LANDASAN TEORI
5
6
W1 = G h1 (kg m)
W1 = G (1 - cos ) (kg m)
dimana :
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h1 = jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)
= jarak lengan pengayun (m)
cos = sudut posisi awal pendulum
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat diketahui melalui
rumus sebagai berikut :
W2 = G h2 (kg m)
W2 = G (1 - cos ) (kg m)
9
dimana :
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
h2 = jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m)
= jarak lengan pengayun (m)
cos = sudut posisi akhir pendulum
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut :
W = W1 - W2 (kg m)
Sehingga persamaan yang diperoleh dari rumus di atas adalah sebagai berikut :
dimana :
W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
W1 = usaha yang dilakukan (kg m)
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
= jarak lengan pengayun (m)
cos = sudut posisi awal pendulum
cos = sudut posisi akhir pendulum
Dan besarnya harga impact dapat diketahui dari rumus berikut ini :
W
K=
Ao
10
dimana :
K = nilai impact (kg m/mm2)
W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
Ao = luas penampang di bawah takikan (mm2)
Sedangkan bagian utama dari alat uji impact tipe charpy terdiri atas :
1. Badan alat uji impact
Badan alat uji impact terbuat dari baja profil U 70 mm 40 mm
dengan tebal baja 5 mm. Sedangkan dimensi dari badan alat uji impact ini
adalah 750 mm 400 mm 1000 mm. Proses pengerjaan yang dilakukan
dalam pembuatan badan alat uji impact ini adalah proses penyambungan atau
proses pengelasan. Badan alat uji impact berfungsi sebagai tempat dudukan
dari bearing dan tempat benda uji. Berikut ini merupakan gambar alat uji
impact tipe charpy.
2. Pendulum
Pendulum berfungsi sebagai beban yang akan diayunkan ke benda uji
dan juga terdapat pisau pemukul untuk mematahkan benda uji. Pendulum
terbuat dari baja pelat silinder 230 30 mm dengan berat 8 kg. Pada bagian
atas pendulum dihubungkan ke bagian lengan pengayun dengan cara dilas .
13
3. Lengan pengayun
Lengan pengayun berfungsi untuk menentukan gerakan ayunan dari
poros ke pendulum. Lengan pengayun ini terbuat dari baja silinder 20
600 mm dan pada bagian atasnya dihubungkan ke poros dengan dilas, serta
pada bagian bawahnya dihubungkan ke pendulum dengan cara dilas.
4. Poros pengayun
Poros pengayun berfungsi sebagai penerus ayunan dari bearing
kelengan pengayun dan pendulum. Poros pengayun terbuat dari baja silinder
25 450 mm. Pada bagian ujung kanan dan kirinya dihubungkan ke
bearing dan pada bagian tengahnya dihubungkan ke lengan pengayun dengan
cara dilas.
5. Bearing
Bearing berfungsi sebagai pengayun poros dan bearing yang
digunakan adalah bearing dengan ukuran diameter dalam atau diameter poros
25 mm. Bearing ditempatkan pada bagian kanan atas dan kiri atas pada badan
alat uji impact dengan cara dibaut.
8. Pisau pemukul
Pisau pemukul berfungsi untuk memukul benda uji yang telah dibuat
takikan. Posisi pisau pada saat akan memukul adalah di belakang takikan
benda uji. Bahan pisau pemukul ini harus lebih keras dari benda yang akan
diuji dan sudut pisau pemukul adalah 30.
Berikut ini merupakan dimensi dari alat uji impact yang ditunjukkan dari
berbagai tampak.
Sedangkan sisa usaha (W2) pada setiap sudut ayun dapat diketahui dari
data pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Sisa Usaha (W2) Pada Setiap Ayun
F = m.a
Dimana :
F = gaya (N)
m = massa partikel (kg)
a = percepatan (m/s2)
F = G.m1.m2/r2
20
Dimana :
F = gaya tarik menarik antara partikel partikel (N)
G = konstanta universalsebesar 66,73 x 10-12 m3/kg.s2
m1 & m2 = masing masing adalah massa dari 1 partikel 1 dan 2 (kg)
r = jarak antara partikel partikel (m)
W = m.g
Dimana :
W = berat sebuah partikel (N)
m = massa partikel (kg)
g = percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2
R= F=0, M= M=0
Sumbu-x
MA
Ujung terikat y
RA
Ujung bebas
W = m.g
Gambar 2.16 Batang Kantilever
Fy = RA- W = 0
dan
RA = W
Karena itu, gaya normal pada ujung terikat sama dengan beban pada ujung
batang bebas.
22
M = MA W. l = 0
dan
MA = W.l
MA = W.(x.l)
Akibat beban pada ujung bebas, maka batang akan terdfleksi sebagai berikut :
= W.x2 (x-3l)/6El
Dimana :
E = modulus elastisitas atau modulus Young (Pa)
I = Momen Inersia luas penampang lintang batang (m4)
maks = Wl3/3EI
x l
RA RB
W= m.g
Gambar 2.17 Sebuah Batang Ditumpu Oleh 2 Tumpuan
R = RA + RB W = 0
MA = RB.l W.1/2.l
dan
Ra = . W
MA = RB.l W.1/2. l
24
dan
RA = . W
= Wl4/48.E.I
Dimana :
E = Modulus Elastisitas / Modulus Young (Pa)
I = Momen Inersia luas penampang lintang batang (m4)
2. Peralatan percobaan
Berikut ini adalah peralatan percobaan yang digunakan pada uji lendutan
batang dengan ujung satu tumpuan diantaranya:
Peralatan defleksi batang
1 batang silinder baja 1045 dengan panjang 100 cm berdiamter 8 mm
25
Dial Indicator
Gantungan
Beban
Gambar 2.18 Rangkaian Batang Kantilever Ujung 1 Tumpuan
Dimana :
l = jarak antara ujung jepit dan bebas
I = Momen Inersia untuk penampang lintang lingkaran
(batang berbentuk silinder)
l Lingkaran = .r4 , r = jari jari lingkaran
Menghitung tegangan tekuk b antara pemberat berbeda menggunakan
hubungan :
Dial Indicator
Beban
Prosedur percobaan :
Merangkai 2 tumpuan pada rangka statik dengan jarak 93cm seperti
ditunjukkan pada gambar 2.19,
Memposisikan batang baja karbon 1045 (S45C) secara simetris pada kedua
tumpuan tersebut,
Meletakkan tempat beban ditengah tengah batang dan dial indicator
diatasnya. (mengamati posisi awal pada dial dan mencatatnya)
Meletakkan pemberat pertama dan mencatat perubahan posisi dial,
Meletakan pemberat berikutnya dan mencatat penurunan posisi pada dial,
Melakukan prosedur tadi hingga penambahan pemberat ke 10,
Menentukan defleksi antara pemberat yang satu dengan pemberat
berikutnya,
Membuat grafik antara pemberat (W) dan defleksi (), dan menghitung
harga modulus elastisitas (Young) E melalui persamaan :
Dimana :
l = jarak antara 2 tumpuan ujung
I = Momen inersia untuk penampang lintang lingkaran
l Lingkaran = .r4 , r = jari jari lingkaran
satuan itu ditunjukkan dalam bentuk tulisan angka hasil pengujiannya. Berikut ini
merupakan uraian terperinci mengenai masing-masing metode pengujian.
1. Kerucut intan dengan besar sudut 120 dan disebut sebagai Rockwell Cone.
2. Bola baja dengan berbagai ukuran dan disebut sebagai Rockwell Ball.
Untuk cara pemakaian skala ini, kita terlebih dahulu menentukan
danmemilih ketentuan angka kekerasan maksimum yang boleh digunakan oleh
skala tertentu. Jika pada skala tertentu tidak tercapai angka kekerasan yang
akuran, maka kita dapat menentukan skala lain yang dapat menunjukkan angka
kekerasan yang jelas. Berdasarkan rumus tertentu, skala ini memiliki standar atau
acuan, dimana acuan dalam menentukan dan memilih skala kekerasan dapat
diketahui melalui tabel sebagai berikut :
Keterangan Gambar:
1. Wrench to select tested loads
(kunci).
2. Tested loads mobile selector.
3. Loads scale.
4. Test Lever (handle).
5. Scale Indicator Pointer.
Small pointer.
Larger pointer.
Red dot.
Outer rings.
6. 6. Ring nuts to fix the penetrator.
7.Penetrator (indentor).
8. Anvil (dudukan).
9. Anvil holder screw (capstan).
10. Handwheel to regulate the
rising screw.
2. Penyalutan (Mounting)
Benda kerja yang kecil sukar dipegang pada proses penggerindaan dan
pemolesan, maka perlu disalut terlebih dahulu. Bahan penyalutan yang
digunakan adalah termoplastik seperti resin, yang mencair pada temperature
150 C. Berikut ini merupakan bahan-bahan yang digunakan pada proses
penyalutan, yaitu :
ampelas itu bisa lolos dari ayakan hingga mencapai 220 lubang pada luas 1
inchi2 (sekitar 625 mm2).
4. Pemolesan (polishing)
Benda uji yang sudah melewati proses penggerindaan, dieteruskan
keproses pemolesan. Mesin yang digunakan adalah mesin poles metalografi.
Mesin ini terdiri dari piringan yang berputar dengan kain beludru (selvyt).
Cara pemolesannya, benda uji diletakkan di atas piringan yang
berputar, kain poles diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa digunakan
adalah alumina (Al2O3). Dalam istilah perdagangan diberi nama autosol atau
gama alumina. Bila garis-garis bekas pengampelasan masih terlihat,
pemolesan diteruskan. Apabila terlihat sudah rata, maka specimen
dibersihkan dan dilanjutkan dengan pengetsaan.
