindar dari komplikasi penyakit efusi pleura

seperti kanker paru dan kematian serta keadaanya akan semakin

membaik.
4) Gaya Komunikasi
Klien kooperatif dan mau bekerja sama, terbukti klien selalu menjawab

71
pertanyaan dari perawat, klien mampu berkomunikasi dengan jelas, baik

dengan perawat, dokter ataupun tim kesehatan lain.


5) Konsep Diri
(a) Gambaran Diri
Klien merasa bahwa dirinya tidak malu dengan penyakit yang

dideritanya, klien sangat bersyukur atas pemberian Allah SWT karena

klien menyukai tubuhnya dan tidak ada yang berubah.


(b) Harga Diri
Klien mengatakan bahwa tidak malu dengan keadaannya sekarang.

Karena menurut klien ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah

SWT.
(c) Peran

Peran klien didalam keluarga sebagai kepala rumah tangga terganggu

karena selama sakit klien tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah.

(d) Identitas Diri

Klien mengatakan bahwa dirinya adalah laki - laki, seorang suami dan

kepala rumah tangga.

(e) Ideal Diri


Klien berharap penyakitnya bisa cepat sembuh dan berharap ingin

cepat pulang agar dapat melakukan kegiatannya seperti biasanya.

g. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik - baik saja, terbukti klien selalu

ditemani oleh istrinya, hubungan klien dengan perawat dan dokter baik.

h. Data Spiritual
Klien mengatakan pasrah tentang apa yang menimpa dirinya, karena klien

menyadari bahwa ini cobaan dari Allah SWT. Klien mengatakan juga

selalu berdoa kepada Allah SWT, agar diberi kesembuhan.

72
i. Data Penunjang
1) Hasil Laboratorium
Tabel 3.2
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
1 2 3 4 5
14-1-2015 Hemoglobin 11,7 L: 14 - 17, P: 12 16 gr/dl

Leukosit 5.900 4000 - 10.000 /mm

Hematokrit 33 P: 35 - 45, L: 40 - 50 %

Trombosit 334.000 150.000 - 450.000 /mm

1 2 3 4 5
GDS 100 < 120 Mg/dl

Ureum 12 10 - 50 Mg/dl

Kreatinin 0,90 P: 0,45 - 75,L:0,6 - 1,1 Mg/dl

SGOT 113 P: 0 - 35, L:0 - 50 U/L/370 C

SGPT 99 P: 0 - 35, L:0 - 50 U/L/370 C

20-1-2015 Leukosit 8.600 4000 - 10.000 /mm'

Proten Total 65 6,0 - 8,0 g/dl

Albumin 2,8 3,4 - 4,8 g/dl

PaO2 97 > 90 %

PCO2 40 35 - 45 %

2) Hasil Rongen Thorax ( 14 - 01 - 2015 )


- Cordis : Batas Kanan terobliterasi. Sinuses dan diafragma kanan

terselubung
- Pulmo : Hemithorak kanan terselubung homogen, tak tampak

bercak infiltrate di paru kiri


- Kesan : Efusi pleura kanan
3) Hasil Rongen Thorax ( 15 - 01 - 2015 )
- Pulmo : Perselubungan di paru kanan sedikit berkurang, ujung

73
kateter WSD terletak setinggi Costae V
- Kesan : Efusi pleura kanan sedikit perubahan ( berkurang )

4) Laboratorium Patologi ( 15 - 01 - 2015 )


- Makroskopik : Cairan pleura sebanyak 20 mili liter, kemerahan
- Mikroskiopik : Keenam sedian apus ( 2x Prosesing ) berupa

endapan proteinous dengan sel eritrosit.


Diantaranya ditemukan relative sedikit sel limfosit matur.
Tidak ditemukan sel limfoid atau sel epithelial atipik ataupun sel

maligna lain
- Kesimpulan : Tidak ditemukan sel maligna pada sample
Kemungkinan infeksi spesifik belum dapat di singkirkan

j. Program dan Rencana Pengobatan

Tanggal 14 - 01 - 2015

Terapi :

1) Infus Futrolit 30 tetes / menit

2) Cefotaxime ( Intra vena ) 3 x 1 gram

3) Coditam ( Oral ) 3 x 1

4) Paracetamol ( Oral ) 3 x 1

5) Ranitidine ( Oral ) 2 x 1

6) Provital ( Oral ) 3x1

7) Ganti Perban 1 x sehari

2. Analisa Data
Tabel 3.3

74
No Data Interpretasi Masalah
1 2 3 4
1 DS : Sistem pernapasan Ketidakefektifan

- Klien mengatakan batuk pola pernapasan

- Sesak saat beraktifitas / PaO2 menurun

tidur terlentang

PCO2 meningkat

DO :

- Keadaan umum klien Sesak nafas

lemah, batuk kering

- Sesak nafas bila tidur pola nafas tidak

terlentang efektif

- Klien tampak bernafas

cepat dan dangkal

- Pernapasan 28 x / menit
2 DS : Sistem pencernaan Gangguan

- Klien mengatakan mulut pemenuhan

pahit dan nafsu makan Efek hiperventilasi kebutuhan nutrisi

berkurang kurang dari

Produksi asam kebutuhan tubuh

DO : lambung meningkat

- Lidah klien terlihat putih

dan kemerahan, bibir Peristaltik menurun

1 2 3 4
kering

- Klien hanya mampu


Mulut pahit, nyeri
menghabiskan porsi
lambung
makanan

Ketidakseimbangan

nutrisi

75
Gangguan
3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
Tabel 3.4
Tanggal Nama Tanda
No Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Perawat Tangan
1 2 3 4 5
1 Ketidakefektifan Pola

Pernapasan berhubungan

dengan menurunnya Amandus


20 - 01 - 2015
ekspansi paru sekunder Lando

terhadap penumpukan

cairan dalam rongga pleura


2 Gangguan pemenuhan 20 - 01 - 2015 Amandus

kebutuhan nutrisi kurang Lando

dari kebutuhan tubuh yang

76
berhubungan dengan

peningkatan metabolisme

tubuh nafsu makan

terganggu akibat sesak

nafas sekunder yang

menekan abdomen
3 Gangguan ADL ( activity

daily living ) yang


Amandus
berhubungan dengan 20 - 01 - 2015 Lando
kelemahan fisik umum,

1 2 3 5
4
keletihan sekunder dan

adanya sesak nafas


4 Resiko tinggi trauma

Pernapasan yang Amandus


20 - 01 - 2015
berhubungan dengan Lando

pemasangan WSD
5 Kurangnya pengetahuan

(cemas) yang berhubungan

dengan informasi yang Amandus


20 - 01 - 2015
tidak adekuat mengenai Lando

proses penyakit dan

pengobatan
6 Resiko tingggi terpapar 20 - 01 - 2015 Amandus

77
infeksi yang berhubungan

dengan adanya port de


Lando
entre akibat penusukan

dari tindakan WSD

78
4. Perencanaan
Tabel 3.5
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 Ketidakefektifan pola pernapasan Klien mampu 1. Identifikasi faktor penyebab 1. Dengan

berhubungan dengan mempertahankan mengidentifikasikan

menurunnya ekspansi paru fungsi paru secara penyebab, kita dapat

sekunder terhadap penumpukan normal menentukan jenis efusi

cairan dalam rongga pleura yang Kriteria hasil : pleura sehingga dapat

di tandai dengan : 1. Irama, frekuensi mengambil tindakan yang

DS : Klien mengatakan : dan kedalaman tepat.

- Badannya lemah pernapasan dalam 2. Kaji kualitas, frekuensi dan 2. Dengan mengkaji

- Batuk dan sesak napas saat batas normal kedalaman pernapasan, kualitas, frekuensi dan

beraktivitas / tidur 2. Pada pemeriksaan laporkan setiap perubahan kedalaman pernapasan,

terlentang rongen thoraks yang terjadi. kita dapat mengetahui

85
1 2 3 4 5
DO : tidak ditemukan Sejauh mana perubahan

- Keadaan umum klien lemah, adanya akumulasi kondisi klien.

batuk kering cairan 3. Baringkan klien dalam posisi 3. Penurunan diafragma

- Sesak nafas bila tidur 3. Bunyi nafas yang nyaman, dalam posisi memperluas daerah dada

terlentang dan berkurang terdengar normal duduk / setengah duduk, sehingga ekspansi paru

bila duduk / setengah duduk ( Broncovesikular ) dengan kepala tempat tidur bisa maksimal.

- Klien tampak bernafas cepat ditinggikan 60 - 90 derajat.

dan dangkal 4. Observasi tanda - tanda vital 4. Peningkatan frekuensi

- Pernapasan 28 x / menit ( suhu, nadi , tekanan darah, nafas dan nadi merupakan

pernapasan ) indikasi adanya

penurunan fungsi paru.

5
5. Pemberian oksigen dapat

80
1 2 3 4 menurunkan beban
5. Kolaborasi dengan tim medis
pernapasan dan mencegah
lain untuk pemberian oksigen
terjadinya sianosis akibat

hipoventilasi.

2 Gangguan pemenuhan kebutuhan Kebutuhan nutrisi 1. Beri motivasi tentang 1. Kebiasaan makan

nutrisi kurang dari kebutuhan terpenuhi pentingnya nutrisi. seseorang dipengaruhi

tubuh yang berhubungan dengan Kriteria hasil : oleh kesukaannya,

peningkatan metabolisme tubuh 1) Konsumsi lebih 40 kebiasaannya, agama,

nafsu makan terganggu akibat % jumlah makanan, ekonomi dan

sesak nafas sekunder yang 2) Berat badan normal pengetahuannya tentang

menekan abdomen, ditandai ( 52 - 62 kg ) pentingnya nutrisi bagi

dengan : tubuh.

1 2 3 4 5
DS : 2. Auskultasi suara bising usus 2. Bising usus yang

81
- Klien mengatakan mual, menurun atau meningkat

mulut pahit dan nafsu menunjukkan adanya

makan berkurang gangguan pada fungsi

pencernaan.

DO : 3. Anjurkan klien oral hygiene 3. Bau mulut yang kurang

- Lidah klien terlihat putih setiap pagi dan malam sedap dapat mengurangi

dan kemerahan, bibir kering sebelum tidur. nafsu makan.

- Klien hanya mampu 4. Penyajian makanan yang

menghabiskan porsi 4. Sajikan makanan semenarik menarik dapat

makanan mungkin. meningkatkan nafsu

makan.

4 5
1 2 3 5. Beri makanan dalam porsi 5. Makanan dalam porsi

82
kecil tapi sering. kecil tidak membutuhkan

energi yang banyak

sehingga

memudahkan menelan.

6. Kolaborasi dengan tim gizi 6. Diit TKTP sangat baik

dalam pemberian diit tinggi untuk kebutuhan

kalori tinggi protein( TKTP ) metabolisme dan

pembentukan antibodi

karena diit TKTP

menyediakan kalori dan

semua asam amino

esensial

1 2 3 4 5
7. Kolaborasi dengan dokter 7. Peningkatan intake

83
pemberian vitamin dan protein, vitamin dan

suplemen nutrisi lainnya jika mineral dapat menambah

intake diet terus menurun asam lemak dalam tubuh

lebih 30 % dari kebutuhan.


3 Gangguan ADL ( activity daily Klien mampu 1. Awasi klien saat melakukan 1. Memberi pendidikan pada

living ) yang berhubungan melaksanakan aktivitas. klien dan keluarga dalam

dengan kelemahan fisik umum, aktivitas seoptimal perawatan

keletihan sekunder dan adanya mungkin. selanjutnya.

sesak nafas yang ditandai dengan Kriteria hasil : 2. Evaluasi respon klien saat 2. Mengetahui sejauh mana

DS : 1. Terpenuhinya beraktivitas, catat keluhan kemampuan klien dalam

- Klien mengatakan lemah aktivitas secara dan tingkat aktivitas serta melakukan aktivitas.

dan tidak kuat untuk optimal adanya perubahan tanda-

1 2 3 4 5
melakukan aktivitas mandiri 2. Klien kelihatan tanda vital.

84
segar dan 3. Bantu klien dalam memenuhi 3. Memacu klien untuk

DO : bersemangat kebutuhannya berlatih secara aktif dan

- Keadaan umum lemah 3. Personel hygiene mandiri.

- Aktivitas klien dibantu istri klien tercukupi. 4. Libatkan keluarga dalam 4. Kelemahan suatu tanda

dan perawat perawatan klien. Klien belum mampu

beraktivitas secara penuh.

5. Jelaskan pada klien tentang 5. Istirahat perlu untuk

perlunya keseimbangan menurunkan kebutuhan

antara aktivitas dan istirahat. metabolisme.


4 Resiko tinggi trauma pernapasan Dalam waktu 3 x 24 1. Kaji kualitas , frekuensi dan 1. Dengan mengkaji

yang berhubungan dengan jam setelah diberikan kedalaman kualitas, frekuensi dan

1 2 3 4 5
pemasangan WSD, yang ditandai intervensi resiko pernapasan, laporkan setiap kedalaman pernapasan

85
dengan : trauma pernapasan perubahan yang terjadi. perawat dapat

DS : tidak terjadi mengetahui sejauh mana

- Klien mengatakan nyeri Kriteria hasil : perubahan kondisi klien

daerah pemasangan selang 1. Irama, frekuensi 2. Observasi tanda - tanda vital 2. Peningkatan pernapasan

WSD, terutama bila batuk dan kedalaman ( nadi dan pernapasan ) dan tacikardi merupakan

pernapasan dalam indikasi adanya

DO : batas normal perubahan fungsi paru

- Terpasang WSD dan pada 2. Pada pemeriksaan 3. Baringkan klien dalam posisi 3. Posisi duduk atau

adanya luka, pada dada Rongen thoraks yang nyaman,dalam posisi setengah duduk dapat

kanan Costa V terlihat adanya duduk / setengah duduk. mengurangi resiko pipa /

- Nadi 88 x / menit pengembangan paru selang WSD terjepit

- Pernapasan 28 x / menit 3. Bunyi nafas

2 3 4 5
terdengar normal 4. Perhatikan undulasi pada 4. Undulasi ( pergerakan

86
( Broncovesikular ) selang WSD. cairan diselang dan

adanya gelembung udara

yang keluar dari dalam

botol WSD ) merupakan

indicator bahwa drainase

selang dalam keadaan

optimal.

5. Anjurkan klien untuk 5. Menghindari tarikan

memegang selang WSD spontan pada selang WSD

apabila akan mengubah yang mempunyai resiko

posisi. tercabutnya selang dari

rongga dada

2 3 4 5
6. Atur posisi botol WSD harus 6. Gravitasi, udara dan

87
selalu lebih rendah dari cairan mengalir dari

tubuh klien tekanan yang tinggi ke

tekanan yang rendah.


5 Kurangnya pengetahuan Klien dan keluarga 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk memberikan

( Cemas ) yang berhubungan tahu mengenai kondisi klien dan keluarga tentang informasi pada klien /

dengan informasi yang tidak dan aturan penyakit efusi pleura keluarga, perawat perlu

adekuat mengenai proses pengobatan. mengetahui sejauh mana

penyakit dan pengobatan yang Kriteria hasil : informasi atau

ditandai dengan 1. Klien dan keluarga pengetahuan yang

DS: menyatakan paham diketahui klien / keluarga

- Klien menanyakan tentang tentang penyebab 2. Kaji hasil patologi anatomi 2. Memberikan pengetahuan

penyakit efusi pleura dan masalah. masalah individu. dasar untuk pemahaman

1 2 3 4 5
hasil patologi anatomi 2. Klien dan keluarga kondisi dinamik dan

88
mampu pentingnya intervensi

DO: mengidentifikasi Terapeutik selanjutnya

- Wajah klien dan keluarga tanda dan gejala 3. Beri informasi yang akurat 3. Informasi yang akurat

terlihat antusias untuk yang memerlukan tentang proses penyakit tentang penyakitnya dapat

mengetahui tentang evaluasi medik. mengurangi beban pikiran

penyakit efusi pleura dan 3. Klien dan keluarga klien

hasil patologi anatomi mengikuti program 4. Berikan keyakinan kepada 4. Sikap positif dari tim

- Klien dan keluarga terlihat pengobatan dan klien bahwa perawat, dokter kesehatan akan

aktif bertanya tentang menunjukkan dan tim kesehatan lain selalu membantu menurunkan

penyakit efusi pleura. perubahan pola berusaha memberikan kecemasan yang

hidup yang perlu pertolongan yang terbaik dan dirasakan klien

untuk mencegah seoptimal mungkin

1
2 3 4 5
terulangnya

89
masalah

6 Resiko tinggi terpapar infeksi Tidak terjadi infeksi 1. Rawat luka secara aseptik 1. Keadaan luka , balutan

yang berhubungan dengan Kriteria hasil : yang kotor merupakan

adanya port de entre akibat 1. Suhu tubuh tidak media yang baik untuk

penusukan dari meningkat antara berkembang biaknya

tindakan WSD, yang ditandai 36 - 37,5 C mikroorganisme

dengan : 2. Tanda infeksi tidak 2. Observasi daerah bekas 2. Dapat membantu

DS : ada ( rubor, dolor, tusukan selang WSD dari mengetahui intervensi

- Klien mengatakan perban kalor, tumor, fungsi adanya tanda-tanda infeksi. apa yang akan dilakukan

luka post pemasangan lesi ) sesuai dengan tanda-

selang WSD belum di ganti tanda infeksi apa yang

- Tidak ada nyeri dan rasa muncul

panas pada luka

1 2 3 4 5
DO : 3. Observasi tanda - tanda vital 3. Dengan mengetahui

90
- Akral klien hangat tanda - tanda vital

- Luka post pemasangan klien,dapat membantu

selang WSD kering dan tdak untuk menilai keadaan

terlihat kemerahan umum klien

serta bengkak 4. Laksanakan program dokter 4. Secara umum pemberian

- Terlihat terpasang selang ( Antibiotik, Antipiretik ) obat antibiotic dan

WSD pada dada kanan intra antipiretik dapat

costa V meminimalisir

- Tekanan darah 100 / 60 perkembangan

mmhg mikroorganisme dan

- Nadi 88 x / menit menurunkan ambang

- Pernapasan 28 x / menit suhu tubuh

1 2 3 4 5
- Suhu 36,5 C 5. Anjurkan klien minum air 5. Intake cairan peroral

91
putih yang cukup - 2 liter / cukup dapat menjaga

24 jam. keseimbangan cairan

tubuh

5. Pelaksanaan dan Evaluasi Formatif


Tabel 3.6
No Tanggal Jam DP Implementasi Paraf

92
1 2 3 4 5 6
1 20-01-2015 09.00 1 Mengidentifikasi faktor penyebab ketidakefektifan pola nafas

Hasil :
Amandus
- Akibat penimbunan cairan dalam pleura dan tidur terlentang / beraktifitas Lando
20-01-2015 09.05 1 Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernapasan

Hasil :
Amandus
- Pernapasan 28 x / menit, Cepat dan dangkal Lando
20-01-2015 09.10 1 Membaringkan klien dalam posisi duduk dengan kepala tempat tidur di tinggikan 60

derajat

Hasil :

- Klien merasa nyaman dan tidak merasakan sesak


Amandus
Lando

1 2 3 4 5 6
20-01-2015 09.15 1 Memberikan oksigen 3 liter / menit Amandus
Lando
Hasil :

- Klien mengatakan nyaman dengan diberikannya oksigen

93
- Klien terlihat tidak menggunakan otot bantu pernapasan

- Tidak ada sianosis pada bibir dan ujung jari


20-01-2015 11.00 1 Mengobservasi tanda - tanda vital

Hasil :

- Tekanan darah 110 / 70 mmhg - Nadi 90 x / menit


Amandus
- Suhu 36 C - Pernapasan 22 x / menit Lando
2 20-01-2015 09.20 2 Memberikan motivasi kepada klien dan istrinya tentang pentingnya nutrisi dan makan

porsi kecil tapi sering bagi klien

Hasil :

- Klien dan istrinya mengerti dan termotivasi dengan penjelasan perawat Amandus
Lando

1 2 3 4 5 6
20-01-2015 09.25 2 Mengauskultasi suara bising usus klien dengan stetoskop

Hasil :

- Bising usus klien 10 x / menit


Amandus
- Perut agak kembung terdengar pekak pada saat di perkusi Lando
20-01-2015 09.30 2 Menganjurkan klien untuk menggosok gigi setiap pagi dan malam sebelum tidur

94
Hasil :
Amandus
- Klien mengerti dan mau menggosok gigi setiap pagi dan malam sebelum tidur Lando
20-01-2015 11.00 2 Menimbang berat badan klien

Hasil :
Amandus
- Berat badan 49 kilo gram Lando
20-01-2015 11.35 2 Menyajikan makanan klien di piring yang terbuat dari kaca

Hasil :

- Klien mengatakan senang bisa makan di piring kaca Amandus


Lando

1 2 3 4 5 6
20-01-2015 11.40 2 Memberikan klien makan bubur,sayur dan telur rebus

Hasil :

- Klien masih merasa agak mual dan mulut agak pahit


Amandus
- Klien hanya mampu makan 6 sendok, bubur dan 1 butir telur rebus Lando
20-01-2015 12.10 2 Memberikan vitamin provital 1 tablet

Hasil :
Amandus
- Klien mau minum vitamin Lando

95
3 21-01-2015 16.00 3 Mengawasi klien saat beraktivitas menyisir rambut dan mencukur jenggot

Hasil :
Amandus
- Perawat duduk berhadapan dengan klien ( jaraknya 1,5 meter ) Lando
20-01-2015 13.00 3 Memotong kuku dan merapikan tempat tidur klien

Hasil :

- Klien mengatakan mau dipotong kukunya oleh perawat


Amandus
Lando
1 2 3 4 5 6
- Kuku klien bersih dan tempat tidur rapih dan bersih

21-01-2015 16.10 3 Mengevaluasi respon klien saat beraktivitas menyisir rambut, mencukur jenggot

Hasil :

- Klien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas tersebut secara maksimal Amandus
Lando
- Klien mengatakan terasa sesak dan lelah setelah melakukan aktivitas

tersebut.

- Tanda - tanda vital :

Nadi 100 x / menit

96
Pernapasan 25 x / menit
21-01-2015 16.15 3 Melibatkan istri klien untuk membantu melakukan aktivitas

Hasil :

- Perawat dan istri klien menyediakan kebutuhan klien ( sisir, pisau cukur )

- Istri klien membantu menyisirkan dan mencukur jenggot serta kumis


Amandus
Lando
1 2 3 4 5 6
21-01-2015 16.15 3 Menjelaskan kepada klien dan istrinya perlunya keseimbangan antara aktivitas dan

istirahat

Hasil :
Amandus
- Klien dan istrinya mengatakan mengerti dengan penjelasan perawat. Lando
21-01-2015 17.00 3 Mengukur nadi dan pernapasan klien setelah beraktivitas

Hasil :
Amandus
- Nadi 92 x / menit - Pernapasan 25 x / menit Lando
4 22-01-2015 10.00 4 Mengkaji pernapasan klien Amandus
Lando
Hasil :

- Pernapasan 22 x / menit

97
- Tidak menggunakan otot - otot bantu pernapasan
10.10 4 Mengatur tidur klien dalam posisi setengah duduk
Amandus
Hasil : Lando

1 2 3 4 5 6
- Punggung klien di ganjal 2 buah bantal

- Klien mengatakan nyaman dengan posisi ini.


22-01-2015 10.20 4 Mengecek undulasi pada selang WSD

Hasil :
Amandus
- Adanya gelembung udara yang keluar dari dalam botol WSD Lando
22-01-2015 10.25 4 Menganjurkan dan mengajarkan kepada klien untuk memegang selang WSD apabila

akan mengubah posisi.

Hasil :

- Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan dan pengajaran yang diberikan Amandus
Lando
oleh perawat.

- Posisi selang WSD tetap terpasang dan terfiksasi pada ICS V dada kanan
22-01-2015 10.15 4 Mengatur posisi botol WSD
Amandus
Hasil : Lando

98
1 2 3 4 5 6
- Botol WSD letaknya lebih rendah dari tubuh klien yaitu dibawah tempat tidur

klien
5 21-01-15 11.00 5 Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit efusi pleura

Hasil :

- Klien dan keluarga menanyakan apa itu penyakit efusi pleura, penyebab,

pengobatan dan pencegahannya


Amandus
- Klien dan istrinya belum mengetahui tentang penyakit efusi pleura Lando
21-01-2015 11.10 5 Mengkaji hasil patologi anatomi klien

Hasil :
Amandus
- Terdapat infeksi spesifik dan tidak ditemukan sel maligna Lando
21-01-2015 11.15 5 Memberikan penyuluhan kesehatan tentang pengertian, penyebab, pencegahan, dan

pengobatan penyakit efusi pleura


Amandus
Hasil : Lando

1 2 3 4 5 6
- Klien dan istrinya mengatakan sudah mengetahui apa itu penyakit efusi pleura

99
- Klien dan istrinya mampu menyebutkan pengertian efusi pleura, 2 penyebab,

pencegahan, dan 3 cara pengobatannya


Amandus
Lando
21-01-2015 11.15 5 Perawat meyakinkan klien dan keluarga bahwa tim kesehatan akan memberikan

pelayanan seoptimal mungkin demi kesembuhan klien

Hasil :
Amandus
- Klien dan keluarga percaya bahwa dengan bantuan dokter, perawat dan tim
Lando
kesehatan lain mampu menyembuhkan penyakitnya.
6 20-01-2015 09.30 6 Merawat luka dengan teknik aseptic

21-01-2015 10.00 Hasil :

22-01-2015 10.30 - Mencuci luka dengan cairan normal salin dan menutup dengan kasa betadin
Amandus
Lando

1 2 3 4 5 6
22-01-2015 11.45 6 Mengobservasi tanda-tanda vital ( suhu dan nadi )
Hasil :
Amandus
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh 36 C dan nadi 88 x / menit Lando

100
20-01-2015 09.30 6 Mengobservasi daerah luka paska pemasangan WSD dari tanda-tanda infeksi
Hasil :
21-01-2015 10.00 - Luka terlihat bersih
- Klien mengatakan pada daerah luka tidak teras panas dan nyeri
Amandus
22-01-2015 10.30 - Tidak ada tanda - tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak Lando
20-01-2015 10.00 6 Memberikan obat cefotaxim 1 gram
21-01-2015 18.00 Hasil :
22-01-2015 10.00 - Cefotaxim 1 gram diberikan secara intra vena
Amandus
- Tidak terjadi reaksi alergi setelah penyuntikan Lando
21-01-2015 12.00 6 Menganjurkan klien untuk minum air putih - 2 liter / 24 jam ( 5 - 10 gelas )

Hasil :

- Klien mengatakan akan minum minimal 6 - 7 gelas / hari


Amandus
- Klien minum air putih 150 mili liter ( 1 gelas ) Lando

101
6. Evaluasi Sumatif
Tabel 3.7
Tanggal
No DP Evaluasi Paraf
Jam
1 2 3 4 5
20-01-2015 1 S : Klien mengatakan :

16.00 - Tidak batuk


- Tidak sesak
- Merasa nyaman dengan posisi

setengah duduk di ganjal bantal

pada punggung.

O:

- Tidak menggunakan otot bantu

pernapasan
- Tidak ada sianosis pada bibir dan

ujung jari
- Tanda - tanda vital :
Tekanan darah 110 / 70 mmhg
Nadi 88 x / menit Amandus
Suhu 36 C Lando
Pernapasan 22 x / menit

A:

- Masalah teratasi

P:

- Intervensi dipertahankan :

4
Pertahankan klien dalam posisi

setengah duduk dengan

punggung di ganjal bantal


Observasi tanda - tanda vital
Pemberian oksigen 2-3 liter /

102
1 2 3 menit ( bila sesak )

5
23-01-2015 2 S : Klien mengatakan :

10.00 - Tidak merasa mual lagi

- Mulut tidak terasa pahit lagi

- Nafsu makan bertambah

O:

- Lidah tidak putih

- Makanan habis 1 porsi kecil dan 2

butir telur rebus

- Bising usus 10 x / menit

- Perut tidak kembung

- Berat badan naik 2 kg ( 51 kg ) Amandus


Lando
A:

- Masalah teratasi

P:

- Intervensi dipertahankan :

Pertahankan penyajian makanan

semenarik mungkin

1 2 3 4 5
Pertahankan beri makan dalam

103
porsi kecil tapi sering

Pertahankan pemberian vitamin

sesuai petunjuk dokter


3 23-01-2015 3 S : Klien mengatakan :

10.10 - Badannya terasa segar dan

bersemangat

O:

- Wajah klien tampak segar dan

bersemangat

- Mampu melakukan aktivitas mandiri

seperti menyisir rambut dan makan

A:

- Masalah teratasi
Amandus
Lando
P:

- Intervesi dihentikan

23-01-2015 4 S : Klien mengatakan :

10.15 - Tidak terasa sesak

- Tidak terasa nyeri pada dada

O:

- Pernapasan 22 x / menit

- Nadi 88 x / menit

1 2 3 4 5
- Pernapasan diafragma

- Bunyi napas bronkovesikular

104
- Adanya undulasi pada selang WSD

- Selang aman terfiksasi

A:

- Masalah teratasi

P:

- Intervensi dipertahankan :

Mengubah posisi sambil

memegang selang WSD

pertahankan posisi selang

pertahankan botol WSD

letaknya lebih rendah dari


Amandus
tubuh klien Lando
21-01-2015 5 S : Klien dan istrinya mengatakan :

12.00 - Mengerti dengan penjelasan yang

diberikan tentang efusi pleura

- Percaya dan yakin dokter, perawat

dan tim kesehatan lain akan

memberikan pelayanan yang

maksimal demi kesembuhannya

1 5
2 3 4
O:

- Wajah klien dan istrinya tidak

105
tampak cemas lagi

- Hasil patologi anatomi terdapat

infeksi spesifik

- Klien dan istrinya mampu

menyebutkan pengertian efusi

pleura, 2 penyebab, pencegahan dan Amandus


Lando
3 cara pengobatannya

A:

- Masalah teratasi

P:

- Intervensi di hentikan
23-01-2015 6 S : Klien mengatakan :

10.00 - Tidak merasakan nyeri dan panas

pada daerah luka paska pemasangan

selang WSD

O:

- Luka terlihat bersih

- Tidak ada tanda - tanda infeksi

seperti bengkak dan merah

- Nadi 88 x / menit

1 2 3 4 5
- Suhu 36 C

A:

106
- Masalah teratasi

P :

- Intervensi dipertahankan :

Rawat luka secara aseptik

Observasi daerah bekas tusukan

selang WSD dari tanda - tanda Amandus


Lando
infeksi

Observasi nadi dan suhu klien

Lanjutkan pemberian antibiotik

dan antipiretik

B. PEMBAHASAN

Selama melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pada Tn. N dengan gangguan sisitem pernapasan

akibat efusi pleura di ruang parkit rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun

kota bandung yang dilaksanakan pada tanggal 20 - 23 Januari 2015. Penulis

mendapatkan kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan praktek di lapangan

selama melakukan asuhan keperawatan tersebut. Selain itu penulis menemukan

107
faktor - faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dilapangan.

