Anda di halaman 1dari 11

TUGAS STATISTIK KESEHATAN

“DIAGRAM PARETO”

Disusun Oleh :

1. Ilun Chairunisyah Napitu PO.71.20.4.16.014


2. S.T Devi Aryanti Ursullah PO.71.20.4.16.031
3. Yolanda Alfurqonia I.P PO.71.20.4.16.037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT 3
2019
A. PENGERTIAN
Diagram Pareto adalah suatu grafik batang (nilai/jumlah asal) yang dipadukan dengan
diagram garis (jumlah kumulatif %) yang terdiri dari berbagai faktor yang behubungan dengan
suatu variabel yang disusun menurut besarnya dampak faktor tersebut. . Pada dasarnya,
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan
banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak
terjadi sampai yang paling sedikit terjadi. Dalam Grafik, ditunjukkan dengan batang grafik
tertinggi (paling kiri) hingga grafik terendah (paling kanan).
Diagram Pareto merupakan hasil dari Prinsip Pareto yaitu suatu prinsip yang
didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh Vilfredo Pareto (ada juga yang menulisnya
sebagai Alfredo pareto), seorang ekonom-sosiolog Italia, Profesor Ekonomi Politik di
Lausanne, Swiss (1848-1923). Sekitar tahun 1896, Pareto menemukan bahwa kekayaan hanya
terkonsentrasi di tangan beberapa orang saja. Ketika itu ia memperkirakan bahwa 80% dari
tanah di Italia dimiliki oleh 20% dari penduduknya atau kekayaan itu hanya dipegang oleh
sebagian kecil dari populasi.
Prinsip Pareto ini kemudian terkenal dengan prinsip 80/20: 20 % dari masalah
memiliki 80 % dari dampak dan hanya 20 % dari masalah yang ada adalah penting. Selebihnya
adalah masalah yang mudah. Dan ternyata dalam organisasi manufaktur maupun jasa,
masalah unit atau jenis cacat mengikuti distribusi yang sama. Artinya dari semua masalah
yang ada, hanya sedikit yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang terjadi. Bahkan
kemudian dari sudut pandang kualitas, professor J. M. Juran (Ahli Mutu) mengadopsi ide
Pareto ini, sebagai “asumsi Juran” yang diperkenalkan sebagai instrumen untuk
mengklasifikasi masalah kualitas. Seperti hanya 20% dari masalah yang diidentifikasi
menyebabkan 80% dari kerusakan/kesalahan/kecacatan. Pun demikian, bahwa sebagian besar
hasil dalam situasi apa pun ditentukan oleh sejumlah kecil penyebab. Ide yang sering
diterapkan pada data seperti angka penjualan: “80% penjualan ditentukan oleh 20 pelanggan”.
Atau contoh lainnya adalah dengan fokus pada 20% aktifitas, perusahaan akan memperoleh
80% keuntungan.
B. IMPLEMENTASI KONSEP 80-20 DALAM DIAGRAM PARETO
Dalam konteks lainnya, gambaran prinsip 80/20 yang terdiri dari dua kelompok data terkait
(biasanya sebab dan akibat, atau input dan output) juga bisa diinterpretasikan sebagai :
1. 80 % keluhan datang dari 20 % dari pelanggan
2. 80 % dari output yang dihasilkan oleh 20 % dari masukan
3. 80 % dari hasil berasal dari 20 % dari usaha
4. 80 % dari aktivitas akan membutuhkan 20 % dari sumber daya
5. 80 % dari kesulitan dalam mencapai sesuatu terletak pada 20 % dari tantangan
6. 80 % dari pendapatan berasal dari 20 % pelanggan
7. 80 % dari masalah datang dari 20 % penyebab
8. 80 % dari keuntungan berasal dari 20 % dari berbagai produk
9. 80 % dari omset restoran berasal dari 20 % menu
10. 80 % dari waktu di situs internet akan digunakan untuk 20 % situs tertentu
Atau sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, pareto bisa untuk menganalisis seperti:
1. 20 % dari pakaian di lemari yang dikenakan pada 80 % waktu
2. 20 % dari alat dalam kotak peralatan yang digunakan dalam 80 % tugas
3. 20 % dari penggunaan energi di rumah tangga akan menawarkan 80% dari potensi
penghematan energi”

C. MODIFIKASI PRINSIP PARETO 80-20


Prinsip Pareto adalah model yang sangat berguna atau teori dengan aplikasi tidak
berbatas. Bukan hanya dibidang manajemen, namun juga pada pelayanan kesehatan, studi
sosial dan demografi, semua jenis analisis distribusi, ekonomi bisnis, perencanaan dan
evaluasi, dan juga untuk pekerjaan dan bidang kehidupan lainnya. Misalnya, penghematan
energi rumah tangga dapat menjadi dramatis dan mudah jika mampu mengidentifikasi 20%
dari penggunaan listrik yang memiliki potensi penghematan sebesar 80%, atau
mengidentifikasi 20% yang dikeluhkan oleh pelanggan (pasien dan keluarganya kalau di
rumah sakit). Atau seperti contoh diatas, bila mampu mengidentifikasi pakaian yang sering
dipergunakan, maka diletakkan pada tempat yang lebih mudah terjangkau dalam lemari. Dan
masih banyak contoh lain yang bisa diasumsikan.

Meskipun dikenal dengan prinsip 80/20, namun Prinsip pareto tidak harus dengan
perbandingan 80:20 untuk setiap situasi. Karena Angka 80-20 belum tentu cocok untuk setiap
masalah. Misalnya, insinyur perangkat lunak menggunakan aturan 90-10 yang menyatakan
bahwa 90% dari kode komputer menyumbang 10% dari waktu pengembangan, dan sisanya
10% menyumbang 90% dari waktu pengembangan. Apakah rasio 95/5, 90/10, 80/20 atau
75/25, pengalaman menunjukkan perbedaan-perbedaan persentase tertentu mencirikan
berbagai pengalaman, termasuk studi dari cacat manufaktur, kesenjangan ekonomi, dan
beberapa statistik sosial.
Jadi, Prinsip Pareto tidak harus diaplikasikan 80:20 sehingga menjadi pas 100%. Dua
angka perbandingan bisa lebih atau kurang dari 100. Misalnya hasil optimal sebesar 99% dari
15% 15% faktor-faktor penentu, atau di mana 75% dari hasil berasal dari 5% dari faktor.
Atau 99 :22 (yang menggambarkan bahwa konsentrasi lebih besar daripada 80:20 dan karena
signifikansi pada ‘top-end’) atau 05:50 (yaitu, hanya 5% manfaat yang berasal dari 50%
input).
Penggunaan prinsip 80/20 yang telah menjadi standar dan terkenal karena : 1) 80:20
korelasi yang pertama yang ditemukan dan dipublikasikan, 2) 80:20 tetap rasio paling
mencolok dan sering terjadi, 3) Sejak penemuannya, 80:20 merupakan rasio yang selalu
digunakan sebagai nama dan ilustrasi dasar teori Pareto.

D. KAPAN DIGUNAKANNYA DIAGRAM PAETO


Diagram Pareto dipergunakan saat:
1. Menganalisis data tentang frekuensi masalah atau penyebab dalam suatu proses,
2. Ingin fokus pada masalah/penyebab yang paling signifikan dari sekian banyak
masalah/penyebab,
3. Menganalisis faktor penyebab/masalah yang luas dengan melihat hal khusus dari
penyebab/masalah tersebut,
4. Mengkomunikasikan data dengan pihak lain.

E. TUJUAN DIAGRAM PARETO


1. Dapat memilah masalah utama/besar menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat fokus
pada upaya perbaikannya
2. Mengidentifikasi dan mengurutkan menurut prioritas atau faktor yang paling signifikan,
3. Memungkinkan pemanfaatan yang lebih baik sumber daya yang terbatas
F. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN DIAGRAM PARETO
Untuk membangun sebuah Diagram Pareto, maka harus dimulai dengan kepemilikan data yang
telah dikumpulkan dan dikelompokkan. Langkah-lngkah selengkapnya sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
a. Mengidentifikasi topik/kejadian/masalah dan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap hal tersebut (kategori) yang akan diteliti (misalnya, jenis kesalahan yang
ditemukan selama persiapan operasi). Biasanya menggunakan check sheet.
b. Tentukan cara pengukuran yang tepat. Pengukuran umum adalah frekuensi, kuantitas,
biaya dan waktu.
c. Tentukan berapa lama cakupan diagram pareto: Satu siklus kerja? Satu hari penuh?
Seminggu?
d. Mengumpulkan data atau mengolah data yang sudah ada.
2. Olah data dengan Excel
a. Hasil pengumpulan/pengukuran data diberikan/diisikan pada masing-masing kategori
(pada dokumen Excel)
b. Urutkan (sort) data yang dimiliki dari yang frekuensi tertinggi hingga terendah
c. Hitung jumlah total hasil pengukuran keseluruhan kategori
d. Hitunga persentase tiap kategori
e. Hitung jumlah kumulatif persentase kategori.
f. Buat diagram pareto dengan Excel
g. Atur diagram sesuai kelayakan informasi grafis
3. Tindak lanjut
a. Analisis/Interpretasikan dan komunikasikan hasil diagram tersebut
b. Lakukan upaya perbaikan sesuai prioritas
c. Evaluasi hasilnya dengan langkah-langkah tersebut diatas untuk perbandingan pasca
intervensi
G. CONTOH DIAGRAM PARETO

Dari diagram Pareto diatas, dapat diketahui bahwa hanya 4 Masalah yang
menyebabkan kerugian terbesar, yaitu hingga 80% dari total masalah. Sehingga, untuk
mengurangi total kerugian, kita dapat berfokus pada 4 masalah tersebut dari pada keseluruhan
masalah yang ada namun tetap memberikan implikasi yang besar terhadap pengurangan total
kerugian yang ada.
Pareto diagram merupakan salah satu perangkat kendali mutu (QC 7 Tools) yang
membantu kita untuk menganalisa data berdasarkan kategorinya dan implikasi dari pola
datanya (sebab terhadap akibat) terhadap akibat atau masalah seluruhnya. Serta membantu kita
untuk memfokuskan usaha kepada kontribusi data terbesar (20/80)
Cara membuat diagram pareto secara sederhana melalui program MS Excel dalah
sebagai berikut:
1. Definisikan apa masalah yang akan dianalisa (sebab) dan kumpulkan data kerugian dari
masalah tersebut (akibat), contoh sebagai berikut:
2. Lalu urutkan berdasarkan jumlah kerugian mulai dari yang terbesar, hingga yang terkecil.

3. Buatlah tabel sebagai berikut, lalu hitung rasio kerugian tersebut serta kalkulasi juga
kumulatif dari rasio tersebut.

4. Buatlah grafik batang dan secondary axis berupa grafik garis. Untuk grafik batang,
gunakan data kerugian, sedangkan grafik garis gunakan data kumulatif rasio. Hasilnya
adalah grafik sebagai berikut. Lalu interpretasikan berdasarkan hasil data dan tujuan kita
dalam membuat data tersebut, misal mengurangi kerugian.
Berdasarkan grafik Pareto, kita dapat mengolah berapa besarkah masalah yang kita hadapi,
akibat dari setiapmasalah yang ada dan strategi apa yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan target yang ada. Jadi, misalnya kita dapat target untuk mengurangi
kerugian sebesar 30% dari kerugian total Rp. 132.004 atau sebesar Rp. 39.601. Maka dari
pada kita menurunkan seluruh kerugian baik masalah A sampai J masing-masing sebesar
30%, lebih effisien jika kita menurukan kerugian dimasalah yang paling besar yaitu G dan
C dengan total kontribusi kerugian sebesar 65% (kumulatif) menjadi separuhnya atau 50%.
Sehingga didapatkan hasil penurunan kerugian sebesar 32.5% sesuai atau melebihi target.
Diagram Pareto juga bisa kita gunakan sebagai analisa perbandingan sebelum dan sesudah
perbaikan. Fungsinya adalah untuk menganalisa hasil perbaikan dan implikasi dari
tindakan perbaikan yang dilakukan. Gambarannya sebagai berikut.

Memungkinkan juga, dari hasil perbandingan Pareto sebelum dan sesudah perbaikan,
terdapat distribusi data yang berubah, bisa jadi lebih baik atau lebih buruk, contohnya
sebagai berikut.
Terdapat peningkatan kerugian di masalah F. Hal ini perlu dianalisa, apakah peningkatan
kerugian ini akibat implikasi “negatif” penerapan perbaikan ataukah ada akar masalah lain
yang timbul.
Prinsip Pareto dapat kita gunakan juga sebagai filosofi dalam tindakan kita. Kita harusnya
berfokus untuk mengerjakan dengan baik sebab yang 20% untuk menghasilkan akibat
sebesar 80%. Contoh sederhananya adalah, Tukul Arwana yang “fenomenal” hanya
menggunakan 1 jam waktunya di acara empat mata, sedangkan sebagian karyawan
menghabiskan 10 sampai 12 jam ditempat kerja (kurang lebih 20% tukul 80% karyawan
untuk waktu kerja). Namun hasil sehari yang didapatkan Tukul Arwana jauh lebih besar
dari pada gaji sebulan sebagian besar karyawan (kurang lebih 20% Karyawan 80% Tukul
Arwana untuk besar penghasilan).

H. CONTOH DIAGRAM BERDASARKAN KASUS


Diagram Pareto

Dari 20% total jenis cacat yang berjumlah 11 jenis yaitu 20% x 11 jenis, diperoleh 2 jenis cacat
yang merupakan 80% kecacatan dari keseluruhan proses produksi. Jenis cacat tersebut adalah
lid miring dan reject filler isi. Dari urutan rangking tersebut dapat diketahui bahwa jenis cacat
lid miring merupakan jenis cacat yang paling mendominasi dengan persentase sebesar 40.33%
dan jumlah frekuensi sebesar 69805 unit selama proses produksi periode 2 Januari – 29 Maret
2014. Pada urutan kedua terdapat jenis cacat reject filler isi dengan persentase sebesar 28.13%
dan jumlah frekuensi sebesar 48658 unit. Oleh karena jenis cacat lid miring yang termasuk
dalam kategori cacat mayor dan reject filler isi yang termasuk dalam kategori cacat kritis
merupakan jenis cacat yang paling dominan, maka perusahaan harus segera melakukan
tindakan penanganan terhadap faktor – faktor kesalahan yang menyebabkan terjadinya jenis
cacat ini.

Dari 20% total jenis cacat yang berjumlah 11 jenis yaitu 20% x 11 jenis, diperoleh 2 jenis cacat
yang merupakan 80% kecacatan dari keseluruhan proses produksi. Jenis cacat tersebut adalah
reject filler isi dan lid miring. Dari urutan rangking line 2 tersebut dapat diketahui bahwa jenis
cacat reject filler isi merupakan jenis cacat yang paling mendominasi dengan persentase
sebesar 55.49% dan jumlah frekuensi sebesar 42380 unit selama proses produksi periode 2
Januari – 29 Maret 2014. Pada urutan kedua terdapat jenis cacat lid miring dengan persentase
sebesar 23.11% dan jumlah frekuensi sebesar 17651 unit. Oleh karena jenis cacat reject filler
isi yang termasuk dalam kategori cacat kritis dan lid miring yang termasuk dalam kategori
cacat mayor merupakan jenis cacat yang paling dominan, maka perusahaan harus segera
melakukan tindakan penanganan terhadap faktor – faktor kesalahan yang menyebabkan
terjadinya jenis cacat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dream File. 2016. Diagram Pareto; Pengertian, Prinsip, Implemementasi, Langkah


Penyusunan nya. https://dreamfile.wordpress.com/2016/04/23/diagram-pareto-
pengertian-prinsip-implemementasi-langkah-penyusunan-nya/. Diakses tanggal 31
Maret 2019.
Funny, Motif. 2013. Diagram Pareto. http://motif-funny.blogspot.com/2013/01/diagram-
pareto.html. Diakses tanggal 31 Maret 2019.
Miran, Ibrahim. 2012. Diagram Pareto.
http://ibrahimmirankaes.blogspot.com/2012/06/diagram-pareto.html. Diakses
tanggal 31 Maret 2019
Ramadhani, Gita Suci, Yuciana, Suparti. 2014. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS
MENGGUNAKAN DIAGRAM KENDALI DEMERIT (Studi Kasus Produksi Air
Minum Dalam Kemasan 240 ml di PT TIW). JURNAL GAUSSIAN, Volume 3,
Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 401 – 410.
Suwandi. 2019. Pareto Chart. http://sixsigmaindonesia.com/pareto-chart/. Diakses tanggal 31
Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai