Anda di halaman 1dari 7

Proses Perumusan Kebijakan Publik

Proses atau tahap-tahap penyusunan dan perumusan kebijakan publik

1. Pengindentifikasian masalah dan penyusunan agenda

Tahap pertama dalam proses perumusan kebijakan publik adalah pengidentifikasian masalah dan
penyusunan agenda, permasalahan, keinginan, tuntutan, aspirasi, dan kehendak yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat.

2. Penyusunan skala prioritas

Tahap kedua dalam proses perumusan kebijakan publik adalah penyusunan skala prioritas. Ada
begitu banyak permasalahan, keinginan, tuntutan, maupun aspirasi dari masyarakat, semuanya tidak
mungkin dapat diselesaikan dan dipenuhi sekaligus secara bersamaan. Oleh sebab itu, pemerintah
perlu melakukan penyusunan skala prioritas, skala prioritas ini bisa ditentukan apabila
pengidentifikasian masalah sudah dilakukan, sehingga dapat diketahui permasalahan apa saja yang
harus segera didahulukan untuk diatasi dengan kebijakan publik.

3. Perumusan (formulasi) rancangan kebijakan

Tahap ketiga dari proses perumusan kebijakan publik adalah perumusan rancangan kebijakan. Jika
permasalahan sudah diidentifikasi dan ditentukan skala prioritasnya, maka pemerintah mulai
menyusun rancangan kebijakan untuk menyelesaikan atau mengatasi permasalah tersebut. Dalam
menyusun dan merumuskan rancangan kebijakan, pemerintah tetap memperhatikan pendapat atau
masukan dari masyarakat. Formulasi (perumusan) kebijakan dapat berbentuk undang-undang,
perpu, kepres, perda, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk formulasi kebijakan ini disesuaikan
dengan tingkat dan kebutuhan permasalahan.

4. Penetapan dan pengesahan kebijakan

Tahap yang ke empat dalam proses perumusan kebijakan publik adalah penetapan dan pengesahan
kebijakan. Pada tahap ini rumusan rancangan kebijakan sudah selesai dibahas dan disepakati oleh
lembaga yang terkait. Dengan demikian, rancangan kebijakan publik tersebut siap untuk ditetapkan
dan disahkan dalam bentu peraturan atau undang-undang.

Kebijakan yang sudah disahkan tersebut perlu disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat
sebelum diberlakukan. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui kebijakan baru tersebut,
memahami maksud dan tujuan kebijakan, dan siap untuk melaksanakannya.
5. Pelaksanaan kebijakan

Tahap kelima dalam proses perumusan kebijakan kebijakan publik adalah pelaksanaan kebijakan.
Dalam pelaksanaan suatu kebijakan, masyarakat sudah dianggap siap untuk mengikuti dan
merepakan kebijakan tersebut, termasuk pemerintah sendiri. Pada tahap ini, semua kebijakan yang
telah dirumuskan tadi diuji secara nyata, sehingga adapat diketahui apakah kebijakan baru tersebut
yang diambil itu dapat mengatasi permasalahan atau tidak.

6. Evaluasi kebijakan publik

Tahap terakhir adalah evaluasi kebijakan publik. Pada tahap ini pelaksanaan kebijakan publik
dievaluasi untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan harapan masyarakat dan terbukti efektif
memcahkan masalah atau tidak. Jika hasilnya baik maka kebijakan tersebut diteruskan, sebaliknya
jika kebijakan tersebut itu menimbulkan dampak atau permasalahan baru, maka sudah selayaknya
kebijakan tersebut ditinjau ulang atau diperbaiki. Dalam evaluasi ini diketahui pula prestasi yang
dicapai dari kebijakan publik tersebut, sehingga dapat dijadikan acuan untuk perumusan kebijakan
berikutnya.

Berbagai masalah yang memerlukan kebijakan publik, diantaranya sebagai berikut :

1. Bidang politik dan hukum

a) Tindakan suka main hakim sendiri

b) Banyaknya pelanggaran hukum


c) Masalah korupsi

2. Bidang ekonomi

a) Masalah kemiskinan dan kurang merantanya pendapatan

b) Kesenjangan sosial dalam masyarakat

c) Kekeringan pada lahan pertanian

3. Bidang Sosial budaya

a) Adanya bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir

b) Banyaknya remaja putus sekolah dan rendahnya mutu pendidikan

c) Banyaknya permukiman kumuh

d) Masalah kenakalan remaja dan pemakaian narkoba

4. Bidang pertahanan dan keamanan

a) Menigkatnya kriminalitas dan kejahatan

b) Masalah teror dan kerawanan keamanan

c) Munculnya gerakan saparatisme dan pemberontakan

d) Kerusuhan antar warga masyarakat (konflik horizontal)

5. Bidang Pendidikan

a) Telah berlakunya UAS dan UAN sebagai pengganti EBTA /EBTANAS Telah
dibentuknya Komite Sekolah sebagai pengganti BP3.

b) Telah diterapkan muatan lokal dan pelajaran ketrampilan di sekolah SLTP.

c) Dihapuskannya sistem Rayonisasi dalam penerimaan murid baru.

d) Pemberian insentif kepada guru-guru negeri.

e) Bantuan dana operasional sekolah, serta bantuan peralatan praktik sekolah.

d) Bantuan peningkatan SDM sebagai contoh pemberian beasiswa pada guru untuk
mengikuti program Pascasarjana.

e) Peniningkatan profesionalisme guru dan dosen melalui penyelenggaraan prfesi guru dan
dosen untuk memperoleh sertifikat pendidik dan menjadi guru dan dosen profesional.

d) Penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa bagi semua jenjang pendidikan.
Pentingnya partisipasi masyarakat dalam perumusan
kebijakan publik

Kebijakan publik pada dasarnya dibuat oleh pemerintah untuk mengatur kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu dalam perumusan dan penetapannya harus selalu mengikutsertakan masyarakat.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Partisipasi masyarakat dapat menunjukkan tingkat dukungan masyarakat terhadap kebijakan publik.
Dengan adanya partisipasi masyarakat yang tinggi maka kebijkan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat, sesuai dengan dasar negara
Pancasila dan UUD 1945 serta tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan.

Bentuk partisipasi masyarakat yang positif terhadap pemerintah daerah dapat diwujudkan melalui
berbagai bentuk kegiatan, antara lain;

a. Menyampaikan aspirasi dengan cara santun kepada pemerintah daerah.

b. Mematuhi dan melaksanakan peraturan daerah.

c. Melaksanakan kegiatan keamanan dan ketertiban lingkungan.

d. Membayar pajak bumi dan bangunan.

e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.


Perlu kita sadari bahwa setelah kebijakan publik terbentuk seringkali tidak sesuai dengan harapan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hambatan-hambatan tidak dapat berjalannya kebijakan
publik yang terjadi dalam masyarakat kadangkala berasal dari masyarakat sendiri. Mengapa
demikian? Hambatan-hambatan bisa disebabkan karena rendahnya kesadaran hukum di kalangan
masyarakat untuk melaksanakan kebijakan publik.

Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan publik merupakan proses dan wujud
partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan kenegaraan. Tingkat kesadaran hukum dan
kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi mempengaruhi kebijakan publik. Semakin tinggi
kesadaran hukum dan kesadaran masyarakat melaksanakan kebijakan publik semakin besar sifat
membangun dan tanggung jawab. Sebaliknya apabila kesadaran hukum dan kesadaran masyarakat
masih rendah dapat melahirkan kebijakan publik yang bersifat merusak dan kurang bertanggung
jawab.

Setiap kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah diupayakan mendapatkan
dukungan masyarakat. Partisipasi masyarakat terhadap kebijakan publik dapat dilakukan melalui
empat macam cara, yaitu: pada tahap proses pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pemanfaatan hasil, dan tahap evaluasi.

a. Partisipasi proses pembuatan kebijakan publik

Dalam proses ini, masyarakat berpartisipasi aktif maupun pasif dalam pembuatan kebijakan publik.
Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam perumusan kebijakan publik dapat menunjukkan
adanya kekhasan daerah. Semakin besar keinginan masyarakat untuk menentukan nasib sendiri,
semakin besar partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Contoh partisipasi masyarakat dalam tahap ini adalah masyarakat memberikan

masukan atau pertimbangan baik secara li san atau tertulis kepada pemerintah daerah untuk
menjadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan publik daerah sebelum ditetapkan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan

Partisipasi ini, merupakan partisipasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan kebijakan publik atau pembangunan, dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari dengan menyumbangkan tenaga, harta, pikiran dan lain-lain.

Contoh partisipasi masyarakat pada tahap ini adalah masyarakat menjaga kebersihan lingkungan
dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat, bila kebijakan daerah menetapkan adanya
wilayah bebas sampah. Masyarakat dapat terlibat langsung sebagai pelaksana kebijakan daerah dan
selalu mewujudkannya.

c. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil


Telah kita ketahui bersama bahwa setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, masyarakat berhak untuk berpartisipasi
dalam menikmati hasil pembangunan. Masyarakat di daerah harus dapat menikmati hasil
pembangunan secara adil dalam arti mendapatkan pembagian sesuai dengan pengorbanan yang
diberikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rendahnya partisipasi untuk
menikmati hasil dari sebuah kebijakan publik dapat menimbulkan sikap tidak puas bagi masyarakat.
Dengan belum meratanya pembangunan dan hasilnya di setiap daerah mendorong kepada
kelompok-kelompok tertentu ingin memisahkan diri dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

d. Partisipasi dalam evaluasi

Setiap kebijakan publik di daerah dinyatakan berhasil, jika dapat memberikan manfaat kehidupan
bagi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat diberi kesempatan untuk menilai hasil yang telah
dicapai. Partisipasi masyarakat dalam memberikan penilaian terhadap kebijakan publik merupakan
sikap dukungan yang positif terhadap pemerintah.

Partisipasi masyarakat dalam evaluasi dapat dilakukan dengan memantau hasil kebijakan publik dan
pelaksanaannya. Masyarakat harus bersikap kritis apakah kebijakan publik sudah mengakomodasi
seluruh kepentingan masyarakat atau belum. Apakah dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan
tujuan ditetapkan? Tanpa adanya evaluasi dari masyarakat justru memperbesar peluang terjadinya
penyimpangan yang merugikan masyarakat.

Dalam memberikan evalusai terhadap kebijakan publik harus bersifat konstruktif dan bukan bersifat
destruktif. Apabila kita menyampaikan aspirasi yang berkaitan dengan kebijakan publik melalui
demonstrasi kita lakukan dengan santun, tidak dengan cara-cara kekerasan, atau merusak fasilitas-
fasilitas umum. Pada kenyataannya partisipasi masyarakat terhadap kebijakan publik sebagian besar
masih pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan belum pada proses pembuatan ataupun evaluasi.

DAMPAK DARI KURANG AKTIFNYA MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN


PUBLIK DAERAH

Di era otonomi daerah seperti sekarang, pemerintah memberi peluang yang sangat
besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Segala aspirasi masyarakat yang tumbuh dan
berkembang ditengah tengah kehidupan masyarakat dapat ditampung didaerah. Oleh karena
itu pemerintah harus memberikan masukan dan seluruh lapisan masyarakat menangapinya.
Mengapa demikian ? karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang menjadi kebutuhan
dan keinginan mereka dalam kehidupan sehari hari. Dengan keaktifan masyarakat,
diharapkan akan muncul kebijakan publik yang dapat :
1. Melindungi, mengayomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.
Sebaliknya, apabila masyarakat tidak aktif, akan muncul dampak negatif yang dapat
merugikan masyarakat, antara lain ;
1. Perumusan kebijakan public di daerah tidak memenuhi hak hak rakyat secara menyeluruh
2. Kebijakan publik itu bisa jadi tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat
3. Kebijakan publik itu bisa tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan nilai nilai budaya
masyarakat.
Kebijakan public harus sejalan dengan kebutuhan pembangunan di daerahnya.
Masyarakat mengharapkan kebijakan publik yang mewajibi kepentingannya. Janganlah
kebijakan publik itu justru menjadikan pemimpin daerahmenjadi raja raja kecil di daerahnya.
Mengapa demikian ?, karena dengan menjadi raja raja kecil, mereka sangat dihormati,
disanjung, diberi upeti, dan ditakuti oleh warga dan bawahannya.
Selain aktif dalam pembuatan kebijakan publik, masyarakat juga diharapkan supaya aktif
dalam penerapan kebijakan publik itu. Masyarakat dapat berperan dalam kebijakan publik
tersebut dan juga sebagai pengawas. Contoh paling sederhana keikutsertaan masyarakat
dalam melaksanakan kebijakan publik sebagai berikut ini. Ketika Pemda mengeluarkan
peraturan agar masyarakat tidak membuang sampah di sungai masyarakat harus
mematuhinya. Saat Pemda melarang Pembangunan rumah di aliran sungai, masyarakat
mematuhinya pula. Sedangkan contoh masyarakat bertindak sebagai pengawas dapat dilihat
dari kasus para warga masyarakat mengawasi proyek pembangunan jalan raya atau fasilitas
umum yang dilakukan pemerintah daerah atau DPRD. Itulah sebagian contoh perlunya peran
serta aktif masyarakat dalam kebijakan publik yang khususnya didaerah
CONTOH PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PUBLIK
1. Ikut berperan sebagai pelaku pembangunan
2. Dengan kesadaran membayar pajak tepat waktu
3. Menaati segala produk per Undang undangan yang berlaku

CIRI-CIRI KEBIJKAN PUBLIK YANG BERMUTU


1. Berdasarkan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat
2. Merupakan jawaban atas tuntutan keinginan atau aspirasi rakyat
3. mengabdi kepada kepentingan umum
4. melibatkan partisipasi masyarakat

Anda mungkin juga menyukai