Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KELOMPOK

AUDITING

TANGGUNG JAWAB PROFESI AKUNTAN PUBLIK

KELOMPOK 4
ANGGOTA:

1. Rahmi Sally Putri 1610536010


2. Retno Nilam Sari 1610536022
3. Tisa Tantri 1610536033
4. Evitri Mizaya 1610536041
5. Febby Rahmadini 1610536048

UNIVERSITAS ANDALAS
PROGRAM S-1 AKUNTANSI INTAKE D-3
A. TUJUAN AUDITOR
1. Tujuan Keseluruhan Auditor
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
adalah (SA 200) :
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk
menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana
ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.

2. Tujuan Auditor Terkait Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan


Tujuan auditor adalah untuk (SA 240):
a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan;
b. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, melalui perancangan
dan implementasi respons yang tepat; dan
c. Memberikan respons terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang diidentifikasi
selama audit.

Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan
yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entittas, yang
disusun oleh manajemen entitas dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas
tat kelola, serta tidak mengesampingkan peraturan perundang-undangan dan regulasi yang
mengatur tanggung jawab mereka. Namun, suatu audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan
premis bahwa manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
mengakui tanggung jawab tertentu yang fundamental bagi pelaksanaan audit.

Berdasarkan tujuan tersebut Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan atau
kesalahan yang material dan bertanggung jawab dalam komunikasi serta pelaporan lainnya.
1
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material
baik yang disebabkan kesalahan atau kecurangan. Karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan auditor dapat memperoleh keyakinan yang memadai, tetapi tidak absolut bahwa
salah saji yang material dapat dideteksi. Dalam memperoleh keyakinan memadai, auditor
bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama audit.

B. TANGGUNG JAWAB UNTUK PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN


KECURANGAN
Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua
pihak yaitu :
1. Pihak bertanggung jawab atas tata kelola entitas
Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola adalah orang atau orang-orang, atau
organisasi (sebagai contoh: suatu wali amanat korporasi), dengan tanggung jawab
untuk mengawasi arah strategis entitas dan kewajiban yang terkait dengan
akuntabilitas entitas. Hal ini mencakup pengawasan terhadap proses pelaporan
keuangan. Untuk beberapa entitas dalam beberapa yurisdiksi, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola dapat mencakup personel manajemen, sebagai contoh, anggota
eksekutif Dewan Komisaris atau Komite Audit suatu entitas sektor privat atau sektor
publik, atau seorang pemilik-pengelola.
2. Manajemen.
Manajemen adalah orang atau orang-orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk
melaksanakan kegiatan entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa yurisdiksi,
manajemen mencakup beberapa atau seluruh individu yang bertanggung jawab atas
tata kelola, sebagai contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite Audit,
atau seorang pemilik-pengelola.

Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (fraud deterrence), yang dapat
membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan
terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini memerlukan komitmen untuk menciptakan budaya
jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata
2
kelola meliputi pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau pengaruh
tidak patut atas proses pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen untuk mengelola laba
dengan tujuan untuk memengaruhi persepsi analis kinerja dan profitabilitas entitas.
Tanggung jawab dari manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas
terkait pencegahan dan pendeteksian kecurangan adalah sebagai berikut:

a. Mengindentifikasi dan mengukur risiko kecurangan

b. Mengambil langkah langkah untuk mengurangi resiko yang teridentifikasi

c. Memantau pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan.

d. Mengimplementasikan program serta pengendalian anti kecurangan, yang didasarkan


pada nilai- nilai inti yang dianut perusahaan.

e. Melakukan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas kelola keuangan

f. Memperhitungkan potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen

g. Mengawasi proses penilaian risiko kecurangan oleh manajemen

h. Membuat program serta pengendalian anti kecurangan.

i. Menciptakan tone at the top yang efektif tentang pentingnya kejujuran dan perilaku
etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap kecurangan.

C. TANGGUNG JAWAB AUDITOR


1. Tanggung Jawab Mendeteksi Kecurangan atau Kesalahan
Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan dalam penyajian material
guna memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan atau
kesalahan dengan melakukan audit berdasarkan SA.

Para auditor menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan dan melaksanakan


audit guna mendeteksi kesalahan yang dilakukan secara tidak sengaja oleh
manajemen maupun karyawan. Auditor menemukan berbagai kesalahan atau
kekeliruan yang berasal dari hal-hal seperti kesalahan kalkulasi, penghilangan,
kesalahpahaman, dan misaplikasi standar akuntansi serta pengikhtisaran dan deskripsi
yang tidak benar.

Adanya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan

3
atau kesalahan. Perbedaan dua jenis salah saji dijelaskan sebagai berikut:
Kesalahan atau kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak
disengaja
Contoh: kesalahan perhitungan harga dikalikan dengan kuantitas pada faktur
penjualan dan salah melihat bahan baku yang lama dalam menentukan nilai
persediaan dengan metode yang terendah antara harga perolehan / harga pasar.
Kecurangan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang disengaja.
Contoh : pengambilan kas oleh admin penjualan pada saat penjualan yang curang
dan tidak memasukkan ke dalam register kas, sengaja melebihkan penjualan
menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.

Audit memiliki keterbatasan bawaan, sehingga selalu ada risiko yang tidak
terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik berdasarkan Standar Audit (SA). Risiko tidak terdeteksinya kesalah
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan lebih tinggi dari pada risiko
tidak terdeteksinya kesalah penyajian material yang diakibatkan oleh kesalahan. Hal
ini disebabkan kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan
terorganisasi secara cermat yang dirancang untuk menutupinya, seperti pemalsuan,
secara sengaja gagal mencatat transaksi, atau penyajian keliru yang disengaja kepada
auditor. Usaha-usaha penyembunyian tersebut mungkin akan lebih sulit untuk
dideteksi jika disertai dengan kolusi. Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya
bahwa bukti audit meyakinkan, walaupun pada kenyataannya bukti tersebut palsu.
Kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan tergantung pada faktor-faktor
seperti kemahiran pelaku, frekuensi dan luasnya manipulasi, tingkat keterlibatan
kolusi, ukuran relatif jumlah individual yang dimanipulasi, dan senioritas individu-
individu yang terlibat. Meskipun auditor mungkin dapat mengidentifikasi peluang
potensial terjadinya kecurangan, sulit bagi auditor untuk menentukan apakah
kesalahan penyajian dalam area pertimbangan seperti estimasi akuntansi disebabkan
oleh kecurangan atau kesalahan.

4
Identifikasi Dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Yang Diakibatkan
Oleh Kecurangan
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan.
Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika
mempertimbangkan serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor- faktor risiko
kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan. Sesuai dengan
SA 315 , auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan. Setelah diidentifikasi dan dinilai auditor harus
mengevaluasi bagian bagian atau asersi yang menimbulkan risiko kecurangan tersebut.
Hasil dari penilaian risiko kesalahan yang diakibatkan dari kecurangan harus ditetapkan
oleh auditor sebagai risiko signifikan, tetapi dengan memperoleh terlebih dahulu
pemahaman mengenai pengendalian entitas yang terkait, termasuk aktivitas pengendalian
yang relevan dengan risiko tersebut.
Contoh : penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan
auditor sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya.
Dengan mengevaluasi seperti:
1. Perbedaan dalam catatan akuntansi
2. Bukti audit yang bertentangan atau hilang
3. Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor internal dan manajemen
4. Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang
mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
5. Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama
audit atau menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan informasi lainnya

2. Tanggung Jawab Menjaga Skeptisisme Profesional


Defenisi skeptisisme dalam SA 200, Skeptisisme profesional adalah suatu sikap yang
mencakup suatu pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang
dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit.
Dalam memperoleh keyakinan memadai, auditor bertanggung jawab untuk menjaga
skeptisisme profesional selama audit, mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian
pengendalian oleh manajemen, dan menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang
efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi
kecurangan.
5
Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap antara lain hal-hal sebagai
berikut:
a. Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh.
b. Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan respons
terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.
c. Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan.
d. Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang
disyaratkan oleh SA.

Walaupun sebelumnya manajemen maupun pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola menunjukan adanya kejujuran tetapi auditor tetap harus mempertahankan sikap
skeptisisme profesionalisme mengingat kondisi tertentu dapat saja terjadi yang
menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material atau dalam
arti auditor menangani audit dengan pandangan mental percaya tapi verifikasi.
Skeptisisme profesional erat kaitannya dengan pertimbangan profesional. Keduanya
penting untuk melaksanakan audit secara tepat dan merupakan kunci terhadap kualitas
audit.
Untuk mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan secara
berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh memberi
petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan mungkin
terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan
digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya,
jika relevan. Oleh karena karakteristik kecurangan tersebut, sikap skeptisisme profesional
auditor adalah penting terutama ketika mempertimbangkan risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan.

3. Tanggung Jawab Komunikasi Dan Pelaporan Lain Tertentu


a. Komunikasi Kepada Manajemen
Apabila risiko salah saji yang material akibat kecurangan sudah teridentifikasi,
pertama auditor harus membahas temuan tersebut dengan manajemen dan minta
pandangan manajemen mengenai potensi kecurangan serta pengendalian yang ada
yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji. Penting untuk
menyampaikan hal tersebut kepada tingkatan manajemen yang tepat sesegera
mungkin. Hal ini dilakukan bahkan jika hal yang ingin disampaikan tersebut tidak
6
berdampak (sebagai contoh, pencurian kecil yang dilakukan oleh seorang karyawan
tingkat rendah dalam organisasi entitas). Penentuan atas tingkatan manajemen yang
tepat merupakan pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
kemungkinan kolusi serta sifat dan besaran kecurangan yang diduga. Pada umumnya,
tingkatan manajemen yang tepat paling tidak satu tingkat di atas individu yang
tampaknya terlibat dalam kecurangan yang diduga.

b. Komunikasi Kepada Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola


Jika identifikasi kecurangan tersebut melibatkan manajemen dan karyawan maka
auditor harus mengkomunikasikan dugaan kecurangan tersebut pada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan membahas dengan mereka tentang sifat, saat
dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan audit.
Komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat
dilakukan secara lisan atau tertulis.
SA 260 mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor dalam
menentukan apakah komunikasi dilakukan secara lisan atau tertulis. Karena sifat dan
sensitivitas dari kecurangan yang melibatkan manajemen senior, atau kecurangan
yang mengakibatkan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor
melaporkan hal tersebut secara tepat waktu dan dapat mempertimbangkan perlunya
untuk melaporkan hal tersebut secara tertulis.
Dalam beberapa kasus, auditor dapat menganggap tepat untuk berkomunikasi dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola ketika auditor menyadari adanya
kecurangan yang melibatkan karyawan selain manajemen yang tidak mengakibatkan
kesalahan penyajian material. Sama halnya, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dapat mengharapkan untuk diinformasikan kondisi tersebut. Proses komunikasi
tersebut dibantu bila auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
menyetujui pada tahap awal audit mengenai sifat dan luas komunikasi auditor dalam
hal ini.
Dalam kondisi luar biasa, yaitu ketika auditor memiliki keraguan atas integritas atau
kejujuran manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor
dapat menganggap tepat untuk meminta advis hukum untuk membantunya dalam
menentukan tindakan yang tepat.

7
Hal lain yang terkait dengan kecurangan akan didiskusikan dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas dapat mencakup, sebagai contoh:
1. Kepedulian tentang sifat, luas, dan frekuensi penilaian manajemen atas pengendalian
yang ada untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan, serta risiko terjadinya
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan.
2. Kegagalan manajemen untuk menanggapi dengan tepat defisiensi signifikan yang
teridentifikasi dalam pengendalian internal atau kecurangan yang teridentifikasi.
3. Pengevaluasian auditor atas lingkungan pengendalian entitas, termasuk pertanyaan
mengenai kompetensi dan integritas manajemen
4. Tindakan manajemen yang dapat mengindikasikan adanya pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan, seperti pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh
manajemen yang dapat mengindikasikan adanya usaha manajemen untuk mengatur
pendapatan untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan dengan cara memengaruhi
persepsi mereka atas kinerja dan profitabilitas entitas.
5. Kepedulian tentang kecukupan dan kelengkapan otorisasi transaksi yang tampaknya
berasal dari luar kegiatan bisnis normal.

c. Komunikasi kepada badan pengatur dan penegak hukum


Auditor juga bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan hasil temuan yang
teridentifikasi atau terduga adanya suatu kecurangan dalam audit yang dilakukaknnya
kepada badan pengatur dan penegak hukum. Meskipun tugas profesional auditor untuk
menjaga kerahasiaan informasi klien mungkin menghalangi pelaporan tersebut, tanggung
jawab hukum auditor dapat mengabaikan tugas menjaga kerahasiaan tersebut dalam
beberapa kondisi seperti peraturan perundang-undangan (termasuk keputusan
pengadilan). Tetapi kembali lagi pada auditor untuk menentukan apakah ada tanggung
jawab auditor untuk melaporkan kejadian atau dugaan tersebut kepada penegak hukum.
Sebab dalam SA sendiri tidak menentukan ketentuan untuk badan pengatur dan badan
pengawasa KAP maupun untuk TCWG. Oleh karena itu, auditor dapat
mempertimbangkan hal tersebut tepat untuk memperoleh advis hukum dalam menentukan
tindakan yang tepat sesuai kondisinya.

8
D. PENILAIAN RISIKO DAN AKTIVITAS TERKAIT
Adapun prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait sebagai berikut :
1. Auditor harus meminta keterangan dari manajemen.
Auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
a. Penilaian manajemen tentang risiko bahwa kemungkinan terjadi kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan,
termasuk sifat, luas, dan frekuensi dari penilaian risiko tersebut
b. Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk mengidentifikasi dan merespons
risiko kecurangan dalam entitas, termasuk setiap risiko spesifik atas kecurangan
yang telah diidentifikasi oleh manajemen atau yang telah menjadi perhatiannya,
atau golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang untuknya mungkin
terjadi risiko kecuranganKomunikasi manajemen, jika ada, kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang proses untuk mengidentifikasi dan
merespons risiko kecurangan dalam entitas
c. Komunikasi manajemen, jika ada, kepada karyawan tentang pandangan
manajemen terhadap praktik bisnis dan perilaku etika.

2. Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola


Auditor harus memperoleh pemahaman bagaimana Pihak yang Bertanggung Jawab
atas Tata Kelola tentang:
a. auditor harus memperoleh pemahaman tentang bagaimana pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola melakukan pengawasan terhadap proses yang
diterapkan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan merespons risiko
kecurangan dalam entitas dan pengendalian internal yang telah ditetapkan oleh
manajemen untuk mengurangi risiko tersebut.
b. auditor harus mewawancarai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk
menentukan apakah mereka memiliki pengetahuan mengenai setiap kecurangan
yang aktual, diduga, atau dicurigai yang berdampak pada entitas. Permintaan
keterangan tersebut dilakukan sebagai bagian untuk menguatkan respons dari
permintaan keterangan kepada manajemen.

3. Hubungan Tidak Biasa atau Tidak Terduga yang Teridentifikasi


Auditor harus mengevaluasi apakah hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang
telah diidentifikasi ketika melaksanakan prosedur analitis, termasuk yang terkait
9
dengan akun pendapatan, dapat mengindikasikan adanya risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.

4. Informasi lain
Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi lain yang diperoleh auditor
mengindikasikan adanya risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan.

5. Pengevaluasian terhadap Faktor Risiko Kecurangan


Auditor harus mengevaluasi apakah informasi yang diperoleh dari prosedur
penilaian risiko lain dan aktivitas terkait yang telah dilaksanakan mengindikasikan
bahwa terdapat satu atau lebih faktor risiko kecurangan. Meskipun faktor risiko
kecurangan belum tentu mengindikasikan adanya kecurangan, faktor tersebut
sering ada dalam kondisi yang di dalamnya telah terjadi kecurangan dan oleh
karena itu dapat mengindikasikan adanya risiko kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan.

E. RESPON TERHADAP HASIL PENILAIAN RISIKO KESALAHAN PENYAJIAN


MATERIAL YANG DIAKIBATKAN KECURANGAN
Sesuai dengan SA 330, auditor harus menentukan respons keseluruhan terhadap hasil
penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada
tingkat laporan keuangan. Yang harus dilakukan auditor dalam menentukan respons
keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Menugaskan dan mengawasi personel dengan mempertimbangkan pengetahuan,
keahlian dan kemampuan individual mereka untuk diberi tanggung jawab perikatan
siginifikan dan penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan untuk perikatan tersebut .
b. Mengevaluasi apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas,
terutama yang berkaitan dengan pengukuran transaksi yang subjektif dan transaksi
yang kompleks, dapat mengindikasikan adanya pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan sebagai akibat dari usaha manajemen untuk mengelola laba
c. Memasukkan unsur yang tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas
prosedur audit.
10
Prosedur Audit yang Merespons Hasil Penilaian Risiko atas Kesalahan Penyajian
Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat Asersi
Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat dan
luas prosedur audit dalam beberapa cara di bawah ini:
1. Sifat prosedur audit yang dilakukan mungkin membutuhkan perubahan dalam
memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk
memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan. Hal ini dapat berdampak
baik kepada tipe prosedur audit yang akan dilakukan dan kombinasi di antara
keduanya. Sebagai contoh:
Observasi fisik atau inspeksi terhadap aset tertentu mungkin menjadi lebih penting
atau auditor dapat memilih untuk menggunakan teknik audit berbantuan komputer
untuk mengumpulkan lebih banyak bukti lebih tentang data yang terkandung
dalam akun akun signifikan atau arsip transaksi elektronik.
Auditor dapat merancang prosedur untuk memperoleh informasi tambahan yang
menguatkan. Sebagai contoh, jika auditor mengidentifikasi bahwa manajemen
dalam tekanan untuk memperoleh pendapatan yang diharapkan, mungkin akan ada
risiko terkait bahwa manajemen menggelembungkan penjualan dengan membuat
perjanjian penjualan dengan memasukkan syarat-syarat yang tidak termasuk
pengakuan pendapatan atau dengan membuat tagihan penjualan sebelum
pengiriman. Di samping itu, auditor mungkin menemukan yang efektif untuk
melengkapi konfirmasi eksternal dengan permintaan keterangan kepada personel
non-keuangan dalam entitas tentang perubahan dalam perjanjian penjualan dan
ketentuan pengiriman.
2. Waktu pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode atau
mendekati akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas
kesalahan penyajian material karena kecurangan. Auditor dapat menyimpulkan
bahwa, dengan mempertimbangkan hasil penilaian risiko atas kesalahan penyajian
atau manipulasi yang disengaja, prosedur audit untuk memperluas simpulan audit dari
tanggal interim sampai periode akhir tidak akan efektif. Sebaliknya, karena kesalahan
penyajian yang disengaja.sebagai contoh, kesalahan penyajian yang melibatkan
pengakuan pendapatan yang tidak semestinya dapat dilakukan dalam periode interim,

11
auditor dapat memilih untuk menerapkan prosedur substantif atas transaksi transaksi
yang terjadi lebih awal atau selama periode laporan.
3. Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Sebagai contoh, peningkatan
ukuran sample, atau melakukan prosedur analitis secara lebih rinci dapat lebih tepat.
Begitu juga, teknik audit berbantuan komputer, dapat memungkinkan pengujian
transaksi elektronik dan arsip akun secara lebih luas. Teknik-teknik tersebut dapat
digunakan untuk memilih sampel transaksi dari arsip penting elektronik, untuk
mengelompokkan transaksi dengan karakteristik spesifik, atau untuk menguji
keseluruhan populasi bukan sampel dari populasi.

F. CONTOH KASUS
KASUS 1
Sembilan KAP Yang Dianggap Melakukan Koalisi Dengan Kliennya.
Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut Sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
diauditnya antara tahun 19951997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di
Jakarta pada hari Kamis mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, Sembilan dari sepuluh
KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan
kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank bank yang diaudit tersebut termasuk di
antara bank bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY , S & S,
SD &R, dan RBT & R. Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.
Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk
memoles laporannnya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan.
ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak
kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan
kantor akuntan publik dengan pihak perbankan. ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan
sekedar human error atau kesalahan dalam penulisan laporan keungan yang tidak
disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang coba
ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga
Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah
12
menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos
laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. Kami mencurigai
kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang
menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata
dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan
administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu.
tegasnya. Menurut Teten, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP
tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta
supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi
akuntan.

ANALISA:
Dalam kasus tersebut ditemukan KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank
bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. KAP tersebut
telah melakukan penyimpangan terhadap tujuan profesi akuntansi, yaitu memenuhi tanggung-
jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan publik. Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan
banyak melanggar kode etik profesi akuntan.
Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi.
Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi
jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham. Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan
palsu, maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada
mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik.
Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini, para akuntan
dianggap telah menghianati kepercayaan publik dengan penyajian laporan keuangan
yang direkayasa.
Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas. Prinsip integritas yaitu
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi mungkin. Dalam

13
hal ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada
masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.
Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas. Prinsip objektifitas yaitu
setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak
objektif dalam menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu,
mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang
adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan pihak lain. Dalam hal ini,
mereka telah bertindak berat sebelah yaitu mengutamakan kepentingan klien dan mereka
tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan
kepentingan pihak lain. Seharusmya KAP tersebut harus bertanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka, selain itu KAP juga harus bertanggung-jawab
terhadap kepentingan publik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin. KAP harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Setiap KAP harus
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional
yang relevan.

