Anda di halaman 1dari 18

HAND OUT KDK II

PERSIAPAN DAN PERAWATAN LUKA OPERASI


A. PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PRAOPERASI
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu dan kesiapan psikologis.
Hal lain yang penting, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat anestesi,
seperti antibiotika yang berpotensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
menghentikan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi dan dapat
menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbangan
potasium dan lain-lain. Selain itu terdapat adanya riwayat alergi obat atau
lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesis seperti gigi palsu, dan
sebagainya.

Rencana Tindakan:
1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
Pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai informasi
mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan yang
dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke
kamar bedah, ruang pemulihan dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
2. Persiapan Diet
Paien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal
pengaturan diet. Paien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum
bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan
cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan
cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.
3. Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun
heksaklorofin (hexazhlorophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut maka harus dicukur.
4. Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan
paru, sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah
intrakranial, mata, telinga, hidung dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan dan merusak jaringan dan melepaskan jahitan.
Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diafragma, dengan cara
seperti dibawah ini;
a. Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan torak

DEWI NURMALA, SST Page 1


HAND OUT KDK II

b. Tempatkan tangan di atas perut


c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang
d. Tahan napas selama 3 detik
e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali
setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir
g. Istirahat
5. Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak trombophlebitis.
Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan
quadrisep, latihan mengencangkan glutea. Latihan memompakan otot dapat
dilakukan dengan mengkontraksikan oto betis dan paha, kemudian
istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat
dilakukan dengan cara bengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat
lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat,
kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi
sebanyak 5 kali.
6. Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi,
mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri,
melalui latihan mobilitas pasien harus ammpu menggunakan alat di tempat
tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih
duduk di sisi tempat tidur atau dengan menggeser pasien ke tempat sisi
tempat tidur, melatih duduk diawali dengan fowler, kemudian duduk tegak
dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegahan Cedera
Untuk megatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a. Cek identitas pasien
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya
cincin, gelang, dan lain-lain
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
d. Lepaskan kontak lensa
e. Lepaskan protesis
f. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar

DEWI NURMALA, SST Page 2


HAND OUT KDK II

g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih


h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien beresiko terjadi tromboplebitis

Persiapan Pra Operasi


a. Persiapan Mental
1. Berkonsultasi dengan dokter atau perawat yang menanganinya
tentang hal hal apa saja yang harus dipersiapkan klien sebelum
operasi dan menanyakan apa dampak yang ditimbulkan pascaoperasi
2. Mendapatkan dukungan dan empati dari keluarga dan kerabat dekat
3. mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya
4. berdoa
b. Persiapan Fisik
Makanan
Klien yang akan dioperasi diberi makanan yang berkadar lemak rendah,
tetapitinggi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral serta kalori. Pasien
yang kadar protein darahnya rendah, biasanya akan mengalami syok bila
dibius dan dioperasi.
Untuk mempertahankan masuknya makanan di dalam tubuh sampai saat
operasi tiba dan segera setelah operasi, pasien perlu diberi makanan secara
parenteral atau sering pula disebut diinfuse. Ini perlu dilakukan karena
sewaktu pasien dibawa ke kamar bedah, perutnya dalam keadaan kosong.
Keadaan perut kosong diperlukan bila operasi dilakukan dengan pembiusan
umum memakai gas yang dihisap.
Gas yang dipakai bisa merangsng batuk, sehingga pasien tercekik dan
muntah. Muntahan isi lambung ini bisa masuk ke paru paru. Tercekik isi
lambung (aspirasi) ini dapat menyababkan kematian di meja operasi.
Pasien harus puasa 12 18 jam sebelum operasi dimulai. Jika operasi
dilakukan secara darurat dan klien tak sempat puasa terlebih dahulu, harus
diusahakan agar pasien dapat memuntahkan isi perutnya. Pasien yang
dipuasakan isi perutnya selama 18 jam akan mengalami dehidrasi bila tidak
diberikan cairan makanan secara parental. Untuk itu ikutilah petunjuk ahli
bedah, infuse apa yang harus diberikan.
c. Laveman/Klisma
Klisma dilakukan untuk mengosongkan usus besar agar tidak mengeluarkan
feses di meja operasi.

DEWI NURMALA, SST Page 3


HAND OUT KDK II

d. Kebersihan Mulut
Mulut harus dibersihkan dan gigi harus disikat untuk mencegah terjadinya
infeksi terutama bagi paru paru dan kelenjar ludah. Gigi palsu yang bisa
dilepaskan harus dilepas dan disimpan.
e. Mandi
Sebelum dioperasi, klien harus mandi atau dimandikan. Kuku disikat dan cat
kuku harus dibuang agar ahli bius dapat melihat perubahan warna kuku
dengan jelas.
Rambut klien harus dicuci dengan shampoo karena setelah dioperasi klien
berada dalam keadaan kesakitan sehingga tidak dapat mencuci rambut dalam
beberapa hari.
Klien dalam keadaan syok, yang akan dioperasi darurat tidak boleh
dimandikan atau dicuci rambutnya.
f. Daerah yang akan Dioperasi
Tempat dan luasnya daerah yang harus dicukur tergantung dengan jenis
operasi yang akan dilakukan.
Pada operasi laparotomi (pembedahan melalui pinggang atau lebih umum
melalui setiap bagian dinding perut) yang akan membuka dinding perut, kulit
perut harus dibersihkan. Bulu kemaluan dan bulu kulit perut dicukur bersih.
Pada operasi di daerah kepala, diusahakan mencukur rambut seperlunya dan
alis mata tidak boleh dicukur karena tumbuhnya lama. Rambut yang tidak
dicukur, dicuci dengan shampoo dan antiseptic. Pusar harus dibersihkan
dengan kapas yang dicelupkan dalam bensin untuk melarutkan lemak
didalamnya.
g. Istirahat dan Tidur
Malam sebelum dioperasi, diusahakan agar klien dapat istirahat dan tidur
nyenyak perasaan nyeri dapat mengganggu tidur pasien bila perlu diberi 1
tablet parasetamol.
h. Sebelum masuk Kamar Bedah
Persiapan fisik pada hari operasi, seperti biasa harus diambil catatan suhu,
tekanan darah, tekanan nadi, dan pernafasan. Bila suhu meningkat, perawat
harus melaporkan pada dokter melalui kepala bangsal. Sewaktu mengukur
suhu, perhatikan pula apakah klien kedinginan, sakit perut, atau sesak nafas.
Operasi yang bukan darurat, ada demam, penyakit tenggorokan, atau sedang
haid, biasanya ditunda oleh ahli bedah atau ahli anastesi.

DEWI NURMALA, SST Page 4


HAND OUT KDK II

Klien yang akan dioperasi harus dibawa tepat pada waktunya, jangan dibawa
ke kamar tunggu terlalu lama, sebab terlalu lama menunggu tibanya waktu
operasi akan menyebabkan klien gelisah dan takut.
Sebelum kekamar bedah klien disuruh buang air kecil agar tidak membasahi
meja operasi atau tersayat kandung kencingnya sewaktu membuka dinding
perut. Bila klien tidak kencing karenaa ketakutan, maka perlu dikateter.
Sebelum pembiusan dimulai, gigi palsu harus dilepas agar tidak tertelan dan
kacamata harus dibuka sebelum operasi.
i. Premedikasi
Premedikasi adalah penyuntikan pengantar untuk pembiusan pada seorang
penderita. Jenis obat yang harus diberikan, jumlah dan waktu pemberiannya
ditentukan oleh seorang ahli bius yang bertanggung jawab atas penderita
tersebut. Premedikasi yang sering dipakai ialah morfin-atropin yaitu 10 mg
morfin mg atropine. Morfin gunanya untuk mengurangi perasaan sakit,
sedangkan atropine untuk mengurangi sekresi dari mulut dan saluran
pernafasan. Tapi selain keuntungan yang didapat dari mengonsumsi
morfinterdapat juga kerugiannya yaitu menyebabkan mual, muntah, dan
menghilangkan nafsu makan. Suntikan morfin-atropin biasanya diberikan 30
menit sebelum operasi dimulai. Obat premedikasi lain atropine adalah BDP
(anti muntah) 2 mg., pediti atau valium (penenang). Sehabis suntikan
premedikasi, biasanya klien merasa pusing, sehingga waktu dibawa ke kamar
bedah ada kemungkinan terbentur dinding gang/koridor, oleh karena itu
harus dijaga.
j. Pencatatan sebelum Operasi
Semua tindakan penting yang dilakukan pada klien harus dicatat, misalnya
sudah dilakukan lavemen pukul berapa, jumlah kencingnya berapa ml.
premedikasi obat apa yang diberikan dan pada pukul berapa
k. Persiapan di Kamar Bedah
Klien yang datang dari bangsal bedah untuk dioperasi, sebaiknya dibawa
langsung ke kamar bius dan disambut ramah dengan menyebut nama klien,
sehingga klien merasa diperhatikan secara khusus.
Kamar tunggu klien sebelum dioperasi haruslah tenang dan tidak boleh
terdengar suara suara denting instrument, alat bedah atau percakapan klien
yang lain yang bersifat menakutkan. Bila memungkinkan, di kamar tunggu
klien dimainkan musik yang berirama tenang.
Raut muka perawat yang bekerja di kamar bedah hendaklah cerah. Jangan
dibuat sikap yang tegang atau menyeramkan walaupun mengetahui operasi

DEWI NURMALA, SST Page 5


HAND OUT KDK II

yang dilakukan itu berbahaya. Sedapat mungkin, di kamar tunggu selalu ada
seorang perawat yang menjaga klien.
Bila ada sesuatu yang mau dibicarakan dengan klien, lakukanlah dengan
tenang dan perlahan agar klien lain tidak mendengarkannya.

B. PEMERIKSAAN PRA OPERASI


Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan operasi adalah
radiograsi toraks, kavasitas vital, fungsi paru dan analisis gas darah pada
pemantauan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektrokardiogram, darah,
leukosit, eritrosit, hematokrit dan lain-lain, pemeriksaan air kencing, albumin,
blood urea nitrogen (BUN), kreatinin untuk menentukan gangguan sistem renal
dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.

C. ASUHAN PASCAOPERASI
Perawatan Pasca Operasi
Sesudah klien dioperasi, harus diusahakan agar keadaan klien pulih
kembali seperti semula. Selesai dioperasi, klien segera diangkat dan dipindahkan
ke ruang pemulihan/ recovery room. Sewaktu mengangkat klien harus
diperhatikan lukanya. Klien yang dioperasi lehernya, harus dijaga agar kepala
dan badan diangkat serentak, sehingga tidak meregangkan luka jahitan. Pada
operasi ginjal diusahakan agar tidak mengangkat dari sisi jahitan luka.
Harus diingat pula bahwa memindahkan klien dari sikap litotomi menjadi
sikap yang lurus/horizontal, dari sikap miring ke terlentang, dari tengkurep ke
terlentang dapat menimbulkan hipotensi (tekanan darah turun), sehingga setiap
perubahan sikap yang lama harus dilakukan secara perlahan dan hati hati.
Memindahkan klien dari kamar bedah merupakan tanggung jawab ahli bius
dibantu oleh perawat bedah. Rumah sakit yang mempunyai Ruang Unit Gawat
Dadurat (UGD) akan merawat klien yang membutuhkan perawatan khusus di
UGD.
Klien pascabedah yang keluar dari Rung Pemulihan/ recovery room, tetapi
masih memerlukan perawatan khusus lebih lanjut, dapat dimasukkan ke UGD,
misalnya tabung oksigen, laringoskop, trakheostomi set, kateter, pompa
penyedot, tensimeter, stetoskop, standar infuse set, plasma ekspander, tornikuet,
dan obat obatan yang perlu untuk mengatasi keadaan darurat.
Tempat tidur dalam ruang pemulihan/ recovery room harus mudah
dipindahkan, enak dan aman dipakai. Seorang perawat kamar bedah wajib
mengetahui operasi apa yang akan dilakukan terhadap klien, mengetahui

DEWI NURMALA, SST Page 6


HAND OUT KDK II

kesulitan apa yang akan terjadi selama operasi, dan apakah tanda tanda
keganasan. Perawat perlu mengetahui keadaan klien sebelum dan pada saat
operasi, serta komplikasi apa yang timbul selama operasi.

RUANG PEMULIHAN
Ruang pemulihan atau recovery room adalah suatu ruangan yang terletak dekat
kamar bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anastesi dan ahli bedah sendiri, sehingga
bila timbul keadaan gawat pascabedah, klien dapat segera diberi pertolongan. Selama
belum sadar betul, klien tetap tinggal di ruang pemulihan. Klien pascaoperasi, harus
diberikan perawatan yang sebaik mungkin dari perawat yang berpengalaman.
Ruang pemulihan hendaknya diatur selalu bersih, tenang, dan alat alat yang
dipergunakan harus berada dekat ruang pemulihan. Sirkulasi udara di ruangan itu harus
lancer dan suhu kamar harus sejuk.
Tugas perawat recovery room:
Selama 2 jam pertama, memeriksa nadi dan pernafasan setiap 15 menit dan
kelipatannya. Bila keadaan tetap baik, pemeriksaan dapat diperlambat lalu
memeriksa tekanan darah, bila tidak ada petunjuk khusus melakukannya setiap 30
menit sekali, bila tensi sistolik <16 kali per menit atau >30 kali per menit, segera
melapor pada dokter. Perhatikan pula apakah ada tanda tanda syok, perdarahan
dan menggigil.
Infuse, kateter, drain (setiap alat dimana saluran atau daerah tebuka dapat
diciptakan untuk keluarnya cairan atau bahan bernanah dari rongga, luka atau
daerah yang terinfeksi) yang terpasang perlu diperhatikan.
Selalu menjaga agar saluran pernafasan tetap lancer. Klien yang muntah
dimiringkan kepalanya, lalu bersihkan hidung dan mulutnya dari sisa muntahan.
Klien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidak tersumbat saluran
pernafasan. Pada klien laparotomi (pembedahan melalui pinggang), bengkokkan
sedikit lututnya agar dinding perut menjadi lemas dan tidak merengkan jahitan
luka.
Usahakan agar klien bersikap tenang dan nyaman.
Bila ada hal yang meragukan, jangan segan segan menanyakan kepada dokter.
Demikian juga jangan segan melaporkan semua gejala yang perawat anggap perlu
termasuk gejala yang tidak berbahaya daripada tidak melaporkan gejala yang
sebenarnya berbahaya.

Klien sadar kembali

DEWI NURMALA, SST Page 7


HAND OUT KDK II

Pada saat klien sadar, biasanya dia akan menanyakan hasil operasinya dan mulai merasa
nyeri pada luka operasi. Bila keadaan memungkinkan izinkanlah keluarganya menjenguk
sebentar, sehingga mereka tenang dank lien merasa aman.

PERAWATAN KLIEN PASCABEDAH DI BANGSAL


Untuk mengurangi perasaan sakit dapat diberi suntikan analgesic sesuai perintah dokter.
Menjelaskan pada klien sakit luka akan berkurang setelah 24 jam. Untuk mengurangi
perasaan nyeri perlu melakukan usaha sebagai berikut:
1. Mengubah posisi duduk
Beri tambahan bantal dan mengganjal pinggang klien dengan bantal
2. Menarik nafas dalam dalam
Untuk mencegah komplikasi paru akibat pembiusan, disarankan klien menarik
nafas dalam dalam, bila klien merasakan ada lender yang menyumbat
tenggorokannya, menyarankan pada klien agar mengeluarkan lender itu.
3. Mencuci muka dengan tangan klien
Mencuci muka dengan tangan klien akan menyagarkan perasaan klien
pascaoperasi
4. Menggosok pinggang klien dengan alcohol
Pinggang dan tungkai bila diolesi alcohol akan merasa enak
5. Setelah klien platus, berikan minum sesendok air putih
6. Disarankan buang air kecil
7. Buang air besar
8. Sikap tidur klien perlu diperhatikan

Paru paru yang tidak berkembang dengan baik dapat menimbulkan pneumonia (radang
paru paru), pantat yang tidak bergerak gerak dapat menimbulkan dekubitus karena
peredaran darah terganggu. Semuanya itu dapat memperlambat penyembuhan luka
operasi.

Mobilisasi klien Pascabedah


Hamper pada semua jenis operasi, setelah 24 48 jam, klien dianjurkan meninggalkan
tempat tidur. Tujuan mobilisasi (duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi
komplikasi pascabedah, terutama atelektasis (pengempisan paru pada orang dewasa) dan
pneumonia hipostasis. Buang air kecil dan buang air besar akan lebih cepat terjadi
spontan. Luka operasi lebih cepat sembuh jika klien cepat jalan. Perasaan sakit saat
pertama jalan memang terasa, tetapi nyeri luka itu lebih cepat menghilang pada klien

DEWI NURMALA, SST Page 8


HAND OUT KDK II

yang berjalan dalam waktu 24jam 48 jam pascabedah. Klien yang sakit keras dengan
keadaan umum yang lemah dan jelek, diperbolehkan tidur lebih lama.
Mobilisasi klien demikian dilakukan secara bertahap. Klien memerlukan tidur lebih lama
dan disarankan menrik nafas dalam dalam agar paru paru berkembang dengan baik.
Lengan, kaki, dinding perut dan oto pantat digerakkan. Latihan otot diperlukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Luka operasi tetap dijaga agar tetap asepsis (bebas dari
infeksi mikroorganisme), terutama sewaktu mengganti perban.
Macam macam komplikasi bedah
Perdarahan
Syok
Gangguan paru paru, diantaranya:
- Bronkhitis
Penderita batuk dengan mengeluarkan banyak lendir tapi tidak disertai
demam
- Bronkhopneumonia
Penderita batuk dengan mengeluarkan landir banyak disertai demam
tinggi, nadi cepat, serta pernafasan cepat dan dangkal.
- Emboli paru paru
Emboli merupakan suatu gumpalan yang terdapat di dalam peredaran
darah yang akhirnya bisa menyumbat pembuluh darah. Gumpalan itu bisa
terjadi dari gumpalan darah, kuman, atau lemak. Emboli paru paru
menyebabkan perasaan sakit yang hebat dan mendadak di dada, menjadi
sesak nafas, membiru, dan ketakutan akan mati, pupil melebar, keringat
dingin dan nadi cepat.

PERAWATAN LUKA OPERASI


Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan
jaringan dan juga untuk mencegah infeksi. Luka diklasifikasikan sesuai dengan
kondisinya (Briggs,1997). Luka yang sering ditemukan bidan adalah luka yang bersih
tanpa kontaminasi, missal luka insisi yang tertutup, luka yang melibatkan saluran
uretra,missal seksio sesaria di bawah segmen/ lower segment caesarean section (LSCS).
Pascaoperasi, klien baik yang sadar atau tidak, mereka harus istirahat total. Namun bagi
klien yang tidak sadar, mereka tidak akan banyak bergerak/statis. Karena diam itulah
terjadi lecet dan luka pada beberapa daerah, antara lain lipatan pantat dan punggung, yang
disebut dekubitus.
Perawatan luka dekubitus
Alat dan Bahan
1. Baskom cuci

DEWI NURMALA, SST Page 9


HAND OUT KDK II

2. Sabun
3. Air hangat
4. Agens pembersih
5. Plester/balutan
6. Sarung tangan
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Kaji status luka dekubitus (warna, kelembapan,diameter luka, dan kondisi)
3. Ukur kedalaman luka dengan aplikator yang berujung kapas kecil
4. Cuci luka dengan air hangat dan sabun
5. Masase daerah sekitar luka
6. Keringkan luka setelah dicuci dengan kasa
7. Keringkan luka dengan cairan salin normal atau agens pembersih (NaCl 0.9%.
BWC)
8. Gunakan obat luka sesuai program dokter
9. Kaji respons klien selama prosedur dan kondisi luka serta dokumentasikan
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Persiapan Kulit
Bagian kulit yang akan diinsisi harus dibersihkan. Belum ada kesepakatan tentang
jenis lotion yang digunakan untuk membersihkannya. Cruse & Foord (1980),
menemukan sedikit perbedaan angka infeksi pada penggunaan sabun dan produk
berbahan dasar alcohol dibandingkan dengan penggunaan iodium atau kholheksidin.
Penutupan Luka
Penutupan luka dapat dilakukan dengan benang, staples atau klip. Jahitan dapat
berbentuk jahitan kontinyu atau jahitan interuptus, dan dapat juga digunakan drainase
luka (pengeluaran cairan dari luka/bagian yang nyeri). Tujuan penutupan luka adalah
menyatukan tepi tepi kulit sehingga proses penyembuhan luka alami dapat segera
dimulai. Baru ada sedikit penelitian tentang cara penutupan yang paling efektif, meskipun
hal ini akan bervariasi sesuai dengan jenis jaringan dan lukanya.
Bucknall (1981) mengemukakan bahwa untuk luka diabdomen ternyata benang
sutera menimbulkan lebih banyak reaksi jaringan dibandingkan dengan benang nilon.
Sebagai benda asing dalam jaringan, hanya jumlah materi jahitan minimal dengan
respons inflamasi minimal yang boleh digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka.
Luka LSCS sering kali ditutup dengan jahitan kontinyu benang nilon (prolin) atau dengan
klip atau staples.
Membersihkan &Membalut luka

DEWI NURMALA, SST Page 10


HAND OUT KDK II

Balutan luka melindungi luka dari infeksi eksternal (sampai penyembuhan alami
terjadi) dan dari gesekan dengan pakaian. Balutan dapat menyerap eksudat dari luka.
Untuk luka operasi sesar biasanya dipilih balutan yang tidak terlalu melekat, misalnya
primapore, yang dapat menjadi bantalan penyerapan, tetapi tetap menjaga kelembapan
dan menjadi tutup pelindung (Dale,1997)
Luka yang memiliki tepian kulit yang berada dalam aposisi baik akan sembuh
dengan cepat, dengan cara mengurangi resiko infeksi (Briggs,1997). Pengkajian luka
harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan sifat operasi serta tampilan luka.
Keputusan untuk membalut luka kembalijuga harus mencakup keputusan apakah
pembersihan luka merupakan tindakan yang diindikasikan. Fungsi dari pembersihan luka
adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan debris (jaringan mati) luka
2. Membersihkan jaringan yang mengelupas atau jaringan nekrosis (Fletcher,1997)
Morison (1992) berpendapat bahwa membersihkan luka tanpa menerapkan kedua
Kriteria dapat merusak jaringan baru. Noe & Keller (1998) mengindikasikan bahwa
membersihkan luka operasi yang dijahit dengan benang nilon pada hari pertama
pascaoperasi dengan sabun dan air merupakan tindakan yang aman untuk dilakukan.
Meers et al (1992) menganjurkan untuk menggunakan teknik pembalutan bersih
dengan air dan sarung tangan nonsteril, selain teknik aseptic, untuk luka jahitan yang
memerlukan penggantian balutan. Ibu dianjurkan untuk mandi shower bukan mandi
berendam. Berendam dalam bak dapat menyebabkan eksudat luka lebih banyak beberapa
hari kemudian karena jaringan menyerap air.
Bila luka memerlukan pembersihan lebih lanjut, Flanagan (1997) menyarankan
penggunaan larutan salin isotonic (0.9%) pada suhu tubuh. Untuk ibu dengan LSCS,
berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat diimplementasikan:
Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pascaoperasi
Ibu harus mandi shower bila memungkinkan
Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa
pascaoperasi sampai ibu diperbolehkan pulang atau dirujuk.
Luka mengaluarkan eksudat cair atau tembus ke pakaian, pembalutan luka harus
diulang, sebab bila tidak, mungkin akan terbuka.
Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang sesuai dan tidak
lengket
Bila luka perlu dibersihkan dan dibalut ulang, prosedur tersebut harus dilakukan
dengan teknik bersih, dengan larutan salin normal yang hangat atau dengan air
kran dan balutan yang sesuai.

DEWI NURMALA, SST Page 11


HAND OUT KDK II

Bila luka tampak terinfeksi, perlu dilakukan asupan dan rujukan. Teknik
pembalutan aseptic, harus digunakan dengan air atau salin normal dan balutan
yang sesuai. Pengkajian dilakukan sesuai saran dari dokter.

