FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 Teori Akuntansi Positif Ch. 7
Teori akuntansi positif diperkenalkan sekitar tahun 1960-an. Perspektif kali
pertama yang muncul adalah Efficient Market Hypothesis, yang memandang nilai sekuritas mencerminkan informasi akuntansi yang tersedia di publik kemudian direspon dan dievaluasi oleh pasar sehingga pemilihan metode akuntansi dianggap tidak memiliki pengaruh. Pasar adalah tempat kompetisi arus kas yang sangat efisien atas perubahan informasi, oleh sebab itu manajer harus memberikan pengungkapan yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Perspektif ini tidak mengharapkan adanya regulasi karena justru akan menghambat efisiensi atas respon pasar. Penelitian berkembang melalui studi empiris Ball dan Brown (1968) mengenai abnormal return. Abnormal return muncul karena informasi yang tidak dapat diekspektasi, digambarkan melalui selisih antara expected return dan actual return. Efficienct Market Hypothesis menerangkan bahwa tidak ada pengaruh atas pemilihan metode akuntansi. Namun, perkembangan selanjutnya adalah munculnya dampak informasi yang asimetris dari tingkat keputusan pemilihan metode akuntansi oleh manajer. Ada berbagai benturan kepentingan di dalamnya, yang kemudian hipotesis ini disebut sebagai Agency Theory. Perspektif ini menggambarkan mengenai konflik kepentingan manajer dengan pemilik. Pemilik menekan manajer agar perusahaan berdaya saing, sedangkan manajer memaksimalkannya dengan cara pemilihan metode akuntansi. Konflik kepentingan ini menimbulkan biaya transaksi dan informasi. Dalam teori agensi, perusahaan dianggap berada dalam nexus of contracts, yaitu kontrak dalam kondisi semua individu tidak melakukan hal yang merugikan karena memiliki output yang sama yaitu untuk perusahaan. Kontrak ini memberikan gambaran bahwa keuntungan organisasi akan menguntungkan individu dan akan dinilai oleh mekanisme pasar. Alat pengontrolnya adalah akuntansi. Untuk melancarkan mekanisme ini perlu adanya regulasi pembatasan metode sebagai alat kontrol dan mengurangi konflik kepentingan agen dan pemilik. Meminimalkan biaya agensi dan biaya kontrak, ada dua alternatif perspektif, yaitu EMH dan oportunistik. EMH adalah suatu tindakan apa yang dilakukan sebelumnya atau ex ante atau bisa juga disebut sebagai tindakan pencegahan. Perspektif oportunistik adalah untuk tindakan sesudah terjadi atau ex post atau penanganan. Namun ex post memiliki celah, pemilik mengantisipasi dengan menggunakan metode tertentu agar mengurangi biaya agensi, namun regulasi tentunya tidak tertulis semuanya. Agen akan memanfaatkan regulasi yang tidak tertulis ini untuk kepentingan pribadi, contohnya menjual saham pribadi perusahaan ketika ada suatu masalah internal perusahaan yang cukup besar dan mengakibatkan nantinya nilai perusahaan jatuh. Watts dan Zimmerman (1990) mengurangi skema konflik agensi dengan principal dengan memberikan bonus untuk karyawan/manajer. Bonus ini tergantung dengan kinerja atau laba perusahaan. Namun, celah muncul lagi. Manajer lebih banyak mengetahui kondisi perusahaan dibanding pemilik, mereka bisa bebas memainkan perputaran kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, muncul skema bonus berdasar nilai pasar atau berdasar ekspektasi NPV. Biasanya, manajer diberikan bonus berupa saham, yang dimana jika nilai perusahaan turun, maka turun pula nilai saham tersebut, sehingga bonus juga tentunya semakin kecil. Namun, opsi ini juga memiliki kekurangan yaitu bonus hanya bisa dijalankan secara efektif saat pergerakan pasar juga sensitif. Selanjutnya, diperkenalkan oleh Cotter (1998), berdasarkan asumsi bahwa perilaku menghindari pembayaran hutang (agency cost of debt). Ketakutan ini berdampak pada pendana yang memberikan bunga lebih tinggi terhadap perusahaan. Weber (2003) mengungkapkan, biasanya manajer lebih memilih meningkatkan kinerja perusahaan untuk mengurangi risiko agency cost of debt. Dengan meningkatkan kinerja perusahaan otomatis rasio keuangan akan tentunya lebih baik sehingga lebih mudah untuk mendapatkan pendana dengan bunga lebih murah. Biaya agensi lainnya adalah political cost, dimana jika perusahaan memiliki laba yang besar akan menjadi sasaran pemerintah, baik dalam bentuk pajak dan sebagainya. Oleh sebab itu, perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi untuk mengecilkan labanya agar mengurangi tuntutan-tuntutan tersebut diatas. Untuk mengurangi permainan laba, lebih baik perusahaan tetap menggunakan metode akuntansi yang dianggap wajar namun juga melakukan laporan pertanggungjawaban sosial untuk mengurangi biaya konflik tersebut diatas. Ada beberapa kekurangan tentang teori akuntansi positif, diantaranya: 1. Terlalu menganggap simpel perilaku manusia tentang pengukuran akuntansi 2. Terkonsentrasi pada perusahaan dalam memilih satu metode akuntansi saja 3. Tidak dapat digunakan dengan berbagai kondisi dan tempat berbeda.