CONTOH 1
Kondisi yang Mengindikasikan Kemungkinan Terjadinya Kecurangan
Berikut ini merupakan contoh-contoh kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan
terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh
kecurangan.
1. Perbedaan dalam catatan akuntansi, termasuk:
Transaksi yang tidak dicatat secara lengkap atau tepat waktu, atau dicatat dengan
jumlah, periode akuntansi, klasifikasi, atau kebijakan entitas secara tidak tepat.
Saldo atau transaksi yang tidak didukung oleh bukti atau tidak diotorisasi.
Penyesuaian saat terakhir yang memengaruhi hasil keuangan secara signifikan.
Bukti atas akses karyawan terhadap sistem dan catatan yang tidak konsisten dengan
aktivitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas mereka.
Petunjuk atau keluhan kepada auditor tentang kecurangan yang dicurigai.

14
2. Bukti yang bertentangan atau hilang, termasuk:
Dokumen yang hilang.
Dokumen yang tampaknya telah diubah.
Ketidaktersediaan dokumen selain dalam bentuk fotokopi atau elektronik, ketika
dokumen dalam bentuk asli diharapkan tersedia.
Pos rekonsiliasi yang signifikan yang tidak dapat dijelaskan.
Perubahan neraca, atau perubahan dalam tren atau rasio laporan keuangan atau
hubungan yang penting, yang tidak biasa, sebagai contoh, pertumbuhan piutang yang
lebih cepat daripada pertumbuhan pendapatan.
Respons manajemen atau karyawan yang tidak konsisten, tidak jelas, atau hampir
mustahil yang diperoleh dari hasil wawancara atau prosedur analitis.
Perbedaan yang tidak biasa antara catatan entitas dengan balasan konfirmasi.
Banyaknya entri kredit dan penyesuaian lainnya yang dibuat terhadap catatan piutang
usaha.
Perbedaan yang tidak terjelaskan atau dijelaskan secara tidak memadai antara buku
pembantu piutang usaha dengan akun pengendalinya, atau antara pernyataan
pelanggan dengan buku pembantu piutang usaha.
Cancelled checks yang hilang atau tidak ada, bila cancelled checks dikembalikan
kepada entitas bersama dengan rekening koran bank.
Persediaan atau aset fisik yang hilang dalam besaran yang signifikan.
Bukti elektronik yang tidak tidak tersedia atau hilang, yang tidak konsisten dengan
praktik atau kebijakan penyimpanan catatan entitas.
Balasan konfirmasi yang lebih sedikit atau lebih banyak dari yang diantisipasi.
Ketidakmampuan untuk menghasilkan bukti atas aktivitas pengujian dan implementasi
terhadap pengembangan dan perubahan program sistem utama untuk perubahan dan
penyebaran sistem di tahun berjalan.

3. Hubungan problematik atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen, termasuk:
Penolakan atas akses terhadap catatan, fasilitas, karyawan tertentu, pelanggan,
pemasok, atau lainnya yang darinya bukti audit dapat diperoleh.
Tekanan waktu yang berlebihan yang dipaksakan oleh manajemen untuk menyelesaikan
isu yang kompleks atau kontroversial.

15
Keluhan oleh manajemen tentang pelaksanaan audit atau intimidasi manajemen
terhadap anggota tim perikatan, terutama dalam hubungannya dengan penilaian auditor
yang penting atas bukti audit atau dalam penyelesaian ketidaksepahaman yang potensial
dengan manajemen.
Penundaan yang tidak biasa oleh entitas dalam menyediakan informasi yang diminta.
Keengganan untuk menyediakan akses terhadap arsip elektronik utama bagi auditor
untuk melakukan pengujian dengan menggunakan teknik audit berbantuan komputer.
Penolakan akses terhadap staf dan fasilitas operasi teknologi informasi utama, termasuk
keamanan, operasi, dan personel pengembangan sistem
Keengganan untuk menambah atau merevisi pengungkapan dalam laporan keuangan
untuk membuat pengungkapan tersebut menjadi lengkap dan dapat dipahami.
Keengganan untuk menanggapi defisiensi yang diidentifikasi dalam pengendalian
internal secara tepat waktu.

CONTOH 2
Respons SpesifikKesalahan Penyajian Yang Disebabkan Oleh Pelaporan Keuangan
Yang Mengandung Kecurangan
Pengakuan Pendapatan
Melakukan prosedur analitis substantif yang berkaitan dengan pendapatan dengan
menggunakan data yang tidak teragregasi, sebagai contoh, membandingkan
pendapatan yang dilaporkan menurut bulan dan menurut lini produk atau segmen
bisnis selama periode pelaporan kini dengan periode pelaporan lalu. Teknik audit
berbantuan komputer mungkin berguna dalam mengidentifikasi hubungan atau
transaksi pendapatan yang tidak biasa atau tidak diduga.
Melakukan konfirmasi kepada pelanggan tentang kondisi dan ketentuan tertentu yang
relevan dan tidak adanya perjanjian samping, karena perlakuan akuntansi yang tepat
sering dipengaruhi oleh ketentuan atau perjanjian tersebut, dan basis atau periode
untuk rabat sering tidak didokumentasikan dengan baik. Sebagai contoh, kriteria
penerimaan, ketentuan pengiriman dan pembayaran, tidak adanya kewajiban pemasok
di masa depan atau yang berkelanjutan, hak untuk mengembalikan produk, nilai
penjualan kembali yang dijamin, dan klausul pembatalan atau pengembalian sering
relevan dalam kondisi tersebut.

16
Mewawancarai personel penjualan dan pemasaran atau penasihat hukum internal
entitas tentang penjualan atau pengiriman mendekati akhir periode dan pengetahuan
mereka atas adanya kondisi atau ketentuan yang tidak biasa yang terkait dengan
transaksi tersebut.
Berada secara fisik di satu atau lebih lokasi pada akhir periode untuk mengamati
barang yang sedang dikirim atau siap untuk dikirim (atau retur yang menunggu untuk
diproses) dan melaksanakan prosedur pisah batas yang tepat lainnya ataspenjualan
dan persediaan.
Untuk situasi yang di dalamnya transaksi pendapatan yang dimulai, diproses, dan
dicatat secara elektronik, menguji pengendalian untuk menentukan apakah
pengendalian tersebut memberikan keyakinan bahwa transaksi pendapatan yang
tercatat telah terjadi dan dicatat dengan tepat.

Kuantitas Persediaan
Memeriksa catatan persediaan entitas untuk mengidentifikasi lokasi atau persediaan
yang membutuhkan perhatian khusus selama atau setelah penghitungan fisik
persediaan.
Mengamati penghitungan persediaan pada lokasi tertentu tanpa memberitahu lebih
dahulu atau melaksanakan penghitungan persediaan pada semua lokasi pada tanggal
yang sama.
Melaksanakan penghitungan persediaan pada atau mendekati akhir periode pelaporan
untuk meminimumkan risiko manipulasi yang tidak semestinya selama periode antara
tanggal penghitungan dengan akhir periode pelaporan.
Melakukan prosedur tambahan selama pengamatan penghitungan, sebagai contoh,
memeriksa secara lebih saksama isi barang yang dibungkus dalam kotak, bagaimana
barang disusun dalam tumpukan (sebagai contoh, adanya ruang kosong) atau diberi
label, dan kualitas (yaitu kemurnian, kadar, atau konsentrasi) substansi cair seperti
parfum atau zat kimia khusus. Penggunaan hasil kerja pakar dapat membantu dalam
hal ini.
Membandingkan kuantitas periode kini dengan periode lalu menurut jenis atau
kategori persediaan, lokasi, atau kriteria lainnya, atau membandingkan kuantitas yang
dihitung dengan catatan akuntansinya.

17
Menggunakan teknik audit berbantuan komputer untuk menguji lebih lanjut kompilasi
penghitungan fisik persediaan, sebagai contoh, menyortir menurut nomor kartu untuk
menguji pengendalian atas kartu atau menurut nomor seri persediaan untuk menguji
kemungkinan adanya persediaan yang tidak terhitung atau adanya duplikasi
perhitungan.
Estimasi Manajemen
Menggunakan pakar untuk mengembangkan estimasi independen sebagai
perbandingan terhadap estimasi manajemen.
Memperluas wawancara kepada individu di luar manajemen dan departemen
akuntansi untuk mendukung kemampuan dan maksud manajemen untuk
melaksanakan rencana yang relevan dengan pengembangan estimasi.

CONTOH 3
Respons SpesifikKesalahan Penyajian yang Diakibatkan oleh Penyalahgunaan Aset
Kondisi yang berbeda akan menentukan respons yang berbeda. Pada umumnya, respons audit
terhadap suatu risiko yang dinilai atas kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan yang berkaitan dengan penyalahgunaan aset akan diarahkan pada saldo akun dan
kelompok transaksi tertentu. Meskipun beberapa respons audit yang dijelaskan dalam dua
kategori tersebut di atas dapat berlaku dalam kondisi tersebut, ruang lingkup pekerjaan harus
dihubungkan dengan informasi spesifik tentang risiko penyalahgunaan yang telah
diidentifikasi.
Menghitung uang atau efek pada atau mendekati akhir tahun.
Melakukan konfirmasi secara langsung kepada pelanggan atas aktivitas akun (termasuk
memo kredit dan aktivitas retur penjualan, serta tanggal dilakukannya pembayaran) untuk
periode yang diaudit.
Menganalisis pemulihan akun aset yang telah dihapus.
Menganalisis berkurangnya persediaan menurut lokasi atau tipe produk.
Membandingkan rasio utama persediaan dengan rasio industri.
Menelaah dokumentasi pendukung atas berkurangnya persediaan dalam catatan akuntansi
persediaan.
Melaksanakan pencocokan secara komputerisasi atas daftar pemasok dengan daftar
karyawan untuk mengidentifikasi adanya kesamaan alamat atau nomor telepon.

18
Melaksanakan pencarian secara komputerisasi atas catatan penggajian untuk
mengidentifikasi adanya duplikasi alamat, identitas karyawan, atau Nomor Pokok Wajib
Pajak atau rekening bank.
Menelaah arsip personel yang hanya berisi sedikit aktivitas atau tidak ada aktivitas sama
sekali, sebagai contoh, tidak adanya evaluasi kinerja.
Menganalisis diskon dan retur penjualan untuk pola atau tren yang tidak biasa.
Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga atas kondisi dan ketentuan tertentu dari
kontrak.
Memperoleh bukti bahwa kontrak dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan ketentuan yang
telah ditentukan.
Menelaah kelayakan beban dalam jumlah besar dan tidak biasa.
Menelaah otorisasi dan nilai tercatat dari piutang kepada manajemen senior dan pihak
berelasi.
Menelaah tingkat dan kelayakan laporan pertanggungjawaban beban yang disampaikaN
oleh manajemen senior.

19
TANYA JAWAB

1. Apa yang dapat dilakukan oleh KAP dan auditor untuk meningkatkan kesadaran
akan pentingnya skeptisisme profesional dan penerapannya?
Jawab : Skeptisisme profesional dalam tim perikatan juga dipengaruhi baik oleh
kepemimpinan KAP dan rekan perikatan, maupun oleh lingkungan bisnis dan
budaya KAP. SA dan SPM No. 1 mencakup ketentuan dan panduan yang
dirancang untuk membantu menciptakan lingkungan baik di tingkat KAP
maupun perikatan agar auditor dapat menumbuhkan skeptisisme profesional
yang tepat.
Tingkat KAP
Kepemimpinan KAP dan contoh yang ditetapkan memengaruhi secara
signifikan budaya internal KAP. Oleh karenanya, dukungan dari atas (tone of
the top) dan penegakan yang berkelanjutan terkait pentingnya skeptisisme
profesional dalam perikatan audit akan memengaruhi perilaku individu.
Kesempatan bagi KAP untuk menetapkan ekspektasi mengenai pentingnya
skeptisisme profesional, sebagai contoh, jika:
Penetapan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk mendukung
budaya internal yang mengakui pentingnya mutu dalam melaksanakan
suatu perikatan.17
Dukungan atas budaya internal yang berorientasi pada mutu bergantung
pada tindakan dan pesan yang jelas, konsisten, dan berulang dari setiap
tingkatan manajemen KAP.
Menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP memiliki jumlah personel yang cukup
dengan kompetensi, kemampuan dan komitmen terhadap prinsip etika
profesi yang diperlukan.
Mengembangkan dan menerapkan pelatihan internal dan program
pendidikan berkelanjutan untuk semua tingkatan personel KAP. Hal ini
dapat dicapai melalui, misalnya, pengalaman kerja, pelatihan selama
perikatan (on-the-job-training), bimbingan oleh staf yang lebih
berpengalaman (sebagai contoh, anggota lain dari tim perikatan), dan
pendidikan mengenai independensi.

20
Tingkat Perikatan
Pada tingkat perikatan, rekan perikatan harus bertanggung jawab atas
keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang ditugaskan kepada rekan yang
bersangkutan. Tindakan rekan perikatan dan pesan yang tepat kepada anggota
lain tim perikatan menekankan bahwa mutu merupakan hal yang esensial
dalam melaksanakan perikatan audit dan pentingnya mutu audit terhadap,
sebagai contoh, kemampuan tim perikatan untuk menyampaikan hal-hal yang
menjadi perhatiannya tanpa rasa takut terhadap hal-hal yang merugikan
dirinya dan dalam menerbitkan laporan auditor yang sesuai dengan
kondisinya.
Suatu kesempatan yang ideal untuk menanggapi dan menekankan dengan tim
perikatan betapa pentingnya mempertahankan skeptisisme profesional
sepanjang audit adalah selama diskusi oleh rekan perikatan dan anggota kunci
tim perikatan lainnya mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap
kesalahan penyajian material. Diskusi ini mencakup penerapan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku terhadap situasi dan fakta entitas, dan
menempatkan penekanan khusus tentang bagaimana dan pada bagian mana
dari laporan keuangan kemungkinan rentan terhadap kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan, termasuk bagaimana kecurangan
mungkin terjadi (mengesampingkan keyakinan anggota tim perikatan bahwa
mungkin manajemen dan TCWG jujur dan memiliki integritas). Diskusi ini
juga menyediakan suatu basis bagi anggota tim perikatan mengomunikasikan
dan berbagi informasi baru yang dapat memengaruhi penilaian risiko atau
prosedur audit yang dilaksanakan.
Kesempatan lain bagi rekan perikatan untuk menetapkan ekspektasi
mengenai pentingnya skeptisisme profesional, sebagai contoh, saat
bertanggung jawab atas:
Arah, supervisi dan pelaksanaan perikatan audit.
Penelaahan pekerjaan yang sedang dilakukan. Dalam hal ini, rekan
perikatan, khususnya, memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman
untuk diberikan dalam membantu anggota tim yang kurang berpengalaman
dalam mengembangkan pikiran, mempertanyakan, dan kritis melalui
penelaahan atas, antara lain, hal kritikal dari pertimbangan dan risiko yang

21
signifikan. Ulasan tepat waktu juga dapat membantu hal-hal signifikan
(sebagai contoh, pertimbangan atas hal yang kritis, terutama yang
berkaitan dengan hal-hal yang sulit atau kontroversial, yang diidentifikasi
selama pelaksanaan perikatan) untuk diselesaikan pada atau sebelum
tanggal laporan auditor
Tim perikatan melakukan konsultasi yang tepat atas hal yang sulit atau
kontroversial dan bahwa kesimpulan sebagai hasil dari konsultasi tersebut
telah diimplementasikan
Ketika kegiatan di tingkat KAP dan tingkat perikatan berkontribusi terhadap
pola pikir skeptisisme profesional, hal itu adalah tetap menjadi tanggung
jawab masing-masing individu auditor untuk mempertahankan sikap
skeptisisme profesional. Sebagaimana pertimbangan profesional, skeptisisme
profesional perlu dilakukan selama audit. Mempertahankan skeptisisme
profesional selama audit diperlukan auditor untuk mengurangi risiko
kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim, terlalu
menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari
observasi audit, atau menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam
menetapkan sifat, saat dan luas prosedur audit serta penilaian atas hasilnya.

2. Mengapa kecurangan pada perusahaan tidak dapat terdeteksi oleh auditor? Apa
tindakan yang dilakukan jika ditemukan kecurangan ?
Jawab : Hal ini disebabkan kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan
terorganisasi secara cermat yang dirancang untuk menutupinya, seperti
pemalsuan, secara sengaja gagal mencatat transaksi, atau penyajian keliru
yang disengaja kepada auditor. Usaha-usaha penyembunyian tersebut mungkin
akan lebih sulit untuk dideteksi jika disertai dengan kolusi. Kolusi dapat
menyebabkan auditor percaya bahwa bukti audit meyakinkan, walaupun pada
kenyataannya bukti tersebut palsu.
Yang harus dilakukan oleh auditor jika menemukan kecurangan:
a) Meminta keterangan dari manajemen atau audit internal pengetahuan
tentang kecurangan yg aktual, diduga, dicurigai berdapak pada entitas.
b) Memperoleh pemahaman tentang bagaimana pihak yang bertanggung
jawab terhadap tata kelola melakukan pengawasan terhadap proses yang
diterapkan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan merespons risiko
22
kecurangan dalam entitas dan pengendalian internal yg telah ditetapkan
oleh manajemen untuk mengurangi risiko tersebut.
c) Mengevaluasi apakah hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang telah
diidentifikasi ketika melaksanakan prosedur analitis, termasuk yang terkait
dengan akun pendapatan, dapat mengindikasikan adanya risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
d) Mengevaluasi apakah informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian
risiko lain dari aktivitas terkait yang telah dilaksanakan mengindikasikan
bahwa terdapat satu atau lebih faktor risiko kecurangan.

3. Bagaimana Tanggung jawab auditor atas kecurangan dalam bidang hukum yang
ada di Indonesia ?
Jawab : Berdasarkan ISA (SA 240 ; paragraph 43) Jika auditor telah mengidentifikasi
atau menduga adanya suatu kecurangan, maka auditor harus menentukan
apakah ada tanggung jawab auditor untuk melaporkan kejadian atau dugaan
tersebut kepada pihak di luar entitas. Meskipun tugas profesional auditor untuk
menjaga kerahasiaan informasi klien mungkin menghalangi pelaporan tersebut,
tanggung jawab hukum auditor dapat mengabaikan tugas menjaga kerahasiaan
tersebut dalam beberapa kondisi.
Terkait dengan tanggung jawab auditor atas kecurangan dalam bidang hukum
di Indonesia, maka :
Tanggung jawab hukum auditor bervariasi menurut yurisdiksi
Dalam kondisi tertentu, tugas penjagaan kerahasiaan dapat diabaikan oleh
peraturan perundang-undangan (termasuk keputusan pengadilan)
Jika diperlukan Auditor dapat memperoleh advis hukum untuk menentukan
tindakan yang tepat dengan tujuan untuk memastikan langkah-langkah yang
diperlukan dalam mempertimbangkan aspek kepentingan publik terhadap
kecurangan yang teridentifikasi.
Di beberapa Negara lain :
Auditor suatu institusi keuangan memiliki tanggung jawab untuk
melaporkan kecurangan kepada badan pengawas
Tanggung jawab auditor ada untuk melaporkan kesalahan penyajian
kepada badan yang berwenang atas hal tersebut ketika manajemen dan

23
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola gagal untuk melakukan
tindakan perbaikan.

4. Jelaskan tanggung jawab auditor dan manajemen terhadap laporan keuangan !


Jawab : Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecuranga.
Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji
material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material
terhadap laporan keuangan. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang
sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang akan,
di antaranya, mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi
(termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi3 manajemen
yang tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aktiva, utang,
dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian
langsung manajemen. Manajemen memiliki tanggung jawab terhadap laporan
keuangan dan pengendalian internal.