Set Balutan
Briggs et al (1996) mengemukakan bahwa membalut luka merupakan praktik ritual yang
hasil penelitiannya masih sedikit. Set balutan tradisional berisi pinset, kain kassa dan
kapas wool serta mangkok kecil. Mallet (1998) berpendapat pinset dapat mencederai
jaringan yang lunak karena sifatnya yang kaku. Sebagai alternative dapat digunakan
sarung tangan. Tomlinsom (1987) mengatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan
tidak adanya perbedaan angka infeksi luka bila luka dibersihkan dengan srung tangan
steril diperlukan untuk luka yang diketahui terinfeksi atau diduga terinfeksi. Kapas wool
dan kassa dapat meninggalkan serat halus pada luka, yang meningkatkan terjadinya
respons inflamasi (Griggs et al,1996). Penggunaan busa sudah pernah diujicobakan
sebagai materi alternative (Mallet,1998), dan dapat diaspek aspek lain seperti plester,
gunting, gunting, troli, bunga tirai, dll, semuanya belum pernah disimpulkan. Hal yang
paling jelas adalah bahwa mencuci tangan harus dilakukan secara benar dan kebersihan
seluruh lingkungan terbukti berpengaruh terhadap angka infeksi (Biggs et al,a996).
Fisiologi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dilakukan sejak terjadinya cedera pada tubuh: kulit yang utuh
merupakan garis depan perlawanan terhadap masuknya organisme. Luka, memiliki tepi
yang berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan cepat dengan intensi pertama
atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama penyembuhannya melalui intensi
sekunder.

PEMBALUTAN
Pembalutan merupakan tindakan keperawatan untuk melindungi luka dengan
drainase tertutup, kontaminasi mikroorganisme yang dapat dilakukan dengan
menggunakan kain kasa steril yang tidak melekat pada jaringan luka. Teknik
pembalutan ini dilakukan apabila klien mengalami perawatan luka secara
tertutup.
Tujuan Membalut
1. Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2. Menopang yang cedera
3. Menahan dalam suatu sikap tertentu

DEWI NURMALA, SST Page 12


HAND OUT KDK II

4. Menekan
5. Menarik
Jenis jenis Pembalut/perban
1. Perban segitiga
2. Perban pita
3. Plester

Prosedur Teknik Pembalutan Aseptik


Mendapatkan persetujuan tindakan dari ibu dan menjelaskan perlunya
pembalutan ulang terhadap luka
Menyiapkan alat di atas troli balutan bersih/permukaan/meja bersih di
rumah:
- Sarung tangan steril
- Apron
- Larutan NaCl 0.9% dengan suhu kamar
- Set balutan steril dengan kantong sekali pakai dan balutan yang sesuai
- Plester dan gunting bila perlu
Memposisikan ibu dengan tepat, memperhatikan privasi dan
martabatnya
Memakai apron dan cuci tangan, sementara asisten membuka lapisan
luar set balutan
Membuka pembungkus bagian dalam dengan hanya menyantuh tepi
kertas, asisten menyorongkan sarung tangan steril diatas bidang steril
Melonggarkan balutan lama yang sudah ada, meletakkan kantong
sekali pakai di atas tangan dan lepas balutannya.
Membalikkan kantong sehingga balutan bekas berada di dalamnya,
kemudian menggantungkan kantong tersebut dibagian samping troli sebagai tempat
sampah.
Menggosokkan tangan dan memakai sarung tangan
Kaji luka, bila dilakukan pembersihan, asisten menuangkan larutan
NaCl 0.9% ke dalam mangkok
Membersihkan luka dengan busa atau kain kasa dengan tangan yang
bersarung tangan, memindahkan apusan dari tangan bersih ke tangan kotor.
Melakukan apusan dengan tangan kotor, satu kapas untuk satu kali
apusan, dari dalam ke luar
Membuang kapas bekas apusan
Mengulangi sesuai kebutuhan

DEWI NURMALA, SST Page 13


HAND OUT KDK II

Mengeringkan kulit disekelilingnya


Memasang dan mengencangkan balutan
Membuang peralatan bekas dengan benar
Membuat ibu senyaman mungkin, mendiskusikan hasil dan perawatan
selanjutnya
Mengembalikan troli ke area bersih dan mencucinya bila perlu
Mencuci tangan
Mendokumentasikan hasilnya dan melakukan tindakan yang sesuai

CARA MEMBALUT MATA


MEMBALUT SATU MATA MONOKULUS
Cara perban ini dipakai untuk menutupi atau menekan luka pada mata dan
sekitarnya. Buatlah lingkaran perban di sekitar dahi dan belakang kepala beberapa kali.
Lalu secara berangsur angsur dililitkan sedikit demi sedikit ke mata yang cedera dan
belakang kepala sehingga seluruh mata tertutup. Sewaktu paru - paru melingkar di depan
mata, geseran perban dibuat sebesar mungkin sedangkan sewaktu melingkar kebelakang
kepala geseran perban dibuat sedekat mungkin.
Usahakan agar lapisan perban terbawa tidak menutupi mata yang sehat. Untuk
mengakhiri perban, buatlah liltan perban seperti pada saat dimulai yang ingin melingkari
dahi dan belakang kepala lalu ujungnya diplester.
MEMBALUT KEDUA MATA (BINOKULUS)
Membalut kedua mata dengan cara ini dipakai untuk menutupi atau menekan mata
misalnya pada operasi katarak.

Caranya: mulailah seperti membalut satu mata. Setelah melingkarkan lapisan perban
terakhir disekitar depan dan belakang kepala, teruskan dengan melingkari mata yang lain
dengan cara yang sama, tetap dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir diletakkan
dengan sepotong plester.

