Anda di halaman 1dari 13

Sulawesi Barat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sulawesi Barat

Lambang

Semboyan: "Mellete Diatonganan; "


( Meniti pada Kebenaran)

Hari jadi 5 Oktober 2004 (hari jadi)

Dasar hukum UU 26/2004

Ibu kota Mamuju

Area

- Total luas 16.787,18 km2

Populasi

- Total 1.316.812 (2015)[1]


Pemerintahan

- Gubernur Ali Baal Masdar

- Wagub Enny Anggraeny Anwar

- Ketua DPR Andi Mappangara


D

- Sekda Ismail Zainuddin

- Kabupaten 6

- Kecamatan 69

APBD

- DAU Rp. 685.497.592.000.-

Demografi

- Etnis Mandar 49,15%


Toraja 13,95%
Bugis 10,79%
Jawa 5,38%
Makassar 1,59%
Suku Lainnya 19,15%

- Agama Islam 80.25%


Kristen Protestan 15.43%
Hindu 2.75%
Katolik 1.55%
Buddha 0,02%[2]

- Bahasa Bahasa Indonesia, bahasa


Mandar, bahasa Bugis, bahasa
Toraja, bahasa Makassar

Peta Sulawesi Barat


Sulawesi Barat adalah provinsi hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi
yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukotanya
ialah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km. Suku-suku yang ada di provinsi ini
terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%),
Makassar (1,59%) dan suku lainnya (19,15%).
Sumber Kekayaan Alam
Sulawesi Barat dikenal memiliki banyak objek lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga
penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa dan cengkeh. Di sektor
pertambangan terdapat kandungan emas, batubara dan minyak bumi.

Masa penjajahan
Pada masa penjajahan, wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah bagian dari 7 wilayah
pemerintahan yang dikenal dengan nama Afdeling Mandar yang meliputi empat onder
afdeling, yaitu:

1. Onder Afdeling Majene beribukota Majene;


2. Onder Afdeling Mamuju beribukota Mamuju;
3. Onder Afdeling Polewali beribukota Polewali;
4. Onder Afdeling Mamasa beribukota Mamasa.

Onder Afdeling Majene, Mamuju dan Polewali yang terletak di sepanjang garis pantai barat
pulau Sulawesi mencakup 7 wilayah kerajaan (Kesatuan Hukum Adat) yang dikenal dengan
nama Pitu Baqbana Binanga (Tujuh Kerajaan di Muara Sungai) yang meliputi:

1. Balanipa di Onder Afdeling Polewali(dipimpin oleh Ambo Caca Daeng Magasing);


2. Binuang di Onder Afdeling Polewali;
3. Sendana di Onder Afdeling Majene;
4. Banggae/Majene di Onder Afdeling Majene;
5. Pamboang di Onder Afdeling Majene;
6. Mamuju di Onder Afdeling Mamuju;
7. Tappalang di Onder Afdeling Mamuju.
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota

Logo
N Kabupaten/Kot Pusat Kelurahan/des
Bupati Kecamatan
o. a pemerintahan a

Kabupaten Fahmi
1 Majene 8 20/62
Majene Massiara

Kabupaten Ramlan
2 Mamasa 17 13/168
Mamasa Badawi

Kabupaten Habsi
3 Mamuju 11 11/89
Mamuju Wahid

Aras
Kabupaten
4 Tobadak Tammaun 5 -/54
Mamuju Tengah
i

Agus
Kabupaten
5 Pasangkayu Ambo 12 4/59
Mamuju Utara
Djiwa

Andi
Kabupaten
6 Polewali Ibrahim 16 23/144
Polewali Mandar
Masdar

Daftar gubernur
Gubernur
Lambang Gubernur Sulawesi Barat Republik
Indonesia

Petahana
Ali Baal Masdar
Sejak 12 Mei 2017

Pemegang pertama Oentarto Sindung Mawardi

Dibentuk 16 Oktober 2004

Halaman ini berisi daftar gubernur provinsi Sulawesi Barat.

