M18. 1A
M7. 6A
M7. 7A
M9. 1A M9. 7B
M9. 3A
M7. 5A M9. 9B
M9. 5A
M9. 2A
Keterangan :
Peristilahan / Glossarium
Istilah Keterangan
Kependekan dari International Standartization for
Organization yang berkedudukan di Swiss yang
ISO mengatur dan mengawasi standart, ukuran,
managemen dan kualitas produk seluruh anggotanya di
seluruh dunia.
Kependekan dari Japan International Standart, yaitu
JIS standart Jepang yang digunakan dinegaranya dan
kelompoknya.
Standart yang dipunyai Belanda dan berkedudukan di
NEN negara Belanda untuk menstandarisasi ukuran – ukuran
dari Belanda NEDERLAND STANDARTZATION.
Kependekan dari Dhate International Normalization
DIN yang berkedudukan di Jerman, untuk menstandarkan
ukuran produk – produk Jerman dan anggotanya.
Kependekan dari Standart International Indonesia,
berkedudukan di Indonesia dan digunakan untuk
SII
didalam negeri sendiri mengenai ukuran, managemen,
dan ketentuan – ketentuan lainnya.
Untuk menampilkan gambar – gambar 3 dimensi pada
sebuah bidang 2 dimensi. Dapat kita lakukan dengan
Piktorial
beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan
menggambar.
Gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai
sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis – garis
Ortogonal
yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi
disebut Proyektor.
Selisih penyimpangan ukuran membesar yang bisa
Toleransi digunakan dan selisih ukuran mengecil yang dapat
diterima oleh semua pekerja dan perusahaan industri.
Batasan penyimpangan yang diizinkan dari suatu bentuk
Toleransi Bentuk
benda kerja terhadap bentuk benda kerja yang ideal.
Toleransi Posisi Batasan penyimpangan posisi yang diizinkan dari suatu
benda kerja terhadap posisi suatu pasangan dari dua
atau beberapa benda kerja yang berpasangan
sempurna.
BAB. I
PENDAHULUAN
A Deskripsi
Judul modul ini adalah “Membaca Gambar Teknik” berisi empat bagian utama, yaitu
Pendahuluan, Pembelajaran, Evaluasi dan Penutup.
Modul ini digunakan setelah peserta didik mempelajari modul M9.1A dan digunakan
sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke modul seri M9.5A. Hasil belajar yang akan dicapai
oleh peserta didik setelah mempelajari modul ini adalah memahami prinsip – prinsip dasar
mengerti membaca gambar dan mampu secara mendasar mengenai gambar teknik untuk
benda – benda sederhana, mampu belajar sendiri dari kekurangan yang diperoleh setelah
melakukan pembelajaran.
A. Prasyarat
2. Peran Guru
a. Membantu siswa dalam merencanakan tahap belajar.
b. Membimbing siswa melalui tugas – tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar.
c. Membantu siswa dalam menghadapi konsep dan praktek gambar
dan menjawab pertanyaan.
d. Membantu siswa dalam mencantumkan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Menentukan seorang pendamping/ahli di tempat kerja untuk
membantu siswa.
g. Melakukan atau melaksanakan penilaian.
h. Menjelaskan kepada siswa mengenai bagian yang diperlukan untuk
dibenahi dan rencana belajar selanjutnya.
i. Mencatat pencapaian dan kemampuan siswa dalam belajar.
C. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang ingin dicapai setelah mempelajari modul M9.2A ini :
Cek Kemampuan
No. Indikator Kinerja Dan Kriteria Keberhasilan
Ya Tidak
1. Memahami fungsi gambar teknik dasar.
2. Mengetahui macam – macam kertas gambar dan
ukurannya.
3. Mengetahui macam – macam garis dan fungsinya.
4. Mengetahui macam – macam huruf dan angka standar
150.
5. Mengetahui macam – macam alat gambar dan fungsinya.
6. Memahami proyeksi Pictorial.
7. Memahami proyeksi Orthogonal.
8. Mengetahui ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik,
miring.
9. Mengetahui ketentuan proyeksi Eropa (Kwadran I).
10. Mengetahui ketentuan proyeksi Amerika (Kwadran III).
11. Dapat mengidentifikasikan jumlah benda kerja yang
terdapat dalam pandangan.
12. Mengerti cara membaca gambar pandangan.
13. Mengidentifikasikan benda kerja sesuai dengan gambar.
14. Dapat mengidentifikasikan ukuran – ukuran dari bentuk
utama dari kerja yang tercantum pada gambar.
15. Dapat mengidentifikasikan simbol tanda pengerjaan.
16. Dapat mengidentifikasikan langkah pengerjaan benda
sesuai dengan gambar.
17. Dapat mengidentifikasikan badan benda kerja sesuai
gambar.
18. Dapat mengidentifikasikan pengertian simbol – simbol
yang digunakan pada gambar.
19. Dapat mengidentifikasikan simbol harga kasaran.
20. Dapat mengidentifikasikan simbol – simbol toleransi
bentuk dan posisi.
BAB. II
PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar Siswa
b. Materi pembelajaran
2) PERSIAPAN MENGGAMBAR
ukuran A1 ukuran A2
ukuran A3 ukuran A4
ukuran A4
Gambar 2.3
Tabel 2.1
Ukuran kertas gambar
Ukuran
Ukuran Sisi Kiri C
Lebar Panjang
A0 841 mm 1189 mm 20 mm 10 mm
A1 594 mm 841 mm 20 mm 10 mm
A2 420 mm 594 mm 20 mm 10 mm
A3 297 mm 420 mm 20 mm 10 mm
A4 210 mm 297 mm 20 mm 5 mm
A5 148 mm 210 mm 20 mm 5 mm
5B H 7H
HB =
Half
6B 2H 8H
Black
7B 3H 9H
F = Firm
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Keterangan :
1. Mistar siku -450.
2. Mistar siku -600/300.
3. Mistar T (Teken Hak).
4. Mistar skala.
5. Meja gambar.
Gambar 2.7
Gambar 2.9
Gambar 2.10
d) Macam – macam mal
Gambar 2.11b
Type A( /14).h; yaitu
1
tinggi huruf = h
tebal huruf = (1/14).h
(b) Penulisan huruf dan angka miring
Gambar 2.11c
Contoh 2.1
Jika huruf mempunyai tinggi h = 14 mm, berapa
lebar hurufnya (x = lebar huruf)?
Jawab:
Keterangan tabel :
i. Tinggi huruf kecil; tinggi huruf kecil disini
adalah tinggi huruf kecil diantara huruf yang
dipakai, tinggi huruf kecil ini tanpa tangkai dan
kaki (huruf b, k, l = bertangkai dan j, g =
berkaki).
ii. Tinggi huruf kecil untuk type A = (10/14).h
dan untuk type B = (7/10).h, seperti tampak pada
contoh berikut.
Contoh 2.2
Berapakah tinggi huruf kecil untuk huruf type A
dan B untuk tinggi huruf besar 14 mm?
Jawab :
Tinggi huruf kecil untuk type A
adalah ( /14).h. Dengan h = 14 mm, maka :
10
(10/14).14 = 10 mm.
Tinggi huruf kecil untuk type B
adalah ( /10).h. Dengan h = 14 mm, maka :
7
Contoh 2.3
Untuk type A, jarak antar garisnya (20/14).h.
Untuk type A, jarak antar garisnya (14/10).h.
Gambar 2.11d
Contoh 2.4
Jika menggunakan huruf standar type A dengan
tinggi 14 mm maka jarak antar katanya adalah
(6/14).14 = 16 mm, sedangkan bila menggunakan
type B dengan tinggi huruf 14 mm maka jarak
antar katanya adalah (6/10).14 = 8,4 mm.
Contoh 2.5
Jika kita menggunakan tinggi huruf h = 7 mm,
maka :
Untuk huruf type A, tebal hurufnya adalah
(1/14) x 7 = 0,5 mm.
Untuk huruf type B, tebal hurufnya adalah
( /10) x 7 = 0,7 mm.
1
vii. Macam – macam huruf ; macam – macam
huruf lainnya yaitu dapat dilihat pada gambar
berikut! Diantaranya :
Jenis ISOCT SHX tegak (gambar 2.10e).
Jenis ISOCT SHX miring (gambar 2.10f).
Technic bolt (gambar 2.10g).
TT ISOTEUR/italic (gambar 2.10h).
Gambar 2.11e
Gambar 2.11f
Gambar 2.11g
Gambar 2.11h
(3) Mal busur (mal kurva)
Gambar 2.12
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Keterangan :
1. Rapido.
2. Mahkota atau kepala (luar).
3. Mahkota atau kepala
(dalam).
4. Tutup.
5. Kunci pembuka pena.
6. Tabung tinta.
7. Rumah pena.
8. Pena.
9. Tangkai.
Gambar 2.18
(8) Jangka
Gambar 2.20b
(c) Bagian – bagian jangka
Gambar 2.21
Keterangan :
1. Kepala. 9.
Kaki yang bisa
ditolak
2. Hantaran lurus.
10. Mur pengencang.
3. Kaki.
11. Rumah potlot.
4. Klem jarum.
12. Mur penjepit.
5. Jarum.
13. Trek pen.
6. Bagian engsel.
14. Tangkai pen
7. Sekrup.
atau rapido
8. Sendi atau engsel.
15. Pen atau rapido
Gambar 2.22
Gambar 2.24
3) ETIKET ATAU KEPALA GAMBAR
Gambar 2.25
Gambar 2.26
Gambar 2.27
Gambar 2.28
Gambar 2.30
Gambar 2.32
Gambar 2.34
(3) Proyeksi dimetris
Gambar 2.35
Gambar 2.36
Keterangan :
Ukuran pada
sumbu x digambar 40 mm.
Ukuran pada
sumbu y digambar setengahnya, yaitu 20 mm.
Ukuran pada
sumbu z digambar 40 mm.
Gambar 2.37
Gambar 2.38
Gambar 2.39
Gambar 2.40
5) PROYEKSI ORTOGONAL
Gambar 2.42
Gambar 2.43
Gambar 4.44
Gambar 2.45
Keterangan :
A = titik di kuadran I.
AD = proyeksi titik A di bidang D (depan).
AV = proyeksi titik A di bidang V (vertikal).
AH = proyeksi titik A di bidang H (horizontal).
Gambar 2.28a
Gambar 2.48c
Gambar 2.49b
Gambar 2.50
Gambar 2.51
7) PROYEKSI DI KUADRAN III (PROYEKSI
AMERIKA)
Gambar 2.52
Contoh 2.6
Gambar 2.53a
Gambar 2.53b
Gambar 2.54a
Gambar 2.54b
(b) Anak panah
Gambar 2.55a
Gambar 2.55b
9) PENENTUAN PANDANGAN
Gambar 2.56
(b) Menentukan pandangan depan, atas dan samping kanan
menurut proyeksi kuadran III (Amerika)
Gambar 2.57
Gambar 2.59
Gambar 2.60
Gambar 2.61
Gambar 2.62
Gambar 2.63
(e) Pemilihan pandangan utama
Gambar 2.64
Gambar 2.65
Gambar 2.66
Sebaliknya, dua pandangan depan dan samping
belum tentu dapat memberikan informasi yang
maksimum (lihat gambar 2.67 berikut!).
Gambar 2.67
Gambar 2.68
Gambar 2.69
10) MENGGAMBAR PANDANGAN – PANDANGAN
Gambar 2.70
Gambar 2.72
(d) Perubahan gambar dari proyeksi dimetris ke proyeksi
Eropa
Gambar 2.73
Gambar 2.74
Gambar 2.75
Gambar 2.76
11) LATIHAN
(a) Salinlah huruf standar berikut pada kertas gambar A4!
Gambar 2.77
(b) Latihan menggunakan jangka dan mistar
i. Buatlah segi
beraturan yang terdiri
atas : segi empat, segi
lima, segi enam dan
segi tujuh beraturan
seperti terlihat pada
gambar 2.78 berikut!
Caranya dapat dilihat
pada gambar 2.79,
2.80, 2.81 dan 2.82.
Gambar 2.78
Gambar 2.79
ii. Cara menggambar segi lima
beraturan
Gambar 2.80
Menggambar segi enam beraturan
Gambar 2.81
iii. Cara menggambar segi tujuh
beraturan
Gambar 2.82
Gambar 2.83
iv. Cara menggambar spiral
archimedes
Gambar 2.84
v. Elips dengan dua lingkaran
sepusat
Untuk membuat elips dengan pertolongan dua
buah lingkaran sepusat, dapat dilakukan
langkah – langkah berikut :
Tentukan panjang sumbu
minor dan sumbu mayor, yaitu garis d dan garis D
pada gambar (a)!
Buat lingkaran dengan
diameter d dan D pada titik pusat yang sama!
Buat sumbu tegak dan sumbu
mendatarnya sehingga terlihat seperti gambar (b)!
Bagi lingkaran tersebut
menjadi 12 bagian dan buat pula garis batas
pembaginya sebagaimana terlihat pada gambar
(c)! Semakin banyak pembagian kelilingnya
semakin teliti lengkungan elipsnya.
Buat garis – garis mendatar
pada titik – titik 1, 2, 3,... 8 sebagaimana
terlihat pada gambar (d)!
Buat garis – garis mendatar
pada titik – titik yang berada pada lingkaran dalam
hingga berpotongan dengan garis – garis tegak
pada titik – titik B, C, E, F, H, I, K dan L, seperti
tampak pada gambar (c)!
Hubungkan dengan mal
busur, titik – titik A, B, C,... sampai
dengan A kembali, secara berturut – turut,
sehingga terbentuk elips yang diinginkan seperti
tampak pada gambar (f)!
MELUKIS ELIPS
Gambar 2.85
vi. Elips dengan dua pendekatan
busur lingkaran
Untuk membuat gambar elips dengan
menggunkan dua busur lingkaran, dapat dilakukan
dengan langkah – langkah berikut :
Buat garis sumbu tegak dan
mendatar, lihat gambar (a)!
Tentukan sumbu pendek
(minor) dan sumbu panjang (mayor); yaitu
panjang OA dan OB, lihat gambar (b)!
Buat lingkaran dengan jari –
jari OA yang berpusat di titik O hingga memotong
sumbu tegak di C!
Buat busur lingkaran dengan
titik pusat di titik C dengan ukuran jari – jari BC!
Tarik garis AB dan memotong
busur lingkaran di titik D!
Bagilah garis AD menjadi dua
bagian, yaitu AG = DG!
Buat garis tegak lurus melalui
titik G hingga memotong garis sumbu tegak di titik
I, dan memotong sumbu mendatar di titik H!
Buat busur lingkaran yang
berjari – jari AH dan bertitik pusat di titik H (R 1 =
AH), lihat gambar (c)!
Buat busur lingkaran dengan
jari – jari R2 = IB dan bertitik pusat di titik I, lihat
gambar (d)!
Lakukan hal yang sama untuk
lengkungan elips sebelah kiri dan sebelah bawah,
lihat gambar (e)!
Jika garis – garis bantu
dihapus maka akan terlihat gambar elips seperti
terlihat pada gambar (f)!
ELIPS
Gambar 2.86
vii. Salinlah gambar berikut pada
kertas gambar A4!
Gambar 2.87
viii. Salinlah gambar berikut pada
kertas gambar A4!
Gambar 2.88
ix. Salinlah gambar berikut pada
kertas gambar A4!
Gambar 2.89
x. Buatlah tiga pandangan utama
dari gambar 2.90 menurut proyeksi Amerika! Masing –
masing pada kertas gambar A4!
Gambar 2.90
xi. Buatlah tiga pandangan utama
dari gambar 2.91 menurut proyeksi Eropa! Masing –
masing pada kertas gambar A4!
Gambar 2.91
xii. Buatlah gambar pandangan
menurut proyeksi Amerika atau Eropa dari gambar
isometrs (gambar 2.92) berikut! Masing – masing
dibuat pada kertas gambar A4!
Gambar 2.92
xiii. Membaca gambar
a. Jodohka
n kedua proyeksi diatas pada tabel berikut!
No Proyeksi Bidang
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2
b. Isilah tabel berikut dengan cara
menjodohkan kedua macam proyeksi diatas!
Proyeksi Bidang
Eropa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Amerika
c. Jodohkanlah tabel berikut dengan cara
menyesuaikan proyeksi dari gambar berikut!
b. Materi pembelajaran
A. PENUNJUKAN
GAMBAR POTONGAN
Gambar 2.92c
Keterangan :
Gambar 2.92a memperlihatkan gambar lengkap
dengan garis gores sebagai batas – batas garis yang
tidak kelihatan. Dengan adanya garis – garis tersebut,
gambar kelihatan agak rumit.
Gambar 2.92b memperlihatkan gambar yang kurang
jelas. Dalam hal ini, kita tidak bisa memastikan apakah
lubang tersebut merupakan lubang tembus atau tidak
tembus, mempunyai lubang yang bertingkat atau rata,
sehingga setiap orang akan menafsirkan bentuk lubang
yang berbeda, yang menyebabkan informasi kurang
jelas.
Gambar 2.92c; karena gambar 2.92a dan gambar
2.92b menimbulkan keraguan dalam pembacaannya,
maka gambar dapat dijelaskan menggunakan pemisalan
bahwa benda tersebut dipotong dengan gergaji,
sehingga bentuk rongga di dalamnya dapat terlihat
dengan jelas dan tidak menimbulkan keraguan lagi
dalam menentukan bentuk bagian dalamnya.
3) Tanda pemotongan
Gambar 2.93a
Gambar 2.93b
Gambar 2.93c
Gambar 2.94
Gambar 2.95
Gambar 2.96a
Gambar 2.96b
Gambar 2.96c
Gambar 2.96d
Gambar 2.97a
Gambar 2.97b
Gambar 2.98a
Gambar 2.98b
B. JENIS – JENIS
GAMBAR POTONGAN
Gambar 2.99
Gambar 2.101
Gambar 2.102
Gambar 2.103
C. GARIS ARSIRAN
Gambar 2.104
D. MACAM – MACAM
ARSIRAN
Gambar 2.106
Gambar 2.107
Gambar 2.108
Keterangan :
a = Besi tuang
b = Aluminium dan paduannya
c = Baja dan baja istimewa
d = Baja tuang yang dapat ditempa
e = Baja cair
f = Logam putih
g = Paduan tembaga tuang
h = seng atau air raksa
E. LATIHAN
MENGGAMBAR POTONGAN
1. Buatlah
gambar potongan separuh dari gambar 2.111 di bawah,
dengan skala 1 : 1! Buat pula gambar pandangan atasnya
menurut proyeksi kuadran I (Eropa)!
Lengkapi dengan etiket nya dengan nama gambar DUDUKAN
KATUP!
Ukuran kertas gambar A4 (tegak).
Gambar 2.111
2. Buatlah
gambar potongan penuh dari benda (gambar 2.12) di bawah,
dengan ketentuan sebagai berikut!
Proyeksi di kuadran III (Amerika).
Kertas gambar A4 (tegak).
Gambar terdiri atas pandangan atas dan potongan penuh.
Lengkapi dengan etiket nya!
Nama gambar POTONGAN PENUH
Gambar 2.112
3. Buat
gambar potongan A – A, penampang penuh dengan pandangan
samping kanan menurut proyeksi di kuadran III dari gambar
2.113 di bawah!
Nama gambar PENAMPANG – PENAMPANG.
Dengan ketentuan :
Skala 1 : 1
Kertas gambar A4 (tegak) lengkap dengan etiket nya
Gambar 2.113
4. Buat
gambar dengan tiga pandangan utama dari gambar 2.114
(dudukan poros)! Jelaskan pada gamabr pandangan depan
dengan penampang setempat (lokal) untuk memperlihatkan
lubang baut! Gambar dibuat pada kertas gambar A4.
Gambar 2.114
DUDUKAN POROS
No. Nama Bagian Bahan Jumlah Keterangan
1 Dudukan poros St 37 1 Bubutan
2 Rusuk St 37 1 Pelat
3 Alas St 37 1 Pelat
4 Rusuk St 37 1 Pelat
b. Materi pembelajaran
A. KETENTUAN –
KETENTUAN DASAR PENCANTUMAN UKURAN
Contoh 2.7
Gambar 2.115
Gambar 2.116
Keterangan :
1. Garis ukur yang sejajar.
2. Garis bantu yang berpotongan (tidak dapat dihindarkan).
3. Garis sumbu yang digunakan secara tidak langsung ebagai
garis bantu.
4. Garis ukur yang terkecil (ditempatkan di dalam).
5. Garis ukur tambahan (pelengkap).
6. Perpanjangan garis bantu dilebihkan ± 1 mm dari garis
ukurnya atau dari ujung anak panahnya.
7. Penempatan garis ukur yang sempit.
8. Garis bantu yang paralel (jika diperlukan).
Gambar 2.117
B. KLASIFIKASI
PENCANTUMAN UKURAN
Gambar 2.118
Keterangan :
F = Dimensi fungsional
NF = Dimensi non fungsional
H = Dimensi tambahan
2. Pengukuran ketirusan
Gambar 2.119
Contoh 2.8
Gambar 2.120
Sedangkan untuk benda – benda yang mempunyai
bentuk tirus (kerucut), ukuran ketirusannya dicantumkan
berdasarkan harga 2.tg½ = 1 : y (lihat gambar 2.121!).
Gambar 2.121
Ketirusannya adalah :
Contoh 2.9
Gambar 2.123
C. PENCANTUMAN
SIMBOL - SIMBOL UKURAN
Gambar 2.125
Penempatan anak panah di dalam dan ukuran di luar lingkaran
Gambar 2.125c
Penempatan anak panah dan ukuran di luar lingkaran
Gambar 2.125d
Penunjukkan jari – jari dengan garis ukur yang diperpendek
Gambar 2.126a
Jari – jari pada dua garis dengan sudut 900
Gambar 2.126b
Jari – jari pada dua garis dengan sudut < 900 (lancip)
Gambar 2.126c
Jari – jari pada dua garis dengan sudut > 900 (tumpul)
Selain lengkungan (jari – jari) yang didapat dari dua
garis yang berpotongan seperti gambar 2.126 di atas, juga
terdapat lengkungan (jari - jari) yang diperoleh dari garis yang
memotong lingkaran (lihat gambar 2.127 berikut!).
Gambar 2.127a
Gambar 2.127b
Gambar 2.127c
Titik pusat jari – jari yang menyinggung
dua lingkaran
Gambar 2.127c
Titik pusat jari – jari yang menyinggung
lingkaran dan garis
Gambar 2.128
D. PENGUKURAN
KETEBALAN
Pengukuran benda – benda tipis, seperti pengukuran pada
pelat, ukuran tebalnya dapat dilengkapi dengan simbol “t” sebagai
singkatan dari “thicknees” yang secara kebetulan artinya tebal
(juga berhuruf awal “t”). Penunjukkan ukurannya, lihat gambar
2.129 berikut!
Gambar 2.128
E. JENIS – JENIS
PENULISAN UKURAN
Gambar 2.131
3. Ukuran kombinasi
4. Ukuran berimpit
Gambar 2.133
Gambar 2.134
6. Pengukuran koordinat
Gambar 2.135
Gambar 2.136
Gambar 2.138
Gambar 2.139
10. Pengukuran pada profil
Untuk memberikan ukuran pada profil – profil yang telah
distandar, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar 2.140
berikut.
Gambar 2.140
Gambar 2.141
Gambar 2.142
F. LATIHAN
MENCANTUMKAN UKURAN
Gambar 2.145
4. KEGIATAN BELAJAR IV : TOLERANSI DAN SUAIAN
b. Materi pembelajaran
A. PENGERTIAN
TOLERANSI
1. Definisi toleransi
B. ISTILAH – ISTILAH
PADA TOLERANSI
Sebagaiman tadi dijelaskan, toleransi merupakan perbedaan
dua ukuran yang diperbolehkan, yaitu perbedaan antara ukuran
maksimum dan ukuran minimum yang diperbolehkan. Toleransi
meliputi toleransi poros dan toleransi lubang. Untuk jelasnya,
dapat kita lihat pada gambar 2.146 berikut.
Gambar 2.146
Keterangan :
1. Ukuran nominal (uk.nom.)
Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai
dengan ukuran mm dan merupakan ukuran patokan yang
dijadikan batas – batas ukuran yang diizinkan.
2. Ukuran minimum (uk.min.)
Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang dizinkan, baik
untuk porosmaupun untuk lubang.
3. Ukuran maksimum (uk.maks.)
Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan,
baik untuk poros maupun untuk lubang.
4. Penyimpangan membesar
Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara
ukuran nominal dan ukuran maksimumnya yang diizinkan
(baik untuk poros maupun untuk lubang).
5. Penyimpangan mengecil
Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara
ukuran nominal dan ukuran minimumnya yang diizinkan
(baik untuk poros maupun untuk lubang).
6. Toleransi umum
Untuk gambar – gambar dengan ukuran tanpa persyaratan
ketelitian khusus atau ukuran tanpa keterangan dan kita
dapat memberikan catatan secara umum, nilai – nuilai
penyimpangan yang diizinkan disebut toleransi umum.
Sesuai dengan ISO 2786, ukuran – ukuran tanpa
keterangan terikat oleh toleransi umum.
C. TOLERANSI
KHUSUS DAN TOLERANSI UMUM
1. Toleransi khusus
Contoh
Ø 40 H7, artinya suatu lubang (H – nya huruf besar)
dengan daerah toleransi H dan kualitas nya 7
Ø 40 h7, artinya suatu poros (h – nya huruf kecil),
dengan daerah toleransi h dan kualitasnya 7
Contoh 2.11
Suatu poros mempunyai diameter 27 mm. Jika poros
tersebut dikerjakan pada mesin bubut dengan kualitas IT 9,
berapakah toleransinya?
Jawab :
Untuk ukuran Ø 27 mm dengan kualitas IT 9, maka
toleransinya = 40.i(lihat tabel 2.6).
Contoh 2.12
Suatu ukuran dari pekerjaan poros dikerjakan dengan
kualitas IT 10. Berapakah toleransinya jika diameter
minimalnya 24 mm?
Penyelesaian :
Diketahui :
Ukuran nominal 24 mm atau D = 24 mm
Kualitas toleransi 10
Ditanya : Besarnya toleransi?
Jawab :
Untuk IT 10, toleransinya = 64.i (lihat tabel 2.6!).
Toleransinya adalah 64.i = 64 . 1,322 = 84,608
Jadi, toleransinya = 84,6 micron = 0,084 mm
Contoh 2.13
Suatu pekerjaan instrumen dikerjakan dengan kualitas IT 1.
Berapakah toleransinya jika D = 10 mm?
Jawab :
Untuk IT = 0,8 + 0,020 . D (lihat tabel 2.6!)
= 0,8 + 0,020 . 10
= 0,8 + 0,200
= 1 micron
jadi, toleransinya = 1 micron = 0,001 mm.
Tabel 2.7
Nilai Toleransi IT2, IT3 dan IT4
Kualitas Toleransi
IT2 IT3 IT4
3 s/d 6 1,2 2 3
3 1,5 2,5 4
6 - 10 1,5 2,5 4
10 - 18 2 3 5
18 - 30 2,5 4 6
30 - 50 2,5 4 7
50 - 80 3 5 8
80 - 120 4 6 10
120 - 180 5 8 12
180 - 250 7 10 14
250 - 315 8 12 16
315 - 400 9 13 18
400 - 500 10 15 20
Contoh 2.14
Suatu poros dengan diameter nominal 30 mm dikerjakan
dengan kualitas IT3. Tentukan toleransinya!
Jawab :
Lihat tabel 2.7!
Untuk diameter Ø 30 pada IT3, besarnya toleransi adalah 4
micron atau 0,004 mm.
2. Toleransi umum
+230 +116 +138 +62 +76 +98 +40 +47 +61 +22 +28 +35 +14 +20 +9 +15 +22 +36 +58
6-10 +150 +80 +80 +40 +40 +40 +25 +24 +25 +13 +13 +13 +5 +5 0 0 0 0 0
+220 +138 +165 +77 +93 +120 +50 +59 +75 +27 +34 +43 +17 +24 +11 +18 +27 +43 +70
10-18 +150 +95 +95 +50 +50 +50 +32 +32 +32 +16 +16 +16 +16 +6 0 0 0 0 0
+244 +162 +194 +98 +117 +149 +61 +73 +92 +33 +41 +53 +20 +28 +13 +21 +33 +52 +84
18-30 +160 +110 +101 +65 +65 +65 +40 +40 +40 +20 +20 +20 +7 +7 0 0 0 0 0
+270 +182 +220 +119 +142 +180 +75 +89 +112 +41 +50 +64 +25 +34 +16 +25 +39 +62 +100
30-40 +170 +120 +120 +80 +60 +80 +50 +50 +50 +25 +25 +25 +9 +9 0 0 0 0 0
+280 +192 +230 * * * * * * * * * * * * * * * *
40-50 +180 +130 +130
+310 +214 +260 +146 +174 +220 +90 +106 +134 +49 +60 +76 +29 +40 +19 +30 +46 +74 +120
50-65 +190 +140 +140 +100 +100 +100 +60 +60 +60 +30 +30 +30 +10 +10 0 0 0 0 0
+320 +224 +270 * * * * * * * * * * * * * * * *
65-80 +200 +150 +150
+360 +257 +310 +174 +207 +260 +107 +126 +159 +58 +71 +90 +34 +47 +22 +35 +54 +87 +140
80-100 +220 +170 +170 +120 +120 +120 +72 +72 +72 +36 +36 +36 +12 +12 0 0 0 0 0
+380 +267 +320 * * * * * * * * * * * * * * * *
100-120 +200 +180 +180
+420 +300 +360 +208 +245 +305 +125 +146 +185 +68 +83 +106 +39 +54 +25 +40 +63 +100 +160
120-140 +260 +200 +200 +145 +145 +145 +85 +85 +85 +43 +43 +43 +14 +14 0 0 0 0 0
+440 +310 +370 * * * * * * * * * * * * * * * *
140-160 +280 +210 +210
+470 +330 +390 * * * * * * * * * * * * * * * *
160-180 +310 +230 +230
+525 +335 +425 +242 +285 +355 +146 +172 +215 +79 +96 +122 +44 +61 +29 +46 +72 +105 +185
180-200 +340 +240 +240 +170 +170 +170 +100 +100 +100 +50 +50 +50 +15 +15 0 0 0 0 0
+565 +375 +445 * * * * * * * * * * * * * * * *
200-225 +380 +260 +260
225-250 +605
+420
+395
+280
+465
+280
* * * * * * * * * * * * * * * *
Ukuran Diameter JS K M N P R S T U X
dalam mm JS5 JS6 JS7 K5 K6 K7 M5 M6 M7 N6 N7 P6 P7 R7 S7 T7 U7 X7
+1 +2 +5 -4 -3 0 -7 -4 -12 -9 -13 -17 -32 -28
6-10 ±3 ±4,5 ±7,5
-5 -7 -10 -10 -12 -15 -16 -19 -21 -24 -28 -32
-
-37 -43
+2 +2 +6 -4 -4 0 -9 -5 -15 -11 -16 -21 -26 -33
10-18 ±4 ±5,5 ±9
-6 -9 -12 -12 -15 -18 -20 -23 -26 -29 -34 -39
-
-44 -51
+1 +2 +6 -5 -4 0 -11 -7 -18 -14 -20 -27 -33 -46
18-30 ±4,5 ±6,5 ±10,5
-8 -11 -15 -14 -17 -21 -24 -28 -31 -35 -41 -48
-
-54 -67
+2 +3 +7 -5 -4 0 +12 -8 -21 -17 -25 -34 -39 -51
30-40 ±5,5 ±8 ±12,5
-9 -13 -18 -16 -20 -25 -28 -33 -37 -42 -50 -59 -64 -76
-
-45 -61
40-50 * * * * * * * * * * * * * * *
-70 -68
-
-63 -113
200-225 * * * * * * * * * * * * *
-109 -159
* * -
225-250 * * * * * * * * * * * * *
-67
--113
-123
-169
* * -
Tabel 2.10
Ukuaran b c d e f g h
Diameter dalam
b9 c9 d8 d9 e7 e8 e9 f6 f7 f8 g4 g5 g6 h4 h5 h6 h7 h8 h9
mm
-150 -80 -40 -40 -25 -25 -25 -13 -13 -13 -5 -5 -5 0 0 0 0 0 0
6-10 -186 -116 -62 -76 -40 -47 -61 -22 -28 -35 -9 -11 -14 -4 -6 -9 -15 -22 -36
-150 -95 -50 -50 -32 -32 -32 -16 -16 -16 -6 -6 -6 0 0 0 0 0 0
10-18 -193 -138 -77 -93 -50 -59 -75 -27 -34 -43 -11 -14 -17 -5 -8 -11 -18 -27 -43
-160 -110 -65 -65 -40 -40 -40 -20 -20 -20 -7 -7 -7 0 0 0 0 0 0
18-30 -212 -162 -98 -117 -60 -71 -92 -33 -41 -53 -13 -16 -20 -6 -9 -13 -21 -33 -52
-170 -120 -80 -80 -50 -50 -50 -25 -25 -25 -9 -9 -9 0 0 0 0 0 0
30-40 -232 -182 -119 -142 -70 -89 -112 -41 -50 -64 -16 -20 -25 -7 -11 -16 -25 -39 -62
-180 -130 * * * * * * * * * * * * * * * * *
40-50 -242 -192
-190 -140 -100 -100 -60 -60 -60 -30 -30 -30 -10 -10 -10 0 0 0 0 0 0
50-65 -261 -214 -146 -174 -90 -106 -134 -49 -60 -76 -18 -23 -29 -8 -13 -19 -30 -46 -74
-200 -150 * * * * * * * * * * * * * * * * *
65-80 -274 -224
-220 -170 -120 -120 -72 -72 -72 -36 -36 -36 -12 -12 -12 0 0 0 0 0 0
80-100 -307 -257 -174 -207 -107 -126 -159 -58 -71 -90 -22 -27 -34 -10 -15 -22 -35 -54 -87
-240 -180 * * * * * * * * * * * * * * * * *
100-120 -327 -267
-260 -200 -145 -145 -85 -85 -85 -43 -43 -43 -14 -14 -14 0 0 0 0 0 0
120-140 -360 -300 -208 -245 -125 -148 -185 -68 -83 -106 -26 -32 -39 -12 -18 -25 -40 -63 -100
-280 -210 * * * * * * * * * * * * * * * * *
140-160 -390 -310
-310 -230 * * * * * * * * * * * * * * * * *
160-180 -410 -310
-340 -240 -170 -170 -100 -100 -100 -50 -50 -50 -15 -15 -15 0 0 0 0 0 0
180-200 -455 -335 -242 -285 -146 -17 -215 -79 -96 -122 -29 -35 -44 -14 -20 -29 -46 -72 155
-380 -260 * * * * * * * * * * * * * * * * *
200-225 -495 -375
225-250 -420
-535
-280
-395
* * * * * * * * * * * * * * * * *
Ukuran j k m n p r s t u x
Diameter
j4 j5 j6 j7 k4 k5 k6 m4 m5 m6 n6 p6 r6 s6 t6 u6 x6
dalam mm
+5 +7 +10 +10 +12 +15 +19 +24 +28 +32 +37 +43
6-10 ±2 ±3 ±4,5 ±7,5
+1 +1 +1 +6 +6 +6 +10 +15 +19 +23
*
+28 +34
+6 +9 +12 +12 +15 +18 +23 +29 +34 +39 +44 +51
10-18 ±2,5 ±4 ±5,5 ±9
+1 +1 +1 +7 +7 +7 +12 +18 +23 +28
*
+33 +40
+8 +11 +15 +18 +17 +21 +28 +35 +41 +48 +54 +67
18-30 ±3 ±4,5 ±6,5 ±10,5
+2 +2 +2 +8 +8 +8 +15 +22 +28 +35
*
+41 +54
+9 +13 +18 +16 +20 +25 +33 +42 +50 +59 +64 +76
30-40 ±3,5 ±5,5 ±8 ±12,5
+2 +2 +2 +9 +9 +9 +17 +26 +34 +43 +48 +60
*
+70 +86
40-50 * * * * * * * * * * * * * *
+54 +70
*
+12 +15 +21 +19 +24 +30 +39 +51 +60 +72 +85 +106
50-65 ±4 ±6,5 ±9,5 ±12
+2 +2 +2 +11 +11 +11 +20 +32 +41 +53 +66 +87
*
+13 +18 +25 +23 +28 +35 +45 +59 +73 +93 +113 +146
80-100 ±5 ±7,5 ±11 ±17,5
+3 +3 +3 +13 +13 +13 +23 +37 +51 +71 +191 +124
*
+5 +21 +28 +27 +33 +40 +52 +68 +88 +117 +147
120-140 ±6 ±9 ±12,5 ±20
+3 +3 +3 +15 +15 +15 +27 +43 +3 +92 +122
* *
+18 +24 +33 +31 +37 +46 +60 +79 +106 +151
180-200 ±7 ±10 ±14,5 ±23
+4 +4 +4 +17 +17 +17 +61 +50 +77 +122
* * *
+109 +159
200-225 * * * * * * * * * * * *
+80 +130
* * *
225-250 * * * * * * * * * * * *
+113
+84
+169
+140
* * *
Tabel 2.11
Nilai Toleransi Standar (metrik)
Ukuran Kualitas toleransi
Nominal (mm) 01 00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
- 0,3 0,5 0,8 1,2 2 3 4 6 10 14 25 40 60 100 140 250 400 600
3 s/d 6 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 5 8 12 18 30 48 75 120 180 300 480 750
6 s/d 10 0,4 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 15 22 36 58 90 150 220 360 580 900
10 s/d 18 0,5 0,8 1,2 2 3 5 8 11 18 27 43 70 100 180 270 430 700 1100
18 s/d 30 0,6 1 1,5 2,5 4 6 9 13 21 33 52 84 130 210 330 520 840 1300
30 s/d 50 0,6 1 1,5 2,5 7 11 16 25 39 62 100 160 250 390 620 1000 1600
50 s/d 80 0,8 1,2 2 3 5 8 13 19 30 46 74 120 190 300 460 740 1200 1900
80 s/d 120 1 1,5 2,5 4 6 10 15 22 35 54 87 140 220 350 540 870 1400 2200
120 sd/ 180 1,2 2 3,5 5 8 12 18 25,4 40 63 100 160 250 400 630 1000 1600 2500
180 s/d 250 2 3 4,5 7 10 14 20 29 46 72 115 185 290 460 720 1150 1850 2900
250 s/d 315 2,5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 130 210 320 520 810 1300 2100 3200
315 s/d 400 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 140 230 360 570 890 1400 2300 3600
400 s/d 500 4 6 8 10 15 20 27 40 63 97 155 250 400 630 970 1550 2500 4000
D. DIAGRAM DAERAH
TOLERANSI
Gambar 2.147
Gambar 2.148
Keterangan gambar :
1. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah A, B, C, D, E
dan G, maka daerah toleransi berada diatas ukuran nominalnya
dan toleransinya adalah positif (+) (lihat gambar 2.147!).
Contoh 2.15
Ø 40 D 9, artinya :
Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm
D9 = daerah toleransi lubang pada kualitas 9.
Lihat tabel 2.10! Untuk Ø 40 D 9, besar penyimpangan
adalah :
Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar 2.149
berikut.
Gambar 2.149
Contoh 2.16
Ø 40 H 9, artinya :
Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm
H9 = daerah toleransi lubang H pada kualitas
9.
Lihat tabel 2.10! Untuk 40 H 9, penyimpangannya adalah :
Contoh 2.17
Ø 40 JS 7, artinya :
Ø 40 = diameter lubang 40 mm
JS 7 = daerah toleransi lubang JS dengan
kualitas 7.
Lihat tabel 2.10! Untuk Ø 40 JS 7,
penyimpangannya adalah : 40± 0,0125
Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar 2.151
Gambar 2.151
Contoh 2.18
Ø 40 N 7, artinya :
Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm
JS 7 = daerah toleransi lubang N dengan
kualitas 7.
Lihat tabel 2.10! Untuk Ø 40 N 7,
penyimpangannya adalah :
Daerah toleransinya dapat dilihat pada gambar 2.152 berikut.
Gambar 2.152
Contoh 2.19
Diketahui ukuran – ukuran poros sebagai berikut.
Ø 40 d 8; Ø h 7; Ø 40 js 7 dan Ø 40 p 6.
Lihat tabel 2.10! Untuk ukuran – ukuran tersebut diatas,
penyimpangannya adalah :
Gambar 2.153
E. MENGHITUNG
UKURAN MAKSIMUM, MINIMUM DAN TOLERANSI
Contoh 2.20
Contoh 2.21
Contoh 2.22
Contoh 2.23
F. PENULISAN
TOLERANSI PADA GAMBAR KERJA
Gambar 2.154
Komponen yang diberi ukuran Ø 40 h 7 adalah : ukuran
nominal poros 40 mm, berada pada daerah toleransi h dengan
kualitas 7. Lihat tabel 2.11!
Untuk Ø 40 h 7 = .
Untuk Ø 24 G 6 = .
Gambar 2.155
Gambar 2.156
Gambar 2.158
Gambar 2.155
Gambar 2.155
Gambar 2.156
Gambar 2.157
Gambar 2.158
H. TINGKAT SUAIAN
Contoh 2.24
Ukuran Ø 60 H7/g6 ; 45
H8/e8 (suaian longgar)
Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20
H6/k8 (suaian pas)
Ukuran Ø 30 H7/p6 ; 80
H7/t6 (suaian paksa)
Contoh 2.24
Ukuran Ø 60 G7/h6 ; 45
E8/h8 (suaian longgar)
Ukuran Ø 65 H7/h7 ; 20
K6/h6 (suaian pas)
Ukuran Ø 30 P6/h7 ; 80
T7/h6 (suaian paksa)
3. Perhitungan suaian
a. Kelonggaran
Gambar 2.160a
C = D – d (mm)
Keterangan :
C = Kelonggaran (mm)
D = Diameter lubang (mm)
d = Diameter poros (mm)
Gambar 2.160b
Keterangan gambar 2.160b
Dmaks = Diameter lubang maksimum (mm)
Dmin = Diameter lubang minimum (mm)
Dr = Diameter rata – rata lubang (mm)
dmaks = Diameter poros maksimum (mm)
dmin= Diameter poros minimum (mm)
dr = Diameter rata – rata poros (mm)
Contoh 2.25
Suatu pasangan poros dan pasak mempunyai ukuran
Ø 40 H7/f7.
Tentukan yang berikut ini!
a) Ukuran
maksim
um
lubang
b) Ukuran
minimu
m
lubang
c) Ukuran
maksim
um
poros
d) Ukuran
minimu
m
poros
e) Kelong
garan
maksim
um
f) Kelong
garan
minimu
m
g) Kelong
garan
perteng
ahan
(rata -
ratanya
)
Penyelesaian :
Lihat tabel 2.9 dan 2.10!
Untuk ukuran :
Untuk ukuran :
a) Ukuran
maksimum lubang
Dmaks = 40 + 0,025 = 40,025 mm
b) Ukuran minimum lubang
Dmin = 40 + 0 = 40 mm
c) Ukuran maksimum poros
dmaks = 40 + (-0,025) = 39,975 mm
d) Ukuran minimum poros
dmin = 40 + (-0,05) = 39,950 mm
e) Kelonggaran maksimum (lihat persamaan (1))
Cmaks = Dmaks – dmin
= 40,025 – 39,950
= 0,075 mm
f) Kelonggaran minimum (lihat persamaan (2))
Cmin = Dmin - dmaks
= 40 – 39,975
= 0,025 mm
g) Kelonggaran rata – rata (lihat persamaan (3))
Cr = ½ (Cmaks + Cmin)
= (0,075 + 0,025) . ½
= 0,100 . ½
= 0,050 mm
b. Kesesakan
(interference)
Gambar 2.161a
F = d – D (mm)
Keterangan :
F = Kesesakan (mm)
d = Diameter poros (mm)
D = Diameter lubang (mm)
Gambar 2.161b
Keterangan :
Dmaks = Diameter lubang maksimum (mm)
Dmin = Diameter lubang minimum (mm)
Dr = Diameter rata – rata lubang (mm)
dmaks = Diameter poros maksimum (mm)
dmin= Diameter poros minimum (mm)
dr = Diameter rata – rata poros (mm)
Fmaks = Kesesakan maksimum (mm)
Fmin = Kesesakan minimum (mm)
Fr = Kesesakan rata – rata (mm)
Kesesakan maksimum :(lihat gambar 2.161b)
Fmaks = dmaks - Dmin (mm) ................ (4)
Kesesakan minimum :
Fmin = dmin - Dmaks (mm) ................. (5)
Kesesakan rata – rata :
Fr = dr
Contoh 2.26
Suatu metal dipasangkan pada bloknya dengan ukuran
Ø 80 H7/p6 (lihat gambar 2.162!).
Tentukan yang berikut ini!
a) Diamet
er
lubang
blok
maksim
um
(Dmaks)
b) Diamet
er
lubang
blok
minimu
m
(Dmin)
c) Diamet
er
lubang
rata –
rata
(Dr)
d) Diamet
er luar
metal
maksim
um
(dmaks)
e) Diamet
er luar
metal
minimu
m (dmin)
f) Diamet
er rata
- rata
metal
(dr)
g) Kesesa
kan
maksim
um
(Fmaks)
h) Kesesa
kan
minimu
m (Fmin)
i) Kesesa
kan
rata –
rata
(Fr)
Gambar 2.162
Penyelesaian :
Untuk ukuran
Untuk ukuran
a) Ukuran lubang blok maksimum
Dmaks = 80 + 0,030 = 80,030 mm
b) Ukuran lubang blok minimum
Dmin = 80 + 0 = 80 mm
c) Diameter lubang blok rata – rata
g) Kesesakan maksimum
Fmaks = dmaks - Dmin = 80,051 – 80 = 0,051 mm
h) Kesesakan minimum
Fmin = dmin - Dmaks = 80,032 – 80,030 = 0,002 mm
i) Kesesakan rata – rata
Contoh 2.27
Suatu poros dan lubang mempunyai ukuran sebagai berikut.
1) Ø 40H5/g4 2) Ø 40H7/js7 3) Ø 40H6/p6
Tentukan yang berikut ini!
a) Suaiannya
b) Penyimpan
gannya
(atas dan
bawah)
c) Ukuran
maksimum
d) Ukuran
minimum
e) Toleransin
ya
f) Kelonggara
n
maksimum
g) Kelonggara
n minimum
h) Kelonggara
n rata –
ratanya
i) Kesesakan
maksimum
j) Kesesakan
minimum
k) Kesesakan
rata – rata
l) Diagram
daerah
toleransiny
a
Penyelesaian :
a) Lihat tabel 2.12!
Untuk pasangan dengan basis lubang :
1) H5/g4 : suaiannya adalah suaian longgar
2) H7/js7 : suaiannya adalah suaian pas
3) H6/p6 : suaiannya adalah suaian paksa
b) Penyimpangan atas dan bawah (lihat tabel 2.9 dan
tabel 2.10!)
1) Untuk ukuran Ø 40H5/g4 :
Lubang :
Poros :
Lubang :
Poros :
3) Untuk ukuran Ø 40H6/p6 :
Lubang :
Poros :
c) , d) dan e)
1) Ø 40H5/g4
Lubang :
Ukuran maksimum = 40 + 0,011= 40,011 mm
Ukuran minimum = 40,0 = 40
mm
Toleransinya adalah = 0.011 mm
Poros :
Ukuran maksimum= 40 + (-0,009) = 39,991
mm
Ukuran minimum = 40 + (-0,016) =39,984
mm
Toleransinya adalah = 0.007 mm
2) Ø 40H7/js7
Lubang :
Ukuran maksimum = 40 + 0,025= 40,025 mm
Ukuran minimum = 40 + 0 = 40 mm
Poros :
Ukuran maksimum= 40 + 0,0125 =
40,0125 mm
Ukuran minimum = 40 + (-0,0125)=39,9875
mm
Toleransinya adalah = 0,025 mm
3) Ø 40H6/p6
Lubang :
Ukuran maksimum = 40 + 0,016= 40,016 mm
Ukuran minimum = 40 + 0 = 40 mm
Poros :
Ukuran maksimum= 40 + 0,042 = 40,042
mm
Ukuran minimum = 40 + 0,026 =
40,026mm
Toleransinya adalah = 0.016 mm
f) Kelonggaran
maksimum
Untuk ukuran Ø 40H5/g4,
Cmaks = Dmaks - dmin = 40,011 – 39,984 = 0,027 mm
g) Kelonggaran
minimum :
Cmin = Dmin - dmaks = 40 – 39,991 = 0,009 mm
h) Kelonggaran rata –
rata :
Cr = ½ (Cmaks + Cmin) = ½ (0,027 + 0,009)
= ½ (0,036) = 0,018 mm
i) Kesesakan untuk
ukuran Ø 40H6/p6
Kesesakan maksimum Fmaks = dmaks - Dmin
= 40,042 – 40 = 0,042 mm
j) Kesesakan minimum :
Fmin = dmin - Dmaks = 40,026 – 40,016 = 0,010 mm
k) Kesesakan rata –
rata :
Fr = ½ (Fmaks + Fmin) = ½ (0,042 + 0,010)
= ½ (0,052) = 0,026 mm
Catatan :
Untuk ukuran Ø 40H7/js7, mempunyai suaian longgar,
sesak dan pas (tak tentu).
Kelonggarannya :
Cmaks = Dmaks - dmin = 40,025 – 39,9875 = 0,0375 mm
Kesesakannya :
Fmaks = dmaks - Dmin = 40,0125 – 40 = 0,0125 mm
l) Diagramnya dapat
dilihat sebagai berikut :
I. TOLERANSI
GEOMETRIS
1. Toleransi kelurusan
Gambar 2.163
Sumbu bagian yang silinder, kelurusannya boleh
menyimpang dalam batas daerah silinder sebesar t (t =
besarnya toleransi, yaitu Ø 0,04 mm), lihat gambar 2.164!
Gambar 2.164
2. Toleransi kebulatan
Gambar 2.165
3. Toleransi keselindrisan
Gambar 2.167
5. Toleransi kerataan
Gambar 2.168
6. Toleransi profil garis
Gambar 2.169
7. Toleransi kesejajaran
Gambar 2.170
Sebuah poros engkol terdiri atas dua sumbu yang
sejajar, yaitu sumbu bawah dan sumbu atas. Sumbu bawah
digunakan sebagai sumbu dasar, sedangkan sumbu atas diberi
toleransi (garis sumbu atas sebenarnya garis dalam silinder
yang berdiameter 0,1 mm dan sejajar dengan sumbu bawah).
8. Ketegaklurusan
Gambar 2.171
9. Toleransi kemiringan
Gambar 2.172
Keterangan :
Sumbu dari lubang harus terletak di antar dua garis sejajar
berjarak t = 0,08 mm dan membuat sudut 45 0 dengan sumbu
dasar (vertikal A).
Gambar 2.173
Keterangan :
Bidang miring harus terletak di antara dua bidang sejajar yang
berjarak 0,08 mm dan membuat sudut 60 0 dengan bidang
dasar A.
Gambar 2.174b
Gambar 2.174c
11. Toleransi konsentrisitas dan koaksilitas (kesamaan
sumbu)
Gambar 2.175a
Gambar 2.175b
Keterangan :
Gambar 2.175a menunjukkan
bahwa pusat dari lingkaran yang ditunjukkan oleh kotak
toleransi pada lingkaran luar, harus terletak pada lingkaran
yang berdiameter t = 0,02 mm dan titik
pusatnya berimpit dengan titik pusat lingkaran dasar A pada
lingkaran dalam.
Gambar 2.175b menunjukkan
bahwa sumbu dari silinder yang ditunjukkan oleh kotak
toleransi pada silinder tengah, harus terletak di dalam
silinder yang berdiameter 0,04 mm yang mempunyai sumbu
berimpit dengan sumbu dasar A dan B.
12. Kesimetrisan
Kesimetrisan yaitu kesamaan bentuk atau kesamaan
ukuran dan diberi simbol ( ), lihat gambar 2.176 berikut!
Gambar 2.176
Gambar 2.177
Keterangan :
Pada tiap putaran terhadap sumbu dasar A – B, toleransi putar
untuk tiap penampang tidak boleh melebihi t = 0,04 mm.
Gambar 2.178
Keterangan :
Pada beberapa kali putaran terhadap sumbu dasar A – B maka
toleransi putar total pada setiap titik pada permukaan yang
telah ditentukan tidak boleh melebihi t = 0,01 mm. Disamping
itu, titik permukaan tidak boleh bergeser ke arah aksial antara
dua bidang yang sejajar yang berjarak t = 0,01 mm.
a. Kotak toleransi
dan bidang patokan
Keterangan :
a sifat toleransi bentuk
b besar toleransi
c huruf bidang patokan
d garis petunjuk mengarah pada elemen yang ditoleransi
e elemen yang ditoleransi
f bidang patokan
g segitiga dasar
h bidang atau garis atau elemen yang digunakan, sebagai
dasar patokan
b. Hubungan antara
toleransi dengan elemen yang ditoleransi
1) Hubungan
dengan sumbunya (lihat gambar 2.180!)
Gambar 2.180
2) Hubungan
dengan dindingnya (lihat gambar 2.181!)
Gambar 2.181
3) Tingkat
ukuran tunggal dan berpasangan
Kebulatan / lingkaran
Keselindrisan
Profil garis
Posisi ukuran
Bentuk permukaan berpasangan (arah)
Kesejajaran
Ketegaklurusan
Kemiringan
Tabel 2.15
Hubungan antara Ra, Rz, Rmaks, N, IT dan Panjang Sampel
Kualitas Panjang
Ra Rz Rmaks
N toleransi sampel
(micron) (micron (micron) (IT) (mm)
0,025 0,1 0,1 N1 IT 00 IT 01 0,8
0,05 0,2 0,2 N2 IT 1 – IT 2
0,10 0,4 0,4 N3 IT 3 IT 4 0,25
0,20 0,8 0,8 N4 IT 5
0,40 1,6 1,6 N5 IT 6 – IT 7
0,80 3,2 3,2 N6 IT 8
IT 9 – IT 10 0,8
1,6 6,3 6,3 N7
3,2 12,5 12,5 N8 IT 11
6,3 25 25 N9 IT 12 – IT 13
2,5
12,5 50 50 N10 IT 14
25 100 100 N11 IT 15
50 200 200 IT 16 8
N12
100 400 400
Keterangan :
Ra = Penyimpangan rata – rata aritmetik garis rata – rata
profil (dalam satuan mikron).
Tabel 2.16
Proses Pengerjaan dan Kualitas Kekasaran
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12
0,025 0,05 0,1 0,2 0,4 0,8 1,6 3,2 6,3 12,5 25 50 100
Flame cutting
Sawing
Abrasive
cutting
Shearing,
fine blanking
Sand blasting
Ball blasting
Turning
Superfine
turning
Planning,
shaping
Drilling,
boring
Counter
sinking
Reaming
Face milling
Peripheral
milling
Broaching
Scraping
Face grinding
Peripheral
grinding
Plain
grinding
Honing
Superfinish
Plain lapping
Round
lapping
Polishing
Spark
erosion
Gambar 2.183
d. Simbol permukaan yang dicor, yaitu simbol
permukaan yang tidak dikerjakan lagi (misalnya, hasil dari
pengecoran) maka simbol permukaanya sama dengan
simbol dasar dengan lingkaran (lihat gambar 2.184!).
Gambar 2.184
Gambar 2.185
Gambar 2.186
Gambar 2.187
Gambar 2.188
C. Rangkuman
1. Dalam proses pembuatan suatu produk atau
mesin yang sedang berlangsung akan kita temukan gambar –
gambar, dimana awal dari pembuatan produk tersebut akan
dimulai dari tahap penentuan jenis produk yang selanjutnya
dengan suatu perencanaan yang matang. Kemudian pembuatan
produk perakitan sampai dengan penggantian suku cadangnya.
2. Gambar sebagai bahasa teknik. Gambar
memegang peranan penting sebagai alat komunikasi untuk
mewujudkan suatu produk pemesinan atau benda teknik yang
lain dengan rangkaian pemakaiangambar dari pemesanan sampai
perakitan, maka dikatakan juga sebagai bahasa teknik atau
bahasanya orang teknik.
3. Gambar sebagai bahan informasi teknik. Karena
seorang pemesan sebuah produk ke juru gambar dan juru
gambar ke operator mesin serta perakitan menggunakan gambar.
Dengan demikian gambar berfungsi sebagai bahan informasi
teknik.
4. Gambar sebagai pemikir dan pengembangan.
Dalam perencanaan konsep yang melintas dalam pemikiran
diwujudkan dalam gambar, kemudian akan dianalisa dan
disintesa dengan gambar, kemudian gambarnya diteliti dan
dievaluasi.
5. Pengertian dan fungsi standarisasi perlu dipahami
oleh orang – orang terkait dalam bidang gambar teknik mesin
dan fungsi standar gambar, baik siswa atau peserta diklat,
merupakan suatu keseragaman atau kesamaan pemahaman dan
pengertian yang berfungsi untuk menghindari salah pengertian
dan komunikasi teknik.
6. Macam – macam garis dan kegunaannya dalam
menggambar teknik digunakan beberapa jenis garis yang masing
– masing mempunyai arti dan penggunaannya sendiri – sendiri,
dengan demikian penggunaan garis harus dibedakan menurut
maksud dan tujuannya.
7. Konstruksi Geometris, gambar teknik mesin harus
digambar dengan cermat dan teliti untuk itu diperlukan
keterampilan dalam menggunakan peralatan gambar, sebagai
dasar menggambar bentuk geometris.
8. Pemahaman proyeksi – proyeksi dari
a. Proyeksi Orthogonal.
b. Proyeksi Pictorial.
c. Proyeksi Dimetrik.
d. Proyeksi Isometrik.
e. Proyeksi di Kwadran I (Proyeksi Eropa).
f. Proyeksi di Kwadran III (Proyeksi
Amerika).
g. Proyeksi Perspektif.
9. Pemotongan untuk hal yang penting didalam
gambar kerja yang tidak kelihatan langsung, dapat kita lukis
dengan garis putus-putus, garis tipis dan garis strip titik tipis dan
lain-lain. Akan tetapi mungkin tidak jelas dan membingungkan
pada pembaca atau siswa maka diberikan penunjukkan
pemotongan.
10. Dalam menggambar sesuatu bentuk part
tertentu,maka untuk mendapatkan gambar-gambar yang baik
jelas dan dimengerti semua ukuran yang perlu harus dicantumkan
dengan lengkap pada gambar akhir dan part tersebut dalam
gambar, ukuran - ukuran tersebut ditempatkan pada tempat yang
cocok, benar serta mudah dilihat. Dalam gambar kerja ukuran
dari satu bagian tidak boleh ditunjukkan lebih dari satu.
11. Supaya dapat kita capai ukuran yang diinginkan,
maka kita tunjukkan untuk suatu ukuran (= ukuran nominal)
dengan dua batasan penyimpangan. Perbedaan antara kedua
batasan ini (= penyimpangan membesar dan penyimpangan
mengecil) dari ukuran nominal disebut Toleransi.
12. Toleransi bentuk dan posisi untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan sesuai dengan fungsinya dan untuk
keperluan produksi masal dimana tiap – tiap benda bisa ditukar –
tukar pada pemasangan, maka disamping toleransi ukuran pada
gambar dilengkapi pula dengan toleransi bentuk dan posisi.
D. Tugas
1. Tugas 1
1. Buatlah gambar segi lima
didalam lingkaran yang berdiameter 60 mm pada kertas
ukuran A4 dengan skala gambar 1 : 1 lengkap dengan
etiketnya!
2. Buatlah elips dengan
methoda 4 titik pusat lingkaran bila diketahui panjang
sumbu mayor 100 mm dan panjang sumbu minor 70 mm.
Skala gambar 1 : 1, lengkap dengan etiket gambarnya!
3. Buatlahtiga pandangan
utama dari gambar 2.91 menurut proyeksi Eropa masing –
masing pada kertas gambar ukuran A4!
2. Tugas 2
1. Buatlah gambar potongan putar
poros beserta lubang pasak seperti pada gambar 2.102
pada kertas ukuran A4, skala 1 : 1!
2. Buatlah gambar potongan
bercabang atau meloncat seperti gambar 2.103. Skala
gamabr 1 : 1 lengkap dengan etiket gambarnya!
3. Tugas 3
1. Buatlah gambar simbol – simbol ukuran benda bentuk
tertentu, silinder, bujursangkar, bola dan pinggulan seperti
pada gambar 2.124 pada kertas ukuran A4!
2. Buatlah gambar penunjukkan ukuran berantai dari
sebuah poros bertingkat bila diameter poros paling kecil 20
mm, panjangnya 50 mm dan poros diameter besar 40 mm,
panjang 20 mm!
3. Buatlah gambar penunjukkan yang berjarak sama dari
sebatang pelat yang panjangnya 90 mm, diameter lubang 5
mm dengan jarak antara lubang 15 mm dan jarak dari
ujung ke sumbu lubang 15 mm!
4. Tugas 4
1. Buatlah gambar poros bertingkat dengan ketentuan
diameter poros terkecil Ø 10 f7 panjang 70 mm dan ukuran
diameter terbesar Ø 32 h6 panjang poros 100 mm!
2. Buatlah gambar pasangan poros dan lubang suatu blok
mesin dengan ketentuan diameter poros Ø 20 h6 dan
diameter lubang Ø 20 H7 dengan sistem basis lubang!
3. Buatlah gambar pasangan gears dan shaft dengan
sistem basis poros dengan ketentuan diameter lubang Ø 30
H9 dan diameter poros Ø 30 h6 dengan ketentuan slidingfit!
E. Tes Formatif
1. Tes Formatif
Tes tertulis.
7. Proyeksi Isometrik :
a. Ciri – ciri pada sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30 0
terhadap garis mendatar
b. Sudut antara sumbu satu dan sumbu lainnya 1200
c. Skala garis 1 : 1
Proyeksi Dimetrik :
a. Sumbu utama mempunyai sudut x = 70 dan sumbu y = 400
b. Skala garis sumbu x 1 : 1 dan sumbu y 1 : 2
Proyeksi Miring :
a. Sumbu x berimpit dengan garis horizontal atau 00 sumbu y =
45 0
BAB. IV
PENUTUP
MODUL
LOG. OO.09.002.00