PENDAHULUAN
Menyatukan dua orang dengan perbedaan karakter, sikap dan sifat bukanlah
hal yang mudah, namun bukan berarti itu tidak dapat dilakukan. Pernikahan bagi
setiap pasangan merupakan proses belajar setiap hari untuk mengenal bagaimana
pernikahannya dengan baik. Toleransi serta pengertian terhadap hal-hal yang terjadi
selanjutnya. Saling terbuka, menahan ego dan berusaha lebih mengerti keinginan
Namun dari semua dan masalah yang muncul dalam kehidupan pernikahan
mengganggu keharmonisan rumah tangga yang menimbulkan rasa tidak nyaman satu
sama lain dan jika dibiarkan berlarut-larut maka susah ditanggulangi dan berakibat
tangganya namun tidak sedikit pernikahan yang gagal diperjuangkan untuk tetap
rukun dan harmonis. Hingga akhirnya perceraian dianggap sebagai jalan keluar
terbaik yang dipilih keduanya. Begitu banyak alasan percerian itu dilakukan oleh
1
2
kurangnya kasih sayang, salah satu pihak tidak bertanggung jawab, masalah orang
ketiga atau bahkan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diatur
Terjadinya suatu perceraian bukan hanya karena masalah di atas. Ada juga
perceraian terjadi akibat salah satu dari pasangan meninggal dunia terlebih dahulu
atau sering disebut dengan cerai mati. Tidak mudah menjalani hidup sesudah
perceraian, baik cerai hidup atau bercerai karena kematian terlebih terhadap
Setiap anggota keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu sama lain,
supaya mereka dapat hidup lebih senang dan tenang. Hasil kerja mereka harus
penting dalam roda kehidupan serta dibutuhkan oleh anggota lainnya (Gunarsa,
2009).
fisik. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak disebut dengan keluarga inti.
Namun, pada kenyataannya di masyarakat terdapat keluarga yang salah satu orang tua
tidak ada baik karena perceraian, perpisahan atau meninggal dunia. Sehingga susunan
dalam keluarga tersebut menjadi tidak lengkap seperti hanya memiliki ayah atau ibu
Dilihat dari segi naluri, dorongan paling kuat bagi wanita untuk kawin adalah
cinta dan mendapatkan keturunan dari orang yang dicintainya, walaupun hal ini
menuntut banyak penderitaan lahir dan batin pada diri wanita tersebut. Walaupun
menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).
pria dan wanita yang mengumumkan bahwa mereka saling memiliki dan keduanya
mental dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistim reproduksi dan fungsi-fungsinya serta
penegertian fisik, mental maupun sosial diperlukan beberapa prasyarat salah satunya
reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana salah satunya adalah masalah
gender dan seksualitas dalam masalah ini salah satunya yang dibahas mengenai
sosial yang berlaku tentang prilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian.
4
perceraian dapat dikarenakan dua hal yaitu talak dan gugatan perceraian (Salim, 2001).
Pada tahun 2012, jumlah perceraian yang diputus Pengadilan Agama Medan
sebanyak 1.528 perkara. Jumlah itu melonjak pada Tahun 2013 yang mencapai 1.975
menunjukkan peningkatan, yaitu mencapai 2.025 kasus. Pada Tahun 2015 sampai
priode Oktober, kasus perceraian yang diputus Pengadilan Agama Medan mencapai
bercerai. Angka perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh Indonesia
Tahun 2014 mencapai 382.231, naik sekitar 100.000 kasus dibandingkan dengan
2015 dari 517 perkara yang ditangani terdapat 24 perkara kasus perceraian. Dan
Tahun 2016 dari 526 perkara yang ditangani terdapat 28 perkara kasus percerainan.
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa angka perceraian di Tanah Karo semakin
meningkat.
hidup. Bagi wanita yang menjadi orang tua tunggal, kesendirian itu berat. Namun,
kadang-kadang wanita tidak mau mengakui. Disaat mereka seharusnya saling berbagi
Menurut Akmalia (2013), stresor utama pada ibu single parent adalah masalah
terkait pada anak, masalah terkait ekonomi seperti biaya hidup yang semakin mahal,
masalah psikologis, masalah terkait sosial dan masalah terkait pada fisik. Hal ini
tahun yang berpusat pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup hal-hal seperti
mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama
dengan seorang suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak,
mengelola rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan
Ibu yang bercerai ataupun wanita yang memutuskan untuk menjadi ibu
tunggal seringkali terlalu dibebani dengan masalah ekonomi. Mereka cenderung tidak
memiliki uang untuk menikmati hidup, dan tak bisa memikirkan dirinya sendiri
6
karena terlalu banyak pikiran yang tercurah untuk anak-anaknya. Adapun dampak
terhadap reproduksinya yaitu kebutuhan seksual orang tua tunggal tidak terpenuhi,
sekedar pelarian, namun adapula sebagian wanita merasa terauma dengan lelaki
single parent akan menghadapi kelelahan emosional, mudah sedih dan menangis,
mudah marah dan cemas dengan masa depan anak-anaknya. Sedang masalah
kelelahan mental seperti merasa tidak berharga, menjadi lebih sensitif, sering
mengalami kebingungan, merasa tidak bahagia dan kehilangan percaya diri. Tuntutan
multiperan bisa menyulitkan dan membuat stres. Ibu yang bekerja sering
Jika individu berada pada posisi stres, manusia akan menggunakan berbagai
cara untuk mengatasinya. Memiliki strategi coping sangat penting untuk melanjutkan
hidup. Strategi coping dapat digunakan individu untuk memecahkan masalah, coping
efektif akan membantu individu bebas dari stres yang berkepanjangn (Rasmun,
2004).
penyakit fisik sebenarnya disebabkan oleh stres. Andil stres berbeda untuk tiap tiap
(perut), sakit kepala, kelelahan yang kronis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
7
faktor pencetus terjadinya kanker juga sering disebabkan oleh stres yang
berkepanjangan (Siswanto, 2007). Timbulnya kanker tersebut oleh karena sel radikal
bebas yang sebelumnya tidak berkembang menjadi berkembang biak dengan cepat
bahwa kematian bukanlah suatu perceraian yang sah. Perceraian yang sah menurut
terhadap seorang perempuan yang bercerai (ditinggal mati suami) berinisial (IS). IS
kehilangan suami tercinta empat tahun yang lalu. Pada saat itu usia IS masih 35
tahun. Kematian suami tercinta adalah kehilangan yang sangat besar bagi IS, beliau
merasa kalau hidupnya sudah berakhir saat itu. Tidak ada lagi yang bisa dia perbuat
untuk menjalani hidup kedepannya. IS mulai menarik diri dari lingkungan sosial.
Segala aktifitas baik itu ibadah atau undangan acara adat IS tidak pernah lagi
Namun lama-kelamaan IS merasa kalau semua yang dia lakukan bukan penyelesaian
terkadang kebutuhan akan seks mau muncul tapi dengan aktif menggunakan facebook
IS dapat mengabaikan perasaan itu, IS mulai bisa menerima apa yang terjadi
mendalam strategi coping pada perempuan single parent serta mendapatkan informasi
secara detail dan jelas tentang bermacam upaya untuk menanggulangi permasalahan
single parent pada perempuan suku karo menjalani kehidupannya setelah suaminya
meninggal dunia.
adalah Bagaimanakah Strategi Coping pada perempuan Single Parent Suku Karo
yang terbelenggu oleh aturan adat istiadat seperti larangan menikah dan jika menikah
aset (harta benda) dan anak diambil alih oleh pihak keluarga laki-laki (suami)
Single Parent Suku Karo. Melahirkan wacana tentang masalah reproduksi pada
berkaitan dengan teori dan konsep mengenai strategi coping pada perempuan Single
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
yang berharga bagi ibu yang tidak mempunyai pasangan dalam melihat dan belajar
melalui pengalaman serupa dalam menjalani dan mengatasi masalah yang ada serta
dengan kesendiriannya.
perempuan sebagai single parent bahwa tidaklah mudah, namun perlu didukung
TINJAUAN PUSTAKA
a. Dampak negatif
Bagi seorang anak yang tidak siap ditinggalkan orangtua nya bisa
Terlebih lagi pada perempuan yang sebagi janda atau yang tidak
kurang kreatif.
10
11
b. Dampak positif
pertentangan.
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa selalu hal
2.2 Coping
Coping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi
stresfull. Coping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yeng
mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis. Coping diartikan sebagai usaha
perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang
dihadapi. Coping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan
kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan coping yang tidak
efektif berakhir dengan mala-adaftif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan
normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan. Setiap
individu dalam melakukan coping tidak sendiri dan tidak hanya melakukan satu
12
strategi tapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan
kondisi individu.
Coping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
coping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan
a. Coping psikologis
yang diterimanya.
b. Coping psiko-sosial
kategori coping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stress dan kecemasan,
yaitu:
kompromi.
Ada dua metode coping yang digunakan individu yaitu dalam mengatasi
Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam
menangani masalah psikolois untuk kurun waktu yang lama contohnya adalah :
14
1) Berbicara dengan orang lain curhat (curah pendapat dari hati ke hati)
dengan teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi.
dihadapi.
natural.
efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka
panjang contohnya :
4) tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil
5) banyak tidur
6) banyak merokok
7) menangis
(Rasmun, 2001).
15
ketegangan seperti :
a. Mencari dukungan seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga
jauh.
b. Reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat
c. Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada
pertemuan ibadah.
e. Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang didalam dengan cara menonto tv,
(Rasmun, 2001)
menggunakan strategi coping dalam megatasi stres. Strategi coping adalah cara yang
dilakikan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang
Menurut Calson (2007), strategi coping adalah rencana yang mudah dari suatu
perbuatan yang dapat kita ikuti, semua rencana ini dapat digunakan sebagai antisipasi
ketika menjumpai situasi yang menimbulkan stres atau sebagai respon terhadap stres
yang sedang terjadi, dan efektif dalam mengurangi level stres yang kita alami
(Calson, 2007).
16
stres.
orang lain.
3) Negosiasi merupakan salah satu taktik dalam PFC yang diarahkan langsung
pada orang lain atau mengubah pikiran oarang lain demi mendapatkan hal
stressor (sumber stres), tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang
menganggap seolah-olah tidak ada masalah, bersikap pasarah, dan acuh tak
stress dengan mencari arti kegagalan bagi dirinya serta melihat segi-segi yang
single parent akan menghadapi kelelahan emosional ketiga subjek hampir sama
dimana ketiga subjek sangat mudah sedih dan menangis, mudah marah dan cemas
merasa tidak berharga, menjadi lebih sensitif, sering mengalami kebingungan, merasa
tidak bahagia dan kehilangan percaya diri. Strategi coping yang dilakukan subjek
adalah Problem Focused Coping (PFC) yaitu dengan melakukan kegiatan positif,
bekerja keras, tidak menemui mantan suami, menunjukkan pada mantan suami bahwa
kehidupannya lebih baik dan bahagia tanpa suami, lebih mandiri dan
diambil terburu-buru pada saat menikah dan keputusan untuk bercerai, menutup diri
18
jika ditanya tentang perceraian, bersikap sabar dan ikhlas dengan ujian Tuhan,
mengambil hikmah dari setiap permasalahan, lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Jika individu berada pada posisi stres manusia akan menggunakan berbagai
cara untuk mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber koping
yang tersedia. Seseorang yang mengalami masalah serius dan dianggap sebagai
suami. Strategi coping tergantung pada sumber daya internal seperti kekuatan batin,
rasa percaya diri, dan penerimaan yang benar tentang nasib mereka, mampu
Strategi coping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau
Penelitian yang dilakukan oleh Faradina dan Fajrianthi (2012) coping yang dilakukan
berupa perilaku yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang dirasakan dan
dilakukan tanpa ada bantuan dari orang lain. Help-seeking coping dilakukan ketika
dari diri sendiri tidak bisa menyelesaikan konflik yang dialami lalu ketika bercerita
kepada orang lain merasa lebih lega dan menemukan solusi untuk menyelesaikan
19
Strategi
Coping
Perempuan Single
Stres Dampak
Parent
menyebabkan stres, stres yang timbul pada perempuan single parent akan berdampak
pada kehidupan single parent yang dapat mengancam dirinya baik fisik maupun
psikologisnya.
Oleh karena hal tersebut maka perempuan single parent akan melakukan
agar dampak yang sudah terjadi akibat stresor dapat diminimalkan dan jika belum
METODE PENELITIAN
untuk mengeksplorasi suatu proses yang muncul dari perempuan yang mengalami
perceraian sehingga dapat mengembangkan suatu teori atau konsep yang dapat
menjadi dasar dari strategi coping pada perempuan yang menikah dan mengalami
Karakteristik strategi coping yang unik dan berbeda antara satu individu
dengan individu yang lain juga merupakan alasan peneliti memilih metode penelitian
kualitatif, hal ini sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan kualitatif yaitu dapat melihat
sesuatu secara mendalam, memahami isu-isu yang sensitif, dan isu-isu yang rumit dan
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
Metode pendekatan dan cara yang akan digunakan dalam memperoleh data
atau fenomena yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam,
20
21
3.2 Subjek
yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga
macam yaitu (1) informasi kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan biasa, yaitu
mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan
tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung
terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005).
yang digunakan dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu perempuan yang sudah pernah
untuk ikut dalam penelitian ini dan mampu menceritakan pengalamannya dengan
baik dan informan tambahan yaitu tokoh adat atau tokoh agama.
Menurut Moleong 2002, penelitian kualitatif memiliki sifat yang luwes, oleh
sebab itu tidak ada aturan yang pasti mengenai jumlah informan yang harus diambil
dalam penelitian kualitatif. Jumlah informan yang diteliti pada penelitian ini tidak
pada apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber
daya tersedia, pengambilan informan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya
sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data
yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka
mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang dicatat
berinteraksi dan mengenal informan. Hal ini memberi manfaat dan kemudahan dalam
membina hubungan saling percaya dengan informan di Kabanjahe dan belum pernah
observasi yang merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya.
mengumpulkan data adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai key instrument atau alat
sebagai key instrument memberikan keuntungan, karena sifat peneliti yang responsif
lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subyek
pengecekan pada subyek apabila informasinya kurang atau tidak sesuai dengan
Peneliti hadir tanpa berperan serta dan tidak melakukan intervensi apapun
terhadap peristiwa yang akan diungkap. Wawancara dilakukan dalam situasi informal.
Dengan demikian fenomena yang terjadi adalah asli (natural). Dalam pengumpulan
data lebih banyak bergantung pada diri peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data.
dengan nilai-nilai lokal dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan kuesioner, angket,
atau yang lainnya. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak
24
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) instrumen utama
adalah peneliti. Hal ini dikarenakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya, (2) perekam digital, dan (3)
3.3.1 Wawancara
(dalam Mulyana, 2002). Cara ini merupakan tahapan yang dilalui peneliti untuk
mendapatkan data primer dari informan sesuai dengan kajian atau fokus penelitian.
Peneliti berpedoman pada batasan-batasan dari rumusan masalah. Adapun acuan yang
beberapa tahapan, yaitu wawancara yang dilakukan beberapa kali terhadap satu
subyek. Dari hasil wawancara pertama nantinya menjadi pedoman wawancara kedua
dan akan begitu seterusnya, sampai data yang diperoleh cukup relevan dengan tujuan
menambah informasi data, juga sebagai metode untuk memperoleh keabsahan data
atau tidak lain sebagai teknik triangulasi itu sendiri (Sutrisno, 2008).
25
Dalam proses wawancara terdapat dua pihak kedudukan yang berbeda. Pihak
pertama berfungsi sebagai penanya, disebut juga sebagai interviewer, sedang pihak
berusaha melakukan probing inilah yang disebut mengali informasi lebih dalam
sehingga memperoleh jawaban yang lebih kusus dan tepat (Singarimbun, 1989).
Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara dan
alat perekam.
penelitian ini. Pertanyaan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
sehingga semua data penting yang diungkapkan subjek tidak ada yang terlupakan.
dalam melakukan pengkodean dan analisis data. Penggunaan tape recorder ini akan
mengumpulkan verbatim (kata demi kata) wawancara dan mengolah data dengan
metode kualitatif.
berikut :
1. Mengorganisir informasi.
natural dari kasus untuk peneliti maupun penerapannya pada kasus yang lain.