Anda di halaman 1dari 138

BAB.

I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Membaca gambar dan sket, seringkali diperlukan di dalam proses
perencanaan bentuk benda yang akan dilaksanakan pada proses pengecoran
logam, khususnya pada benda-benda coran yang cukup besar dan rumit. Modul ini
terdiri dari 2 kegiatan belajar, yaitu mencakup :
1. menyiapkan sket tangan, dan
2. mengartikan detil sket tangan
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan peserta diklat dapat
menentukan alat-alat gambar tangan. Serta dapat mengartikan detil-detil sket
tangan, sehingga dapat diaplikasikan pada jenjang modul berikutnya,membaca
gambar teknik.

B. Prasyarat
Untuk mengambil modul membaca gambar dan sket diperlukan
pengetahuan tentang pentingnya arti dari gambar dan sket yang mengarah
kepada tujuan keahlian teknik pengecoran.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Petunjuk bagi peserta diklat :
Langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul ini :
a. baca tujuan akhir dan tujuan antara, dengan seksama.
b. baca uraian materi pada setiap kegiatan belajar dengan
seksama.

Kode Modul M9.1A 1


c. baca dan pahami langkah kerja pada setiap kegiatan belajar.
d. persiapkan alat dan bahan yang digunakan, setiap proses
balajar.
e. lakukan langkah-langkah pada setiap kegiatan belajar dengan
baik.
f. jawablah setiap pertanyaan pada lembar latihan untuk
masing-masing kegiatan belajar, cocokan dengan kunci
jawaban yang tersedia pada lembar kunci jawaban.
g. jawablah pertanyaan pada lembar evaluasi, cocokan dengan
jawaban yang telah tersedia pada lembar jawaban.

2. Petunjuk bagi guru :


a. membantu peserta diklat dalam merencanakan proses belajar.
b. membimbing peserta diklat melalui tugas-tugas pelatihan
yang diambil dalam tahap belajar.
c. membantu peserta diklat dalam konsep dan materi baru, dan
menjawab pertanyaan peserta diklat mengenai kesulitan
belajar.
d. membantu peserta untuk menentukan dan memilih sumber
tambahan yang diperlukan untuk belajar.
e. mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. merencanakan seorang ahli atau pendamping guru untuk
membantu, jika diperlukan.
g. merencanakan proses penilaian dan menyiapkan
perangkatnya.
h. melaksanakan penilaian.

D. Tujuan Akhir

Kode Modul M9.1A 2


Setelah menyelesaikan pembelajaran dengan modul ini, peserta diklat
diharapkan mampu membaca gambar dan sket dengan baik dan benar.

Kode Modul M9.1A 3


F. Cek Kemampuan

Isilah cek list (v) pada tabel di bawah ini dengan memberikan tanda V pada
lajur ya, apabila anda sudah memahami sub kompetensi yang tertulis pada
tabel lajur 1, dan pada lajur tidak bila anda belum memahami.
Tabel dibawah untuk mengetahui kemampuan awal yang telah anda miliki.
Pernyataan Pengecekan Paraf Guru/
No Sub Kompetensi
(Aspek Yang Diukur) Ya Tidak Pembimbing
I Menyiapkan Mengerti Gambar sket
Sket tangan tangan, menggambar,
membaca gambar dan
mengartikan
Mengetahui ukuran kertas
gambar dengan ukuran
standar
Mengetahui macam-macam
alat tulis gambar
Mengetahui alat pembuat
garis lengkung/busur dan
lingkaran
Mengetahui macam-macam
mistar untuk membuat garis
lurus dan sejajar
Mengetahui mistar/mal
huruf dan angka
Mengetahui meja gambar
dan perlengkapannya
Mengetahui alat penghapus
dan pelindung penghapus
Mengerti huruf, garis dan
konstruksi geometris
menurut standar
Mengerti jenis-jenis proyeksi
pictorial dan orthogonal
Memahami gambar dalam
menentukan pandangan

Kode Modul M9.1A 5


II Mengartikan Mengetahui alat ukur yang
detil sket dapat digunakan untuk
tangan mengukur objek yang akan
di sket
Memahami sumber objek
yang akan digambar sket
Memahami pembagian
sudut dan melukis sudut
Memahami proyeksi
isometric; dimetris dan
miring
Mengerti gambar sket dari
bentuk benda jadi menjadi
gambar proyeksi
Memahami proyeksi
kuadran I (Amerika) dan
kuadran II (Eropa)

Apabila anda menjawab tidak pada salah satu pernyataan di atas;


berikan alasan sejauh mana ketidaktahuan anda.

Kode Modul M9.1A 6


BAB. II
PEMELAJARAN
RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT
Kompetensi : Membaca gambar dan sket
Tempat Alasan Tanda Tangan
Jenis Kegiatan Tanggal
Belajar Perubahan Guru
Kegiatan Belajar I
1. Mempelajari fungsi
gambar teknik sebagai
bahasa teknik
2. Mempelajari dan
menggunakan ukuran
kertas dan skala gambar
3. Mengenal dan
menggunakan alat gambar
4. Menggambar berbagai
jenis garis dan bentuk
huruf
5. Menggambar konstruksi
geometris dengan garis
dan lingkaran
6. Mempelajari proyeksi
pictorial dan ortogonal
7. Mempelajari mengubah
bentuk gambar pada
proyeksi pictorial
8. Mempelajari penentuan
pandangan

Kode Modul M9.1A 7


9. Mempelajari melengkapi
garis dan pandangan
10. Mempelajari perubahan
bentuk gambar dari
proteksi pictorial ke
orthogonal dan proyeksi
orthogonal ke pictorial

Kegiatan Belajar II
1. Mempelajari fungsi dan
jenis alat ukur
2. Mempelajari fungsi dan
cara kerja posisi benda
kerja yang sedang di sket
dengan melihat benda
tersebut dalam bentuk
assembly
3. Mempelajari gambar
isometric dan gambar
pandangan kuadran II
4. Mempelajari pengertian
dimensi fungsional dan
tambahan
5. Mempelajari macam-
macam/jenis material
6. Mempelajari kembali
gambar sket pandangan ke
dalam untuk isometric

Kode Modul M9.1A 8


7. Mempelajari identifikasi
dimensi-dimensi dari
berbagai gambar produksi
8. Mempelajari identifikasi
pada pengerjaan yang
diperlukan untuk
pembuatan benda kerja
9. Mengenali macam-
macam material logam dari
berbagai produk yang ada

1. KEGIATAN BELAJAR I
A. MENYIAPKAN SKET TANGAN
Tujuan kegiatan pemelajaran :
Setelah mempelajari kegiatan belajar I diharapkan :
1. Menguasai penggunaan ukuran kertas sesuai skala gambar standar
ISO
2. Menguasai cara penggunaan alat gambar sesuai fungsisnya
3. Kompeten menggambar berbagai jenis dan bentuk huruf standar ISO
4. Kompeten menggambar sebuah benda tiga dimensi
5. Kompeten menggambar proyeksi sudut pertama dan ketiga
6. Kompeten menggambar sket benda kerja atau bagian dari benda kerja
7. Kompeten mencantumkan ukuran pada gambar kerja sesuai fungsinya

B. URAIAN MATERI
1. Fungsi Gambar Sket Tangan
Di dalam semua jenis Industri Pengecoran akan kita temukan proses
pembuatan suatu produk berlangsung. Mulai taraf penentuan jenis produk,

Kode Modul M9.1A 9


perencanaan produk, pembuatan produk, perakitan produk, sampai dengan
penggantian suku cadang.
Bila kita amati semua tingkatan berlangsungnya suatu produk, akan selalu
kita temukan suatu gambar. Gambar tersebut akan kita gunakan sebagai alat
untuk menentukan suatu produk yang akan kita buat. Gambar ini juga
digunakan sebagai alat untuk merencanakan produk, seperti; cara
pengerjaannya, bagaimana kelonggaran dan toleransinya.
Pada saat produk dengan proses pengecoran, aparatur/si pekerja
berpedoman pada gambar (bagaimana cara pembuatan, model atau
bentuknya,ke mana arah pengerjaannya,bagaimana tingkat kekasarannya). Hal
ini tergantung pada instruksi berupa gambar tersebut, sehingga aparatur /si
pekerja dapat bekerja dengan berpedoman pada gambar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambar memegang peranan
penting sebagai alat komunikasi untuk terwujudnya suatu bentuk produk
pengecoran atau benda teknik lainnya. Dengan kata lain gambar sket
merupakan alat komunikasi orang teknik, atau merupakan bahasa orang-orang
teknik pengecoran pada khususnya dan bagi orang-orang teknik pada
umumnya.
1. Alat-Alat Gambar
Untuk mencapai tujuan menggambar yang baik, yaitu yang memenuhi
standar, kita perlu alat-alat yang baik pula. Dengan alat-alat yang baik dan
ditunjang dengan keterampilan penggunaan alat-alat, akan tercapai tujuan
yang disebutkan di atas.
Tentu saja dengan peralatan yang lengkap belum tentu dapat terampil
menggambar, kalau saja tanpa latihan. Dengan peralatan sederhana pun,
jika penggunaan alat-alat gambar dilaksanakan dengan baik, konsekuen
dan disiplin, akan membantu di dalam keberhasilan menggambar. Sekali
lagi ketekunan, kerajinan, konsekuen, dan kedisiplinan dalam

Kode Modul M9.1A 10


menggunakan alat gambar, merupakan langkah awal untuk keberhasilan
dalam menggambar.
Alat-lat yang biasa di pakai dalam menggambar antara lain :
a. Kertas gambar dengan ukuran standar
b. Pensil, pena atau rapido
c. Jangka dan kelengkapannya
d. Macam-macam mistar
e. Mal huruf dan angka
f. Meja gambar dan kelengkapannya
g. Pengapus dan pelindung pengapus

a. Cara menentukan ukuran kertas gambar


Kertas gambar mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sebagai ukuran
pokok dari kertas gambar diambil ukuran A 0 yang mempunyai luas 1 m2
atau 1.000.000 mm2. Perbandingan lebar dan panjangnya sama dengan
perbandingan dari sisi bujur sangkar dengan diagonalnya (lihat gambar
2.1). Jika bujur sangkar mempunyai lebar (sisi) x dan diagonalnya y=x2
selanjutnya x dipakai sebagai lebar kertas gambar dan y sebagai panjang
kertas gambar (lihat gambar 2.2).
x y=x2

A0
y=x2 x luasnya =
1 m2 = 1.000.000 mm2

(gbr. 2.1) (gbr. 2.2)

Karena ukuran kertas gambar A0 merupakan luas x.y = 1.000.000 mm2, dengan
y=x2, maka ;

Kode Modul M9.1A 11


x.y = 1.000.000 mm2
x.x2 = 1.000.000 mm2
x2 = 1.000.000
2
x2 = 707106,7
x = 707106,7
= 840,89 mm
y = 840,89 . 2
= 1189,19 mm
Jadi ukuran pokok kertas gambar yang sudah standar adalah ukuran A 0, dengan
panjang 1189 mm dan lebarnya 841 mm (dibulatkan), sedangkan untuk
mendapatkan ukuran kertas gambar lainnya tinggal membagi dua, yaitu untuk
ukuran :
1) A1 di dapat dari A0 di bagi dua
2) A2 di dapat dari A1 di bagi dua
3) A3 di dapat dari A2 di bagi dua
4) A4 di dapat dari A3 di bagi dua
Dan seterusnya (lihat gambar 2.3)
Kertas gambar ukuran A0

UKURAN
A2
UKURAN
A1
UKURAN
UKURAN A4

A3
UKURAN
A4
(gbr 2.3)

Kode Modul M9.1A 12


Ukuran Kertas Gambar Menurut Standar ISO 216
Sesuai dengan sistem ISO dan NNI, ukuran kertas gambar ditentukan
sebagai berikut (lihat tabel I). Selanjutnya kertas gambar diberi garis tepi sesuai
dengan ukurannya. pada tabel adalah ukuran tepi bawah, tepi atas dan tepi
kanan. Sedangkan tepi kiri, untuk setiap ukuran kertas gambar ditetapkan 20 mm
(hal ini dimaksudkan untuk membundel, jika kertas gambar di bundel tidak
mengganggu gambarnya).

Tabel I Ukuran Kertas Gambar

Ukuran
Ukuran Sisi Kiri
Lebar Panjang
A0 841 mm 1189 mm 20 mm 10 mm
A1 594 mm 841 mm 20 mm 10 mm
A2 420 mm 594 mm 20 mm 10 mm
Ukuran
Ukuran Sisi Kiri
Lebar Panjang
A3 297 mm 420 mm 20 mm 10 mm
A4 210 mm 297 mm 20 mm 5 mm
A5 148 mm 210 mm 20 mm 5 mm

20

Kode Modul M9.1A 13


Garis tepi atas
Garis tepi kiri

Garis tepi kanan

Garis tepi bawah

Gbr 2.4

b. Jenis-jenis pensil dan penggunaanya


Pensil yang dipakai untuk menggambar ada tiga macam, yaitu pensil
biasa, pensil yang diisi kembali dan pensil mekanik. Untuk ketiga jenis
pensil ini mempunyai tingkat kekerasan tertentu, mulai dari yang lunak
sampai keras. Tingkat kekerasan pensil dapat dilihat tabel 2, berikut :

Tabel 2
Lunak Sedang Keras Keterangan :
2B B 4H
H = Hard
3B HB 5H
B = Black
4B F 6H
HB = Half Black
5B H 7H
F = Firm
6B 2H 8H
Angka didepan huruf H menunjukkan tingkat
7B 3H 9H
kekerasannya (semakin besar angkanya
semakin keras).

Kode Modul M9.1A 14


Sedangkan angka didepan huruf B
menunjukkan kelunakannya (semakin
lunak, angka semakin besar).

Meruncingkan pensil
Pensil biasa perlu diruncingkan, karena salah satu faktor baik atau
buruknya suatu garis tergantung dari cara meruncingkan pensil. Oleh
karena itu, meruncingkan pensil harus baik. Meruncingkan pensil jangan
digosok-gosok ke dinding, meja atau lantai, sehingga dinding atau meja
menjadi kotor. Oleh karena itu, kita harus menyediakan ampelas harus
(no. 220 atau 400) yang disimpan/diletakkan pada plat seng

Menggunakan pensil
Untuk mendapatkan garis yang baik (rata/tajam) maka pensil harus di
tarik dengan diputar sambil ditekan pelan-pelan, dan kedudukan pensil
600 terhadap garis yang akan dibuat.

Pena gambar
Bila kita akan membuat gambar asli yaitu gambar yang ditinta, maka
kita menggunakan pena. Pena ini ada dua macam, yaitu pena dengan
mata/daun dapat diatur (trek-pen) dan pena dengan ketebalan tetap
(tergantung dari ukuran yang diinginkan) dengan ukuran yang
bermacam-macam, yang kita kenal dengan rapido.

Kode Modul M9.1A 15


c. Jangka
Jangka adalah alat untuk membuat lingkaran atau busur lingkaran, baik
dengan ujung potlot atau dengan tinta
Macam-macam Jangka
1. jangka besar, yang dapat membuat lingkaran antara 100
sampai dengan 200 mm
2. jangka sedang, yang dapat membuat lingkaran antara 50
sampai dengan 100 mm
3. jangka kecil (biasanya mempunyai pegas/jangka pegas)
yang dapat membuat lingkaran antara 5 sampai dengan 50
mm
4. jangka Orleon digunakan untuk membuat lingkaran yang
tidak dapat dibuat oleh jangka kecil. Jangka Orleon ini
dapat membuat lingkaran dengan diameter 1 mm samapi
5 mm

Kotak jangka (penyimpanan jangka)


Jangka disimpan di dalam kotak jangka sesuai dengan tempat
dan bentuk dari jangka tersebut.

Pemeliharaan Pen (trek-pen)


Pen/trek-pen setelah dipakai harus segera dibersihkan. Dengan
memutar daun/mata pena maka dengan mudah kita dapat
membersihkan bagian dalam dari trek-pen tersebut.

d. Macam-macam mistar
Penggaris/mistar yang dipakai waktu menggambar antara lain :
o Penggaris/mistar segitiga (satu pasang)
o Mistar T (teken hak)

Kode Modul M9.1A 16


o Mistar skala
Perhatikan gambar 2.7

Keterangan :
1) Mistar siku-450
2) Mistar siku-600/300
3) Mistar T (teken hak)
4) Mistar skala
5) Meja gambar
Mistar skala yaitu mistar untuk mengukur dengan ukuran skala, misalnya
skala 1:2, 1:3 dan seterusnya.
Cara menggunakan mistar (sepasang segitiga)
Untuk membuat garis tegak lurus atau garis-garis sejajar, baik tegak
maupun mendatar, dapat kita gunakan sepasang mistar segi tiga
(lihat gambar 2.8). Caranya sebagai berikut :
Letakan mistar 450 mendatar dengan posisi 1
Letakan mistar 600/300 rapat pada sisi bawah dan peganglah
(tekan)

Kode Modul M9.1A 17


Bila kita membuat garis-garis sejajar sumbu x, geserlah
mistar 450 ke atas atau ke bawah (lihat angka panah) sesuai
dengan kebutuhan
Putar mistar 450 menjadi posisi 2. untuk membuat garis
yang sejajar sumbu y atau garis-garis yang tegak lurus sumbu x
Dengan menggeser mistar 450 pada posisi 1 dan memutar
mistar 450 ke posisi 2, kita dapat membuat garis-garis mendatar
maupun garis-garis tegak

Pemeliharaan mistar segitiga


Pemeliharaan alat gambar yang sering diabaikan oleh siswa antara
lain :
Kebersihan, misalnya mistar yang dipakai tidak dibersihkan,
sehingga kertas gambar menjadi kotor. Oleh karena itu, mistar
sebelum dipakai harus dibersihkan terlebih dahulu (dilap,bila
perlu dicuci).
Mistar segitiga atau mistar gambar lain, tanpa disadari
digunakan untuk memukul, digunakan untuk memotong kertas,
hingga mistar menjadi cacat dan bila dipakai untuk menggambar
maka hasil garisnya tidak lurus lagi. Oleh karena itu, jangan

Kode Modul M9.1A 18


sekali-kali memotong dengan menggunakan mistar gambar,
pakailah mistar pomotong yang khusus.
Mistar segitiga terbuat dari plastik/mika, pada ujungnya sering
terjadi perubahan bentuk (membengkok); mungkin karena jatuh,
perubahan temperatur atau tekanan-tekanan yang menyebabkan
perubahan bentuk. Biasanya perubahan ini tidak terlihat, tetapi
bila mistar itu kita pakai akan terjadi ketidaksejajaran dalam
menarik garis yang satu dengan yang lainnya. (lihat gambar di
bawah)

m n
posisi 1 posisi 2

x = lengkungan/cacat yang tidak terlihat

Pada posisi 1 bagian alas segitiga berada di atas segitiga lainnya dengan alas
berimpit penuh, sedangkan pada posisi 2 alas segitiga tidak berimpit penuh (lihat
tanda x pada gambar). Oleh karena ada lengkungan yang tidak terlihat pada
ujung segitiga maka garis yang dihasilkan m tidak sama dengan n. Oleh karena
itu, segitiga sebelum dipakai harus diperiksa dahulu ketegaklurusannya, yaitu
dengan meletakkan segitiga pada garis lurus (di atas segitiga lainnya) lihat
gambar 2.10

Kode Modul M9.1A 19


m
n

posisi 1 posisi 2

Gambar 2.10
1. Tempatkan segitiga pada posisi 1 dan buat garis (m)
2. Kemudian balikkan segitiga pada posisi 2 dan buatlah garis (n)
3. Jika garis m dan n tidak sejajar (berimpitan) maka mistar tersebut harus
diluruskan, yaitu dengan cara menggosokan segitiga yang lengkung pada
ampelas yang disimpan di atas meja rata atau meja kaca, sambil beulang-
ulang memeriksa/mencoba kembali sampai garis yang dihasilkan sejajar
(berimpit)

e. Macam-macam Mal
Mal yang dipakai untuk menggambar teknik terdiri atas :
Mal huruf
Mal huruf yaitu alat yang digunakan untuk membuat huruf dengan
perantara pen/rapido. Mal huruf mempunyai ukuran
0,25;0,35;0,5;0,7;1,4; dan 2 mm.

Kode Modul M9.1A 20


Mal busur (busur)
Untuk membuat lengkungan-lengkungan yang teratur, misalnya
lengkungan parabola, hiperbola, epicicloida, hipocicloida dan
semacamnya dapat kita gunakan mal busur/mal lingkaran

Mal elips
Mal elips digunakan untuk membuat elips, misalnya gambar-gambar
silinder, cincin poros dan bentuk-bentuk elips lainnya.

Sablon/mal dengan bentuk lain


Sablon/mal dengan bentuk lain yang khusus ini mempunyai
bermacam-macam bentuk, misalnya untuk simbol-simbol
pengerjaan, tanda pengerjaan, anak panah atau simbol-simbol dari
konstruksi pipa. Ada juga mal untuk simbol kelistrikan dan lain-lain.

Kode Modul M9.1A 21


f. Meja gambar dan kelengkapannya

g. Penghapus dan pelindung penghapus


Penghapus yang kita pakai, untuk menghapus garis pensil yang tidak
berguna, berupa penghapus putih halus (supaya tidak meninggalkan warna).
Bagian gambar yang dekat terhadap garis yang dihapus, perlu dilindungi
(supaya tidak terhapus) dengan pelindung penghapus.

Kode Modul M9.1A 22


2. Huruf dan Angka
Huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik, yang dianjurkan oleh
ISO 3098/1-1974, harus mudah dibaca dan ditulis, bentuk huruf miring atau
tegak, sebagi contoh/gambaran dari huruf dan angka tersebut adalah sebagai
berikut.

1. penulisan huruf dan angka tegak

Type A(1/14).h, yaitu :

ABCDEFGHIJKLMNOP - tinggi huruf =h


- tebal huruf = (1/14).h.

QRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuv
wxyz
[(!?:;-=+%&)]
1234567890IVX
Gambar 2.11

Kode Modul M9.1A 23


2. penulisan huruf dan angka miring

ABCDEFGHIJKLMNOP
Type A(1/14).h, yaitu : - tinggi huru f =h Type A(1/14).h, yaitu :
- tinggi huruf =h
QRSTUVWXYZ - tebal huruf = (1/14).h.
- miring huruf= 75o
abcdefghijklmnopqrstuv
- tebal huruf = (1/14).h.
wxyz
[(!?:;-=+%&)]
1234567890IVX

Gambar 2.12

3. ukuran huruf standar


Perbandingan tinggi dan lebar huruf diambil dari perbandingan ukuran
kertas yang distandarkan, yaitu 2:1. Ketentuan-ketentuan ukuran huruf
yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Kode Modul M9.1A 24


TABEL 3
UKURAN HURUF DAN ANGKA STANDAR
Perbandingan
Sifat
Type A Type B
-
tinggi huruf h h
-
t (10/14).h (7/10).h
inggi huruf kecil (2/14).h (2/10).h
-
j (20/14).h (14/10).h
arak antarhuruf (6/14).h (6/10).h
-
j (1/14).h (1/10).h
arak antargaris
-
j
arak antarkata
-
t
ebal huruf

Keterangan tabel :
-
Tinggi huruf kecil ; tinggi huruf kecil di sini adalah tinggi
huruf kecil di antara huruf besar yang dipakai, tinggi huruf kecil ini tanpa
tangkai dan kaki (huruf b,k,l = bertangkai dan j,g = berkaki).
-
Tinggi huruf kecil untuk type A = (10/14).h dan untuk
type B = (7/10).h.
-
Jarak antarhuruf ; jarak antarhuruf di sini adalah jarak
antarhuruf yang satu dan yang lainnya dalam satu kata, yaitu untuk type A
(2/14).h dan untuk type B (2/10).h.
Jarak antara dua huruf boleh dikurangi setengahnya, bilamana ini memberi
efect-visual yang lebih baik; misalnya untuk kata TV, LA, VW dan
semacamnya.

Kode Modul M9.1A 25


-
Jarak antargaris ; jarak antargaris di sini adalah jarak
antarbatas bawah huruf besar dan batas atas huruf besar di bawah.

Untuk type A, jarak antarA garisnya (20/14).h dan untuk type B, jarak
antargarisnya (14/10).h.

MESIN
STEEL Jarak antargarisnya

4. Jarak antarkata
Bila dalam suatu kalimat ada dua kata yang disambung (misalnya Baja
Nikel) maka jarak antara kata Baja dan Nikel tersebut dianjurkan :
-
untuk penggunaan type huruf A, jaraknya 6/14.h dan
-
untuk penggunaan type B, jaraknya 6/10.h.
contoh :
Jika menggunakan huruf standar type A dengan tinggi 14 mm maka jarak
antarkatanya adalah : (6/14).14 = 6 mm, sedangkan bila menggunakan
huruf type B dengan tinggi huruf 14 mm maka jarak antarkatanya adalah
(6/10).14 = 8,4 mm.

5. Tebal huruf
Tebal huruf di sini adalah ukuran pena yang dipakai untuk membuat
huruf. Pena ini pun harus kita sesuaikan dengan tinggi huruf dan type yang
kita pakai.
Tebal huruf yang dianjurkan adalah :
-
untuk huruf type A, tebal hurufnya adalah 1/14.h
-
untuk huruf type B, tebal hurufnya adalah 1/10.h.

Kode Modul M9.1A 26


contoh :
Jika kita menggunakan tinggi huruf h=7 mm, maka:
-
untuk huruf type A, tebal hurufnya adalah (1/14).7 = 0,5
mm
-
untuk huruf type B, tebal huruf atau pena yang
dipakainya adalah (1/10).7 =0,7 mm.
3. Macam-Macam Garis dan Kegunaannya
Dalam kegiatan menggambar ini dikenal beberapa macam garis berikut
kegunaannya masing-masing.
1. Garis tebal, atau disebut juga garis tebal kontinu
digunakan untuk membuat garis tepi, garis-gambar, dan garis nyata
lainnya.
2. Garis tipis kontinu, digunakan untuk garis-garis
ukur, garis arsir dan garis proyeksi serta garis-garis bantu lainnya.
3. Garis kontinu bebas, digunakan untuk garis batas
dari pemotongan sebagian.
4. Garis-garis gores tipis, digunakan untuk
menyatakan garis-garis gambar yang tidak terlihat atau terhalang.
5. Garis sumbu atau garis strip-titik, digunakan untuk
garis sumbu gambar.

Kode Modul M9.1A 27


4. Konstruksi Geometris
1. Membagi garis sama panjang
Caranya :
1. gambarkan garis A-B (sembarangan).
2. lingkarkan jangka dengan jari-jari r1, dengan titik A sebagai pusatnya.
3. dengan tidak merubah jangka (r1 = r2), lingkarkan r2 tersebut dengan titik
pusat di B, sehingga berpotongan di C dan D.
4. tarik garis tipis dari C ke D hingga memotong garis A-B di E, sehingga AE
=EB.

Kode Modul M9.1A 28


2. Membagi garis menjadi n bagian sama besar
Caranya :
1. misalkan n =15 bagian sama besar.
2. tentukan garis AB dan gambarkan.
3. tarik garis pertolongan dari titik A ke bawah
dengan sudut sembarangan.
4. tentukan jangka dengan jari-jari r = A-1.

Kode Modul M9.1A 29


5. buatlah garis batas dengan jangka yang
mempunyai jari-jari r tersebut dengan titik pusat berturut-turut A-1, 2,
3, ....., sampai dengan 14.
6. hubungkan titik B dengan 15 (sebagai garis
penutup).
7. buatlah garis sejajar (menggunakan mistar
satu pasang) melalui 1, 2, 3,..., dan seterusnya yang sejajar dengan garis
penutup, hingga didapat perpotongan garis di C, D, E, dan seterusnya.
Diperoleh AC = CD = DE = EF = FG dan seterusnya.

3. Membagi sudut sama besar


Caranya :
1. buat sudut BAC yang akan dibagi dua sama besar.

Kode Modul M9.1A 30


2. tentukan r1 dengan jangka dan lingkarkan dengan titik pusat di A, hingga
memotong garis AB di D dan garis AC di E.
3. tentukan r2 (sembarangan) dan lingkarkan dengan titik pusat di D dan E,
sehingga berpotongan di F.
4. hubungkan garis dari titik A ke titik F.
Diperoleh sudut BAF = sudut FAC.

4. Membagi sudut menjadi tiga bagian


Caranya :
1. gambarkan sudut BAC yang akan dibagi sudutnya
menjadi tiga bagian sama besar.

Kode Modul M9.1A 31


2. perpanjang AC ke kiri sebagai garis pertolongan.
3. tentukan r1 (sembarangan) dan lingkarkan dengan titik
pusat di A hingga berpotongan di R, D, dan F.
4. tentukan r2 = 2 . r1 dan lingkarkan dari titik pusat E dan F hingga
berpotongan di G.
4. tarik garis bantu dari D ke G hingga berpotongan di H.
5. bagi tiga panjang H-E hingga didapat 1 dan 2.
6. tarik garis dari G ke 1 dan G ke 2 hingga didapat I dan J pada lingkaran.
7. hubungkan I dan J dengan A, sehingga didapat 3 sudut sama besar.

5. Memindahkan sudut
Caranya :
1. pindahkan garis OA ke OA.

Kode Modul M9.1A 32


2. tentukan r1 (sembarangan) dan putarkan busur tersebut dengan titik pusat
O hingga berpotongan di D dan C pada garis OA dan OB.
3. putarkan r1 dengan titik pusat O.
4. ukur dengan jangka, CD = r2.
5. pindahkan r2 dan lingkarkan busur dengan titik pusat di P hingga
berpotongan di Q.
6. hubungkan O dengan Q
Diperoleh sudut AOB = AOB.

6. Membuat sudut 600


Caranya :
1. tentukan garis OA mendatar.

Kode Modul M9.1A 33


2. tentukan r (sembarangan) dan lingkarkan busur
dengan titik pusat di O.
3. pindahkan jangka yang berjari-jari r (tidak diubah)
dengan titik pusat di B hingga berpotongan di C.
4. hubungkan O dengan C
Diperoleh sudut AOC = 600.

7. Membuat sudut 300


Caranya :
1. buat garis OA mendatar.
2. tentukan jari-jari r dan lingkaran dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B.
3. pindahkan titik pusatnya ke B hingga berpotongan di C.
4. pindahkan kembali titik pusat ke B dan C hingga berpotongan di E.
5. hubungkan O dengan E hingga didapat AOE mempunyai sudut 30 0.

8. Membuat sudut 900


Cara I :

Kode Modul M9.1A 34


1. tarik garis AO dan perpanjang ke kiri.
2. tentukan r1 dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B dan C.
3. tentukan r2 (sembarangan) dan lingkarkan dengan titik pusat di B
dan C hingga berpotongan di D.
4. hubungkan O dengan D maka sudut AOD = 90 0.

Cara II :
1. tarik garis OA mendatar.
2. tentukan r (sembarangan) dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B.
3. pindahkan lingkaran yang berjari-jari r ke titik pusat B dengan berpotongan
di C.
4. pindahkan kembali ke titik pusat C dan berpotongan di D.
5. putarkan kembali dengan titik pusat di D dan C hingga berpotongan di E.
6. hubungkan O dengan E maka sudut AOE = 90 0.

9. Membuat sudut 450


Caranya :

Kode Modul M9.1A 35


1. buat garis OA mendatar dan
perpanjang ke kiri.
2. tentukan r1 dan lingkarkan
dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B dan C.
3. tentukan r (sembarangan) dan
putar dengan titik pusat di B &
C hingga berpotongan di D.
4. tarik garis bantu dari O ke D
hingga berpotongan dengan
lingkaran r1 di E.
5. tentukan r2 (sembarangan) dan lingkarkan dengan titik pusat di B
dan E hingga berpotongan di F.
6. hubungkan O dengan F sehingga didapat sudut AOF = 450.

10. Membuat segiempat beraturan


Caranya :
1. tarik garis sumbu AB (mendatar).
2. lingkarkan jangka dengan r=1/2
sisi segi empat yang dikehendaki
(lingkaran bertitik pusat di O).
3. lingkarkan busur dengan jari-jari R
(sembarangan) dan bertitik pusat
di A dan B, sehingga didapat titik
C dan D.
4. hubungkan C dan melalui O
(sehingga didapat sumbu tegak, memotong lingkaran di E dan F.
5. tarik garis sejajar AB melalui E dan F

Kode Modul M9.1A 36


6. tarik garis sejajar EF melalui A dan B, hingga berpotongan di titik G,
H, I dan J.
Maka segiempat GHIJ adalah segiempat beraturan.

11. Segilima beraturan


Caranya :
1. lingkarkan jangka yang
berjari-jari r1 dengan titik
pusat di O.
2. tarik garis sumbu mendatar
melalui O hingga
berpotongan dengan
lingkaran di A dan B.
3. lingkarkan jangka yang
berjari-jari r dengan titik
pusat di A dan B hingga
berpotongan di C.
4. tarik garis dari O ke C
hingga memotong lingkaran
di G.
5. lingkarkan jangka yang berjari-jari r1 dari titik pusat B, hingga
memotong lingkaran di titik D dan E, lalu hubungkan D dengan E hingga
memotong sumbu AB di titik F.
6. ukurkan jangka dari F ke G (r 2 = FG) dan lngkarkan r2 tersebut
dengan titik pusat di F hingga memotong sumbu AB di H.
7. ukur GH dengan jangka (GH = r3) ini merupakan sisi segilima
beraturan.
8. pindahkan r3 berturut-turut dengan titik pusat di I, J, K dan L.
9. hubungkan G dengan I, I dengan J, J dengan E, E dengan L, dan L
dengan G, sehingga didapat segilima beraturan.

Kode Modul M9.1A 37


12. Segienam beraturan
Caranya :
1. tentukan jari-jari r dan lingkarkan dengan titik pusat di O.
2. tarik garis sumbu mendatar melalui O hingga berpotongan dengan
lingkaran di A dan B.
3. lingkarkan jangka yang berjari-jari r tadi (tidak dirubah) dengan titik
pusat di A dan titik pusat di B, hingga didapat titik potong dengan lingkaran
di C, D, E dan F.
4. hubungkan A dengan D, D dengan E, E dengan B, B dengan F, F
dengan C, dan C dengan A, hingga didapat segienam beraturan.

Kode Modul M9.1A 38


13. Segitujuh beraturan
Caranya :
1. tentukan jari-jari r1 dan lingkarkan dengan titik pusat di O.
2. tarik garis mendatar (sumbu) melalui O hingga didapat titik potong A
dan B
3. buat garis tegak lurus AB melalui O hingga berpotongan di P dan
perpanjang ke atas.
4. dengan cara lukisan, garis AB dibagi tujuh bagian sama besar,
hingga didapat 1,2,3,4,5,6, dan 7.
5. ukur dengan jangka dari A ke 1 (A1 = r 2) dan lingkarkan r2 tersebut
dengan titik pusat di A hingga berpotongan dengan perpanjangan AB di E.
6. ukur dengan jangka dari O ke E (OE = r 3) dan lingkarkan r3 tersebut
dengan titik pusat di O hingga memotong garis perpanjangan OP di G.
7. tarik garis dari E ke G hingga memotong lingkaran di titik H.
8. ukur dengan jangka dari H ke 3, ini merupakan sisi segitujuh.
9. pindahkan s = H-3 ke P-Q, Q-R, R-S, S-T, T-U, dan seterusnya
hingga didapat segitujuh beraturan.

Kode Modul M9.1A 39


14. Segi-n beraturan
Untuk membuat segi-n beraturan dengan cara pendekatan, dapat
dilakukan /dilukiskan seperti cara melukis segitujuh beraturan, perbedaannya
hanya terletak dalam pembagian garis tengahnya, yaitu garis tengahnya dibagi
dalam n bagian sama besar. Misalnya untuk segi-11, maka garis tengahnya dibagi
menjadi 11 bagian. Sedangkan untuk menentukan panjang sisi r selalu diambil
jarak 3 ke titik H pada gambar segi-7 atau titik F pada contoh segi-n = 11 untuk
gambar berikut.
Untuk membuat segi-n beraturan ini, selain dapat dilukis dengan
menentukan lingkaran pembantu terlebih dahulu, dapat juga dilukis dengan
menentukan panjang sisi segi-n terlebih dahulu.

Kode Modul M9.1A 40


15. Busur singung luar
Untuk mendapatkan busur singgung luar, yang menyinggung dua buah
lingkaran dari luar, dapat kita lukis dengan langkah-langkah beikut :
1. buat lingkaran dengan jari-jari r1, dengan titik pusat di A.
2. buat lingkaran dengan jari-jari r2, dengan titik pusat di B.
3. tentukan panjang jari-jari r yang akan menyinggung kedua lingkaran
tersebut atau r = CD.
4. perpanjang CD ke kanan, hingga memotong DE = r1 dan DF = r2.
5. tentukan panjang R1 = CD + DE = CE (pada gambar bawah).
6. tentukan panjang R2 = r + r2 dengan r2 = DF pada gambar bawah
sehingga R2 = CF.
7. lingkarkan R1 dengan titik pusat di titik A.
8. lingkarkan R2 dengan titik pusat di B maka busur lingkaran
berpotongan dengan busur lingkaran yang berjari-jari R1 dititk P dan dititk Q.
9. tarik garis dari titik A ke titik P hingga berpotongan dengan lingkaran
yang berjari-jari r1, dititk R dan S.
10. tarik garis dari B ke titk P dan dari B ke Q hingga berpotongan
dengan lingkaran yang berjari-jari r2 dititik T dan titik U.
11. titik R, S, T, dan U merupakan titik singgung untuk busur lingkaran
yang berjari-jari r.
12. lingkarkan busur lingkaran dengan jari-jari r dan titik pusatnya di P,
dan di Q, hingga didapat busur lingkaran yang menyinggung kedua lingkaran
tersebut di titik R, S, T, dan U.

Kode Modul M9.1A 41


Kode Modul M9.1A 42
16. Busur singgung dalam
Untuk melukis busur singgung dalam, kita harus menentukan dulu panjang
jari-jari yang akan menyinggung kedua lingkaran tersebut dengan langkah
sebagai berikut :
1. buat garis sumbu untuk kedua lingkaran dengan titik pusat di A dan
B
2. buat lingkaran dengan jari-jari r1 dan berpusat di B
3. buat lingkaran dengan jari-jari r2 dan berpusat di A
4. tentukan panjang jari-jari R = CD pada gambar bawah
5. tentukan panjang jari-jari R1 = R r1 = CE
6. tentukan panjang jari-jari R2 = R r2 = CF
7. lingkarkan R1 dengan titik pusat di B dan R 2 dengan titik pusat di A
hingga kedua busur berpotongan di titik G dan H
8. tarik garis dari titik A ke titik G dan H, dan perpanjang hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r2 di titik I dan J
9. tarik garis dari titik B ke G dan H hingga memotong lingkaran yang
berjari-jari r1 dititik K dan L
10. lingkarkan busur lingkaran yang berjari-jari R dengan titik pusat di G
dan H hingga di dapat busur yang menyinggung kedua lingkaran di titik I,
J, K dan L.

Kode Modul M9.1A 43


17. Busur singgung luar dan dalam
Untuk membuat busur singgung luar dalam yang menyinggung dua buah
lingkaran, dapat dilukis dengan menggabungkan atau mengkombinasikan
lukisan busur singgung luar dengan lukisan busur singgung dalam seperti
gambar di bawah ini.
Caranya :
a. untuk busur singgung luar
1. tentukan titik pusat lingkaran O dan P (hubungkan)
2. buat lingkaran dengan jari-jari r1 dengan titik pusat di P
3. buat lingkaran dengan jari-jari r2 dengan titik pusat di O
4. tentukan jari-jari lingkaran singgung luar (R s1)
5. tentukan R1 = Rs1 r1 dan R1 = AC (lihat gambar b)
6. lingkarkan R1 dengan titik pusat di P
7. tentukan R2 = Rs1 r2 dan R2 = AD (lihat gambar b)
8. lingkarkan busur dengan jari-jari R 2 dengan titik pusat di O hingga
memotong busur lingkaran yang berjari-jari R 1 dititik Q
9. tarik garis dari Q melalui titik pusat kedua lingkaran hingga
memotong lingkaran dititik R dan S
10. lingkarkan jangka yang berjari-jari R s1 dengan titik pusat di Q hingga
menyinggung kedua lingkaran di titik R dan S

b. untuk busur singgung dalam


1. tentukan jari-jari Rs2 = EF (lihat gambar c) dan perpanjang ke kanan
2. pindahkan r1 ke perpanjangan EF hingga memotong di G dan R 3 =
EG
3. lingkarkan jangka yang berjari-jari R3 dengan titik pusat di P

Kode Modul M9.1A 44


4. pindahkan r2 ke perpanjangan EF hingga memotong di H dan
tentukan R4 = Rs2 + r2
5. lingkarkan R4 dengan titik pusat di O hingga memotong busur yang
berjari-jari R3 dititik T
6. tarik garis dari T ke titik pusat kedua lingkaran (O dan P) hingga
memotong kedua lingkaran di titik U dan V
7. lingkarkan jangka dengan jari-jari R s2 hingga menyinggung kedua
lingkaran di titik U dan T

Kode Modul M9.1A 45


18. Garis singgung
Untuk membuat garis singgung yang melalui sebuah titik pada suatu
lingkaran, dapat dilakukan dengan cara lukisan (gambar) sebagai berikut :
1. tentukan titik P dan buat lingkaran berjari-jari r dan titik pusatnya di
P
2. tentukan titik S pada lingkaran
3. dengan tidak merubah jangka yang berjari-jari r tersebut lingkarkan
jangka dengan titik pusat di titik S hingga berpotongan dengan lingkaran di
T
4. hubungkan titik P dengan T dan perpanjang
5. pindahkan jangka yang berjari-jari r tadi ke titik pusat T, hingga
memotong P, S, dan U pada perpanjangan garis PT
6. hubungkan S dengan U, hingga didapat garis SU tegak lurus PS.
Perpanjangan garis SU merupakan garis singgung lingkaran dititik S

Kode Modul M9.1A 46


19. Garis singgung luar
Untuk melukis garis yang menyinggung dua lingkaran di bagian luar, dapat
dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. buat lingkaran dengan jari-jari r1 dan titik pusatnya di A
2. buat lingkaran dengan jari-jari r2 dan titik pusatnya di B
3. tarik garis sumbu AB
4. buat lingkaran dengan jari-jari r3 = r1 r2 bertitik pusat di A
5. lingkarkan busur dengan jari-jari sembarang, dengan titik pusat di A
dan di B, hingga busurnya berpotongan di R dan S
6. tarik garis dari R ke S sehingga berpotongan dengan sumbu
mendatar di titik T (AT = BT)
7. buat lingkaran dengan jari-jari r 5 dengan titik pusat di T, hingga
memotonga lingkaran yang berjari-jari r3 di dititk C dan D
8. tarik garis dari A ke C, hingga memotong lingkaran yang yang
berjari-jari r1 di E
9. tarik garis sejajar AE melalui titik B, hingga berpotongan dengan
lingkaran yang berjari-jari r2 di titik F
10. tarik garis dari C ke B dan buat garis EF sejajar BC, maka EF
merupakan garis singgung luar
11. perpanjang AD, hingga memotong lingkaran yang berjari-jari r 1 di G
12. tarik garis sejajar AG melaui B, hingga memotong lingkaran yang
berjari-jari r2 di H
13. tarik garis BD dan buat garis EF sejajar BD, sehingga didapat garis
singgung yang diminta

Kode Modul M9.1A 47


Kode Modul M9.1A 48
20. Garis singgung dalam
Untuk melukis garis singgung dalam, sama halnya dengan melukis garis
singgung luar, hanya perbedaannya di sini adalah r 3 = r1 + r2. untuk jelasnya
perhatikan langkah-langkah berikut :
1. buat garis sumbu untuk kedua lingkaran dengan titik pusat di A dan
di B
2. buat lingkaran yang berjari-jari r1, dengan titik pusat di A
3. buat lingkaran yang berjari-jari r2, dengan titik pusat di B
4. dengan tidak merubah jari-jari r3, pindahkan ke titik pusat A, hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r3 di titik D dan E
5. tarik garis dari D ke E, hingga memotong sumbu AB di titik C (AC =
BC)
6. buat lingkaran dengan jari-jari AC dan titik pusatnya di C, hingga
memotong lingkaran yang berjari-jari r3 dititik D dan E
7. buat garis sejajar BD melalui titik G, hingga memotong lingkaran r 1
di F. FG adalah garis singgung dalam
8. buat garis sejajar BE melalui I, hingga didapatkan titik H
9. buat garis tegak lurus FG dan IH melalui titik pusat A, maka
terbentuklah garis singgung dalam yang diminta

Kode Modul M9.1A 49


21. Elips
Elips dengan dua lingkaran pertolongan sepusat dapat dilukiskan dengan
langkah-langkah seperti berikut :
1. tentukan titik pusat lingkaran O
2. buat lingkaran kecil dengan jari-jari r dan lingkaran besar dengan
jari-jari R yang titik pusatnya di titik O
3. bagi lingkaran tersebut menjadi 16 bagian sehingga pada lingkaran
besar terdapat titik potong A, B, C,..., P dan pada lingkaran kecil
terdapat titik potong 1, 2, 3, ,4, 5, 6,..., 16
4. buat garis horizontal dari titik potong 2, 3, 4, ke kanan, garis
horizontal dari titik potong 6, 7, 8 ke kiri, 10, 11, 12, ke kiri dan 14,
15, 16 ke kanan
5. buat garis vertikal dai I, E, dan K hingga berpotongan dengan garis
mendatar di 1, 2, dan 3
6. buat garis vertikal dari M, G, dan O hingga berpotongan di 6, 7, dan
8, sedangkan 5 = 5
7. buat garis vertikal dari titik J, F, dan L, begitu juga titik N, H, dan P,
hingga berpotongan dengan garis mendatar 9 = 9, 10, 11, 12,
13=13, 14, 15, dan 16

Kode Modul M9.1A 50


8. hubungkan titik A dengan 2,3,4,...,16 menggunakan mal busur,
hingga mendapatkan elips yang diinginkan

Kode Modul M9.1A 51


a. Melukis Elips dengan pendekatan tiga busur lingkaran

Kode Modul M9.1A 52


Elips dengan pendekatan tiga busur lingkaran dapat dilukiskan dengan
langkah-langkah berikut (lihat gambar A di bawah):
1. buat sumbu mendatar
2. buat sumbu tegak lurus di titik potong O
3. tentukan panjang sumbu pendek OA pada sumbu tegak
4. tentukan sumbu panjang OB pada sumbu mendatar
5. putar OA ke kiri, hingga berpotongan dengan sumbu
mendatar di titik C dan berpotongan dengan sumbu tegak di D
6. putar jangka dari C dan D (dengan jari-jari sembarang),
sehingga busurnya berpotongan di titik E, lalu tarik garis OE
7. ukur dengan jangka BC = a dan pindahkan ke garis OE,
sehingga berpotongan di titik F
8. buat garis tegak lurus OF hingga berpotongan dengan garis
sumbu di titik G dan H
9. lingkarkan dengan jangka BH = R1, dengan titik pusat di titik
H, sehingga memotong garis perpanjangan DH di J
10. ukur dengan jangka OG = IG
11. tarik garis melalui I dan F, lalu perpanjang
12. lingkarkan jangka dengan jari-jari FJ dan titik pusatnya di F,
hingga memotong perpanjangan IF di titik K
13. lingkarkan busur dengan jari-jari IK = IA, dengan titik pusat
di I, hingga didapat lengkungan elips seperempat bagian
14. putar dengan jangka untuk mendapatkan titik pusat
lingkaran; OH = OP, OG = OR, OI = OQ, dan OF = OS = OU = OL (lihat
gambar B di bawah)
15. lingkarkan busur dengan titik pusat di P, dengan jari-jari R 1.
Selanjutnya pindahkan jangka dengan titik pusat D,S dan U dengan jari-jari
R2
16. lingkarkan jangka dari titik pusat Q dengan jari-jari R 3

Kode Modul M9.1A 53


17. perpanjang busur lingkaran yang berjari-jari R 1 ke bawah,
hingga berpotongan dengan busur lingkaran yang berjari-jari R2 di T
18. lingkarkan busur dari titik pusat S, dengan jari-jari R 2,
hingga berpotongan dengan busur lingkaran yang berjari-jari R 3 di titik V,
sehingga di dapat elips yang diinginkan

Kode Modul M9.1A 54


b. Melukis Elips dengan cara pendekatan dua lingkaran
Untuk membuat elips dengan cara pendekatan dua lingkaran yang masing-
masing mempunyai jari-jari R dan r, dapat kita gunakan langkah-langkah
seperti berikut :
1. buat garis mendatar dan garis tegak lurus yang saling
berpotongan di titik O
2. tentukan sumbu panjang OC = OA
3. tentukan sumbu pendek OB = OD
4. tarik garis miring dari A ke B
5. putar jangka dengan jari-jari OA ke kanan, dengan titik
pusat di O, hingga berpotongan dengan sumbu tegak di titik E
6. putar jangka dengan jari-jari BE, dengan titik pusat di
B, hingga berpotongan dengan garis AB di F
7. buat garis tegak lurus dengan memutarkan busur
lingkaran dari titik pusat A dan F, hingga berpotongan di titik G dan H
8. hubungkan titik G dengan H hingga memotong garis
sumbu mendatar di titik J dan memotong sumbu tegak di titik I
9. putar jangka dengan jari-jari r = AJ yang bertitik pusat
di J, hingga berpotongan dengan garis GH di titik K
10. putar jangka dengan jari-jari R = IK = IB, dengan titik
pusat di I
11. untuk mendapat titik pusat yang lainnya, putar dengan
jangka bertitik pusat di O, dengan OJ = OL dan OI = OM
12. hubungkan garis dari I ke L dan perpanjang, hingga
berpotongan dengan busur lingkaran yang berjari-jari R di titik N
13. hubungkan titik M dengan L lalu perpanjang
14. lingkarkan jangka dengan jari-jari r = LN, hingga
memotong garis perpanjang ML di titik P