Mulai Akhir Wakil


Gubernur Masa Ket.
Jabatan Jabatan Gubernur

Oentarto
16 Oktober 21 Oktober [ket. 1]
Sindung
2004 2005
Mawardi

14
Syamsul Arif 21 Oktober [ket. 2]
Desember
Rivai 2005
2006

[ket. 3]
1 Anwar 14 14 1 Muhammad
Adnan Desember Desember Amri Sanusi
Saleh 2006 2011
14 14
Aladin S.
Desember Desember 2
Mengga
2011 2016

14 30
Ismail [ket. 4]
Desember Desember
Zainuddin
2016 2016

30
Carlo Brix [ket. 5]
Desember 12 Mei 2017
Tewu
2016

Enny
12 Mei 2017 sekarang 1 Anggraini
Ali Baal Anwar
2
Masdar

Keterangan

1. Pejabat Gubernur, Oentarto sebelumnya menjabat Dirjen Otda Depdagri.


Oentarto dilantik oleh Mendagri Hari Sabarno
2. Pejabat Gubernur, Syamsul dilantik oleh Mendagri Muhammad Ma'ruf
3. Ditetapkan sebagai pemenang Pilkada Gubernur Sulbar pada 28 Agustus 2006.
Dilantik oleh Mendagri Muhammad Ma'ruf
4. Pelaksana Harian merangkap Sekda hingga pejabat baru dari Pilkada serentak
dilantik
5. Penjabat Gubernur, Carlo dilantik oleh Mendagri Tjahjo Kumolo
Demografi
Penduduk Sulawesi Barat berdasarkan hasil survei Sosial dan Ekonomi Nasional
(SUSENAS) Tahun 2006 berjumlah 992.656 jiwa yang tersebar di 5 kabupaten, dengan
jumlah penduduk terbesar yakni 356.391 jiwa mendiami Kabupaten Polewali Mandar.
Penduduk usia kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan kerja adalah
penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja
adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.
Penduduk usia kerja di daerah Sulawesi Barat pada tahun 2006 berjumlah 751.180 jiwa.
Dari seluruh penduduk usia kerja yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah 444.324
jiwa atau lebih dari 50 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja
yang berjumlah 444.324 jiwa tercatat bahwa 53.215 orang dalam status mencari pekerjaan.
dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Barat pada
tahun 2006, yakni sebesar 11,98 persen. Angka ini merupakan rasio antara pencari pekerjaan
dan jumlah angkatan kerja. Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk
Sulawesi Barat bekerja pada sektor pertanian yang berjumlah 276.299 orang atau 70,64
persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lainnya yang juga menyerap tenaga kerja
cukup besar adalah sektor perdagangan dan jasa-jasa.

Topograpi, Jenis Tanah dan Iklim


Keadaan Topografi Wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari dataran rendah dan
daratan tinggi. Luas wilayah 16.787 km2, panjang garis pantai 750,72 km dengan luas
kewenangan laut 5.580,35 km, kultur yang Agraris, dan iklim tropis type B. Daerah
bergelombang, berbukit sampai bergunung dengan kemiringan agak curam dan sangat curam,
masing-masing meliputi; Bagian Timur Kabupaten Mamuju,
Bagian Utara Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene dan Mamasa. Sedangkan
jenis tanah di Sulawesi Barat berdasarkan laporan survey Lembagan Penelitian Tanah Bogor
terdiri dari :
- Tanah Latosol terdapat pada daerah Kabupaten Majene, Mamuju dan Mamuju
Utara.
- Tanah Alluvial dan Glay, terdapat pada daerah Polewali Mandar.
- Tahan Podsolik, terdapat pada sebagian besar Kabupaten Mamuju, Polewali
Mandar dan Mamasa.
Keadaan iklim dengan memperbandingkan bulan kering dan bulan basah, Provinsi
Sulawesi Barat mempunyai 3 (Tiga) tipe iklim yaitu : Type A adalah daerah yang paling
sedikit bulan keringnya (1 bulan) meliputi Kabupaten Mamuju Utara, Mamuju, Polewali
Mandar, Majene dan Mamasa. Type B dengan bulan kering (1 s/d 3 bulan) terdiri dari
Kabupaten Majene dan Polewali Mandar. Type C dengan bulan kering (3 s/d 4 bulan)
sebagaian Kabupaten Majene dan Polewali Mandar.
Potensi Pengembangan Lahan Pertanian
Pembangunan pertanian di Sulawesi Barat sangat berpeluang dan memiliki potensi
Sumber Daya Alam yang sangat besar. Tanaman Pangan, Sulawesi Barat adalah merupakan
daerah penghasil tanaman pangan yang cukup besar di Kawasan Timur Indonesia. Selain Padi
sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya yang dihasilkan
Sulawesi Barat adalaj Jagung, Ubi kayu, ubi jaloar dan kacang-kacangan. Produksi Padi
Sulawesi Barat tahun 2006 sebesar 301.616 ton yang dipanen dari areal seluas 64.462 ha atau
rata-rata 4,68 ton per hektar.
Sebagian besar produksi padi di Sulawesi Barat dihasilkan oleh jenis padi sawah. jenis
padi ini menyumbang 96,03 persen dari seluruh produksi padi atau sebesar 289.632 ton.
Sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang. Produksi Jagung Sulawesi Barat pada tahun
2006 sebesar 17.351 ton dengan luas panen 4.985 ha atau menghasilkan rata-rata 3,48 ton/ha.
Produksi Ubi Jalar, ubi kayu.Tanaman Perkebunan, Hasil tanaman perkebunan yang cukup
dominan di SUlawesi Barat pada tahun 2006 adalah tanaman Kelapa Sawit, Kakao dan
Kelapa Dalam yang masing-masing berproduksi sebesar 261.004 ton, 102.976 ton dan 52.289
ton. sebagian besar hasil perkebunan tersebut dihasilkan oleh perkebunan besar swasta dan
dapat dikatakan peran perkebunan rakyat relatif lebih kecil.

Potensi Sumber Daya Alam Subsektor Peternakan


Pembangunan peternakan terdiri dari kegiatan budidaya ternak, pengembangan ternak,
pengolahan pasca panen dan pemasaran. Khusus kegiatan budidaya ternak secara keseluruhan
mempunyai potensi yang cukup besar, misalnya tersedianya lahan pangan, hijauan makanan
ternak yang masih cukup luas, kondisi iklim yang cukup mendukung dan lain lain. Dengan
tingkat penerapan yang relatif rendah sudah sangat memberikan peluang untuk
pengembangannya.
Potensi peternakan seperti ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, babi dan unggas mempunyai
keunggulan yang komperatif. Potensi pasar untuk komoditi peternakan cukup besar, baik
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat maupun
untuk eksport. Bertambahnya penduduk dan
meningkatnya pendapatan serta kesejahteraan masyarakat akan membuka peluang pasar
terhadap komoditi peternakan yang semakin besar.
Pembangunan peternakan di Provinsi Sulawesi Barat pada dasarnya merupakan
pembangunan berkelanjutan yang tak terpisahkan dari Pembangunan Pertanian sebagai
Program Nasional. Pelaksanaan pembangunan peternakan tersebut mengacu pada program
yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan yang terus dibangun dan
dikembangkan.

Nilai Budaya
Selanjutnya mari kita lihat beberapa kebudayaan di Provinsi baru di Indonesia yang ke-33,
yaitu Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi ini merupakan provinsi baru di Indonesia yang
terbentuk dari pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan, dan kini telah menjadi Provinsi ke-33
yang diresmikan sejak 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukota provinsi
Sulawesi Barat ini adalah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km. Secara geografis,
provinsi ini terletak di posisi silang dari Segitiga emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur
dan Sulawesi Tengah, serta langsung menghadap rute berlayar nasional dan internasional
selat Makassar.

Saat ini Sulawesi Barat terkenal dengan kakaonya, kopi (robusta dan arabika), cengkeh, dan
kelapa. Emas, batu bara, dan minyak telah menjadikan provinsi makmur. Lebih lengkapnya
kebudayaan yang ada di Provinsi Sulawesi Barat ini akan kami sajikan dibawah ini.

1.Rumah adat
Rumah adat Mandar, yakni rumah panggung yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan
rumah adat suku Bugis dan Makassar. Perbedaanya pada bagian teras (lego) lebih besar dan
atapnya seperti ember miring ke depan. Bentuk rumah panggung yang berdiri diatas tiang-
tiangnya dimaksudkan untuk menghindari banjir dan binatang buas. Dan apabila semakin
tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status sosial
pemiliknya. Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia,
ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah
anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga
menunjukan kedudukan sosial pemilik rumah.

2. Pakaian Tradisional
Di Sulawesi Barat mempunyai keragaman baju tradisionalnya. Pakaian tradisional Sulawesi
Barat biasanya dikenakan dalam pertunjukan tari, acara pernikahan dll yang memiliki
keragaman dalam busananya.
Pakaian adat pada pria mengenakan jas yang tertutup dan berlengan panjang, dipadukan
celana panjang sebagai pakaian bawahnya. Terdapat kain sarung yang dililitkan pada
pinggangnya sampai kelutut. Sedangkan pakaian adat pada wanita Sulawesi Barat
mengenakan baju Bodo dengan dihiasi kalung, gelang serta giwang. pada bagian kepala
dikenakan sanggul dan beberapa hiasannya. Pakaian bawah dikenakan sarung yang
dikenakan seperti rok.
3. Tari Daerah
- Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri oleh para
penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu, dan di hiasi oleh bunga
melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.

- Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur penduduknya.Pakaian tari
ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu burung. Perlengkapan tari yang dipakai
adalah terompet, pedang atau tombak, sengo, kepala manusia dll.

- Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun dalam negeri.
Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi Barat.

Tari Patuddu

4. Senjata Tradisional: Badik

Badik atau badek bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan
Makassar.

Badik
5. Suku-suku Sulawesi Barat: ada terdiri dari Makassar (1,59%),Toraja (13,95%),
Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Suku Mandar (49,15%), dan suku lainnya (19,15%).

6. Lagu Daerah: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.

7. Bahasa Daerah: Bahasa Mandar, Bahasa Bugis, Bahasa Toraja, Bahasa Makasar

8. Alat Musik Tradisional: Kecapi, cara memainkannya dengan dipetik pada bagian
senarnya.
9. Makanan Khas Sulawesi Barat
1. Apang
Apang adalah kue khas Mandar, Sulawesi Barat, berbentuk persegi tiga. Warnanya coklat,
karena berbahan dasar gula aren. Apang terdiri atas tepung beras yang dikukus di atas
cetakan. Dulu, kue ini biasanya dicampur dengan tuak manis agar adonannya bisa
mengembang sempurna. Tapi sekarang, kebanyakan adonan diolah dengan baking powder.

Apang

Apang ditaburi parutan kelapa muda sehingga empuk di lidah. Cocok untuk disantap bersama
kopi di pagi hari. Kue ini banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional Sulawesi Barat.

2. Paso
Di Mandar terdapat kue tradisional bernama Paso. Dalam bahasa Mandar, Paso berarti paku.
Disebut kue Paso karena ujungnya sama-sama lancip. Kue ini menjadi favorit karena rasanya
yang luar biasa.

Kua Paso terbuat dari tepung beras, dicampur gula aren cair, serta santan. Adonan kue lalu
dimasukkan ke cetakan dari daun pisang yang sudah dibentuk seperti topi ulang tahun. Kue
lantas dikukus di dalam panci yang sudah dipasangi penyangga yang biasanya dibikin dari
batang pisang.

Paso
Jadi, adonan itu jangan sampai penuh di dalam cetakan. Karena setelah adonan kue itu
matang, kita mesti menuang santan kental ke atasnya. Jangan lupa ya, untuk menambah
garam ke dalam santan agar rasanya makin mantap. Sayang, penjual jajanan ini sudah mulai
jarang ditemukan di Sulbar.

3. Bolu Paranggi
Bolu Paranggi serupa mangkok mungil seukuran kepalan tangan balita. Kulit kue ini
merekah, menandakan Bolu Paranggi yang berbahan dasar terigu begitu empuk dan lembut di
mulut. Belum lagi sensasi legit di lidah yang berasal dari gula aren, yang jadi salah satu
bahan penyusun adonan.
Bolu Paranggi diolah di atas cetakan yang dipanaskan dengan bara. Umumnya, kue khas ini
banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional Mandar dan warung yang berjejer di sepanjang
tepi jalan Sulawesi Barat. Cocok untuk kudapan sore hari, ditemani secangkir kopi tubruk
panas.

4. Kue Kui-Kui
Kue buroncong sudah cukup terkenal. Sekilas, kue ini mirip pukis tapi dengan bentuk yang
lebih panjang. Buroncong sangat mudah ditemukan di seantero Sulawesi. Namun di Mandar,
kue mirip buroncong disebut kui-kui.

Kui-kui terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah dan parutan kelapa
muda. Sama seperti membuat buroncong, kue ini pun dituang ke dalam cetakan yang lebih
dulu dipanaskan dengan bara. Penasaran rasanya? Jelajahi saja pasar-pasar tradisional Sulbar,
dan kita akan menemukan kui-kui di sana.

5. Roti Pawa
Roti Pawa berbentuk bulat pipih dan berwarna kuning gading. Roti ini dibikin dari olahan
terigu dan tepung beras. Yang unik, kita akan menemukan kejutan berupa kacang halus
bercampur gula merah dan gula pasir, yang bersembunyi di balik daging roti. Kue ini
dimasak dengan cara dikukus, lalu ditiriskan di atas daun pisang yang dibentuk mengikuti
bentuk roti.
6. Cucur
Bila berkunjung ke gelaran pernikahan atau khitanan di Sulbar, Anda akan menemukan kue
bulat pipih berwarna coklat di antara sajian pesta. Itu karena kue ini menjadi menu wajib di
antara sesajian yang biasa disiapkan masyarakat Sulbar dalam acara khusus tersebut.

Namanya cucur. Penganan ini terbuat dari tepung beras dan gula merah yang digoreng
dengan minyak kelapa khas Mandar. Tepung biasanya dicampur dengan gula aren yang
dihaluskan, kemudian diaduk hingga rata. Adonan lantas dimasukkan ke wajan menggunakan
sendok sayur agar hasilnyaberbentuk bulat.

7. Tetu
Tetu yang biasanya jadi menu berbuka puasa ini disajikan dengan alas daun pandan
berbentuk persegi. Bahan utamanya adalah terigu yang dicampur dengan gula merah dan gula
pasir secukupnya.
Adonan itu lalu diaduk dengan santan yang encer, untuk menambah rasa gurih. Setelahnya,
adonan tetu dikukus di dalam panci hingga matang. Jangan lupa, adonannya jangan sampai
memenuhi cetakan daun pandan, ya. Karena di atas adonan itu kita mesti menuangkan lagi
santan yang lebih kental, dicampur sedikit garam.

8. Bikang
Bisa dibilang, serabi adalah salah satu kue favorit warga Indonesia. Kita bisa menemukan
serabi di berbagai pelosok Nusantara, termasuk di Sulbar. Biasanya di Sulbar, serabi disebut
bikang.
Bikang yang bisa kita jumpai di pasar-pasar tradisional Sulbar diolah dari tepung beras.
Adonan itu kemudian dituang ke dalam cetakan tanah liat yang berbentuk bulat seperti pizza.
Setelah matang, kue dibentuk segitiga, lalu dituangi lelehan gula aren.

Anda mungkin juga menyukai