5. Pengetsaan
Hasil pemolesan yang terakhir akan menghasilkan suatu lapisan yang
menutupi permukaan struktur logam. Struktur mikro dapat terlihat dengan
jelas di bawah mikroskop dengan menghilangkan lapisan tersebut dengan
cara mengetsa.
Mengetsa dalam kamus, dapat diartikan sebagai proses pembuatan
gambar atau ukuran pada pelat tembaga, yang dilapisi lilin dengan benda
tajam kemudian membiarkan garis-garis yang diperoleh itu terkena korosi
cairan asam. Hasil proses itu ialah etsa, yaitu berupa gambar atau ukiran.
Berikut ini merupakan penjelasan beberapa larutan etsa untuk pengujian
makro dan mikro yang biasa dipakai dalam metalografi.
a) Adapun bahan-bahan larutan pada etsa makro adalah sebagai berikut :
Hydrochloric, yang memiliki komposisi 50% asam hydrochloric
dalam air dengan suhu antara 70 C - 80 C dan waktu yang
dibutuhkan 1 jam, serta digunakan untuk bahan baja dan besi.
Sulphuric, yang memiliki komposisi 20% asam sulphuric dalam air
dengan suhu 80 C dan waktu yang diperlukan antara 10 sampai 20
detik, serta digunakan untuk bahan besi dan baja.
38
Nitric, yang memiliki komposisi 20% asam nitric dalam air dan boleh
dalam keadaan dingin jika cocok, serta digunakan untuk bahan besi
dan baja.
Alcoholic ferric chloride, yang memiliki komposisi 96 cm3ethyl
alcohol, 59 gram ferric chloride, dan 2 cm3 asam hydrochloric.
Bahan etsa, yang memiliki komposisi copper ammonium chloride 9
gram dan air 91 ml specimen untuk baja. Waktu etsa lebih lama dari
pada etsa mikro struktur.
Untuk mengetsa baja agar didapat hasil etsa yang dalam dan tebal
lapisannya, digunakan bahan etsa yang baik, yaitu hydrochloric acil
(HCl) 140 ml, sulphuric acid (H2SO4) 3 ml dan air 50 ml dengan
waktu etsa antara 15 sampai 30 menit.
Specimen alumunium atau campuran alumunium bahan etsa ialah
hydrofloride acid (HF) 10 ml, nitrid acid (HNO3) 1 ml, dan air 200
ml. Waktu pengetsaannya sangat singkat dan karena itu, jika terjadi
lapisan hitam yang tebal dapat dihilangkan dengan cara merendam
pada asam nitrat (HNO3). Waktu pengetsaan itu lebih l daripada etsa
untuk mikro struktur. Setelah kita mengetsa, kita langsung dapat
melihat bagian mana yang atau mengambang dari serat (alur) benda
kerja tersebut. Macro test ini biasanya dilakukan pada benda yang
pembuatannya ditempa, dituang, dan hasil pengerolan.
b) Adapun bahan-bahan larutan pada etsa mikro adalah sebagai berikut :
Asam nitrat, yang memiliki komposisi asam nitrat 2 ml dan alcohol
95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja paduan
rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa
detik sampai 1 menit.
Asam pikrat, yang memiliki komposisi 4 gram asam pikrat, alkohol
95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk baja karbon dalam keadaan
normal, dilunakkan, dikeraskan (hardening) dan ditemper
(tempering). Waktu pengetsannya beberapa detik sampai 1 menit.
39
dimana :
LOK = lensa okuler (nilai 2,5)
LOB = lensa obyektif/lensa yang dipakai pada mikroskop
FK = faktor kamera (nilai 1)
Ukuran foto 3R nilai 4.
Tyepiece : NWF 10 X
Objective : MSFX, MF 10 X, MF 20 X, MF 40 X
Viewing head : Binocular body complete with interpupillary distance
Illuminator : Koehler-type illuminator complete with aperture and field
diaphragms, filter slots, and bulb cord. Uses EL-38 (8 V,
15 W) tungsten filament bulb.
Mechanical stage : Graduated 150 160 mm in size 30 30 mm cross
motion, reading to 0,1 mm by vernier. Provided with low
position stage controls.
Focusing control : Stage height is adjustable by the control knob and fixed by
locking knob. Fine controls are workable in arrange of
2mm.
Photo mechanic : Optical path selector for visual observation and
photography, built in reflecting mirror and camera port.
Polarizing filters : Built-in slideway, complete with analyzer, rotatable
through 0-9, and polarizer filter.
Microscope stand : Inverted stand, complete with built-in plane glass
reflector, built in power supply transformer, variable
light intensity control, out put sockets.
Color filters : Green filter for visual observation and monochromatic
film photography, and blue filter for color photography
42