5. Bagaimana hubungan Skeptisisme profesional dengan Pertimbangan profesional ?


Jawab : Skeptisisme profesional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang
selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat
mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti
audit. (ISA ; SA 200), sedangkan Pertimbangan profesional: Penerapan
pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan, dalam konteks standar
audit, akuntansi, dan etika, dalam membuat keputusan yang diinformasikan
24
tentang tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi dalam perikatan audit. (ISA ;
SA 200). Dapat disimpulkan bahwa skeptisisme merupakan sikap atau
penilaian kritis terhadap bukti audit maupun pernyataan dalam proses audit.
Sedangkan pertimbangan professional akan merujuk pada keputusan yang
diambil terkait penilaiannya atau pemberian opini terhadap laporan keuangan
yang diaudit.
Skeptisisme profesional memiliki hubungan atau kaitan yang erat dengan
pertimbangan profesional. Sikap atau penilaian penuh kritisi terhadap bukti
audit dengan didukung oleh keputusan yang akan diinformasikan yang didasari
pengetahuan dari pelatihan dan pengalaman yang relevan dapat digunakan oleh
auditor agar terhindar dari penipuan yang dilakukan oleh manajemen dalam
proses audit. Keduanya penting untuk melaksanakan audit secara tepat dan
merupakan kunci terhadap kualitas audit. Skeptisisme profesional memfasilitasi
penerapan yang tepat atas pertimbangan profesional oleh auditor, terutama
dalam membuat keputusan tentang, misalnya:
a. Sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan dilaksanakan.
b. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan apakah
pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari SA.
c. Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam menerapkan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku bagi entitas.
d. Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, sebagai
contoh, penilaian atas kewajaran estimasi yang dibuat oleh manajemen
dalam menyusun laporan keuangan

6. Bagaimana tanggung jawab auditor dalam proses audit jika terjadi kecurangan
atau kesalahan ?
Jawab : Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian baik material atau
tidak, dan auditor memiliki alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin
merupakan atau akibat dari kecurangan dan bahwa manajemen terlibat
didalamnya, maka auditor harus mengevaluasi ulang penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan
dampaknya terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit untuk merespons
risiko yang telah ditentukan. Auditor juga harus mempertimbangkan apakah
keadaan atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan kolusi yang
25
melibatkan karyawan, manajemen, atau pihak ketiga ketika
mempertimbangkan kembali keandalan bukti audit
Jika auditor mengonfirmasikan atau tidak dapat menyimpulkan tentang apakah
laporan keuangan kesalahan penyajian secara material yang diakibatkan oleh
kecurangan, maka auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap audit.
7. Dalam proses audit, pada tahap apa diperlukan skeptisme profesional ?
Jawab : Skeptisisme profesional penting dan diperlukan sepanjang keseluruhan proses
atau tahapan audit. Skeptisisme profesional auditor menjadi sangat penting
ketika menangani area audit yang lebih kompleks, signifikan atau
pertimbangan yang tinggi seperti estimasi akuntansi, termasuk estimasi
akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan terkait. Beberapa contoh penggunaan
skeptisisme dalam tahap audit sebagai berikut :
a) Tahap Penerimaan perikatan, ketika mempertimbangkan hal-hal seperti
integritas pemilik utama dan manajemen.
b) Mengidentifikasi dan menilai risiko atas kesalahan penyajian material,
ketika:
Melaksanakan prosedur penilaian risiko (termasuk diskusi tim perikatan
terhadap kerentanan laporan keuangan entitas atas kesalahan penyajian
material
Merevisi penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan penyajian
material dan memodifikasi prosedur audit lanjutan yang direncanakan
sebelumnya. Misalnya, akibat dari informasi baru yang tidak konsisten
dengan bukti audit awal yang menjadi dasar penilaian auditor, atau
sebagai akibat dari perubahan kondisi yang terjadi, adanya informasi
baru, atau perubahan pemahaman auditor atas entitas dan operasinya
sebagai hasil dari pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut
c) Merancang sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut yang merupakan
respons terhadap risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material,
dan mengevaluasi bukti audit. Seperti ketika :
Mempertimbangkan, untuk area risiko yang dinilai lebih tinggi,
kebutuhan untuk meningkatkan kuantitas bukti atau memperoleh bukti
yang lebih relevan atau andal, misalnya dengan menekankan pada

26
pemerolehan bukti dari pihak ketiga atau dengan memperoleh bukti
penguat dari sejumlah sumber yang independen.
Merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, termasuk
ketika mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar untuk
mengembangkan ekspektasi auditor, dan ketika mengidentifikasi dan
menginvestigasi adanya fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten
dengan informasi relevan lainnya atau yang berbeda secara signifikan
dengan nilai yang diharapkan. Ekpektasi auditor memberikan peranan
penting ketika mengevaluasi hasil prosedur analitis dan meminta
keterangan dari manajemen atas perbedaan dari nilai yang diharapkan.
Menanggapi situasi seperti saat manajemen menolak untuk
mengizinkan auditor mengirimkan permintaan konfirmasi.
d) Merumuskan opini apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Misalnya, ketika:
Menyimpulkan tentang apakah keyakinan memadai diperoleh dan
apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk
mendukung kesimpulan tersebut Mempertimbangkan implikasi opini
jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang diperlukan.
Mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun berdasarkan suatu
kerangka penyajian wajar telah mencapai penyajian wajar,
mempertimbangan dua hal:
Bagaimana penyajian, struktur dan isi laporan keuangan secara
keseluruhan.
Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan
terkait, mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya
dengan suatu cara yang mencapai penyajian wajar.

8. Sejauh mana dampak kecurangan akan mempengaruhi opini yang akan diberikan
auditor terhadap laporan keuangan yang diauditnya ?
Jawab : Tanggung jawab auditor terhadap kecurangan hanya sebatas sepengetahuannya
dalam proses audit, karena dalam audit laporan keuangan tidak terdapat
kewajiban untuk menelursuri kecurangan tersebut, hanya sebatas menilai

27
dan melaporkan saja, untuk menelusuri kecurangan dibutuhkan teknik dan
jasa audit lain yang disebut audit investigasi. Namun, jika terdapat
kecurangan yang teridentifikasi oleh auditor dalam proses audit harus
dinilai terlebih dahulu, apakah kecurangan yang menyebabkan kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan tersebut material atau tidak material.
Jika kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
kecurangan bersifat material maka hal ini dapat saja mempengaruhi opini
auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas, bisa saja auditor
memberikan opini tidak wajar terhadap laporan keuangan entitas yang di
audit tersebut. Tetapi, jika dianggap kesalahan penyajian laporan keuangan
akibat kecurangan bersifat non material maka tidak akan mempengaruhi
opini auditor terhadap hasil audit laporan keuangan suatu entitas.

9. Jika suatu perusahaan mengganti auditor A dengan auditor B, sejauh mana


tanggung jawab auditor terhadap audit yang telah dilakukan sebelumnya ?
Jawab : PENERIMAAN PENUGASAN
Setiap kantor akuntan publik selalu bersaing dengan kantor akuntan publik
lainnya. Mereka harus dapat menghimpun sebanyak mungkin klien, untuk
mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, auditor harus
mempertimbangkan secara matang setiap permintaan auditing atau penugasan
audit dari klien. Permintaan tersebut dapat berasal dari klien lama atau klien
baru. Auditor perlu memperhatikan dengan cermat setiap penugasan audit
terutama audit atas klien baru. Klien baru dibedakan menjadi dua yaitu: Klien
yang sama skali belum pernah diaudit; Klien pindahan dari kantor akuntan
publik lain. Untuk klien baru yang sama sekali belum pernah diaudit tidak
timbul masalah berpindahnya atau beralihnya kantor akuntan publik yang
ditunjuk. Pada klien baru pindahan masalah tersebut muncul, karena
menyangkut etika professional. Untuk itu perlu diketahui alasan mengapa
seorang klien berpindah akuntan publik. Ada beberapa penyebab klien
berganti kantor akuntan publik, antara lain: Merger dua perusahaan yang
kantor akuntan publiknya berbeda. Ketidakpuasan terhadap kantor akuntan
publik. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa sebab. Ada empat penyebab
ketidakpuasan klien terhadap kantor akuntan publik lama, yaitu: Klien merasa
28
fee kantor akuntan publik lama terlalu tinggi. Klien membutuhkan jasa
professional yang lebih luas dan tidak sekedar audit atas laporan keuangan
saja, tetapi jasa profesi lainnya seperti konsultasi pajak, dan konsultasi
manajemen. Dalam setiap permintaan audit atau penugasan, auditor harus
mempertimbangkan tiga hal penting, yaitu: Tanggung jawabnya terhadap
publik, yaitu independensi, integritas, dan obyektivitas. Tanggungjawabnya
terhdap klien, yaitu melakukan audit dengan kompetensi dan profesionalisme
yang tinggi. Tanggung jawabnya terhadap rekan lain seprofesi, yaitu
mengembangkan kehidupan profesi dan kemampuan melayani publik.
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang
manajemen klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi
penting bagi auditor pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA NO. 16,
komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti (SA 315.02)
mengharuskan auditor pengganti untuk mengambil inisiatif untuk
berkomunikasi dengan auditro pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis.
Komunikasi harus dilakukan dengan persetujuan klien, dan klien diminta
untuk mengijinkan auditor pendahulu untuk memberikan jawaban lengkap atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajuka auditor pengganti. Persetujuan klien
diperlukan karena kode etik profesi melarang auditor untuk mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dalam audit tanpa ijin klien.

10. Bagaimana kaitan manajemen representasi dengan tanggung jawab auditor dan
kecurangan ?
Jawab : Manajemen representasi berisikan pernyataan tertulis dari manajemen bahwa
manajemen telah memenuhi tanggung jawab atas penyusunan laporan
keuangan, laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku, bebas
dari salah saji, jujur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menyatakan
juga bahwa manajemen telah memberikan semua informasi tanpa ada yang
disembunyikan atau ditutup-tutupi dan jika relevan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola mengakui tanggung jawab mereka atas pengendalian
internal yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara untuk mencegah
dan mendeteksi kecurangan. Auditor harus memperoleh representasi tertulis
dari manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, sehingga
jika dalam proses audit teridentifikasi adanya kesalahan penyajian akibat
29
kecurangan material yang dilakukan oleh manajemen, maka akan berdampak
pada opini audit atas laporan keuangan entitas tersebut. Dan bila suatu hari
terjadi kemungkinan adanya permasalahan hukum atas kecurangan tersebut,
maka pihak auditor tidak bertanggung jawab lagi, karena telah ada pernyataan
dari pihak manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas.

11. Sampai saat ini telah terjadi banyak dkandal / kasus yang melibatkan akuntan
publik baik diluar negeri maupun didalam negeri. Menurut anda seberapa tinggi
tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan
independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang
dihasilkan oleh akuntan publik?
Jawab : Ketika melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih
mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya.
Kemudian dengan sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan
dalam laporan auditnya jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan
kliennya. Kompetensi dalam praktik akuntan publik menyangkut masalah
kualitas teknis dari anggota dan stafnya serta kemampuan untuk mengawasi
dan menilai mutu tugas yang telah dikerjakan. Sedangkan independensi berarti
adanya kejujuran dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta
dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam diri akuntan
dalam merumuskan dan mengungkapkan pendapatnya. Dengan begitu, setiap
auditor memerlukan keduanya. Karena apabila auditor hanya memiliki
kompetensi dan tidak memiliki independensi yang tinggi, maka dalam
melaksanakan auditnya auditor tidak dapat menghasilkan kualitas audit yang
baik. Hal itu dikarenakan apabila hanya memiliki kompetensi yang baik tetapi
mudah dipengaruhi oleh pihak lain maka auditor bisa memanipulasi hasil
auditnya dengan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan apabila hanya
memiliki independensi yang tinggi tetapi kurang memiliki kompetensi maka
auditor akan sulit melaksanakan audit dan mencari masalah yang dihadapi
karena kurangnya pemahaman mengenai proses audit, baik dalam bidang
auditnya sendiri ataupun dalam bidang akuntansi.

30
Maka dapat disimpulkan sikap kompetensi bisa ditegakkan jika auditor
independen dan sikap kompetensi dan independen yang baik yang dimiliki
auditor akan menunjang auditor dalam menghasilkan kualitas audit yang baik

12. Apa itu TCWG dan bagaimana tanggung jawab TCWG ?


Jawab : TCWG ( Those Charged with Governance) digunakan dalam kaitannya dengan
dan sebagai tambahan atas tugas atau kegiatan manajemen. Tujuannya ialah
untuk menegaskan bahwa disamping fungsi pengelolaan perusahaan (ditangan
manajemen), dalam entitas itu juga ada fungsi pengawasan pada tatanan atas
(yang diistilahkan dengan TCWG). Fungsi pengawasan pada tatanan atas
dalam entitas itu, memperkuat sistem pelaporan keuangan.
Selanjutnya disebutkan, TCWG lazimnya bertanggung jawab untuk :
Memastikan bahwa entitas itu mencapai tujuannya dalam hal terpercayanya
proses pelaporan keuangan;
Efektif dan efisiennya kegiatan operasi;
Mendorong kepatuhan terhadap ketentuan perundangan; dan
Melaporkan kepada pihak ketiga yang mempunyai kepentingan.

31
KESIMPULAN

Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan dalam penyajian material


guna memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan dengan
melakukan audit berdasarkan SA. Auditor bertanggung jawab kepada kecurangan hanya
sebatas sepengetahuannya dalam proses audit, karena dalam audit laporan keuangan tidak
terdapat kewajiban untuk menelusuri kecurangan tersebut hanya sebatas menilai dan
melaporkan saja, karena untuk menelusuri kecurangan dibutuhkan teknik dan jasa audit lain
yang disebut audit investigatif.

Jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian baik material atau tidak,
dan auditor memiliki alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin merupakan atau akibat
dari kecurangan dan bahwa manajemen terlibat didalamnya, maka auditor harus
mengevaluasi ulang penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dan dampaknya. Jika kesalah penyajian bersifat non material, auditor masi bisa
mmberika opini wajar tanpa pngecualian.

Dalam mendeteksi kecurangan audit, auditor harus memiliki sikap skeptisisme dan
pertimbangan profesional. Skeptisisme profesional memiliki hubungan atau kaitan yang erat
dengan pertimbangan profesional. Sikap atau penilaian penuh kritis terhadap bukti audit
dengan didukung oleh keputusan yang akan diinformasikan didasari pengetahuan dari
pelatihan dan pengalaman yang relevan dapat digunakan oleh auditor agar terhindar dari
penipuan yang dilakukan oleh manajemen dalam proses audit.

Dalam proses audit, Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen
dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, sehingga jika teridentifikasi adanya
kesalahan penyajian akibat kecurangan material yang dilakukan oleh manajemen, maka akan
berdampak pada opini audit atas laporan keuangan entitas tersebut. Dan bila suatu hari terjadi
kemungkinan adanya permasalahan hukum atas kecurangan tersebut, maka pihak auditor
tidak bertanggung jawab lagi, karena telah ada pernyataan dari pihak manajemen dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.

32

Anda mungkin juga menyukai