Adapun uraian secara lengkap pembahasan dari pelaksanaan asuhan

keperawatan dilapangan pada Tn. N dengan gangguan sisitem pernapasan

akibat efusi pleura di ruang parkit rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun

kota bandung, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Demi lancarnya asuhan keperawatan ini penulis terlebih dahulu

melakukan pendekatan terapeutik sekaligus membina hubungan saling

percaya dengan klien dan keluarga. Tahap awal pengkajian yaitu

pengumpulan data, baik data subyektif maupun obyektif. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara, observasi pada klien dan keluarga,

pemeriksaan fisik klien dan studi dokumentasi dengan melihat status klien di

ruangan. Data subjektif yang penulis dapatkan berasal dari klien, penulis

juga melakukan wawancara dengan keluarga klien ( istri klien ), mencari

keterangan dari perawat ruangan, status dan dokumentasi dari tim kesehatan

lain.

Klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura secara teori

masuk ke rumah sakit dengan alasan diantaranya keluhan respiratorius yang

meliputi sesak nafas, nyeri dada, batuk, selain itu keluhan lain yang juga

menjadi alasan masuk ke rumah sakit, yaitu demam, timbul pada sore atau

malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama

semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin

108
pendek. Hal yang terjadi pada Tn. N, yaitu mengeluh sesak nafas, badan

terasa lemah, nyeri dada kanan bawah, mual. Keluarga akhirnya membawah

klien ke rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun kota bandung.

Klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura pada

pengkajian sistem pernapasan secara konsep akan ditemukan klien

mengeluh sesak, terdengar suara ronki, rasa berat pada dada, berat badan

menurun, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan

terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernapas serta batuk non produktif,

hal ini terjadi pada Tn. N tetapi sesak dan nyeri yang dirasakan sudah tidak

terlalu di rasakan, hanya apabila tidur terlentang dan batuk, karena Tn. N

sudah dirawat selama 6 hari dan telah dilakukan tindakan pemasangan

selang drainase serta memasuki fase penyembuhan dan pemulihan.

Secara konseptual pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler

kemungkinan terjadi peningkatan denyut jantung, pergeseran jantung,

adanya thrill yaitu getaran ictus cordi, murmur, bunyi jantung 1 dan 2

tunggal atau gallop, bunyi jantung ke 3 yang merupakan gejala payah

jantung. Hasil pengkajian menunjukkan keluhan atau gejala yang sesuai

dengan teori adalah peningkatan denyut jantung, sedangkan yang lainnya

tidak ditemukan karena Tn. N sudah dirawat selama 6 hari dan memasuki

fase penyembuhan. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium terdapat

ketidak sesuaian antara teori dan hasil, pengkajian dilapangan tidak didapat

peningkatan leukosit dan tidak ditemukan sel maligna pada sample

pemeriksaan cairan pleura.

109
2. Diagnosa Keperawatan

Secara teori terdapat 9 ( Sembilan ) diagnosa yang mungkin timbul

pada klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura, yaitu :

a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema

trakeal / faringeal.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan

ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar kapiler.

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan

penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen.

e. Gangguan ADL (activity daily living) yang berhubungan dengan

kelemahan fisik umum, keletihan sekunder dan adanya sesak nafas.

f. Resiko tinggi trauma pernapasan yang berhubungan dengan

pemasangan WSD

g. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan

informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan

pengobatan.

h. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port

110
de entre akibat penusukan dari tindakan WSD

i. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan

perubahan suasana lingkungan.

Sedangkan Pada kasus Tn. N, penulis hanya menemukan 6 ( enam )

diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data hasil pengkajian, yaitu

antara lain:

a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan

penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen.

c. Gangguan ADL ( activity daily living ) yang berhubungan dengan

kelemahan fisik umum, keletihan sekunder dan adanya sesak nafas.

d. Resiko tinggi trauma pernapasan yang berhubungan dengan

pemasangan WSD

e. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan

informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan

pengobatan.

f. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port

de entre akibat penusukan dari tindakan WSD

Dari uraian di atas, terdapat 3 ( tiga ) diagnosa keperawatan yang ada

111
pada teori tapi pada kasus tidak ditemukan pada klien Tn. N, dengan konsep

gangguan sistem pernapasan efusi pleura, yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema

trakeal / faringeal, tidak ada dalam kasus dilapangan karena dari data

klien batuk kering atau nonproduktif.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan

ekspansi paru dan kerusakan membrane alveolar kapiler, tidak ada

dalam kasus dilapangan karena dari hasil rongen klien tidak

mengalami kerusakan membrane alveolar kapiler.

c. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan

perubahan suasana lingkungan, tidak ada dalam kasus dilapangan

karena dari data klien tidur dan istirahat cukup 8 jam

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis merencanakan tindakan keperawatan

menurut diagnosa yang muncul pada Tn. N, disesuaikan dengan kondisi,

situasi dan kemampuan klien ataupun keluarga, serta disesuaikan dengan

sarana dan prasarana yang tersedia di ruangan, pada tahap perencanaan ini

penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun rencana

yang akan dilakukan.

