Anda di halaman 1dari 3

Pengertian pangan

Pangan adalah semua bahan makanan termasuk hasil olahannya yang dapat dimakan, diminum,
dan bermanfaat bagi kesehatan (tidak termasuk obat-obatan). Makanan ialah semua bahan hasil
olahan pangan yang dapat dimakan, diminum, dan bermanfaat bagi kesehatan (tidak termasuk
obat-obatan) (Depkes RI, 1992) (Seran dan Suek, 2012). Pangan merupakan kebutuhan dasar
yang sangat penting bagi manusia. Pangan berkaitan dengan upaya manusia mempertahankan
kelangsungan hidupnya, menjaga kesehatan serta berguna untuk mendapatkan energi yang cukup
untuk dapat bekerja secara produktif. Kekurangan pangan akan menyebabkan kurangnya asupan
gizi dan menyebabkan kualitas sumber daya manusia menurun sehingga produktifitas pun
menurun.

Ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapat prioritas untuk mencapai kesejahteraan
bangsa. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi yang memenuhi dua aspek sekaligus, yang
pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk, dan yang
kedua, seluruh penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi
kecukupan gizi duna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari (Suek dan
Seran, 2012).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1996 tentang pangan, menjelaskan bahwa
ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau oleh masyarakat.

Komponen ketahanan pangan meliputi: a) kecukupan ketersediaan pangan, b) stabilitas


ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, c)
aksesibilitas terhadap pangan, dan d) keamanan pangan. Ketersediaan pangan di rumah tangga
sangat tergantung pada hasil pertaniannya dan dapa yang dibeli di pasar.. Jenis pangan apa yang
dibeli dari pasar ditentukan dari beberapa factor seperti pengetahuan ibu rumah tangga dalam hal
pangan dan gizi, kebiasaan makan, dan nilai-nilai sosial budaya yang dianut di rumah tangga
(Departemen Pertanian, 1996). Stabilitas ketersediaan pangan yang dimaksud adalah merupakan
kombinasi antara ketersediaan makanan pokok dengan frekuensi makan ( 3 kali per hari disebut
cukup makan, 2 kali disebut kurang makan, dan 1 kali disebut sangat kurang makan) sebagai
indicator kecukupan pangan. Aksesibilitas dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh
pangan, yang diukur dari pemilikan lahan serta cara rumah tangga untuk memperoleh pangan.
Akses berdasarkan kepemilikan lahan dikelompokkan dalam 2 kategori yakni akses langsung
jika memiliki lahan dan akses tidak langsung jika tidak memiliki lahan (menyewa, bagi hasil).
Keamanan pangan terkait dengan kualitas pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
gizi.
Ketahanan Pangan dan Ketahanan Nasional

Sejarah menunjukkan bahwa ketahanan pangan (food security) sangat erat kaitannya dengan
ketahanan social, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, bahkan ketahanan nasional (national
security) secara keseluruhan. Bagi Indonesia pembangunan ketahanan pangan harus berakar pada
keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal.

Ada dua pilihan luas untuk mencapai ketahanan pangan pada tingkat nasional yaitu swasembada
pangan atau kecukupan pangan. Swasembada pangan diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan
pangan, yang sejauh mungkin berasal dari pasokan domestik dengan meminimalkan
ketergantungan pada perdagangan pangan. Di lain pihak, konsep kecukupan pangan adalah
sangat berbeda dengan konsep swasembada pangan, akibat masuknya variabel perdagangan
internasional. Dalam konsep kecukupan pangan, menuntut adanya kemampuan menjaga tingkat
produksi domestik ditambah dengan kemampuan untuk mengimpor pangan agar dapat
memenuhi kebutuhan (kecukupan) pangan penduduk. Di dalam perdagangan bebas, kedua
pilihan tersebut di atas harus dapat dirumuskan secara hati-hati dan dipertimbangkan seluruh
faktor produksi, pengadaan dan konsumsi pangan.

Ketahanan pangan di tingkat nasional merupakan prakondisi penting dalam memupuk ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan nasional selama ini dicapai melalui
kebijaksanaan swasembada pangan dan stabilitas harga. Secara umum pemerintah berupaya
menjaga stabilitas pangan (khususnya beras) yang diindikasikan dengan adanya kemampuan
menjamin harga dasar (floor price) dan harga langit-langit (ceiling price) yang ditetapkan melalui
pengadaan pangan dan operasi pasar dan terhadap tingkat harga pedagang besar yang jauh lebih
stabil lagi dari harga beras di pasaran internasional.

Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan basis atau pilar utama dalam mewujudkan ketahanan ekonomi dan
ketahanan nasional yang berkelanjutan (Anonymous, 2001).

Terdapat tiga komponen kebijakan ketahanan pangan : ketersediaan pangan, keterjangkauan


pangan, dan kualitas makanan dan nutrisi. Seperti yang sudah dikemukakan pada bagian
pendahuluan, tingkat kemandirian pangan Indonesia cukup baik. Hanya saja masalah
aksesibilitas atau keterjangkauan pangan serta kualitas pola konsumsi yang tidak merata
menyebabkan Indonesia belum mampu mencapai kondisi ketahanan nasional.

Salah satu strategi pencapaian ketahanan pangan adalah dengan menggunakan system
kewaspadaan pangan dan gizi. Sistem Kewaspadaan pangan dan Gizi (SKPG) adalah system
informasi yang dapat digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi
pangan dan gizi masyarakat. SKPG bertujuan memantau keadaan pangan dan gizi secara
berkesinambungan, mengetahui lokasi yang mempunyai risiko rawan pangan, dan merumuskan
usulan tindakan jangka pendek dan jangka panjang. SKPG dapat digunakan sebagai alat bantu
pemerintah (pembuat kebijakan dan pengambil keputusan) dalam upaya melindungi masyarakat
dari ancaman rawan pangan dan gizi. SKPG adalah suatu system yang berkesinambungan yang
meliputi : penyediaan informasi pangan dan gizi, pengambilan keputusan, dan tindakan atau
intervensi. Situasi pangan dan gizi merupakan suatu fenomena yang tidak mudah untuk diukur
dan diinterpretasikan. Untuk itu perlu dicari indicator yang dapat memberikan gambaran
(indikasi) tentang situasi pangan dan gizi. Situasi pangan dan gizi dapat dicerminkan oleh
keadaan ketersediaan pangan, konsumsi pangan, serta status gizi masyarakat.

Hal-hal berikut dapat digunakan untuk menciptakan kondisi ketahanan pangan ; pertama adalah
sangat perlu untuk mengadopsi strategi pembangunan dan kebijakan ekonomi makro yang
menciptakan pertumbuhan yang berdimensi pemerataan dan berkelanjutan (sustainable
development). Kedua adalah merupakan keperluan yang mendesak untuk mempercepat
pertumbuhan sektor pertanian dan pangan serta pembangunan perdesaan dengan fokus
kepentingan golongan miskin. Dan ini berarti pertanian (pangan) harus menjadi mainstream
dalam ekonomi nasional. Ketiga, sudah saatnya harus meningkatkan akses terhadap lahan dan
sumberdaya pertanian dalam arti luas secara lebih bijaksana, termasuk menciptakan dan
meningkatkan kesempatan kerja, transfer pendapatan, menstabilkan pasokan pangan, perbaikan
perencanaan dan pemberian bantuan pangan dalan keadaan darurat kepada masyarakat. Keempat
sudah seharusnya meningkatkan swasembada pangan agar ketersedian pangan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai