A. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini
mulai ditumbuhi rambut pubis.
C. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung
pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri
berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu
(pada commisura posterior)
D. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
E. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan
penis pada pria.Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan
ujung serabut saraf, sangat sensitif.
F. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae
externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa
yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk
aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi
tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum
disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak
pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
H. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
Genitalia Wanita Interna
A. Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut
fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan
ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas
dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
B. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama
kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi
konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, isthmus dan serviks uteri.
C. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding
dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina)
dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah
cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil,
setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa
serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
D. Corpus uteri
Terdiri dari, paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum
uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari
luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid
akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus
terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan
wanita
Vaskularisasi uterus. Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna,
serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-
beda pada setiap bagiannya.
Pars infundibulum (distal). Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping. Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus)
F. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-
kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf.
Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel
epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundi-
bulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.
A. Serviks
Serviks mempunyai serabut otot polos, namun terutama terdiri dari atas jaringan
kolagen, ditambah dengan elastin serta pembuluh darah. Peralihan serviks yang terutama
yang berupa jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama berupa jaringan muskuler,
meskipun umumnya mendadak namun bisa juga sedikit demi sedikit, sehingga terentang
sepanjang 10 mm. Serviks yang berbentuk silinder pada nullipara panjangnya sekitar 3 cm
dan diameter 2,5 cm.
Mukosa kanalis servikalis meskipun secara embriologis merupakan kelanjutan dari
endometrium, namun setelah mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga potongan
melintangnya menyerupai sarang tawon. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumnar
yang sangat tinggi, menempel pada membrana basalis yang tipis. Nukleus yang oval terletak
dekat dasar sel kolumner yang bagian atasnya terlihat agak jernih karena berisi mukus. Sel
sel ini mempunyai banyak silia. Terdapat banyak kelenjar servikalis yang memanjang dari
permukaan mukosa endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak
terdapat submukosa demikian, kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan sekret yang
kental dan lengket.
B. Vagina
Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini
berada didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa berlapis
tanpa lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel mengandung
glikogen Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut elastis
membentuk jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan sesekali, dan
banyak limfosit, bersama dengan leukosit granular, menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki
kelenjar, dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi dari leher rahim (servix).
Muskularis terdiri dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam
dan longitudinal di lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan
serat elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat. Epitel skuamosa
bertingkat nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum
germinativum), diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum
korneum).
C. Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan
adiposa. Pada orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar
keringat dan sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora
terdiri dari inti yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh epitel skuamosa
berlapis yang sangat menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia minora
tidak terdapat rambut, tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.
D. Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup
dalam lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap. Ujung
bebas dari klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar clitoridis.
Klitoris dibungkus oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait
dengan banyak ujung saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena
itu tidak dilalui oleh uretra.
F. Uterus
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
Serosa ( peritoneum visceralis)
Miometrium
Endometrium
Endometrium adalah lapisan berongga yang lunak yang mengandung sejumlah
kelenjar dan dilapisi dengan ciliated collumnar epithelium; bentuk kelenjar dan
stroma
G. Tuba Fallopii
Dinding tuba fallopii
a. Mukosa
Banyak mengandung lipatan (makin ke proksimal makin berkurang)
Epitel disusun oleh epitel selapis kolumnar dengan 2 macam sel
1. Sel peg
Mensekresikan medium yang mengandung nutrisi untuk sperma dan
embrio
2. Sel siliar
Mengandung banyak silia yang bergerak ke arah lumen uterus.
Fungsinya memfasilitasi transportasi embrio yang sedang berkembang
ke arah uterus
b. Lamina Propria
Terdiri atas jaringan ikat yang mengandung serat retikular, fibroblas, sel mast dan
limfosit
c. Tunika muskularis
lapis sirkular disebelah dalam
longitudinal disebelah luar
Fungsi :Menggerakkan embrio ke arah uterus
d. Tunika serosa
Disusun oleh epitel selapsi gepeng dengan jaringan ikat dibawahnya
H. Ovarium
Ditutupi oleh epitel germinativum (Epitel selapis kuboid)
Struktur dibawah epitel germinativum (Tunika albuginea, Jaringan ikat kolagen padat)
Dibagi menjadi korteks dan medula (Batas tak jelas)
Korteks
Folikel ovarium
a. Folikel Primordial
berkembang menjadi Folikel Primer, dibungkus oleh epitel selapis gepeng
b. Folikel berkembang
Folikel primer
Folikel sekunder
Folikel tertier
c. Folikel de Graaf
Corpus hemorrhagicus
Corpus albicans
Folikel atretis (folikel yang berdegenerasi pada stadium apapun)
Medula
Mengandung pembiuluh darah, pembuluh limf, serat saraf dan jaringan ikat
longgar
TAHAP GAMBARAN
Sebelum kelahiran, korteks ovarium wanita berisi tujuh juta folikel.
Folikel Primodial Folikel primordial ini berisi oosit belum menghasilkan dikelilingi oleh
folikel gepeng, sel-sel granulosa skuamosa (sel-sel dukungan) yang
terpisah dari oosit oleh lamina basal.
Folikel Primer Sel granulosa dari folikel primordial berubah dari sebuah folikel gepeng
ke folikel kuboidal, menandai awal folikel primer.
Terdiri dari unilaminar (epitel kuboid) dan multilaminar (epitel berlapis
kuboid)
Folikel Skunder Akuisisi lapisan kedua sel granulosa menandai akhir dari folikel primer
menuju folikel sekunder. Pada titik ini, aktivitas mitosis folikel tinggi
dan semakin banyak sel-sel granulosa terbentuk.
Sel stroma yang membentuk teka. Teka eksterna mengelilingi lapisan
folikel terluar, lamina basal, dan jaringan penyambung kolagen. Teka
interna terdiri dari pembuluh kapiler antara kedua lapisan teka dan
mulai untuk mengedarkan darah ke dan dari folikel.
Folikel skunder juga ditandai dengan oosit dewasa yang di kelilingi oleh
zona pelusida, sekitar sembilan lapisan sel granulosa, lamina basalis,
cumulus ooforus.
Ruang antrum yang berisi cairan folikel mulai terbentuk.
Folikel Tersier Ruang-ruang antrum mulai membesar dan ruang ruang kecil juga
membentuk antrum
Terdapat lapisan sel granulosa yang membatasi antrum
Sel telur menepi dan membentuk cumulus ooforus
Folikel De Graaf Folikel de graaf siap melakukan ovulasi
Lapisan granulosa menjadi tipis
Antrum bertambah luas
Terdapat korona radiata
Folikel Atretis 400.000 folikel yang mencapai tahap preovulatory hanya 450 folikel
yang matur
Folikel yang gagal berkembang akan layu
Korpus Luteum Korpus Luteum Menstruasi : Dibentuk oleh sel granulosa dan sel teka
setelah terjadi ovulasi.Korpus luteum inii juga menghasilkan estrogen
dan progesteron.Tetapi jika tidak difertilisasi maka korpus ini akan
nertahan hanya sampai 10 14 hari kemudian berdegenerasi kembali.
Korpus Luteum Pregnans : Terjadi fertilisasi pada korpus ini sehingga
plasenta mengahasilkan HCG dan menstimulasi korpus luteum untuk
bertahan 6 bulan
Korpus luteum menstruasi yang berdegenerasi menghilang dengan
autolisis dan sisa sel difagosit oleh makrofag yang digantikan oleh
Korpus Albican jaringan parut sehingga membentuk korpus albican
Trichomonas vaginalis
Klasifikasi
Class: Flagellata
Family: Trichomonadidae
Genus: Trichomonas
Morfologi:
Biologi
Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan
urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada
anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang
masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat
keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi
5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.
Bakteri :
Gardanerrella vaginalis
microbiology.scu.edu.tw
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Order : Bifidobacteriales
Family : Bifidobacteriaceae
Genus : Gardnerella
Species : G. vaginalis
Binomial name
Gardnerella vaginalis
Morfologi
Gardnerella adalah salah satu genus dari bakteri gram-variabel yang mana merupakan
suatu spesies. Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial vaginosis pada wanita.
Salah satu dari spesies Haemophilus, tumbuh, berukuran kecil, sirkuler, koloni abu-abu, di
bawah mikroskop terlihat gram negative, namun sebenarnya memiiki dinding sel gram
positive, dengan sel clue, sel epitel yang menyelimuti bakteri.
Chlamydia trachomatis
Ordo : Chlamydiales
Family : Chlamydiaceae
Genus : Chlamydia
Morfologi:
Chlamydia merupakan bakteri obligat intraseluler, hanya dapat tumbuh pada sel eukariot
hidup dengan membebtuk semacam koloniatau mikrokoloni yang disebut badan inklusi.
Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma. Morfologi
inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya.
Jamur :
Candida albicans
commons.wikimedia.com
KLASIFIKASI
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Virus
Herpes virus
Morfologi
www.virology.net
HPV atau Human Papilloma Virus adalah sejenis virus yang menyerang manusia.
Terdapat lebih dari 100 tipe HPV dimana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan
gejala yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi
pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun). Lebih dari 95 persen dari kanker serviks
disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai Human Papilloma Virus (HPV).HPV merupakan
virus DNA famili Papovaviridae (papovaviruses), DNA virus terdiri dari double strand dan
sirkular dengan 5-8 gen dan virus ini tidak berselubung. Virus ini menginfeksi sel pipih
epitelium dan menyebabkan keadaan hiperplasia dari sel epitel pipih
www.virology.net
2.1 Definisi
Leukorea (Flour Albus, White discharge, keputihan) adalah keluarnya cairan dari alat
atau organ reproduksi melalui vagina (Wishnuwarhani, 2008). Hal itu mungkin
disebabkan oleh infeksi (Santoso, 2007). Leukorea (keputihan) merupakan gejala
keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Cairan yang keluar tersebut harus
dibedakan antara cairan/lendir normal dan cairan/lendir tidak normal (Kasdu, 2005).
Dalam keadaan biasa, cairan tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis.
Sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi vulva cairan vagina, sekret serviks, sekresi
uterus, atau sekresi tuba fallopi yang dipengaruhi fungsi ovarium (Mansjoer, 2000).
2.2 Etiologi
a) Infeksi:
b) Iritasi :
v) Pembersih vagina.
d) Fistula
e) Benda asing
f) Radiasi
g) Penyebab lain :
2.3 Klasifikasi
2.4 Patogenesis
Pada keadaan normal, cairan/sekret yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari sel epitel vagina (terutama yang paling luar/superfisial yang terkelupas
dan dilepaskan ke dalam rongga vagina), beberapa sel darah putih (leukosit), cairan
transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi darri saluran
yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai organisme terutama
Lactobasilus Doderlein (batang gram positif, flora vagina terbanyak); beberapa jenis bakteri
lain kokus seperti Streptokokus dan Stapilokokus, dan Eschericia coli.
Peranan basil doderlein dianggap menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis
karena basil Doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang
terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0-4,5
pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana asam inilah yang mencegah tumbuhnya
mirkoorganisme patologis.
Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh
beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya
jumlahglikogen karena fungsi proteksi basil Doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari
mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresifitas
mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah
vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil Doderlein sehingga
terjadi pengeluaran lekosit PMN maka terjadilah fluor albus.
Infeksi bakteri
a. Gonorea
Gonorea disebabkan oleh invasi di bakteri diplokokus gram-negative, Neisseria
gonorrhoeae. Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna kekuningan yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung
Neisseria gonorrhoeae berbentuk pasangan dua-dua pada sitoplasma sel. Bakteri ini
melekat dan menghancurkan membaran epitel yang melapisi selaput lendir, terutama
epitel yang melapisi kanalis endoserfiks dan uretra. Infeksi ekstragenetalial di faring,
anus, rectum, dapat di jumpai pada wanita dan pria.
Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa. Namun
tidak semua yang terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan dari pria ke wanita
lebih tinggi kerena luasnya selaput lendir yang terpajan dan cairan eksudat yang terdiam
lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat tersebar ke prostat, vas deferent,
vesikula seminalis, epididymis dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene,
kelenjar bartolin, endometrium, tuba fallopi, merupakan penyebab penyakit radang
panggul (PID) yang merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan
bakterimia gonokokus. Bakterimia lebih sering terjadi pada perempuan.Perempuan juga
beresiko tinggi mengalami penyebaran infeksi saat haid, penularan perinatal kepada bayi
saat lahir melalui os serviks yang terinfeksi, dapat mneyebabkan konjungtifitis dan
akhirnya dan kebutaan pada bayi apabila tidak di ketahui dan di obati.
