Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKOLOGI

NAMA : Andius Setiawan

NIM : 20115035

TK/ SMT :3/5

PRODI : D4 analis kesehatan

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKOLOGI

NAMA : Andius Setiawan

NIM : 20115035

TK/ SMT :3/5

PRODI : D4 analis kesehatan

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
UJI KEPEKAAN JAMUR TERHADAP ANTIBIOTIK

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 16 oktober 2017

Latar Belakang :
Jamur atau fungi adalah salah satu sumber penyebab timbulnya penyakit. Infeksi oleh
mikroba banyak terjadi apalagi di negara tropis seperti di Indonesia yang kelembabannya
cukup tinggi. Hal ini menyebabkan baik bakteri maupun jamur tumbuh dan berkembang
dengan cepat. Perkembangannya yang sangat cepat dan kemudahannya untuk tumbuh telah
menuntut para penemu obat untuk mencari dan menemukan obat baru yang berfungsi sebagai
antimikroba, karena infeksi oleh bakteri maupun jamur sering dialami oleh manusia ataupun
hewan. Sementara itu, saat ini banyak mikroba yang telah resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik. Tubuh kita merupakan tempat tinggal bagi sebagian jamur dan bakteri. Sebagian
dari mikroba tersebut berguna bagi manusia, dan yang lain dalam kondisi tertentu dapat dengan
cepat menggandakan diri dan akhirnya menyebabkan peradangan atau infeksi pada tubuh kita.

Infeksi dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi (jamur), yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Sofa, 2004). Akan
tetapi penggunaan antibiotik secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor
utama terjadinya resistensi. Banyaknya bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik tertentu
menyebabkan pengobatan terhadap penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur
menjadi lebih lama (Anonim, 2011).

Tingginya kasus resistensi antibiotik di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Bahkan


Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban tinggi kekebalan obat
terhadap kuman (Multidrug Resistancy/MDR) di dunia berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2009. Resistensi antibiotik sudah menjadi masalah dunia dikarenakan
kurangnya rasionalitas penggunaan antibiotik. Banyak antibiotik diberikan, dijual dan dibeli
dengan tidak semestinya (Anonim, 2011), sehingga dapat menimbulkan resistensi ataupun efek
lain seperti alergi, idiosinkrasi dan keracunan (Sofa, 2004).
Tujuan :
1. Untuk mengetahui senistifitas jamur terhadap pengaruh
antibiotic.
2. Untuk mengetahui bentuk radikal atau iradikal.

Rumusan Masalah :
1. Bagaimana sensitifitas jamur terhadap pengaruh antibiotic?
2. Bagaimana bentuk radikal dan iradial?

Metode : Uji kepekaan jamur terhadap obat kulit

Prinsip :
Dengan isolasi jamur pada media SGA dan kemudian diberi disk
antibiotic, maka dapat diketahui kepekaan atau sensitifitas jamur
(radikal atau iradikal) terhadap antibiotic tersebut.

Alat & Bahan : Alat:

Plate
Kapas / swab steril
Erlenmeyer 100 ml
Pinset
Lampu spiritus
Spatel

Bahan:
Media SGA (saboroud Glukosa Agar)
PZ steril
Biakan murni
Antibiotic (amoxilin ampicillin, penicillin, dll)

Prosedur :
A. Membuat suspense jamur
1. Disiapkan 50 ml PZ steril dalam Erlenmeyer 100ml
2. Ditambahkan koloni jamur murni dari biakan.
3. Diaduk / dicampur.

B. Isolasi
1. Diambil suspense jamur dengan swab steril dan kemudian diinokulasikan atau
dioleskan pada media SGA secara merata.
2. Diinkubasi selama 10 menit.
3. Dimasukkan lempeng disk antibiotic (2 atau 3 lempeng disk dalam satu plate)
4. Diinkubasi dalam suhu kamar selama 5-7 hari
5. Diamati dan diukur diameter radikal dan iradikal dari antibiotic tersebut.
6. Diberi kesimpulan dari hasil tersebut.

Probandus :
Nama :x
Umur :x
Jenis kelamin :x

Hasil :

Jenis jamur Basitracin (cm) Kanamicin

Malassezia furfur - -

Kesimpulan :
Jadi dari hasil uji kepekaan Malassezia furfur terhadap antibiotic
Bacitracin dan Kanamicin tidak didapatkan zona hambat pada sekitar
antibiotik.

Diskusi :
Antifungi merupakan salah satu antibiotika yang digunakan untuk menyembuhkan
infeksi yang disebabkan oleh fungi atau jamur. Antifungi adalah aktivitas suatu senyawa yang
dapat menghambat atau membunuh jamur tertentu, sehingga antifungi ini diharapkan dapat
menyembuhkan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur. Beberapa antifungi yang
digunakan oleh masyarakat umum adalah obat-obat hasil sintesis secara kimiawi, misalnya
Nistantin, Ketoconazole, Fluconazole yang mungkin lebih mahal dan sulit disintesis. Namun,
sekarang banyak masyarakat yang mulai memanfaatkan tanaman untuk pengobatan.
Klasifikasi ilmiah dari Malassezia furfur :
Kerajaan : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Tremellales
Familia : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur
Pada kondisi kulit normal, terdapat flora normal yang berhubungan Pityrosporom sp .
Malassezia furfur merupakan bentuk spora yang merupakan penyakit baberubah menjadi
patogen. Ada dua faktor seseorang menderita mikosis, yakni faktor eksogen dan endogen.
Lebih jauh dia menjelaskan, factor eksogen merupakan dampak dari luar tubuh manusia,
seperti kelembaban dan suhu yang tinggi. Kemudian higiene perorangan kurang baik, dan
pakaian yang terlalu tertutup. Kemudian faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia
sendiri.

Penyakit ini biasanya disebabkan kulit berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih
banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan, dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang
menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama.
Menurut dia, gejala penyakit panu awalnya berupa bercak-bercak warna putih hingga
kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak teratur, serta kadang disertai sisik halus di
atasnya. Bercak itu bakal tampak lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah
lampu wood. Lokasi tubuh yang paling sering diserang penyakit ini adalah dada punggung,
ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang berambut.

Panu disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Jamur ini tidak datang dari tanah atau
binatang, tetapi ditemukan pada kulit manusia sebagai penghuni tetap pada lapisan atas kulit
bersama dengan mikroba lainnya. Jamur ini tidak akan menjadi penyakit jika tidak ada faktor-
faktor pendukung (pakaian yang lembab, panas dan tidak ada aliran udara). Pada lingkungan
yang berminyak, jamur Malassezia furfur akan mengalami perkembangan yang optimal, oleh
karena itu, bitik putih seringkali terjadi pada lengan atas bagian belakang, leher, dada dan
wajah.

Panu disebabkan oleh spesies malassezia furfur. Pada kondisi kulit normal, terdapat flora
normal (mikroorganisme yang secara normal ada dikulit manusia) yang berhubungan dengan
munculnya panu ini yaitu Pityrosporom sp. Lalu, malassezia fufur merupakan bentuk spora,
dan merupakan bentuk yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Bagaimana flora
normal pada kulit bisa berubah menjadi patogen atau menimbulkan penyakit pada manusia,
faktor-faktornya adalah sebagai berikut :

- Faktor eksogen atau yang berasal dari luar tubuh manusia seperti kelembaban dan suhu
yang tinggi, higiene perorangan kurang baik, dan pakaian yang terlalu tertutup.
- Faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia sendiri seperti kulit berminyak,
keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan,
dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti pada penderita yang
mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama.
Gejala penyakit panu adalah berupa bercak-bercak warna putih hingga kecoklatan, dapat
berbentuk teratur atau tidak teratur, dan kadang disertai sisik halus di atasnya. Bercak itu akan
tampak lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah lampu wood. Lokasi lesi
terutama pada badan yaitu dada dan punggung, dan dapat menyerang ketiak, lipat paha dan
lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang berambut. Karena kelainan ini
biasanya tidak menimbulkan keluhan, maka seringkali penderita tidak menyadari timbulnya
panu. Pada beberapa penderita, dapat merasakan keluhan gatal ringan terutama bila berkeringat
pada lokasi lesi.

Saran Untuk Laboratorium :


Sebaiknya melakukan pemeriksaan
dengan steril, menggunakan APD yang
ada dan mengikuti SOP yang telah di
tentukan.

Saran Untuk Penderita :-


UJI KEPEKAAN JAMUR TERHADAP OBAT KULIT

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 16 oktober 2017

Latar Belakang :
Infeksi dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi (jamur), yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Sofa, 2004). Akan
tetapi penggunaan antibiotik secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor
utama terjadinya resistensi. Banyaknya bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik tertentu
menyebabkan pengobatan terhadap penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur
menjadi lebih lama (Anonim, 2011).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastik dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh
(Djuanda, 2005).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 1,75 m. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm (Harahap, 2000).

Penyakit kulit di Indonesia pada umumnya lebih banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, parasit, dan penyakit dasar alergi. Hal ini berbeda dengan negara Barat yang
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor degeneratif. Disamping perbedaan penyebab, faktor lain
seperti iklim, kebiasaan dan lingkungan juga ikut memberikan perbedaan dalam gambar klinis
penyakit kulit (Siregar, 2005).

Jamur adalah mikroorganisme yang menyerupai tumbuh-tumbuhan (tetapi tanpa


fotosintesa), dapat ditemukan pada bahan organik dan tersebar luas secara alamiah sebagai
saprofit. Dari sekitar 100.000 macam jamur hanya kira-kira 100 yang human pathogen
(Rassner, 1995).
Data epidemiologik menunjukan bahwa penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis)
superfisial merupakan penyakit kulit yang banyak dijumpai pada semua masyarakat, baik di
pedesaan maupun perkotaan, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju
sekalipun. Meskipun penyakit ini tidak fatal, namun karena sering bersifat kronik dan kumat-
kumatan, serta tidak sedikit yang resisten dengan obat anti jamur, maka penyakit dapat
menyebabkan gangguan kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya
(Soebono, 2001).

Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur ini merupakan penyakit yang sering
dijumpai terutama di negara tropis karena keadaan suhu dan kelembaban udara berubah-ubah
setiap waktu. Udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi berkembangnya
penyakit jamur. Prevalensi penyakit jamur lebih tinggi pada daerah tropis (Putra, 2008).

Tujuan :
1. Untuk mengetahui sensitifitas jamur terhadap pengaruh obat
kulit.
2. Untuk mengetahui bentuk radikal dan iradikal.

Rumusan Masalah :
1. Apa tujuan pemeriksaan uji kepekaan jamur terhadap obat
kulit?
2. Bagaimana hasil pemeriksaannya?

Metode : Uji kepekaan jamur terhadap obat kulit

Prinsip :
Dengan isolasi jamur pada media SGA dan kemudian diberi disk
yang diberi atau diolesi obat kulit, maka dapat diketahui kepekaan atau
sensitifitas jamur (radikal atau iradikal) terhadap obat kulit tersebut.

Alat & Bahan : Alat :

- Plate
- Kertas disk
- Lampu spirtus
- Spatel
- Kapas/ swab steril

Bahan :

- Media SGA (Saboroud Glukosa Agar)


- Cat LCB (Lactophenol Cotton Blue)
- PZ (NaCl 0,85%)
- Obat kulit

Sampel: Panu
Prosedur :
A. Membuat Suspensi Jamur
1. Disiapkan 50 ml PZ steril dalam erlenmeyer 100 ml.
2. Ditambahkan koloni jamur murni dari biakan.
3. Diaduk/dicampur.
B. Isolasi
1. Diambil suspensi jamur dengan swab steril dan kemudian diinokulasikan atau
dioleskan pada media SGA secara merata.
2. Diinkubasi selama 10 menit.
3. Dimasukkan lempeng disk antibiotik (2 atau 3 lempeng disk dalam satu cawan).
4. Diinkubasi dalam suhu kamar selama 5-7 hari.
5. Diamati dan diukur diameter radikal dan iradikal dari antibiotik tersebut.
6. Diberi kesimpulan dan hasil tersebut.

Probandus :
Nama : Mr. X
Umur :x
Jenis Kelamin : Laki-laki

Hasil :

Fungiderm
Jenis jamur
-
Malassezia furfur

Kesimpulan :
Jadi dari hasil uji kepekaan Malassezia furfur pada obat kulit fungiderm
tidak didapatkan zona hambat pada sekitar obat kulit.

Diskusi :
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 1,75 m. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm (Harahap, 2000).

Penyakit kulit di Indonesia pada umumnya lebih banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, parasit, dan penyakit dasar alergi. Hal ini berbeda dengan negara Barat yang
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor degeneratif. Disamping perbedaan penyebab, faktor lain
seperti iklim, kebiasaan dan lingkungan juga ikut memberikan perbedaan dalam gambar klinis
penyakit kulit (Siregar, 2005).

Jamur adalah mikroorganisme yang menyerupai tumbuh-tumbuhan (tetapi tanpa


fotosintesa), dapat ditemukan pada bahan organik dan tersebar luas secara alamiah sebagai
saprofit. Dari sekitar 100.000 macam jamur hanya kira-kira 100 yang human pathogen
(Rassner, 1995).

Klasifikasi ilmiah dari Malassezia furfur :


Kerajaan : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Tremellales
Familia : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur

Pada kondisi kulit normal, terdapat flora normal yang berhubungan Pityrosporom sp .
Malassezia furfur merupakan bentuk spora yang merupakan penyakit baberubah menjadi
patogen. Ada dua faktor seseorang menderita mikosis, yakni faktor eksogen dan endogen.
Lebih jauh dia menjelaskan, factor eksogen merupakan dampak dari luar tubuh manusia,
seperti kelembaban dan suhu yang tinggi. Kemudian higiene perorangan kurang baik, dan
pakaian yang terlalu tertutup. Kemudian faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia
sendiri.

Penyakit ini biasanya disebabkan kulit berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih
banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan, dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang
menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama.
Menurut dia, gejala penyakit panu awalnya berupa bercak-bercak warna putih hingga
kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak teratur, serta kadang disertai sisik halus di
atasnya. Bercak itu bakal tampak lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah
lampu wood. Lokasi tubuh yang paling sering diserang penyakit ini adalah dada punggung,
ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang berambut.
Panu disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Jamur ini tidak datang dari tanah atau
binatang, tetapi ditemukan pada kulit manusia sebagai penghuni tetap pada lapisan atas kulit
bersama dengan mikroba lainnya. Jamur ini tidak akan menjadi penyakit jika tidak ada faktor-
faktor pendukung (pakaian yang lembab, panas dan tidak ada aliran udara). Pada lingkungan
yang berminyak, jamur Malassezia furfur akan mengalami perkembangan yang optimal, oleh
karena itu, bitik putih seringkali terjadi pada lengan atas bagian belakang, leher, dada dan
wajah.

Panu disebabkan oleh spesies malassezia furfur. Pada kondisi kulit normal, terdapat flora
normal (mikroorganisme yang secara normal ada dikulit manusia) yang berhubungan dengan
munculnya panu ini yaitu Pityrosporom sp. Lalu, malassezia fufur merupakan bentuk spora,
dan merupakan bentuk yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Bagaimana flora
normal pada kulit bisa berubah menjadi patogen atau menimbulkan penyakit pada manusia,
faktor-faktornya adalah sebagai berikut :

- Faktor eksogen atau yang berasal dari luar tubuh manusia seperti kelembaban dan suhu
yang tinggi, higiene perorangan kurang baik, dan pakaian yang terlalu tertutup.
- Faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia sendiri seperti kulit berminyak,
keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan,
dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti pada penderita yang
mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama.

Gejala penyakit panu adalah berupa bercak-bercak warna putih hingga kecoklatan, dapat
berbentuk teratur atau tidak teratur, dan kadang disertai sisik halus di atasnya. Bercak itu akan
tampak lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah lampu wood. Lokasi lesi
terutama pada badan yaitu dada dan punggung, dan dapat menyerang ketiak, lipat paha dan
lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang berambut. Karena kelainan ini
biasanya tidak menimbulkan keluhan, maka seringkali penderita tidak menyadari timbulnya
panu. Pada beberapa penderita, dapat merasakan keluhan gatal ringan terutama bila berkeringat
pada lokasi lesi.

Saran Untuk Laboratorium :


Sebaiknya melakukan pemeriksaan dengan steril,
menggunakan APD yang ada dan mengikuti SOP
yang telah di tentukan.

Saran Untuk Penderita :

Anda mungkin juga menyukai