Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR INDUSTRI

LUMPUR AKTIF

Dosen Pembimbing:

Kelompok / Kelas : 2 / 3C - D3 Teknik Kimia

Nama : 1. Arief Arisyarvi NIM. 151411069

2. Arisya Julviana NIM. 151411070

3. Dhiya Tsuraya Salsabil NIM. 151411072

Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2017

Tanggal Pengumpulan Laporan : 19 Oktober 2017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan limbah cair di industri dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
dengan cara aerob dan anaerob. Pada proses aerob, lumpur aktif merupakan metode
konvensional yang dilakukan di industri. Proses ini termasuk proses biologis yang
menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik yang terkandung
dalam limbah cair. Metode lumpur aktif ini banyak digunakan karena memiliki nilai efisiensi
pengolahan cukup tinggi (penyisihan BOD 85%). Proses lumpur aktif terdiri dari bak aerasi
dan bak sedimentasi. Sehingga kualitas effluent sangat tergantung pada kondisi bak
sedimentasi dan karakteristik lumpur yang mengendap dimana mikroorganisme lebih banyak
berperan didalamnya. Metoda ini banyak dipakai di pengolahan air limbah industri yang
kandungan organik dalam air limbahnya masih berada dalam rentang yang sesuai untuk diolah
dengan menggunakan metode ini.

1.2 Tujuan

Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu,
Menentukan kandungan Mixed Liquour Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif,
Menentukan komsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif,
Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan
bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam
lumpur aktif terhadap kandungan bahan organik mula mula.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengolahan Biologi

Pengolahan limbah dapat dilakukan secara aerobik maupun anaerobik. Pengolahan


aerobik merupakan pengolahan yang membutuhkan oksigen pada saat pengolahannya. Oksigen
disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam mikroorganisme. Pengolahan secara aerobik
dapat dibagi lagi dalam beberapa jenis, yaitu pengolahan secara biologi, fisika dan kimia.
Pengolahan secara biologi merupakan pengolahan yang lebih efektif untuk mendegradasi
limbah. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah metode yang memanfaatkan
mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air
limbah. Mikroorganisme sendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material,
juga menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.

Berdasarkan pertumbuhan mikroba dalam peralatan pengolahan air limbah terdapat dua
macam pertumbuhan mikroorganisme yakni pertumbuhan secara tersuspensi dan pertumbuhan
secara terlekat. Pertumbuhan mikroba secara tersuspensi adalah tipe pertumbuhan mikroba,
dimana mikroba pendegradasi bahan-bahan organik bercampur secara merata dengan air
limbah dalam peralatan pengolah air limbah. Sedangkan pertumbuhan mikroba secara terlekat
adalah jenis pertumbuhan mikroba yang melekat pada bahan pengisi yang terdapat pada
peralatan pengolah air limbah.

Reaksi dekomposisi/degradasi bahan organik secara aerobik dan reaksi pertumbuhan


mikroorganisme yang terjadi dalam sistem pengolahan air limbah ditunjukan sebagai berikut :

[bahan organik] + O2 + nutrisi CO2 + NH3 + mikroba baru + produk akhir ........(1)

[mikroba] + 5O2 5CO2 + 2H2O + NH3 + energi ........(2)

Proses degradasi bahan-bahan organik dan proses pertumbuhan mikroba dapat berlangsung
dengan baik jika terjadi kondisi lingkungan yang mendukung. Derajat keasaman (pH) yang
relatif netral, yaitu 6,5-8,0; suhu normal, yaitu dalam rentang 25-350C, dan tidak terdapat
senyawa toksik yang merugikan. Kondisi tersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk berlangsungnya proses pengolahan secara efektif (Herawati, tt).
2.2 Lumpur Aktif

Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan
air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.Metode lumpur aktif banyak
dikembangkan dalam pengolahan limbah cair dengan kandungan bahan organik yang tinggi.
Telah diteliti bahwa penggunaan metode lumpur aktif dalam pengolahan limbah dapat
menurunkan BOD dan COD. Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan
mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang

mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini

menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi
mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Metode lumpur
aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri 95% bakteri, sisanya protozoa, rotifer, dan
jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah.

Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada proses ini
mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi proses degradasi. Proses
ini berlangsung dalam reactor yang dilengkapi recycle/umpan balik lumpur dan cairannya.
Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara
memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk
mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.Sesudah
tangki aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki
sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai
effluen dari proses. Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300
jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab
terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan
polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus
yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus,
Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter,
disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa,
Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking. Dikarenakan tingkat oksigen dalam
difusi terbatas, jumlah bakteri aktif aerobik menurun karena ukuran flok meningkat (Hanel,
1988).
Bagian dalam flok yang relatif besar membuat kondisi berkembangnya bakteri anaerobik
seperti metanogen. Kehadiran metanogen dapat dijelaskan dengan pembentukan beberapa
kantong anaerobik didalam flok atau dengan metanogen tertentu terhdap oksigen. Oleh karena
itu lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit bagi pengoperasian awal reaktor
anaerobik (Tito dkk, 2013).

2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses

Menurut Ilman, dkk (2012) terdapat berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam
aplikasi lumpur aktif dalam pengolahan air limbah diantaranya :

Kualitas air limbah yang akan dioleh meliputi : derajat keasaman (pH), temperatur,
konsentrasi bahan organic yang dinyatakan dalam besaran chemical oxygen demand
(COD) dan biological oxygen demand (BOD), dan konsentrasi logam berat.
Laju alir air limbah, laju alir air limbah berpengaruh terhadap waktu tinggal (waktu
proses) didalam tangki aerasi, semakin besar laju alir, waktu tinggal semakin kecil dan
ini akan berdampak pada hasil pengolahan air limbah
Konsentrasi mikroorganisme didalam tangki aerasi, konsentrasi mikroorganisme
berpengaruh terhadap hasil pengolahan air limbah, jika konsentrasi mikroorganisme
terlalu kecil maka hasil pengolahan tidak maksimal, dan jika terlalu besar
mikroorganisme bekerja tidak maksimal dan hasil pengolahan juga tidak maksimal.
Pada umum dipergunakan perbandingan antara jumlah makanan (F) sebagai nutrient
terhadap jumlah mikroorganisme yaitu (F/M) ratio yang besarnya berkisar 0,8 1,0.
Artinya jika COD air limbah sebesar 5000 mg/L, maka konsentrasi mikroorganisme
dalam tangki aerasi kurang lebih 5000 mg/L
Injeksi udara, besarnya udara yang diinjeksikan berpengaruh terhadap kelarutan
oksigen dalam tangki aerasi, kelarutan oksigen berpengaruh terhadap hasil pengolahan
air limbah. Jika oksigen terlarut sangat kecil, maka hasil pengolahan tidak maksimal.
Kelarutan oksigen dalam air limbah diharapkan maksimal sehingga hasil pengolahan
air limbah maksimal. Berdasarkan data kelarutan oksigen yang baik sekitar 2 mg/L.
Distribusi Udara, Injeksi udara kedalam air limbah dimaksudkan untuk membantu
kebutuhan oksigen mikroorganisme dan proses oksidasi. Distribusi udara yang tidak
merata dapat mempengaruhi hasil pengolahan air limbah, diharapkan udara terdistribusi
secara merata agar hasil pengolahan air limbah maksimal. Kekurangan oksigen
berdampak pada kehidupan mikroorganisme, warna mikroorganime menjadi pucat dan
sulit untuk mengendap dan dapat mengganggu proses pengendapan pada clarifier.
Laju alir (recycle) mikroorganisme, besarnya laju alir recycle mikroorganimse
berpengaruh terhadap waktu tinggal dan konsentrasi mikroorganisme pada tangki
aerasi. Laju alir recycle harus dilakukan pengendalian agar konsentrasi mikroorganisme
pada tangki aerasi tidak berlebih maupun berkurang dan waktu tinggal terpenuhi
sehingga hasil pengolahan air limbah maksimal.

2.4 Perkembangan Lumpur Aktif


Pengembangan model lumpur aktif konvensional dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pengolahan air limbah. Menurut Ilman dkk (2012), terdapat berbagai
model yang dikembangkan dalam pengolahan air limbah dengan lumpur aktif pertumbuhan
tersuspensi diantaranya:

2.4.1 Model Kontak-Stabilisasi (Contact-Stabilization)


Model ini merupakan pengolahan air limbah secara biologi aerob. Pengembangan
model kontak-stabilisasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengolahan air limbah secara biologi aerob, yaitu waktu proses pengolahan yang lebih pendek
dan hasil pengolahan air limbahnya yang maksimal. Model Kontak-Stabilisasi seperti gambar
berikut :

Gambar 2.4.1.1 Skema kontak-stabilisasi

Model yang dikembangkan yaitu menambah sebuah tangki yang dimaksudkan untuk
mengistirahatkan sementara mikroorganisme sebelum dipergunakan dalam proses
berikutnya yaitu pada tangki kontak. Seperti diketahui pada system konvensional
mikroorganisme dari tangki clarifier langsung dimasukan kedalam tangki proses, sedangkan
pada model kontak-stabilisasi, mikroorganisme ditampung terlebih dahulu dalam sesuatu
tangki (tangki aerasi) selanjutnya dialirkan ke tangki proses utama yaitu tangki kontak (contact
tank).

Pada model kontak dan stabilisasi (aerasi) ini kedua tangki baik tangki aerasi maupun
tangki kontak diinjeksikan udara, diharapkan dengan penambahan tangki penampungan
sementara mikroorganisme (tangki stabilisasi/aerasi) dapat memperpendek waktu proses dan
meningkatkan hasil pengolahan air limbah

2.4.2 Model Kolam Oksidasi (oxidation Ditch)


Pengembangan model lain untuk pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan
lumpur aktif pertumbuhan tersuspensi adalah kolam oksidasi (oxidation ditch). Pada model ini
tangki proses dibuat berkelok-kelok, dan proses aerasi tidak dilakukan injeksi oksigen/udara
secara langsung melainkan mempergunakan ROTOR sejenis baling-baling. Rotor ini
berputar dan pada saat berputar air limbah akan berkontak dengan udara. Air limbah dipompa
dialirkan kedalam kolam oksidasi, pada kolam oksidasi air limbah bercampur dengan
mikroorganimse berputar, panjang lintasan putaran tergantung pada waktu kontak yang
dibutuhkan.
Model kolam oksidasi (oxidation ditch) seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.4.2.1 Skema kolam oksidasi

2.4.3 Kolam Besar Aerasi (Aerated lagoons)


Pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan model Aerated lagoons (basins)
membutuhkan luas lahan yang cukup besar, hal ini dilakukan mengingat jumlah air limbah
yang akan dilakukan pengolahansangat besar. Pada model ini dapat terjadi 2 (dua) proses yaitu
aerob dan fakultatif. Proses aerob terjadi pada permukaan air limbah yang teraduk dengan
motor dan berkontak dengan udara sekitar, jika kedalaman kolam tidak terlalu dalam maka
akan terjadi proses pengolahan secara aerob tetapi jika kolam yang dipergunakan mempunyai
kedalaman yang cukup dalam maka proses pengolahan berlangsung secara fakultatif. Proses
yang terjadi dalam kolam aerasi ini hampir sama dengan model oxidation ditch.

Gambar 2.4.3.1 Skema kolam aerasi


Daftar Pustaka

Budiastuti, Herawati. Jobsheet Praktikum Pengolahan Limbah Industri Modul

Lumpur Aktif Konvensional. Bandung : Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Hanel. 1988. Dikutip dari Laporan Praktikum Lumpur Aktif (Ilman dkk)

Tito, dkk. 2013. Laporan Praktikum Lumpur Aktif. Bandung : Politeknik Negeri Bandung

Ilman, dkk. 2012. Laporan Praktikum Lumpur Aktif Konvensional. Bandung :

Politeknik Negeri Bandung

Anda mungkin juga menyukai