Setelah infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae, tidak timbul imunitas alami,
sehingga infeksi dapat terjadi lebih dari satu kali. Angka infeksi tertinggi pada usia muda
dengan teringgi wanita umur 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun dan pada
laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
b. Sifilis
Adalah infeksi yang sangat menular yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk
spiral, Treponema pallidum. Kecuali penularan neonates, sifilis hampir selalu di tularkan
melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Namun, spiroketa T.pallidum
dapat menembus sawar plasenta dan menginfeksi neonates.
Spiroketa memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi
dengan setiap kerusakan, walaupun mikroskopik di kulit atau mukosa penjamu. Sifilis
dapat di sembuhkan pada tahap-tahap awal infeksi. Tetapi apabila di biarkan penyakit ini
dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi penyakit sifillis dapat di bagi
menjadi , sifillis primer, sekunder (sifilis laten, dini dan lanjut) dan tersier. Pada
perkembangan penyakit dapat terlihat kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut
kondiloma lata. Bakteri kadang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear, tetapi
biasanya bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram.
c. Clamidia trachomatis
Clamidia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling banyak
di jumpai di amerika. Bakteri ini terdpat dalam 2 bentuk (dimorfik). Dalam bentuk
infeksiosa C. trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara
metabolis dan mengandung DNA dan RNA sehingga disebut badan elementer (EB).
Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah
berada di dalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif dan bersaing
dengan sel pejamu memperebutkan nutrient. Organisme ini memicu timbulnya siklus
replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB untuk menginfeksi sel-sel di
sekitarnya.
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan konjungtiva
mata. Pada laki-laki, urethritis, epididymis dan prostatitis adalah infeksi bakteri yang
tersering.Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh urethritis,
bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul (PID).
C.trachomatisdapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan
hubungan seksual oral atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan
mengalami konjungtivitis dan pneumonia. Terinfeksi bakteri ini tidak menimbulkan
imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.
Kaum muda yang berusia antara 15-19 tahun merupakan 40% kasus klamidia
yang di laporkan. Resiko tertinggi tertularnya bekteri ini adalah wanita karena
konsentrasi ejakulat yang terinfeksi tertahan di vagina sehingga pemajanan memanjang.
Bakteri ini dapat ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop
setelah diwarnai pewarnaan Giemsa; sulit ditemukan pada pemeriksaan pap smear akibat
siklus hidupnya yang tak mudah dilacak.
d. Gardnerella vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap
sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena sering ditemukan.
Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas
dan siebut dengan clue cell. Gardnerella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi
senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak warna
keabu-abuan.
Infeksi virus
a. Virus Herpes Simpleks (HSV)
Adalah penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir dan
system syaraf.Macamnya ada HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 menyerang daerah orofaring,
menyebabkan lesi di wajah, mulut dan bibir.Walaupun virus ini dapat juga menyebabkan
harpes genitalis primer. HSV-2 pterdapat di daerah genital. HSV tidak dapat di
sembuhkan.Pada orang yang imunokompeten.Infeksi biasanya ringan dan swasirna.
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap
kerusakan di kulit.Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab. HSV
mempunyai kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membrane sel. Untuk dpat masuk ke dalam sel, tidak memerlukan proses endositosis.
HSV-1 dan HSV-2 menanyebabkan infeksi kronik yang di tandai dengan masa-
masa infeksi aktif dan latensi. Pada infeksi primer aktif, virus menginvasi sel penjamu
dan cepat berkembang biak menghancurkan sel penjamu dan melepaskan lebih banyak
virion untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Dan virus menyebar melalui saluran limfe
ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.Tubuh melakukan imunitas
seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan
infeksi aktif.
Setelah infeksi awal, timbul masa laten. Selama masa ini, virus masuk ke dalam
sel-sel sensorik yang mensyarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi di sepanjang
akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotosisitas atau gejala pada manusia pejamunya. Virion dapat menular
baik, dalam fase aktif maupun masa laten.
HSV lebih sering di jumpai pada wanita, mungkin karena luas permukaan
mukosa saluran genitalia perempuan yang lebih luas dan terjandinya kerusakan mikro di
mukosa selama hubungan kelamin.Dibandingkan dengan populasi umum, orang yang
terinfeksi HIV lebih rentan terhadap infeksi HSV dan menularkan penyakit ini. Karena
infeksi HSV tidak mengancam jiwa dan sering ringan atau asimtomatik, sehingga banyak
orang yang tidak menyadari akan besarnya penyakit ini. Pada awal infeksi tampak
kelainan kulit sepert melepuh terkena air panas yang kemudian pecah dan menimbulkan
luka seperti borok, dan pasien merasa sakit.
Infeksi Jamur
a. Candida albicans
C.albicans merupakan spesies penyebab infeksi candida pada genitalia lebih dari
80% yaitu vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap di
tularkan secara seksual.
Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada resistensi pejamu atau
flora bakteri local. Faktor predisposisi pada wanita adalah kehamilan, haid, diabetes
mellitus, pada pemakaian kontrasepsi dan terapi antibiotic. Baju dalan yang ketat,
konstriktif dan sintetik, sehingga menimbulkan lingkungan yang hangat dan lembab
untuk kolonisasi dapat menyebabkan infeksi rekurent.
Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitifitas terhadap produk-produk,
misalnya pencuci vagina, semprotan deodorant dan kertas toilet dapat berperan
menimbulkan kolonisasi. Perempuan umumnya mengalami infeksi akibat salah satu
factor diatas sedangkan pada laki-laki umunya terjangkit infeksi melalui kontak seksual
dengan perempuan yang mengidap kandidiasis vulvovagina. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami istri ini desebut femoma ping pong.
Infeksi parasit
a. Trikomoniasis Vaginalis
Adalah organisme oral berflagel.Trikomonad mengikat dan akhirnya mematikan
sel-sel pejamu, memicu respon imun humoral dan selular yang tidak bersifat protektif
terhadap infeksi berikutnya.Agar dapat bertahan hidup trikomonad harus berkontak
langsung dengan eritrosit, dan dalam hal ini dapat menjelaskan mengapa perempuan
lebih rentan terhadap infeksi dari pada laki-laki.
T.vaginalis paling subur pada pH antara 4,9-7,5. Keadaan yang meningkatkan pH
vagina, misalnya haid, kehamilan, pemakaina kontrasepsi oral, dan tindakan sering
mencuci vagina merupakan predisposisi timbulnya trikomoniasis. Bayi perempuan yang
lahir dari ibu yang terinfeksi dapat menularkan infeksinya.Bayi perempuan rentan karena
pengaruh hormone ibu pada epitel vagina bayi.
Infeksi T.vaginalis di tularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan kelamin.
Walaupun trikomonad di ketahui dapat hidup sampai 45 menit pada fomite, namun cara
penularan melalui fomite ini sangat jarang terjadi.
Walaupun jarang dapat ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti hsnduk dan
bibir kloset. Flour albus tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan nyeri
ditekan, dan perih berkemih. Cairan vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air
sabun dan berbau.
Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam
vagina.
Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel
abnormal, seringkali disertai darah yang tidak segar.
Menopause
Estrogen turun vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen
berkurang, dan basil doderlein berkurang memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel
tipis, mudah menimbulkan luka flour albus
Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks
terkelupas, mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul fluor
albus.
Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan
glukokortikoid dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Gejala klinis dari leukorea atau keputihan secara umum antara lain:
- Gatal, berbau, dan berbuih.
- Sekret vagina bertambah banyak.
- Bergumpal, campur darah
- Dispareunia / sakit pada waktu koitus.
- Disuria / rasa panas saat kencing.
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Anamnesis
1. Umur
Harus dipikirkan pengaruh estrogen. Pada bayi wanita atau wanita dewasa, flour albus
yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi dan merupakan flour albus
yang fisiologis. Wanita pada usia reproduksi kemungkinan suatu PHS dan penyakit
infeksi lainnya. Pada waniyta yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
keganasan terutama kanker serviks
2. Sejak kapan mengalami keputihan
3. Bagaimana konsistensi, warna, bau, jumlah dari keputihannya
Untuk memperkirakan etiologi penyakit
4. Riwayat kontrasepsi
Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang
merangsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat
5. Riwayat penyakit sebelumnya
6. Riwayat penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid
7. Riwayat penggunaan bahan-bahan kimia dalam membersihkan alat genialia
8. Higienis alat genitalia
9. Perilaku
Kemungkinan tertular penyakit infeksi karena kebiasaan kurang baik seperti tukar
menukar alat mandi atau handuk
Pemeriksaan Fisis
1. Inspeksi : kekentalan, bau dan warna leukore
2. Warna kuning kehijauan berbusa:parasit
3. Warna kuning, kental : GO
4. Warna putih : jamur
5. Warna merah muda : bakteri non spesifik
6. Palpasi : pada kelenjar bartolini
Pemeriksaan ginekologi
1. Inspekulo
2. Pemeriksaan bimanual
3. Laboratorium
4. Pemeriksaan pH normal vagina : 3,8 4,5
5. Pemeriksaan serologis
Untuk mendeteksi Herpes genitalis dan HPV
6. Pulasan dengan pewarnaan gram
Neisseria gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra seluler.
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang kecil gram negatif yang tidak dapat
dihitung jumlahnya dann banyak sel epitel dengan kokobasil tanpa ditemukan laktobasil
7. Pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10%
8. Kultur
9. Dapat ditemukan etiologi secara pasti tapi seringkali tidak tumbuh sehingga harus
berhati-hati dalam penafsiran
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik
sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3)
duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5
dengan menggunakan nitrazine paper
Diagnosis Banding
Ca Cervix, infeksi Chlamydia, atropik vaginitis, gonorrhoea
2.6 Tatalaksana
Tujuan pengobatan:
1. Menghilangkan gejala
2. Memberantas penyebabrnya
3. Mencegah terjadinya infeksi ulang
4. Keputihan fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan penyebabnya
Topikal:
1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
Sistemik:
1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
2. Chlamidia trachomatis
1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
4. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
5. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
6. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari3.
3. Gardnerella vaginalis
1. Metronidazole 2 x 500 mg
2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Virus herpeks simpleksi (Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara
tuntas)
1. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
2. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
3. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
Klotrimazol
Mekanisme Kerja
Mempunyai aktivitas antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja mirip dengan
mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris dan korporis
yang disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum, dan M.canis dan untuk
tinea vesikolor. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candiada
albicans.
Efek samping.
Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal dan urtikaria.
Sediaan dan posologi
Tesedia dalam bentuk krim dan laritan dengan kadar 1% untuk dioleskan 2 kali sehari. Krim
vagina 1% untuk tablet vagina 100mg digunakan sekali sehari pada malam hari selama 7 hari,
atau tablet vaginal 500mg, dosis tunggal.
Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250
mg3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis. Diberikan 500 mg
2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual.Untuk infeksi Gardnerella
vaginalis. Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan
intoleransiterhadap alkohol.Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama
kehamilan.
Penisilin
Mekanisme Kerja
Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya .Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh
mikroba berdasarkan berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase.
Efek Samping
Reaksi alergi, nefropati, syok anafilaksis. reaksi toksik dan iritasi local, reaksi jarisch-
Herxheimer yang berat pada pemberian penisilin untuk pasien sifilis
Sediaan dan Posologi
Ampisilin
Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul ampisilin trihidrat atau anhidrat 125 mg, 250
mg, 500 mg/5 mL
Dalam suntuikan 0,1; 0,25; 0,5; dan 1 gram per vial.
Amoksisilin
Dalam bentuk kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup 125 mg/ 5
mL. Dosis dapat diberikan 3 kali 250-500 mg sehari.
Asiklovir
Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan
krimuntuk mengobati herpes dilabia. Efek samping : Oral : pusing, mual, diare,sakit
kepala. Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit. Kontraindikasi : tidak boleh
digunakan pada ibu hamil
2.7 Pencegahan
Definisi
Pap test (Pap smear) adalah tes skrining dengan pemeriksaan mikroskopik dari sel
yang diambil baik dari serviks bagian luar (ectocervix) dan kanalis servikalis (endocervix)
yang menggambarkan prosedur pengecatan sel vagina dan servikal yang memberikan detail
definisi yang jelas dari kromatin nucleus sehingga dapat ditentukan apakah ada perubahan
sel-sel serviks yang mengarah pada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal dalam serviks
(leher rahim). Dinamakan sesuai dengan penemunya,Dr. George Papanicolaou (1883-1962)
dari Yunani.
Persiapan PAP'smear :
a. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam
dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan.
b. Untuk menghindari kontaminasi kedalam vagina yang dapat mengacaukan hasil
pemeriksaan.
c. Tidak sedang menstruasi, karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika
Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar
terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari
sepertiga lapisan epithelium
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan
sampai ke basement membrane dari epitelium.
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang
yang mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban
melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus
istinjak,dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih
dahulu