112
Perencanaan dari ke 6 ( enam ) diagnosa keperawatan secara

keseluruhan sama dengan konsep walaupun ada beberapa yang dihilangkan

karena kurang menujang dan beberapa yang ditambahkan karena intervensi

masih dirasakan kurang untuk mengatasi masalah Tn. N,

Untuk intervensi seperti pemberian informasi kesehatan dan

penyuluhan kesehatan tentang penyakit disusun penulis dengan tujuan untuk

membantu meningkatkan kemampuan, ketrampilan serta kemandirian klien

dan keluarga. Perencanaan yang disusun penulis bersifat dependen dan

kolaboratif.

4. Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan

penulis mengalami beberapa hambatan karena ada tindakan keperawatan

yang tidak bisa dilaksanakan pada klien. Secara konsep penimbangan berat

badan harus dilaksanakan setiap hari untuk memantau status nutrisi klien,

tetapi dalam kasus ini penulis tidak dapat melakukan penimbangan berat

badan setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencari alternatif

tindakan yaitu dengan menimbang berat badan setiap 3 ( tiga ) hari sekali

dan mengoptimalkan asupan nutrisi yang adekuat bagi klien yaitu dengan

memberikan makan sesuai dengan dietnya dan di tambah telur rebus 1 - 2

butir.

Untuk tindakan yang lain penulis tidak menemukan hambatan yang

cukup berarti, hal ini disebabkan karena klien dan keluarga sangat kooperatif

113
dan mampu bekerja sama dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah

dibuat.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada tahap

ini penulis melakukan penilaian dari respon klien terhadap intervensi yang

telah diberikan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Setelah dilakukan intervensi dari ke 6 ( enam ) diagnosa keperawatan yang

muncul, secara keseluruhan sudah teratasi sesuai dengan kriteria evaluasi

dan pada tanggal 24 januari 2015 klien sudah di perbolehkan pulang dan

menjalani pengobatan rawat jalan di poliklinik paru rumah sakit angkatan

udara dr. M. Salamun kota bandung.

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. N, dengan

gangguan pada sistem pernapasan efusi pleura di ruang parkit rumah sakit

angkatan udara kota bandung 20 sampai 23 Januari 2015, kemudian penulis

114
melakukan analisa kesenjangan antara konsep teori dengan praktek di

lapangan. Setelah dilakukan pembahasan, penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam proses pengkajian perawat / mahasiswa harus dapat

menggali data subjektif maupun objektif yang dapat menunjang terhadap

permasalahan klien, sehingga diagnosa keperawatan yang ditegakkan benar

- benar sesuai dengan kebutuhan klien.

2. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian, pada

klien dengan gangguan sistem pernapasan : efusi pleura berdampak pada

terjadinya gangguan Ketidakefektifan pola pernapasan, Gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, Gangguan

ADL (activity daily living), resiko tinggi trauma pernapasan dan

kurangnya pengetahuan ( Cemas ) serta Resiko tingggi terpapar infeksi.

Tidak semua masalah keperawatan secara konseptual akan ditemukan pada

klien, hal ini menunjukkan keunikan individu dalam merespon

permasalahan yang timbul.

3. Rencana keperawatan yang telah ditetapkan disesuaikan dengan

kemampuan, kondisi, sarana dan kebutuhan klien serta melibatkan klien

dan keluarga untuk mengatasi masalah keperawatan yang aktual maupun

potensial.

4. Dalam proses pelaksanaan penulis tidak mengalami hambatan

semua tindakan dapat dilakukan sesuai dengan rencana.

115
5. Masalah - masalah yang terdapat pada klien sudah teratasi sesuai

dengan kriteria waktu yang penulis tetapkan, hal ini disebabkan karena

tepatnya perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada klien sehingga

dapat meningkatkan kondisi dan status kesehatan klien dalam waktu yang

singkat.

6. Dokumentasi sebagai alat komunikasi antar perawat tidak hanya

terbatas pada status klien, tetapi lembar observasi juga dapat dijadikan

sebagai catatan kondisi klien yang mempermudah dalam memonitor

perkembangan klien.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merekomendasikan

beberapa hal diantaranya :

1. Perawat ruangan diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan sistem pernapasan akibat efusi pleura hendaknya

perawat lebih meningkatkan kesabaran dalam memotivasi klien untuk

mempercepat proses penyembuhan.

2. Lembar observasi yang tersedia dibuku observasi, diharapkan dapat diisi

oleh perawat atau mahasiswa sesuai jadwal dinasnya.

3. Bagi klien dan keluarga ( istri klien ) agar tetap melanjutkan pengobatan

efusi pleura di poliklinik paru dengan tuntas, kedisiplinan dalam minum

obat dan makan tinggi kalori tinggi protein.

116
117

Anda mungkin juga menyukai