PERBAN PADA ANGGOTA BADAN BERBENTUK BULAT PANJANG


Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan paha dapat dibalut dengan dua cara,
yaitu:
1. Membalut biasa (dolabra currens)
2. Membalut pucuk rebung (dolabra reverst)
Setiap kali membalut harus diperhatikan agar:

DEWI NURMALA, SST Page 14


HAND OUT KDK II

1. Perban saling menutupi lapis demi lapis


2. Gulungan pernan tidak boleh bergeser, walaupun sedang bekerja
3. Lilitan perban harus cukup kencang
Membalut biasa (dolabra curres)
Mulailah membalut dari distal (jauh dari jantung) mengarah ke proksimal (kea rah
jantung). Cara ini adalah assendens/naik. Membalut cara dolabra reversa dapat pula
dimulai dari proksima lalu turun ke distal. Cara ini disebut dessendens/turun, namun
prinsip pembalutannya yang sama.
Mula mula perban dililitkan pada anggota gerak (misalnya lengan atas). Lalu
secara perlahan lahan balutan digerakkan ke atas, sampai seluruh bagian luka yang
tertutup. Tentu saja luka atau koreng harus diobati terlebih dahulu dan ditutup dengan
kasa steril sebelum dibalut.
Balutan terakhir dililitkan beberapa kali di tempat yang sama, lalu dilekatkan
dengan plester atau dibelah dua ujungnya diikat.

MEMBALUT ANGGOTA GERAK BERBENTUK KERUCUT


Lengan bawah dan tungkai berbentuk kerucut, harus dibalut:
1. Cara membalut pucuk rebung (dolabra reversa)
2. Cara balutan spiral (dolabra revens)

Cara Balutan Spiral (dolabra revens)


Perban dililit kencang dan lilitan perban itu mengikuti lengan bawah, sehingga
tetap melekat erat pada anggota gerak. Akan ada bagian kulit yang tidak tertutup. Setelah
sampai ke ujung anggota yang di perban. Untuk bagian yang terbuka, putarlah kembali
perban kearah mulainya balutan.

Cara Membuka Balutan/Perban


Buka simpul perban. Bila sulit, digunting saja. Lalu seperti juga di waktu mulai
membalut, tangan kanan memegang ujung perban. Bukalah gulungan dengan
memindahkan perban itu ke kiri lalu kembali lagi. Begitulah seterusnya sampai seluruh
pembalut terlepas. Untuk membuka perban kotor gunakanlah pinset.
Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin dipakai lagi, lebih baik digunting
dengan memakai gunting perban. Dengan demikian, perban lebih cepat terlepas.

Cara Membuka Jahitan, Klip, atau Staples


Keputusan untuk membuka jahitan, klip atau staples dibuat sesuai hasil
pengkajian. Jahitan dibuka jika luka sudah sembuh, sering kali 5 10 hari pascaoperasi.
Jahitan yang dibiarkan terlalu lama dapat memperlambat penyembuhan luka.meskipun

DEWI NURMALA, SST Page 15


HAND OUT KDK II

jahitan/gunting dalam keadaan steril, tetapi prosedurnya terkadang hanya bersifat bersih,
dengan menggunakan sarung tangan nonsteril. Sebuah troli juga dapat digunakan, tetapi
sering kali sering cukup dengan permukaan bersih yang berada di dekat ibu. Diperlukan
sebuah wadah untuk menempatkan klip atau steples sehingga dapat dibuang dengan benar
ke wadah khusus benda tajam. Bila beberapa jahitan sudah dibuka ternyata luka masih
menganga, bidan harus merujuk ibu terlebih dahulu sebelum mengangkat seluruh jahitan.

Mengangkat Jahitan
Tujuan mengangkat jahitan dengan benar adalah untuk memastikan bahwa tidak
ada bagian luar jahitan yang tertarik ke dalam.
Mengangkat dan menahan bagian luar jahitan (dapat digunakan pinset untuk
membantu) dengan tangan non dominant
Tangan dominan memotong benang di bawah simpul sedekat mungkin dengan
kulit menggunakan gunting atau pemotong jahitan.
Mencabut benang dari kulit
Prinsip ini dapat digunakan baik pada jahitan interuptus, kuntinu, atau
subkutikular. Untuk melepas jahitan subkutikular yang dipertahankan mditempatnya
dengan bead, terlebih dahulu bead tersebut yang berada di ujung distal harus dilepas
sehingga jahitan dapat dicabut dari ujung yang terdekat dengan bidan. Pencabutan harus
dilakukan secara perlahan sehingga ibu hanya akan merasakan tarikan bukan rasa tidak
nyaman.
Melepas Staples
Memegang pembuka staples seperti sebuah gunting
Memasukkan bagian bawah bilah ke bawah staples
Menekan gagang pembuka klip secara bersamaan, staples akan terangkat dari
kulit
Megangkat dengan hati hati
Melepas Klip Michel
Memegang pembuka klip seperti sebuah gunting
Memasukkan bilah yang kecil ke bawah klip
Menekan gagang pembuka klip secara bersamaan, klip akan terangkat dari kulit
pada saat ditarik
Melepas Klip Kifa
Memegang pinset di atas sayap klip
Menekan kedua sayap secara bersamaan
Klip akan terangkat dari kulit ketika pinset ditekan
Prosedur melepas jahitan, klip, dan staples

DEWI NURMALA, SST Page 16


HAND OUT KDK II

1. Mendapatkan persetujuan tindakan dari ibu


2. menyiapkan alat:
- sarung tangan non-steril
- set pelepas jahitan/ set balutan yang berisi gunting pemotong jahitan, klip
atau steples
- kantong sekali pakai
3. Memposisikan ibu sedemikian rupa agar luka dapat terlihat, dengan tetap
memperhatikan privasi dan martabat ibu
4. Cuci tangan 7 langkah
5. Buku set alat
6. Pakai sarung tangan
7. Kaji luka, bila luka terbukti sudah sembuh angkat jahitan, klip atau staples seperti
yang telah dijelaskan di atas.
8. Membantu ibu untuk memperoleh rasa percaya diri
9. Membereskan dan membuang alat dengan benar
10. Cuci tangan 7 langkah
11. Dokumentasikan hasil dan lakukan intervensi yang sesuai

Perawatan Drain Luka


Drainase luka brerguna untuk mengurangi rongga yang tidak berguan dan
memperkecil kecenderungan pembentukan hematoma, tetapi dapat meningkatkan resiko
infeksi karena menjadi jalan masuknya mikroorganisme ke jaringan yang lebih dalam
(Briggs,1997). Luka dapat didrainase menggunakan system tertutup biasanya bersifat
hampa udara (menarik eksudat dari jaringan), sementara system dibuka mengalirkan
eksudat berdasarkan drainase, dari bila perlu, diputuskan pula system drainase apa yang
akan digunakan.
Pada masa pascaoperasi, drain luka diobservasi dan posisinya harus tetap
dipertahankan dengan baik agar tetap dapat mengalir dengan benar dan tidak tertarik atau
jatuh ke lantai. Semua cairan yang keluar dari drainase luka harus dicatat dalam catatan
keseimbangan cairan. Briggs (1997) mengemukakan bahwa yang optimal untuk melepas
drainase luka adalah setelah 24 jam.

Pengosongan Drain Luka


Untuk menurunkan resiko infeksi, integritas drainase system tertutup harus selalu dijaga,
tetapi drain harus dikosongkan bila kehampaan udara menurun atau hilang, atau jika
drainase dipasang lebih dari 24 jam. Ada berbagai macam drain, bidan harus mengetahui
setiap jenisnya dengan baik. Hampir semua drain memiliki mekanisme vakum yang

DEWI NURMALA, SST Page 17


HAND OUT KDK II

digunakan dengan cara menekan drain atau alat tambahan. Terkadang diperlukan isapan
eksternal.
Berikut ini adalah prinsip prinsip pengosongan drainase luka:
Pengosongan drainase luka merupakan prosedur aseptic dimana bidan harus
memakai sarung tangan steril, membersihkannya dengan kapas alcohol sebelum
dan setelah pengosongan, dan mengkosongkan isinya dengan mengalirkannya ke
wadah steril.
Setelah didrainase kosong akan terjadi kondisi vakum dan drainase ditutup
Gangguan terhadap ibu seminimal mungkin

Membalut Drain Luka


Bila dipasang lebih dari 24 jam, drain memerlukan penggantian balutan.
Pembalutan tersebut harus dilakukan menggunakan prinsip asepsis, area drainase dapat
diberikan dengan memberikan NaCl 0.9% dan sebuah lubang dapat dibuat pada balutan
yang tidak lengket supaya pas dengan slang drainase kemudian difiksasi dengan plester.

Memotong Drain Luka


Drain dapat dipotong sesuai kedalaman luka. Dengan teknik aseptic, kulit
dibersihkan, drain ditarik dari kulit sesuai dengan ukuran yang diperlukan, pin steril yang
aman dipasang pada drain dekat dengan kulit dan drain yang terlalu panjang dipotong
diantara pin yang baru dan yang lama. Bila perlu dapat digunakan balutan.
Melepas Luka Drain
Dalam pelepasan drain luka, akan terdapat luka kecil terbuka setelah drain dilepas
sehingga diperlukan tindakan asepsis dalam melepas drain luka. Sebelum drain dilepas,
sifat vakumnya harus dilepas terlebih dahulu dan ibu harus menyadari bahwa pencabutan
pipa drainase ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Setelah membuka jahitan, satu
tangan menahan kulit dengan lembut, sementara tangan lainnya mencabut pipa drain.
Daerah bekas drainase dibersihkan dan dibalutkan dengan balutan yang tepat. Jumlah
cairan yang keluar dicatat dalam catatan keseimbangan cairan. Bila diperlukan ujung
drainase dapat dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Pada hari berikutnya dapat
dilakukan pengkajian terhadap daerah bekas drainase.

DEWI NURMALA, SST Page 18

Anda mungkin juga menyukai