Kode Modul M9.1A 55


15. lingkarkan jangka dengan jari-jari R = MP = MD dan
titik pusatnya di titik M
16. hubungkan garis dari titik M ke titik J dan perpanjang,
sehingga berpotongan dengan busur lingkaran yang berjari-jari r dan R di
titik Q, maka di dapat elips yang diinginkan

Kode Modul M9.1A 56


22. Parabola
Jika titik puncak parabola (A) dan titik sembarang C diketahui, maka parabola
tersebut dapat kita gambarkan dengan cara sebagai berikut:
1. buat garis AB (tegak)
2. buat garis EC tegak lurus AB di B
3. buat garis DF tegak lurus AB di A atau EC//DF dan
DC//EF
4. bagi garis BC menjadi n bagian (n=7)
5. bagi garis DC menjadi n bagian (n=7)
6. hubungkan titik A dengn 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 pada
garis DC
7. buat garis tegak melalui 1, 2, 3, 4, 5, 6, pada garis BC,
hingga berpotongan di 1, 2, 3, 4, 5, 6
8. hubungkan titik O dengan titik 1, 2,...,6
menggunakan mal busur (kurva), hingga di dapat lengkungan
9. buat lengkungan OE simetris dengan OC, hingga
didapat lengkungan parabola

Kode Modul M9.1A 57


23. Hiperbola
Jika dua titik puncak P dan P serta titik Q dan R diketahui, maka hiperbola
dapat digambarkan.
Caranya :
1. tentukan titik P, P, Q dan R terlebih dahulu (lihat gambar di
bawah)
2. buat segiempat RSTU dengan RS = TU dan QR = PU = PS =
QT
3. bagi RS menjadi n bagian (n=8), hingga di dapat 1, 2,
3,...,8 pada garis RS
4. bagi garis QR menjadi n bagian (n=8) seperti di atas
5. hubungkan 1, 2, 3,...,8 ke titik P (pada garis RS)
6. hubungkan 1, 2, 3,...,8 pada garis QR ke titik P hingga
berpotongan di 1, 2, 3 dan seterusnya, hubungkan dengan mal busur
(kurva) hingga di dapat lengkungan
7. buat lengkungan PT simetris dengan lengkungan PR,
sehingga didpat lengkungan hiperbola yang diinginkan

Kode Modul M9.1A 58


24. Cycloida
Cycloida adalah garis lengkung yang didapat dari sebuah lingkaran yang
menggelinding pada garis lurus. Untuk melukisnya adalah sebagai berikut :
1. buat lingkaran dengan jari-jari OA dan lingkaran di A
sebagai titik pusatnya
2. buat garis singgung lingkaran dengan titik singgung di
O
3. tentukan titik A dengan panjang sama dengan keliling
lingkaran (O A = 2..r) di mana r = OA
4. bagi garis OA menjadi 12 bagian, hingga di dapat 1,
2,...12
5. lingkarkan yang berjari-jari OA dibagi menjadi 12
bagian sama besar, hingga didapat titik P, Q, R,...Z
6. tarik garis tegak lurus O A, atau sejajar OA, melalui
titik 1, 2, 3,...12, hingga berpotongan dengan perpanjangan sumbu
mendatar di B, C, D,...,M
7. tarik garis mendatar dari titik Z dan buat busur
lingkaran dengan jari-jari OA berpusat di B, hingga berpotongan dengan
garis mendatar di 1
8. buat busur lingkaran dengan jari-jari OA dan titik
pusatnya di C

Kode Modul M9.1A 59


9. tarik garis mendatar melalui titik y, hingga berpotongan
di 2
10. buat busur lingkaran dengan jari-jari OA dan titik
pusatnya di D
11. tarik garis mendatar melalui titik X, hingga
berpotongan di 3
12. ulangi langkah 10 da 11 di atas, dengan titik pusat di
E, F, G, H, I, J, K, L, M, sehingga didapat titik 4,5,6,7,8,9,10,11
dan 12
13. hubungkan O dengan 1, 1 dengan 2 dan seterusnya,
hingga didapat suatu lengkungan. Lengkungan ini disebut lengkungan
cycloida

Kode Modul M9.1A 60


25. Evolvente
Evolvente adalah garis lengkung yang didapat dari titik yang terletak pada
busur lingkaran yang dibuka. Misal : seutas benang yang digulung pada
lingkaran dan pada ujung benang tersebut diikatkan potlot, kemudian
benang tersebut kita buka gulungannya, maka potlot akan membuat/
menggores dan membentuk lukisan evolvente (lihat gambar di bawah ini)

Kode Modul M9.1A 61


Menggambar lengkung Evolvente
Caranya :
1. buat lingkaran dengan jari-jari PA dan titik pusatnya P
2. buat garis mendatar A Q = keliling lingkaran (2.PA)
3. bagi garis A Q menjadi 12 bagian, hingga didapat titik 1,
2, 3, 4,...,12
4. bagi lingkaran yang berjari-jari PA menjadi 12 bagian,
hingga didapat titik A, B, C, D, dan L
5. buat dari titik B garis tegak lurus PB; ukurlah dengan
jangka A 1 dan pindahkan ke titik B, hingga memotong di titik 1
6. buat dari titik C garis tegak lurus PC dan pindahkan A 2
ke titik C, hingga memotong di 2
7. lakukan hal yang sama seperti langkah 5 dan 6 pada titik
D, E, F,..., dan L, hingga didapat titik-titik 3, 4, 5, 6 sampai ke-12 = 12
8. hubungkan titik A, 1, 2, 3, 4, 5,...,12 secara berturut-turut,
hingga didapat lengkungan (evolvente)

Kode Modul M9.1A 62


26. Epicycloida
Epicycloida adalah suatu garis lintasan (lengkungan) dari sebuah titik yang
terletak pada sebuah lingkaran yang bergelinding di luar lingkaran lain. Kita
misalkan lingkaran O bergelinding di atas lingkaran O, maka titik P yang
terletak pada lingkaran O, sesuai dengan gerakan lingkaran O, berpindah
berangsur-angsur ke titik Q, R, S, T, U, V dan seterusnya, sehingga urutan
perpindahan titik P tersebut jika ditarik garis akan membentuk lengkungan.
Lengkungan inilah yang disebut dengan epicycloida.
Untuk melukis epicycloida di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
1. buat garis sumbu mendatar
2. tentukan titik O pada sumbu mendatar tersebut
3. buat lingkaran dengan jari-jari OP, dengan titik pusat di O

Kode Modul M9.1A 63


4. buat lingkaran lain dengan titik pusat di O dan menyinggung
lingkaran di titk P
5. lingkaran yang mempunyai jari-jari OP dibagi menjadi 12 bagian
sama besar sehingga didapat titik-titik 1, 2, 3,...,12
6. buat lingkaran tusuk dengan jari-jari O O, dengan titik pusat di O
7. pindahkan dengan jangka panjang busur P 1 ke P 1, 1 2 ke 1
2, dan seterusnya
8. tarik garis dari pusat O ke 1, O ke 2, dan seterusnya, sehingga
berpotongan dengan lingkaran tusuk di titik A, B, C,..., dan seterusnya
9. lingkarkan busur dengan jari-jari A 1 = OP dan titik pusatnya di A
10. lingkarkan busur pembantu dengan jari-jari O 1 dengan titk pusat
di O, hingga berpotongan di Q
11. pindahkan lingkaran yang berjari-jari OP tersebut ke titik pusat B,C,
D,...
12. lingkarkan busur pembantu dengan jari-jari O 2, O 3,..., O 6
hingga berpotongan di R, S, T, U, dan V
13. hubungkan garis melalui P, Q, R, S, T, U, dan V, hingga didapatkan
suatu lengkungan. Lengkungan ini disebut dengan lengkungan epicycloida

Kode Modul M9.1A 64


27. Hipocycloida
Hipocycloida adalah lengkungan yang didapat dari sebuah lingkaran yang
bergelinding di dalam lingkaran lain (lihat gambar di bawah ). Apabila sebuah titik
P yang terletak pada lingkaran A dan lingkaran A tersebut bergelinding di dalam
lingkaran B, maka titik P tersebut akan berpindah dan lintasnnya di sebut
lengkungan hipocycloida.
Gambar berikut adalah hipocycloida dari lingkaran yang berjari-jari OP dan
bergelinding di dalam lingkaran yang berjari0jari OO.

Kode Modul M9.1A 65


Untuk melukis hipocycloida dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. buat lingkaran atau busur lingkaran yang berjari-jari O O dan O sebagai
titik pusatnya
2. buat lingkaran lain yang berjari-jari O P menyinggung lingkaran O di O
dan bertitik pusat di P
3. lingkaran yang berjari-jari O P dibagi menjadi 12 bagian sama besar,
hingga didapat titik perpotongan dengan lingkaran di 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12
4. pindahkan panjang busur O 1 ke lingkaran luar, hingga didapat titik-titik
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12
5. buat lingkaran tusuk dengan jari-jari O P
6. tarik garis dari O ke 1, O ke 2, hingga berpotongan dengan lingkaran
tusuk di titik A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, dan L
7. buat busur lingkaran dengan jari-jari O P dan titik pusatnya di A
8. buat busur pembantu dari titik 1 dengan jari-jari 1 O dan bertitik pusat di
O, hingga berpotongan di 1
9. buat busur pembantu dari titik 2 dengan jari-jari 2 O dan bertitik pusat di
O
10. buat busur lingkaran dengan jari-jari O P dan bertitik pusat di B, hingga
berpotongan di 2

Kode Modul M9.1A 66


11. buat busur lingkaran dengan jari-jari O P dan bertitik pusat masing-
masing di C, D, E, F, G, H, I, J, K, dan L
12. buat busur pembantu masing-masing mempunyai jari-jari 3O, 4O, 5O,
6O, 7O, 8O, 9O, 10O, 11O, 12O ; yang mempunyai titik pusat di
O, hingga berpotongan di 3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12
13. buat garis dengan cara menghubungkan titik O dengan 1, titik 1 dengan
2, titik 2 dengan 3, titik 3 dengan 4, dan seterusnya, hingga didapat suatu
lengkungan. Lengkungan ini disebut lengkungan hypocycloida

28. Mencari titik pusat lingkaran


Jika ada suatu lingkaran yang belum diketahui titik pusatnya, maka kita
dapat mencari titik pusat lingkaran tersebut dengan cara melukis/
menggambarnya sebagai berikut :
1. buat lingkaran (dengan jari-jari sembarang)
2. tarik garis bantu hingga memotong lingkaran di titik A
dan di titik B

Kode Modul M9.1A 67


3. tentukan r1 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik
pusat di B dan A, hingga berpotongan di titik S dan T
4. hubungkan titik S dan titik T tersebut
5. buat garis bantu kedua hingga memotong lingkaran di
C dan D
6. tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik
pusat di C dan D, hingga berpotongan di titik U dan V
7. hubungkan U dan V, hingga berpotongan dengan garis
perpanjangan ST d titk W. Titik W inilah titik pusat dari lingakran tersebut

29. Panjang busur


Untuk menentukan panjang busur lingkaran yang mempunyai sudut <90 0
(lihat gambar di bawah) dapat dilukis dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

Kode Modul M9.1A 68


1. buat busur lingkaran OP dengan jari-jari r dan titik
pusatnya di A
2. tentukan r1 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik
pusat di O dan P, hingga berpotongan di Q
3. tarik garis dari A ke Q, hingga berpotongan dengan
busur lingkaran yang berjari-jari r di titik R
4. tarik garis dari R ke O dan perpanjang
5. tentukan r2 = OR dan lingkarkan dari titik pusat O,
hingga memotong perpanjangan RO di S
6. buat garis tegak lurus melalui O
7. lingkarkan busur dengan jari-jari r3 = SP, dengan titik
pusat di S, hingga memotong garis singgung (tegak) di T. Didapat OP =
OT (panjang busur OP sama dengan panjang garis OT)

30. Menentukan panjang keliling lingkaran


Untuk menentukan panjang keliling lingkaran dengan cara lukisan dapat
dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut :

Kode Modul M9.1A 69


1. tentukan garis sumbu lingkaran dengan titik pusat di P,
dan lingkarkan jangka yang mempunyai jari-jari r hingga memotong garis
sumbu tegak di titik A dan B
2. tentukan r1=r, lingkarkan r1 dengan titik pusat di A,
hingga memotong lingkaran di titik C
3. dengan tidak merubah jangka r 2=r1=r, lingkarkan r2
dengan titik pusat di C
4. tarik garis dari P ke C dan perpanjang hingga
memotong busur lingkaran di titik D
5. tarik garis dari D ke A dan perpanjang ke kanan
6. tentukan r3=r, dan lingkarkan r3 dengan titik pusat di B
hingga memotong lingkaran di E
7. pindahkan jangka yang mempunyai jari-jari r 4=r3
dengan titik pusat di E, hingga berpotongan di titik F
8. hubungkan F dengan P hingga memotong lingkaran di
titik G
9. tarik garis menadatar dari titik G ke kiri hingga di dapat
H
10. tentukan AN=6r, dan tarik garis dari H ke N
(HN=keliling lingkaran)

Kode Modul M9.1A 70


5. Proyeksi Piktorial
Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang
dua dimensi, dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai
dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi itu antara lain :
a. proyeksi piktorial isometri
b. proyeksi piktorial miring
c. proyeksi piktorial dimetris
d. perspektif

Kode Modul M9.1A 71


1. Proyeksi Isometris
a. Ciri proyeksi isometris
Untuk mengetahui apakah suatu gambar disajikan dalam bentuk proyeksi
isometris atau untuk menyajikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan
proyeksi isometris, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu ciri dan
syarat-syarat untuk membuat gambar dengan proyeksi tersebut. Adapun
ciri-ciri gambar dengan proyeksi isometris adalah :
Ciri pada sumbu
-
sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30 0 terhadap
garis mendatar
-
sudut antara sumbu satu dan sumbu lainnya 120 0
Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini
Ciri pada ukuran
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang
benda yang digambarnya. Lihat gambar di bawah.

Kode Modul M9.1A 72


b. Penyajian proyeksi isomeris
Penyajian gambar dengan proyeksi isometris dapat dilakukan dengan
kedudukan normal, terbalik atau horizontal
1. proyeksi isometris dengan kedudukan normal
Kedudukan normal mempunyai sumbu dengan sudut-sudut seperti tampak
pada gambar A di bawah ini.
2. proyeksi isometris dengan kedudukan terbalik
Mengenai hal ini dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu :
a. memutar gambar dengan sudut 180 0 ke kanan dari kedudukan
normal, sesuai dengan kedudukan sumbunya (lihat gambar B di
bawah)
b. mengubah kedudukan benda yang digambar dengan tujuan untuk
memperlihatkan bagian bawah benda tersebut (lihat gambar C dan
D di bawah)

3. proyeksi isometris dengan kedudukan horizontal


a. sebagaimana cara yang dilakukan untuk menggambar kedudukan
proyeksi isometris terbalik, yaitu dengan memutar sumbu utama 180 0 dari
sumbu normal, maka untuk kedudukan horizontalnya 270 0 ke kanan dari
kedudukan sumbu normalnya (lihat gambar A di bawah).

Kode Modul M9.1A 73


b. mengubah kedudukan benda, yaitu untuk memperlihatkan bagian
samping kiri (yang tidak terlihat) sebagaimana terlihat pada gambar B di
bawah ini.

Kode Modul M9.1A 74


Kode Modul M9.1A 75
3. Proyeksi Miring (sejajar)
Pada proyeksi miring, sumbu x berimpit dengan garis horizontal/mendatar dan
sumbu y mempunyai sudut 45o dengan garis mendatar. Skala ukuran untuk
proyeksi miring ini sama dengan skala pada proyeksi dimetris, yaitu skala sumbu x
= 1:1, pada sumbu y = 1:2, dan skala pada sumbu z = 1:1 (lihat gambar di
bawah)

4. Gambar Perspektif
Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam yaitu :
a. perspektif dengan satu
titik hilang
b. perspektif dengan dua
titik hilang
c. perspektif dengan tiga
titik hilang

Kode Modul M9.1A 76


Kode Modul M9.1A 77
Kode Modul M9.1A 78
6. Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya
mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis-garis yang mem-
proyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor (lihat gambar di
bawah). Selain tegak lurus terhadap bidang proyeksi, garis-garis proyektornya
juga sejajar satu sama lain.

Kode Modul M9.1A 79


Kode Modul M9.1A 80
Kode Modul M9.1A 81
6. Bidang-bidang proyeksi
Suatu ruang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh bidang-bidang
depan, bidang vertikal, dan bidang horizontal. Ruang yang dibatasi tersebut
dikenal dengan sebutan kuadran. Ruang di atas bidang H, di depan bidang D, dan
di samping kanan V disebut kuadran I. Ruang yang berada di atas bidang H, di
depan bidang D, dan di sebelah kiri bidang V disebut kuadran II. Ruang di sebelah
kiri bidang V, di bawah bidang H, dan di depan bidang D disebut kuadaran III.
Ruang yang berada di bawah bidang H, di depan bidang D, dan disebelah kanan
bidang V disebut kuadaran IV.

Kode Modul M9.1A 82


7. Proyeksi di Kuadran I (Proyeksi Eropa)
Bila suatu benda diletakkan di atas bidang horizontal, di depan bidang D
(depan), dan di sebelah kanan bidang V (vertikal), maka benda tersebut berada di
kuadran I. Jika benda yang terletak di kuadran I kita proyekasikan terhadap
bidang-bidang H,V, dan D, maka akan didapat gambar/proyeksi, dan proyeksi ini
disebut proyeksi pada kuadran I yang dikenal juga dengan nama proyeksi eropa.
Gambar di bawah ini memperlihatkan titik yang terletak di kuadran I.
keterangan :
A = titik di kuadran I
AD = proyeksi titik A di
bidang D (depan)
AV = proyeksi titik A di
bidang V (vertikal)
AH = proyeksi titik A di
bidang H
(horizontal)

Bila ketiga bidang yang saling tegak lurus tersebut di buka, maka sumbu x dan y
sebagai sumbu putarnya dan sumbu z merupakan sumbu yang dibuka/dipisah.

Kode Modul M9.1A 83


Selanjutnya batas-batas bidang dihilangkan maka menjadi bentuk di bawah ini.

Bila penempatan benda di kuadran I tidak teratur, maka untuk menempatkan


sumbu dapat disederhanakan sesuai dengan ruang yang tersedia. Penyederhana-
an dapat dilakukan seperti gambar berikut.

Kode Modul M9.1A 84


Penampilan Gambar
Untuk penampilan gambar berikutnya, garis sumbu dan garis bantu tidak
diperlukan lagi (dihilangkan). Jadi yang tampak hanya pandangannya saja (lihat
gambar di bawah). Perlu ditegaskan kembali bahwa untuk proyeksi di kuadran I
(proyeksi Eropa), penempatan pandangan samping kanan berada di sebelah kiri
pandangan depannya, sedangkan pandangan atas berada di bawah pandangan
depannya.

Kode Modul M9.1A 85


Proyeksi Sebuah Kubus yang Terletak di Kuadran I

Kode Modul M9.1A 86


8. Proyeksi di Kuadran III (Proyeksi Amerika)
Bidang-bidang H, V, D untuk proyeksi di kuadaran III (proyeksi Amerika) yang
telah di buka adalah sebagai berikut :

Pada bidang H ditempatkan pandangan atas


Pada bidang D ditempatkan pandangan depan
Pada bidang V ditempatkan pandangan samping kanan
Contoh :

Kode Modul M9.1A 87


9. Simbol Proyeksi
Untuk membedakan gambar/proyeksi di kuadaran I dan gambar/proyeksi di
kuadran III, perlu di beri lambang proyeksi. Dalam Standar ISO (ISO/DIS 128),
telah ditetapkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan
untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi sudut
pertama (kuadran I atau kita kenal sebagai proyeksi Eropa).
Dalam satu buah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan
menggunakan kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan di
sisi kanan bawah kertas gambar. Simbol lambang proyeksi tersebut adalah sebuha
kerucut terpancung (lihat gambar)

10. Anak Panah


Anak panah digunakan untuk menunjukkan batas ukuran dan tempat/posisi
atau arah pemotongan, sedangkan angka ukuran ditempatkan di atas garis ukur
atau di sisi kiri garis ukur (lihat gambar di bawah)

Kode Modul M9.1A 88


11. Mengubah Gambar dari bentuk Proyeksi Isometris Menjadi
Bentuk Gambar Proyeksi Dimetris

Kode Modul M9.1A 89


12. Mengubah Gambar Piktorial Dimetris Menjadi Isometris
Untuk mengubah gambar dari bentuk piktorial dimetris menjadi isometris,
lihat gambar di bawah ini.

Kode Modul M9.1A 90


13. Penempatan Pandangan
Untuk menempatkan pandangan atas atau pandangan sampingdari
pandangan depannya, terlebih dahulu kita harus menetapkan sistem proyeksi apa
yang kita pakai; apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) ataukah proyeksi di
kuadaran III (Amerika) ?
Setelah kita menetapkan sistem proyeksi yang kita pakai, barulah kita
menetapkan pandangan dari objek yang kita gambar tersebut.

1) Menempatkan pandangan depan, atas dan samping kanan menurut


proyeksi kuadaran I (Eropa)

2) Menentukan pandangan depan, atas dan samping kanan menurut proyeksi


di kuadran III (Amerika)

Kode Modul M9.1A 91


14. Penetapan Jumlah Pandangan
Jumlah pandangan dalam satu objek/gambar tidak semuanya harus
digambar; misalnya untuk benda-benda bubutan sederhana, dengan satu
pandangan saja yang dilengkapi dengan simbol (lingkaran) sudah cukup
untuk memberikan informasi yang jelas. Lihat gambar di bawah.

15. Jenis-Jenis Pandangan Utama


Gambar kerja yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah gambar dalam
bentuk pandangan-pandangan. Sebagai pandangan utamanya ialah pandangan
depan, pandangan samping dan pandangan atas. Dalam gambar kerja, tidak
selamanya ketiga pandangan harus ditampilkan, ini tergantung dari kompleks/
rumit atau sederhananya bentuk benda. Hal terpenting, gambar pandangan-
pandangan ini harus memberikan informasi yang jelas.

Kode Modul M9.1A 92


Perhatikan gambar di bawah ini.

Kedua gambar di atas, walaupun hanya terdiri atas satu pandangan saja,
dapat membedakan bentuk bendanya, yaitu dengan adanya simbol/lambang
untuk bentuk lingkaran dan untuk bentuk bujur sangkar dan bentuk-bentuk
piktorialnya adalah :

16. Pemilihan Pandangan Utama


1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
pandangan utama
Untuk memberikan informasi bentuk gambar, seharusnya kita pilih
pandangan yang dapat mewakili bentuk benda (perhatikan gambar di
bawah).

Kode Modul M9.1A 93


Kode Modul M9.1A 94
Kode Modul M9.1A 95
Kode Modul M9.1A 96
Kode Modul M9.1A 97
17. Perubahan Bentuk Gambar dari Proyeksi Isometris Menjadi
Gambar Proyeksi di Kuadran I (Eropa)

Kode Modul M9.1A 98


18. Perubahan Bentuk Gambar dari Proyeksi Isometris Menjadi
Gambar Proyeksi di Kuadran III (Amerika)
Perhatikan gambar proyeksi isometris berikut ini.

Kode Modul M9.1A 99


19. Perubahan Bentuk Gambar dari Proyeksi Dimetris Menjadi
Gambar Proyeksi di Kuadaran I (Eropa)
Perhatikan gambar proyeksi dimetris berikut ini.

Kode Modul M9.1A 100


20. Perubahan Bentuk Gambar dari Proyeksi Dimetris Menjadi
Gambar Proyeksi di Kuadran III (Amerika)
Perhatikan gambar proyeksi dimetris berikut ini.

Kode Modul M9.1A 101


21. Perubahan Bentuk Gambar dari Proyeksi Miring Menjadi Gambar
Proyeksi di Kuadran I (Eropa)
Perhatikan gambar proyeksi miring berikut ini.

Kode Modul M9.1A 102


22. Perubahan Bentuk Gambar dari Proyeksi Miring Menjadi Gambar
Proyeksi di Kuadaran III (Amerika)
Perhatikan gambar proyeksi miring berikut ini.

Kode Modul M9.1A 103


TES FORMATIF I

ESSAY
1. a. Sebutkan ukuran kertas gambar
b. Tingkat kekerasan pensil ada tiga : lunak, sedang dank eras. Berikan tiga
contoh dari masing-masing tingkatan menurut kode pensil alat gambar ?
c. Sebutkan tiga mistar yang lazim digunakan dalam menggambar sket
tangan ?

2. Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah dua dimensi


dapat dilakukan dengan cara proyeksi ! (sesuai aturan menggambar).
Sebutkan 4 macam cara proyeksi ?

3. Untuk memberikan informasi lengkap suatu benda dengan proyeksi


orthogonal, biasanya memerlukan lebih dari satu bidang proyeksi. Sebutkan
3 proyeksi pandangan ?

4. Perubahan gambar proyeksi dimetris menjadi gambar proyeksi di kuadran I,


disebut dengan ?

5. Perubahan gambar proyeksi dimetris menjadi gambar proyeksi di kuadaran


III, disebut dengan ?

Kode Modul M9.1A 104


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. a. A0, A1, A2, A3, A4, A5, dan A6


b. Lunak : 2B ; 3B ; 4B
Sedang : B ; HB ; F
Keras : 4H ; 5H ; 6H
c. Mistar siku 45o ; mistar siku 60o/30o dan mistar T (Teken hak)

2. a. proyeksi pictorial (dimetris)


b. proyeksi pictorial (isometric)
c. Proyeksi pictorial miring
d. perspektif

3. a. bidang proyeksi di depan disebut pandangan depan


b. bidang proyeksi di atas disebut pandangan atas
c. bidang proyeksi di samping kanan disebut pandangan samping kanan

4. Proyeksi EROPA
5. Proyeksi AMERIKA

Kode Modul M9.1A 105


TES FORMATIF 2

Buat gambar dengan proyeksi isometric dengan kedudukan


a. Normal
b. Terbalik
c. Horizontal
Masing-masing pada kertas A4 tegak dan lengkap dengan ukurannya!

Kode Modul M9.1A 106


TES FORMATIF 3

Ubahlah gambar isomeris menjadi gambar dimetris dengan lay out sebagai
berikut :

Catatan :
- Gambar dibuat pada kertas gambar A4 tgak
- Lengkap dengan ukurannya

Kode Modul M9.1A 107


RANGKUMAN

Gambar sket tangan yang dimaksud pada uraian materi di atas, mempunyai
peran penting di industri pengerjaan logam. Secara umum gambar sket tangan
dapat digunakan secara luas baik proses awal perencanaan maupun proses
perbaikan. Khususnya bagi orang-orang teknik pengecoran.
Maka bagi aparatur/ si produk pengecoran harus mampu memahami gambar
sket tangan yang baik dan benar; dengan diawali menguasai alat-alat gambar
yang digunakan dan cara menggambar bentuk-bentuk benda yang tidak berturan.
Dasar-dasar untuk menguasai gambar sket tangan maka aparatur harus
mempelajari tentang :
Pembuatan huruf dan angka
Macam-macam garis dan kegunaannya
Konstruksi geometris
Proyeksi pictorial
Proyeksi isometric
Proyeksi miring (sejajar)
Proyeksi orthogonal
Proyeksi di kuadaran I (proyeksi EROPA)
Proyeksi di kuadaran III (proyeksi AMERIKA)
Symbol proyeksi
Mengubah gambar dari bentuk proyeksi isometric menjadi bentuk gambar
proyeksi dimetris
Mengubah gambar pictorial dimetris menjadi isometris
Penemoatan pandangan
Penempatan jumlah pandangan
Jenis-jenis pandangan utama
Pemilihan pandangan utama

Kode Modul M9.1A 108


Perubahan bentuk gambar proyeksi isometric menjadi gambar proyeksi di
kuadran I (EROPA)
Perubahan bentuk gambar dari proyeksi isometric menjadi gambar proyeksi
di kuadaran III (AMERIKA)
Perubahan bentuk gambar proyeksi dimetris menjadi gambar proyeksi di
kuadaran I (EROPA)
Perubahan bentuk gambar dari proyeksi dimetris menjadi gambar proyeksi
di kuadaran III (AMERIKA)
Perubahan bentuk gambar dari proyeksi miring menjadi gambar proyeksi di
kuadaran I (EROPA)
Perubahan bentuk gambar dari proyeksi miring menjadi gambar proyeksi di
kuadaran III (AMERIKA)

Kode Modul M9.1A 109


LEMBAR KERJA

Lembar Kerja I
Macam-macam garis (membagi garis dan sudut). Pelajari tentang :
a. membagi sudut sama besar
b. membagi garis menjadi n bagian sama besar
c. membagi sudut sama besar
d. membagi sudut tiga bagian sama besar

Catatan :
- Gambar 1 ruang untuk membagi garis sama besar A B sembarang
- Gambar 2 ruang untuk membagi garis menjadi 13 bagian sama besar A
B sembarang
- Gambar 3 dan 4 sudut ABC sembarang
- Gambar 4 sudut ABC dibagi menjadi tiga bagian sama besar. Sudut ABC
sembarang

Kode Modul M9.1A 110


Lembar Kerja II
Membuat segi beraturan
Petunjuk :
a. pelajari tentang membuat segi 4 beraturan; segi 5 beraturan; segi 6
beraturan; segi 7 beraturan!
b. Gambarkan segi beraturan tersebut dengan lingkaran dasar yang
mempunyai diameter 60 mm
c. Gambar dibuat pada kertas gambar ukuran A4 tegak dengan lay out
sebagai berikut :

Catatan :
- Ruang 1 untuk lukisan segi 4 beraturan
- Ruang 2 untuk lukisan segi 5 beraturan
- Ruang 3 untuk lukisan segi 6 beraturan
- Ruang 4 untuk lukisan segi 7 beraturan

Kode Modul M9.1A 111


Lembar Kerja III
Busur singgung dalam dan busur singgung luar.
Petunjuk:
a. pelajari tentang membuat busur singgung
b. gambarkan busur singgung dalam dan busur singgung luar tersebut pada
kertas gambar ukuran A4 dengan ketentuan seperti terlihat pada gambar
berikut :

Catatan :
- Jari-jari singgung luar R = 78 mm
- Jari-jari singing dalam r = 24 mm

Kode Modul M9.1A 112


Lembar Kerja IV
ELLIPS
Petunjuk :
a. pelajarilah cara membuat elips
b. gambarkan elips yang melalui titik A dan titik B dengan titik pusat
lingkaran pembantu O
c. gambar dibuat pada kertas gambar A4 tegak dengan ketentuan seperti
terlihat pada gambar berikut :

Catatan :
- OA = 30 mm
- OB = 60 mm

Kode Modul M9.1A 113


Lembar Kerja V
Hyperbola dan Cycloida
Petunjuk :
a. pelajari tentang pembuatan lengkungan hyperbola dan lengkungan
cycloida
b. gambar lengkungan hyperbola dan cycloida tersebut pada kertas gambar
A4 tegak dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk hyperbola : P P = 30 mm
Q R = 65 mm
P Q = 50 mm
Untuk cycloida : jari-jari r = 20 mm
c. lay out, lihat gambar berikut

Kode Modul M9.1A 114


lembar Kerja VI
Hypocycloida
Petunjuk :
a. pelajari cara membuat lengkungan hypocloida
b. buat lengkungan hypocycloida dari lingkaran P yang bergelinding di dalam
lingkaran Q, dengan ketentuan lingkaran P berjari-jari 30 mm dan
lingkaran Q berjari-jari 120 mm
c. gambar dibuat pada kertas gambar A4 tegak dengan lay out sebagai
berikut (lihat gambar)!

Kode Modul M9.1A 115


2. KEGIATAN PEMELAJARAN II
A. MENGARTIKAN DETIL SKET TANGAN
Tujuan kegiatan pemelajaran :
Setelah mempelajari kegiatan belajar I dan II diharapkan :
1. Kompeten membuat gambar sket
2. Kompeten menerapkan konsep proyeksi pandangan benda
3. Kompeten memisahkan benda/objek kerja atau komponen assembling
yang digambar pada sket
4. Kompeten menempatkan ukuran fungsional dan non fungsional pada
gambar sket dan cara kerja berdasarkan fungsi
5. Kompeten membuat gambar sket danmenggambar ke dalam bentuk
gambar kerja
6. Menguasai alat-alat ukur sederhana dengan baik dan benar

B. URAIAN MATERI
Membuat gambar sketsa merupakan bagian gambar teknik yang dibuat
dengan garis-garis sederhana yang dilakukan secara teratur. Dalam
penggunaannya gambar sketsa ada tiga macam :
1. Gambar sketsa rencana
2. Gambar sketsa lukis
3. Gambar sketsa sebagai catatan
Pada masa sekarang ada dua pengertian tentang sketsa, sebagai lukisan
pendahuluan atau lukisan yang lazim disebut sket. Atau bagian ke dua sketsa
dipandang sebagai hasil ekspresi yang artistic.
Gambar teknik mesin merupakan bagian lukisan yang perujudannya lebih
menekankan unsure garis, unsur bentuk, aspek kegunaan (fungsi) serta
tanpa ada ekspresi; misalnya gambar bentuk, gambar model, gambar
ilustrasi, gambar design dan gambar arsitektur.

Kode Modul M9.1A 116


Seorang designer (drafter) harus mampu untuk menyampaikan informasi
yang berkaitan dengan benda teknik; misal besar kecilnya, ukuran benda dan
jarak satu dengan yang lain harus jelas sehingga gambar teknik dapat
memberikan operator mesin dalam mewujudkan benda teknik dengan benar.
Berikut akan dijelaskan tentang menggambar sket, membuat gambar
tertentu secara kasar tetapi mendekati bentuk yang sebenarnya danlengkap
dengan mencantumkan ukuran-ukurannya. Diman dalam proses pembuatan
gambit tersebut tidak mempergunakan peralatan seperti; jangka, penggaris
siku-siku, mal, sablon huruf dan angka. Yang digunakan hanya pensil atau
pena gambar.
Gambar dan lukisan dasar yang mengacu ke gambar sketsa telah
diuraikan pada meteri pemelajaran I, diantaranya :
1. membagi garis sama panjang
2. membagi garis menjadi n bagian sama besar
3. membagi sudut sama besar
4. membagi sudut menjadai tiga bagian
5. memindahkan sudut
6. membuat sudut 300 ; 600 ; 450 ; 900
7. membuat segi empat beraturan
8. membuat segi lima beraturan
9. membuat segi enam beraturan
10. membuat segi tujuh beraturan
11. busur singgung luar
12. busur singgung dalam
13. busur singgung luar dan dalam
14. garis singgung
15. garis singgung luar
16. garis singgung dalam
17. elips

Kode Modul M9.1A 117


18. melukis elips dengan cara pendekatan tiga busur lingkaran
19. melukis elips dengan cara pendekatan dua lingkaran
20. parabola
21. hiperbola
22. cycloida
23. menggambar lengkungan evolvente
24. epicycloida
25. hipocycloida
26. mencari titik pusat lingkaran
27. panjang busur
28. menentukan panjang keliling lingkaran

Untuk mencapai tujuan pemelajaran sub kompetensi Mengartikan Detil


Sket Tangan peserta diklat harus mampu/menguasai objek yang akan di
sket(di gambar). Penggunaan alat ukur dan cara menentukan hasil ukur;
serta menguasai pengetahuan menggambar yang benar menurut standar.

Untuk melakukan gambar sket tangan peserta diklat dapat menentukan


bidang mana yang akan dijadikan sebagai gambar proyeksi pandangan depan. Di
dalam menentukan gambar proyeksi pandangan depan diambil bidang yang
banyak memberikan data-data ukuran dan bentuk-bentuk yang rumit. Serta
informasi-informasi yang akan diaplikasikan pada gambar sket tangan yang
selanjutnya dijadikan pedoman oleh oprator dilapangan. Sebagai contoh
benda/objek seperti gambar di bawah ini :

Kode Modul M9.1A 118


Dari susunan gambar tersebut terdiri dari 4 bagian benda/objek yang harus
peserta diklat lakukan di dalam kegiatan menggambar sket.
Untuk mencapai tujuan tersebut peserta diklat harus menyiapkan :
o Alat-alat gambar yang baik dan benar menurut standar
o Alat ukur yang sesuai dengan objek yang akan diukur
o Kertas gambar menurut standar
Alat-alat gambar dan kertas gambar yag baik sesuai standar sudah dijelaskan
pada pemelajaran I. Alat ukur yang akan digunakan di dalam kegiatan mendata
ukuran (mengukur) benda (objek) adalah :
1. Alat Ukur
Untuk menggambar sket tangan; proses pendataan ukuran benda (objek);
pengukuran panjang; ketebalan atau diameter dari suatu benda merupakan
suatu pekerjaan penting.

Kode Modul M9.1A 119


1.1. Mistar Baja
Mistar baja adalah alat ukur panjang sederhana. Ketepatan pembacaan
pada mistar mempunyai ketelitian ukuran 0,5 mm; 1/64 inchi dan yang
komplit dilengkapi tabel-tabel; tabel ulir metris; tabel ulir inchi dan tabel
perubahan satuan inchi ke mm

1.2. Jangka Sorong


Jangka sorong dipergunakan untuk pengukuran luar (panjang; lebar;
ketebalan dan diameter luar), pengukuran dalam (diameter dalam) dan
kedalaman secara cepat dan mudah dari suatu benda.
Pada pengukuran dengan alat ini memungkinkan mendapatkan ketelitian
pembacaan yang lebih teliti. Misal ketelitian pembacaan 0,1 mm; 0,05
mm dan 0,02 mm; untuk satuan inchi 1/128 inchi dan 1/1000 inchi
tergantung pada jenis noniusnya.

Kode Modul M9.1A 120


1.3. Micrometer
Micrometer digunakan sesuai dengan fungsi mikrometer. Di mana
micrometer mempunyai beberapa jenis yang sesuai dengan fungsinya,
yaitu :
o Micrometer luar (untuk mengukur bagian/diameter luar)
o Micrometer dalam (untuk mengukur celah/diameter dalam)
o Micrometer kedalaman (untuk mengukur kedalaman bertingkat dan
kedalaman lubang)
o Micrometer ulir (untuk mengukur diameter alas baut)

Kode Modul M9.1A 121


1.4. Pengukur Sudut
Pengukur sudut digunakan untuk mengukur sudut benda. Dan
mempunyai beberapa bentuk dan jenis sesuai dengan fungsinya, antara
lain sebagai berikut :
4.1.1. Siku-siku berpelurus (90o)
1.4.2. Siku kombinasi set
1.4.3. Mistar busur yang dapat disetel dengan ketelitian 1o
1.4.4. Mistar busur; busur bilah (Bevel Protector), alat ini mempunyai
ketelitian ukur 15 menit

Kode Modul M9.1A 122


1.4.3

Gambar 1.4.3

Kode Modul M9.1A 123


Kode Modul M9.1A 124
Contoh 1 :
Gambar sketsa tunggal dudukan tiang konstruksi rak, digambar secara.
Proyeksi simetris dan diuraikan menjadi dua gambar pandangan dengan sistem
proyeksi Amerika.
Alat-alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan gambar sketsa ialah :
1. sigmat/jangka sorong kombinasi
2. mal sudut
3. siku 900 (penyiku)
4. bevel protektor

Kode Modul M9.1A 125


Langkah kerja :
1. ambil benda yang akan di ukur (objek)
2. pastikan pandangan depan (yang akan digambar pada sket gambar
pandangan)
3. ukur bidang benda dan tulis datanya dengan jelas
4. dan lanjutkan pengukuran setiap bagian yang datanya akan diperlukan
untuk mencantumkan ukuran pada kedua proyeksi pandangan
5. pilih alat gambar yang tepat dalam melaksanakan gambar sketsa
6. konsultasikan kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam
pelaksanaan pendataan ukuran dan waktu menggambar
7. setelah selesai kumpulkan kepada guru/tutor untuk diperiksa dan bila perlu
diadakan diskusi untuk langkah perbaikan

Lembar Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Max Skor Perolehan Ket
I Proses kerja :
o Alat ukur yang digunakan 5
o Langkah kerja 5
o Kecepatan kerja 5
o Kreativitas 5

o Disiplin 5
Sub Total 25
II Kualitas (Hasil Kerja) :
o Posisi gambar proyeksi Isometris 15
o Posisi gambar proyeksi pandangan 10
o Posisi pandangan depan 10
o Posisi garis penunjukkan ukuran 10
o Penempatan ukuran 10

o Kesesuaian garis-garis gambar 10


Sub Total 65
III Tampilan 10
Total 100
Contoh II :

Kode Modul M9.1A 126


Gambar sketsa proyeksi isometris dan gambar pandangan poros penggerak
perantara pengatur langkah mesin sekrap. Gambar proyeksi isometris dan gambar
proyeksi pandangan (1 pandangan) lihat di bawah.

Alat ukur :

Kode Modul M9.1A 127


1. jangka sorong/sigmat kombinasi
2. mistar baja

Langkah kerja :
1. ambil benda ukur (objek)
2. ukur diameter benda dengan sigmat kombinasi/jangka sorong
3. ukur panjang benda dengan sigmat dan apabila tidak terjangkau, lakukan
pengukuran dengan mistar baja
4. tulis data-data hasil ukur pada gambar sketsa tangan
5. konsultasikan pada guru/tutor apabila terdapat kesulitan
6. setelah selesai, gambar sket dan gambar pandangan dikumpulkan pada
guru/tutor
Lembar Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Max Skor Perolehan Ket
I Proses kerja :
o Alat ukur yang digunakan 5
o Langkah kerja 5
o Kecepatan kerja 5
o Kreativitas 5

o Disiplin 5
Sub Total 25
II
Kualitas (Hasil Kerja) :
o Posisi gambar proyeksi Isometris 15
o Gambar proyeksi pandangan 15
o Posisi garis penunjukkan ukuran 10
o Penempatan ukuran 10

o Kesesuaian garis-garis gambar 15

Sub Total 65
III Tampilan 10
Total 100
Contoh III :
Gambar sketsa tangan plan pipa, digambar secara proyeksi isometris dan
gambar proyeksi pandangan (2 pandangan)

Kode Modul M9.1A 128


Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan gambar sketsa ialah :
1. jangka sorong/sigmat kombinasi
2. siku 900 (penyiku)
3. bevel pratekfar

Langkah kerja :
1. ambil benda yang akan diukur (objek)

Kode Modul M9.1A 129


2. pastikan pandangan depan (yang akan digambar pada sket proyeksi
gambar pandang)
3. ukur bidang benda bulat dengan jangka sorong kombinasi
4. ukur sudut tingkat poros dengan penyiku
5. ukur panjang benda dengan jangka sorong kombinasi
6. ukur diameter dalam dengan jangka sorong kombinasi
7. pilih alat gambar yang tepat dalam melaksanakan gambar sket
8. konsultasikan pada guru/tutor apabila terdapat kesulitan dalam
pelaksanaan pendataan dan pada waktu menggambar
9. setelah selesai kumpulkan kepada guru/tutor untuk diperiksa dan bila perlu
diadakan diskusi untuk langkah perbaikan.
Lembar Penilaian
No Aspek Penilaian Skor Max Skor Perolehan Ket
I Proses kerja :
o Alat ukur yang digunakan 5
o Langkah kerja 5
o Kecepatan kerja 5
o Kreativitas 5

o Disiplin 5
Sub Total 25
II Kualitas (Hasil Kerja) :
o Posisi gambar proyeksi Isometris 15
o Posisi gambar proyeksi pandangan 10
o Posisi pandangan depan 10
o Posisi garis penunjukkan ukuran 10
o Penempatan ukuran 10

o Kesesuaian garis-garis gambar 10


Sub Total 65
III Tampilan 10
Total 100
Lembar Kerja I
Mengubah benda jadi menjadi gambar piktorial.

Kode Modul M9.1A 130


- Buatlah benda dari balok kayu dengan ukuran 50
x 50 x 100 mm (lihat gambar di bawah)!
- Kemudian bentuklah balok tersebut menjadi salah
satu bentuk yang ada pada gambar di halaman berikut ini. Usahakanlah
dalam memilih bentuknya peserta diklat yang satu tidak sama dengan
yang lainnya!
- Setiap peserta diklat pun dapat menentukkan
bentuk yang lain dengan dasar ukuran balok di atas.

Kode Modul M9.1A 131


Lembar Kerja II
Membuat proyeksi piktorial.
- Buatlah gambar piktorial dari benda paga lembar
kerja I tersebut dalam bentuk
a. proyeksi dimetris
b. proyeksi isometris
c. proyeksi miring
- Gambar dibuat pada kertas gambar A3 (tegak)
- Skala gambar 1:1
- Lengkap dengan penunjukkan ukuran (satuan mm)
- Nama gambar : PROYEKSI PIKTORIAL

Kode Modul M9.1A 132


BAB. III
EVALUASI

Test Sumatif I
Perhatikan gambar piktorial (SHAFT BLOCK) dibawah ini! (melengkapi garis
III

Soal :
- Lengkapi gambar pandangan atas dari pandangan
depan dan pandangan samping kanan yang diketahui!
- Gambar pada kertas gambar A4 tegak lurus dengan
skala 1:1
- Gambar dilengkapi dengan penunjukkan ukuran dan
ukurannya

Kode Modul M9.1A 133


Test Sumatif II
Perhatikan gambar piktorial (SUPPORT) di bawah ini (melengkapi gambar
pandangan samping).

Soal :
- Buatlah pandangan samping dari pandangan depan
dan atas yang diketahui (menurut proyeksi di kuadran I EROPA)
- Lengkapi penunjukkan ukuran dan ukurannya
- Kerjakan pada kertas gambar A4 tegak dengan
sakal 1:1

Kode Modul M9.1A 134


LEMBAR PENILAIAN : Test Sumatif 1

No Aspek Penilaian Skor Max Skor Perolehan Ket


I Proses kerja :
- alat gambar
yang digunakan
- kertas
4
gambar (ukuran)
3
- lay out
4
(posisi gambar)
4
- posisi kertas
3
gambar
4
- kecepatan
3
kerja (waktu)
- kreativitas
- disiplin
Sub Total 25

Kode Modul M9.1A 135


II Kualitas (Hasil Kerja) :
- posisi
gambar proyeksi isometric
- posisi
gambar pandangan
10
- penggunaan
10
skala ukuran
8
- posisi
10
pandangan depan
9
- posisi garis
8
penunjuk ukuran
10
- penempatan
ukuran
- kesesuaian
garis gambar
Sub Total 65
III Tampilan 10
TOTAL 100

LEMBAR PENILAIAN : Test Sumatif 2

No Aspek Penilaian Skor Max Skor Perolehan Ket

Kode Modul M9.1A 136


I Proses kerja :
- alat gambar
yang digunakan
- kertas
4
gambar (ukuran)
3
- lay out
4
(posisi gambar)
4
- posisi kertas
3
gambar
4
- kecepatan
3
kerja (waktu)
- kreativitas
- disiplin
Sub Total 25
II Kualitas (Hasil Kerja) :
- posisi
gambar proyeksi isometric
- posisi
gambar pandangan
10
- penggunaan
10
skala ukuran
8
- posisi
10
pandangan depan
9
- posisi garis
8
penunjuk ukuran
10
- penempatan
ukuran
- kesesuaian
garis gambar
Sub Total 65

Kode Modul M9.1A 137


III Tampilan 10
TOTAL 100

BAB. IV
PENUTUP

Upaya untuk mempersiapkan tenaga menengah kejuruan, untuk memenuhi


tenaga pelaksana di dunia usaha dan dunia industri pengecoran logam, dalam
kenyataannya sekarang ini sangat dipengaruhi oleh persaingan yang sangat ketat,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karena setiap pengusaha akan
bersaing dalam kualitas produksi yang dilaksanakannya, sehingga menghasilkan
barang berdasarkan kebutuhan pasar dengan harga yang bersaing.
Dalam hal ini maka untuk menjawab tantangan tersebut setiap orang yang
akan terlibat dalam proses produksi harus orang yang mempunyai kompetensi
yang diakui oleh dunia usaha dan dunia industri. Sedangkan untuk memperoleh
kompetensi tersebut seseorang harus melalui suatu proses pendidikan dan
pelatihan di industri dan sekolah-sekolah kejuruan.
Di dalam mencapai kompetensi yang ingin dikuasai oleh aparatur di suatu
lembaga dan sekolah kejuruan, salah satu perangkat pemelajaran diklat
kompetensi adalah buku modul. Dengan harapan setelah membaca buku modul
ini, peserta diklat (siswa) dapat bekal pengetahuan dan dasar-dasar keterampilan
yang harus dikuasai, untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di jenjang UJI
KOMPETENSI NASIONAL.
Modul unit kompetensi M9.1A ini diterbitkan untuk membantu dan memandu
para peserta diklat (siswa) dalam pemelajaran untuk mencapai kompetensi
MEMBACA GAMBAR DAN SKET tingkat 1 di bidang Teknik Pengecoran Logam atau

Kode Modul M9.1A 138


yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas. Semoga buku
modul ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Djaprie, M.E, M.Met., Ir. Sriati (1992) Teknologi Mekanik Jilid I Edisi
ke-tujuh Versi S1, Jakarta : Erlangga

Rochim, Dr. Ir. Taufik;Sutarto Sm (1980) Teknik Pengukuran


(Metrologi Industri), Jakarta : Direktorat Menengah Kejuruan

Yogaswara, Drs. Eka (1999) Gambar Teknik Mesin SMK Jilid I


Kelompok Teknologi dan Industri, Bandung : Armico

Yogaswara, Drs. Eka (1999) Gambar Teknik Mesin SMK Jilid II


Kelompok Teknologi dan Industri, Bandung : Armico

Kode Modul M9.1A 139

Anda mungkin juga menyukai