Anda di halaman 1dari 3

Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

Stakeholders adalah sebuah individu atau kelompok yang diidentifikasi

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tujuan organisasi (Freeman dan

Reed 1983). Pemangku kepentingan dibagi menjadi dua kelompok yaitu primer

dan sekunder. Pemangku kepentingan primer atau utama adalah kelompok atau

individu yang mana perusahaan jika kelompok ini dihilangkan akan

mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan. Sedangkan sekunder adalah

kelompok atau individu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh korporasi

namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan korporasi.

Teori pemangku kepentingan ada 2 cabang, yaitu normatif dan positif.

Cabang etis atau normatif menganggap bahwa semua pemangku kepentingan

memiliki hak yang sama dan patut diberlakukan secara adil, kekuatan pemangku

kepentingan dianggap kurang relevan, pengelolaan perusahaan ditujukan untuk

pemangku kepentingan karena perusahaan merupakan sarana koordinasi

pemangku kepentingan, masing-masing kelompok layak untuk dipertimbangkan,

yang terakhir informasi menjadi hak seluruh stakeholder meski tidak digunakan.

Kekurangan dari cabang normatif atau etis adalah tidak dapat dibuktikan secara

empiris karena hanya mencoba menafsirkan fungsi, panduan tentang korporasi.

Cabang kedua adalah cabang manajerial. Cabang ini menganggap bahwa

perusahaan akan lebih memperhatikan kepentingan atau harapan dari pemangku

kepentingan tertentu karena harapan dari pemangku kepentingan tertentu dapat

mempengaruhi keputusan atau kebijakan operasi perusahaan. Organisasi

menganggap kepentingan atau harapan pemangku kepentingan tidak merata,


kekuatan dari pemangku kepentingan adalah tingkat kontrol pemangku

kepentingan atas sumberdaya yang dibutuhkan dalam suatu organisasi, sedangkan

manajemen bertujuan untuk memenuhi permintaan stakeholder agar perusahaan

berjalan sesuai dengan tujuan. Cabang manajerial dapat dibuktikan melalui kajian

studi empiris, diantaranya oleh Roberts (1992) yang mana menemukan bahwa

kekuatan pemangku kepentingan dan kebutuhan informasi mempengaruhi

pengungkapan sosial perusahaan. Neu, Warsame, dan Pedwell (1998) juga

melakukan penelitian yang berkesimpulan bahwa perusahaan memiliki

kekhawatiran terhadap pemangku kepentingan perusahan dan regulasi pemerintah

daripada pemerhati lingkungan.

Teori selanjutnya adalah institusional. Teori ini menjelaskan mengapa

organisasi cenderung memiliki karakteristik yang serupa. Teori menggabungkan

antara praktik organisasi dan nilai-nilai dalam masyarakat. Namun teori ini kurang

populer karena cenderung akan menggunakan homogenitas, akhirnya jika ada

penyimpangan akan cederung berkelompok dan mempertahankan legitimasi

kelompoknya.

Ada dua dimensi utama pada teori institusional, yaitu isomorphism dan

decoupling. Isomorphism adalah suatu proses penghambat yang memaksa agar

satu unit dalam satu populasi meyerupai unit lain dalam satu lingkungan yang

sama (DiMaggio dan Powell 1983). Isomorphism mempunyai 3 bentuk, yaitu

koersif, mimetic, dan normatif. Koersif timbul karena desakan atau pengaruh

besar dari para pemangku kepentingan. Mimetic adalah mengadopsi dari

organisasi lain kemudian mencari keunggulan kompetitif guna meningkatkan


keunggulan kompetitif. Terakhir adalah normatif yang muncul karena tekanan

suatu kelompok tertentu terhadap organisasi, contohnya seperti pemerintah.

Selanjutnya adalah decoupling, dimana selain karena mengadopsi praktik-praktik

tertentu atas perlakuan akuntansinya, namun pelaporan lainnya yang dipublikasi

juga dianggap penting karena akan meningkatkan keputusan pemegang

kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai