Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Nawy, Edward G,2001) , beton adalah material yang kuat dalam kondisi

tekan, tapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari

kuat tekannya. Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada

taraf pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya

retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen

struktural. Gaya ini mencegah berkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat

mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban tersebut.

Penampang dapat berprilaku elastis, dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul

tekan dapat secara efektif dimanfaatkan diseluruh tinggi penampang beton pada saat semua

beban bekerja di struktur tersebut.

Gaya longitudinal yang diterapkan seperti di atas disebut gaya prategang, yaitu

gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang di sepanjang bentang suatu

elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal atau beban

hidup horizontal transient. Jenis pemberian gaya prategang, bersama besarnya, ditentukan

terutama berdasarkan jenis sistem yang dilaksanakan dan panjang bentang serta

kelangsingan yang dikehendaki. Karena gaya prategang diberikan secara longitudinal di

sepanjang atau sejajar dengan sumbu komponen struktur, maka prinsip-prinsip prategang

dikenal sebagai pemberian prategang linier.

Untuk penggunaan pada beban layan yang tinggi, penggunaan baja tulangan

(tendon) dan beton mutu tinggi akan lebih efisien. Hanya baja dengan tegangan elastis

tinggi yang cocok digunakan pada beton prategang. Penggunaan baja tulangan mutu tinggi

bukan saja merupakan suatu keuntungan, tetapi merupakan suatu keharusan. Prategangan

16

Universitas Sumatera Utara


akan menghasilkan elemen yang lebih ringan, bentang yang lebih besar dan lebih ekonomis

jika ditinjau dari segi pemasangan dibandingkan dengan beton bertulang biasa.

Prategang pada dasarnya merupakan suatu beban yang menimbulkan tegangan

dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar dan distribusi tertentu bekerja sehingga

tegangan yang dihasilkan dari beban luar dilawan sampai tingkat yang diinginkan. Gaya

pratekan dihasilkan dengan menarik kabel tendon yang ditempatkan pada beton dengan alat

penarik. Setelah penarikan tendon mencapai gaya/tekanan yang direncanakan, tendon

ditahan dengan angkur, agar gaya tarik yang tadi dikerjakan tidak hilang. Penarikan kabel

tendon dapat dilakukan baik sebelum beton dicor (pre-tension) atau setelah beton mengeras

(post-tension).

Pemberian tegangan melingkar , yang digunakan dalam cerobong reactor nuklir,

pipa, roda kendaraan, dan tangki cairan, pada dasarnya mengikuti prinsip prinsip dasar yang

sama dengan pemberian prategang linier. Tegangan melingkar pada struktur silindris atau

kubah menetralisisr tegangan tarik di serat terluar dari permukaan kurvalinier yang

disebabkan oleh tekanan kandungan internal

Gambar 2.1 Ilustrasi Cara Mendasar Pemberian Prategang


Gambar diatas mengilustrasikan , dengan cara mendasar, aksi pemberian prategang

pada beberapa buku. Buku buku diatas dianggap sama seperti blok blok beton yang bekerja

sama sebagai sebuah balok akibat pemberian gaya prategang tekan yang besar. Meskipun

mungkin blok blok tersebut bisa tergelincir dalam arah vertical, namun pada kenyataannya

tidak demikian karena adanya gaya longitudinal tekan tersebut yang mencegah gelinciran.
17

Universitas Sumatera Utara


2.1 PERBANDINGAN DENGAN BETON BERTULANG

Dari pembahasan sebelum ini, menurut (Nawy, Edward G,2001) jelaslah bahwa

tegangan permanen di komponen struktur prategang diberikan sebelum seluruh beban mati

dan beban hidup bekerja. Agar tegangan tarik netto yang ditimbulkan oleh beban beban

tersebut dapat dieliminasi atau direduksi. Pada beton bertulang, diasumsikan bahwa kuat

tarik beton tidak ada sama sekali / diabaikan. Hal ini disebabkan gaya tarik yang berasal

dari momen lentur ditahan oleh lekatan yang terjadi antara tulangan dan beton. Dengan

demikian, retak dan defleksi pada dasarnya tidak dapat kembali di dalam beton bertulang

apabila komponen struktur tersebut telah mencapai kondisi batas pada saat mengalami

beban kerja.

Tulangan di dalam komponen struktur beton bertulang tidak memberikan gaya dari

dirinya pada komponen struktur tersebut, suatu hal yang berlawanan dengan aksi baja

prategang. Baja yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya prategang di dalam komponen

struktur prategang secara aktif memberi beban awal pada komponen struktur , sehingga

memungkinkan terjadinya pemulihan retak dan defleksi. Apabila kuat tarik lentur beton

dilampaui, komponen struktur prategang mulai beraksi seperti elemen beton bertulang

Dengan mengontrol besarnya prategang, suatu sistem struktur dapat dibuat fleksibel

atau kaku tanpa mempengaruhi kekuatannya. Pada beton bertulang, perilaku yang fleksibel

seperti ini sangat sulit dicapai apabila pertimbangan eknnomi perlu dimasukkan dalam

desain.

Struktur fleksibel seperti tiang fender didermaga harus mampu menyerap banyak

energi, dan beton prategang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Struktur yang didesain

untuk menahan getaran besar , seperti pondasi mesin, dapat dengan mudah dibuat kaku

dengan memberikan kontribusi gaya prategang pada pengurangan deformasi.

18

Universitas Sumatera Utara


2.2 KEUNTUNGAN BETON PRATEGANG

Berikut ini akan dibahas mengenai keuntungan keuntungan dari pemakaian beton prategang

dari pada beton bertulang berdasarkan (Budiadi,Andri,2008) sebagai berikut :

1. Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan

korosif.

2. Komponen struktur beton prategang mempunyai tinggi lebih kecil dibandingkan

beton bertulang untuk kondisi bentang dan beban yang sama. Pada umumnya, tinggi

komponen struktur beton prategang berkisar antara 65 sampai dengan 80 % dari

tinggi komponen struktur beton bertulang. Dengan demikian , komponen struktur

prategang membutuhkan lebih sedikit beton dan sekitar 20 sampai 35 persen

banyaknya tulangan. Sayangnya, penghematan pada berat material ini harus dibayar

dengan tingginya harga material bermutu tinggi yang dibutuhkan dalam pemberian

prategang. Juga,bagaimanapun sistem yang digunakan, operasi pemberian prategang

itu sendiri menimbulkan tambahan harga. Cetakan untuk beton prategang menjadi

lebih kompleks, karena geometri penampang pratengang biasanya terdiri atas

penampang bersayap dengan beberapa badan yang tipis.

3. Penghematan jangka panjang secara tidak langsung cukup besar, karena dibutuhkan

perawatan yang lebih sedikit dari beton bertulang, yang berarti daya guna lebih lama

sebagai akibat dari kontrol kualitas yang lebih baik pada betonnya.

4. Pondasi yang lebih ringan dapat digunakan akibat berat kumulatif struktur atas yang

lebih kecil bila dibandingkan dengan beton bertulang biasa..

5. Mengurangi defleksi dan retak yang besar.Apabila bentang balok dari beton

bertulang melebihi 70 sampai 90 ft, maka beban mati balok tersebut manjadi sangat

19

Universitas Sumatera Utara


berlebihan, yang menghasilkan komponen struktur yang lebih berat dan akibatnya,

retak dan defleksi jangka panjang yang lebih besar. Jadi, untuk bentang panjang ,

beton prategang merupakan keharusan karena pembuatan pelengkung mahal dan

tidak dapat berprilaku dengan baik akibat adanya rangkak dan susut jangka panjang

yang dialaminya.

6. Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan

akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.

7. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai

secara efektif.

8. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton

biasa.

Kekurangan struktur beton prategang berdasarkan (Budiadi,Andri,2008) relatif lebih

sedikit dibandingkan dengan berbagai keuntungan dan kelebihan desain menggunakan

beton prategang daripada menggunakan beton bertulang.

1. Memerlukan peralatan khusus seperti tendon , angkur , mesin penarik kabel , dll

2. Memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

2.3 RIWAYAT PERKEMBANGAN PEMBERIAN PRATEGANG

Beton prategang bukan merupakan konsep baru.Berdasarkan (Nawy, Edward

G,2001) pada tahun 1872, pada saat Jackson, seorang insinyur dari California, mendapatkan

paten untuk sistem struktural yang menggunakan tie rod untuk membuat balok atau

pelengkung dari blok-blok. Berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) pada tahun 1888,

C.W.Doehring dari Jerman memperoleh paten untuk pemberian prategang pada slab dengan

20

Universitas Sumatera Utara


kawat-kawat metal. Akan tetapi, upaya awal untuk pemberian tegangan tersebut tidak

benar-benar sukses karena hilangnya prategang dengan berjalannya waktu.

Sesudah selang waktu yang sangat lama, pada saat hanya ada sedikit kemajuan

karena sulitnya mendapatkan baja berkekuatan tinggi untuk mengatasi masalah kehilangan

prategang, Dill dari Alexandria, Nebraska, mengetahui adanya pengaruh susut dan rangkak

( aliran material arah transversal ) pada beton terhadap hilangnya prategang. Selanjutnya , ia

mengembangkan ide bahwa pemberian pascatarik batang berpenampang bulat tanpa lekatan

secara berturutan dapat mengganti kehilangan tegangan yang bergantung pada waktu pada

batang tersebut akibat berkurangnya panjang komponen struktur yang ditimbulkan oleh

rangkak dan susut. Berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) pada awal tahun 1920-an.Hewett

dari Minneapolis mengembangkan prinsip-prinsip pemberian prategang melingkar. Ia

memberikan tegangan melingkar horisontal di sekeliling tangki beton dengan menggunakan

trackstang untuk mencegah retak akibat tekanan cairan internal. Setelah itu, pemberian

prategang pada tangki dan pipa berkembang pesat diAmerika Serikat, dengan ribuan tangki

penyimpan air, cairan dan gas dibangun dan banyak sekali pipa tekanan prategang yang

dibuat pada dua sampai tiga dekade setelah itu.

Pemberian prategang linier teruse berkembang di Eropa dan Prancis, khususnya

dikembangkan oleh Eugene Freyssinet, berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) yang pada

tahun 1926 sampai 1928 mengusulkan metode metode untuk mengatasi kehilangan

prategang dengan cara menggunakan baja berkekuatan tinggi dan berdaktilitas tinggi.

Berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) pada tahun 1940, ia memperkenalkan sistem

Freyssinet yang sangat terkenal yang menggunakan jangkar konus untuk tendon 12 kawat.

Selama perang dunia II dan setelah itu, pembangunan kembali secara cepat

jembatan jembatan utama yang hancur selama perang menjadi suatu kebutuhan. G Magnel

21

Universitas Sumatera Utara


dari Gghent, Belgia dan Guyon dari Paris mengembangkan dan menggunakan konsep

pemberian prategang untuk desain dan pelaksanaan banyak jembatan di Eropa Barat dan

Tengah. Sistem Magnel juga menggunakan blok-blok untuk menjangkar kawat-kawat

prategang. Blok-blok tersebut berbeda dengan yang digunakan dalam sistem Freyssinet

dalam hal bentuknya yang datar, sehingga memungkinkan pemberian tegangan pada dua

kawat sekaligus.

Abeles dari inggris memperkenalkan dan mengembangkan konsep pemberian

prategang parsial berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) diantara tahun 1930-an dan 1960-

an. Leonhardt dari Jerman dan Mikhailov dari Rusia dan T.Y.Lin dari Amerika Serikat juga

memberikan kontribusi banyak pada seni dan ilmu pengetahuan tentang desain beton

prategang. Metode pemberian keseimbangan beban dari Lin ini sangat dihargai.

Perkembangan pada abad kedua puluh ini telah menjadikan banyak penggunaan beton

prategang di seluruh dunia, dan khususnya di Amerika Serikat.

Dewasa ini, beton prategang digunakan pada gedung, struktur bawah tanah menara

TV, struktur lepas pantai dan gudang apung, stasiun stasiun pembangkit, cerobong reaktor

nuklir, dan berbagai jenis sistem jembatan termasuk jembatan segmental dan cable-stayed.

Suksesnya perkembangan dan pelaksanaan semua struktur terkanal di dunia ini adalah

karena banyaknya kemajuan dalam teknologi bahan, khususnya baja prategang, dan

bertambahnya pengetahuan untuk mengestimasi kehilangan jangka pendek dan panjang

pada gaya prategang.

22

Universitas Sumatera Utara


2.4 KONSEP-KONSEP DASAR PEMBERIAN PRATEGANG

a. Konsep Pertama : Sistem Prategang untuk Mengubah Beton Menjadi Bahan Elastis

Konsep ini berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) memperlakukan beton sebagai

bahan elastis dan mungkin merupakan pendapat umum dari pada insinyur. Ini merupakan

buah pikiran dari Eugene Freysinet yang mempersualisasikan beton prategang pada

dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang

elastis dengan memberikan tegangan yang terlebih dahulu ( prategang ) pada bahan

tersebut.

Beton yang tidak mampu menahan tarikan dan kuat memikul tekanan umumnya

dengan baja mutu tinggi yang ditarik sedemikian rupa sehingga beban yang getas dapat

memikul tegangan tarik. Dari konsep inilah lahir kriteria tidak ada tegangan tarik pada

beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik pada beton, berarti

tidak akan terjadi retak dan beton tidak merupakan bahan yang getas lagi, melainkan

berubah menjadi bahan yang elastis.

Atas dasar pandangan ini, beton divisualisasikan sebagai benda yang mengalami

dua sistem pembebanan, gaya internal prategang dan beban eksternal dengan tegangan

tarik akibat gaya eksternal dilawan oleh tegangan tekan akibat gaya prategang. Begitu

juga retak pada beton akibat gaya elastisnya dicegah atau diperlambat dengan peraturan

yang dihasilkan oleh tendon sejauh tidak terjadi retak-retak, tegangan-tegangan,

regangan-regangan, lendutan-lendutan pada beton akibat kedua sistem pembebanan dapat

dipandang secara terpisah dan bersama-sama bila perlu.

23

Universitas Sumatera Utara


Balok Tanpa Eksentrisitas

Gambar 2.2 Balok tanpa eksentrisitas konsep mengubah beton menjadi elastis

Maka gaya prategang F + Akibat beban eksternal n = Akibat F + n

Balok Dengan Eksentrisitas

Gambar 2.3 Balok dengan eksentrisitas konsep mengubah beton menjadi elastis

24

Universitas Sumatera Utara


Akibat gaya prategang F + Akibat beban eksternal n + Akibat gaya eksentrisitas =

Akibat F + n + e

Kesimpulan : Beton mengalami tekan sehingga mengubah beton yang merupakan

bahan yang getas menjadi bahan yang elastis.

b. Konsep Kedua : Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi Dengan Beton

Konsep ini berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) mempertimbangkan beton

prategang sebagai kombinasi ( gabungan ) dari baja dan beton, seperti pada beton

bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian

kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal.

Gambar 2.4 Kopel Penahan nelawan momen eksternal

Pada beton prategang baja mutu tinggi dipakai dengan jalan menariknya sebelum

kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu tinggi ditanamkan pada beton,

seperti pada beton bertulang biasa, beton sekitarnya akan menjadi retak berat, sebelum

seluruh kekuatan baja digunakan, oleh karena itu baja perlu ditarik sebelumnya ( pratarik

) terhadap beton. Dengan menarik dan menjangkarkan baja ke beton, dihasilkan tegangan

dan tegangan yang diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan regangan tekan pada

beton tekan, tegangan dan regangan tarik pada baja. Kombinasi ini memungkinkan

25

Universitas Sumatera Utara


pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan, dimana hal ini tidak dapat

dicapai jika baja hanya ditanamkan di dalam beton seperti pada beton bertulang biasa.

c. Konsep Ketiga : Sistem Prategang untuk Mencapai Pertimbangan Beton

Konsep berdasarkan (Nawy, Edward G,2001) ini terutama menggunakan

prategang sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada sebuah batang.

Konsep ini sesungguhnya dikembangkan oleh pengarang meskipun dapat dipastikan juga

digunakan oleh insinyur-insinyur baru untuk hal yang lebih sederhana.

Gambar 2.5 Konsep Sistem Pertimbangan Beton

Gaya prategang ditentukan dari prinsip-prinsip mekanika dan hubungan tegangan-

regangan dengan menganggap material bersifat homogen dan elastis. Sehingga tegangan-

tegangan elastis pada tiap potongan penampang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :

P Pec Mc
f top =
Ac Ig Ig
P Pec Mc
f bot =
Ac Ig Ig
Dimana ftop adalah tegangan pada serat paling atas , dan fbot adalah tegangan pada

serat terbawah. Tanda minus menyatakan tekan dan tanda positif menyatakan tarik.

26

Universitas Sumatera Utara


P,M,Ac,Ig menyatakan gaya prategang, momen, luasan beton, dan momen inersia kotor

berturut turut. Sedangkan e menyatakan eksentrisitas dari tendon terhadap sumbu pusat

penampang beton dan c menyatakan jarak dari sumbu pusat penampang menuju serat terluar

dari penampang beton.

2.5 SISTEM PEMBERIAN PRATEGANG

2.5.1. SISTEM PEMBERIAN PRATEGANG SECARA PRATARIK

Baja prategang berdasarkan (Budiadi,Andri,2008) diberi pratarik terhadap

pengangkeran independen sebelum pengecoran beton dis ekitarnya. Penjangkaran seperti ini

ditumpu oleh bulkheads yang stabil dan besar untuk memikul gaya terpusat yang sangat

besar yang diberikan pada masing masing tendon. Sebutan pratarik berarti pemberian

pratarik pada baja prategang, bukan pada baloknya. Dengan demikian, balok pratarik adalah

balok prategang dimana tendon prategang ditarik sebelum dicor, sedangkan balok pasca

tarik adalah balok dengan tendon prategangnya ditarik sesudah balok dicor dan mencapai

sebahagian besar dari kuat betonnya.

Pemberian pratarik biasanya dilakukan dilokasi pembuatan beton pracetak , dimana

landasan pracetak berupa slab beton bertulang yang panjang dicor diatas tanah dengan

bulkheads angker vertikal atau dinding di ujung-ujungnya.. Untuk lebih jelas lihatlah

gambar dibawah. Strand baja diregangkan dan diangker ke dinding vertikal, yang di desain

untuk menahan gaya prategang eksentrisitas besar,. Pemberian prategang dapat dilakukan

dengan memberi prategang pada strand secara individual, atau semua strand pada satu

operasi pendongkrakan.

Metode ini digunakan untuk beton-beton pracetak dan biasanya digunakan untuk

konstruksi-konstruksi kecil. Beton-beton pracetak biasanya digunakan pada konstruksi-

27

Universitas Sumatera Utara


konstruksi bangunan, kolom-kolom gedung, tiang pondasi atau balok dengan bentang yang

panjang.

Adapun tahap urutan pengerjaan beton pre-tension adalah sebagai berikut :

Kabel tendon dipersiapkan terlebih dahulu pada sebuah angkur yang mati (fixed anchorage)

dan sebuah angkur yang hidup (live anchorage). Kemudian live anchorage ditarik dengan

dongkrak (jack) sehingga kabel tendon bertambah panjang. Jack biasanya dilengkapi

dengan manometer untuk mengetahui besarnya gaya yang ditimbulkan oleh jack. Setelah

mencapai gaya yang diinginkan, beton dicor. Setelah beton mencapai umur yang cukup,

kabel perlahan-lahan dilepaskan dari kedua angkur dan dipotong. Kabel tendon akan

berusaha kembali ke bentuknya semula setelah pertambahan panjang yang diakibatkan oleh

penarikan pada awal pelaksanaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya gaya tekan internal

pada beton.

Bulkhead / angker

(a) Tendon ditarik dan diangkur

(b) Beton Dicor dan dibiarkan mongering

(c) Tendon Dilepas , Gaya Tekan ditransfer ke Beton

Gambar 2.6 Proses Pembuatan Beton Prategang Pratarik (Pre-Tentioning)

28

Universitas Sumatera Utara


Kekurangan dari metode pre-tentioning menurut (Budiadi,Andri,2008), antara lain :

a. Tidak dapat digunakan untuk bangunan tingkat tinggi.

b. Kabel yang dipakai umumnya lurus sehingga tidak tahan terhadap pergeseran atau

letak konstruksi yang berjauhan.

c. Pemberian tegangan yang berlebihan sangat tidak cocok / sesuai.

Untuk profil tendon harped, landasan untuk memberikan prategang berupa alat

pemegang. Karena landasan dapat mempunyai panjang ratusan feet, maka elemen prategang

pracetak dapat dihasilkan pada satu operasi, dan strands prategang yang diekspos

diantaranya dapat dipotong setelah beton mengeras.

Prinsip : Kabel ditarik terlebih dahulu, kemudian beton dicor di sekeliling kabel.

Setelah beton cukup umur, lalu kabel dilepas.

2.5.2. PEMBERIAN PRATEGANG SECARA PASCATARIK

Kebanyakan pelaksanaan pretensioning dilapangan dilaksanakan dengan metode

post-tensioning. Post-tensioning berdasarkan (Budiadi,Andri,2008) juga banyak digunakan

konstruksi beton prategang segmental pada jembatan dengan bentang yang panjang.

Metode pelaksanaan post-tension adalah sebagai berikut :

Selongsong kabel tendon dimasukkan dengan posisi yang benar pada cetakan beton beserta

atau tanpa tendon dengan salah satu ujungnya diberi angkur hidup dan ujung lainnya angkur

mati atau kedua ujungnya dipasang angkur hidup. Beton dicor dan dibiarkan mengeras

hingga mencapai umur yang mencukupi. Selanjutnya, dongkrak hidrolik dipasang pada

angkur hidup dan kabel tendon ditarik hingga mencapai tegangan atau gaya yang

direncanakan. Untuk mencegah kabel tendon kehilangan tegangan akibat slip pada ujung

29

Universitas Sumatera Utara


angkur terdapat baji. Gaya tarik akan berpindah pada beton sebagai gaya tekan internal

akibat reaksi angkur.

(a) Beton Dicor

(b) Tendon Ditarik dan Gaya Tekan ditransfer

(c)

( c) Tendon Diangkur dan digrouting

Gambar 2.7 Proses Pembuatan Beton Prategang Pascatarik (Post-Tentioning)

Didalam pemberian pascatarik, strand, kawat-kawat , atau batang-batang ditarik

sesudah beton mengeras. Strand diletakkan di dalam saluran longitudinal di dalam elemen

beton pracetak. Gaya prategang ditransfer melalui penjangkaran ujung seperti chucks dari

supreme products. Setelah terjadi prategang penuh, kemudian selongsong tempat

dimasukkannya baja prategang tersebut disuntikkan dengan cairan beton ( di grouting ).

Prinsip : Beton dicor terlebih dahulu disediakan tempat di dalamnya agar setelah

mengeras dengan tegangan mencapai 275 kg/cm2, kemudian kabel ditarik sampai gaya

rencana yang diinginkan keujung-ujungnya diangker.

30

Universitas Sumatera Utara


Tegangan yang disebabkan oleh prategang umumnya merupakan tegangan

kombinasi yang disebabkan oleh beban langsung dan lenturan yang dihasilkan oleh beban

yang ditempatkan secara eksentris.

Analisa tegangan-tegangan yang timbul pada suatu elemen struktur beton prategang

didasarkan atas asumsi-asumsi berikut:

1. Beton prategang adalah suatu mineral yang elastic serta homogen

2. Didalam batas-batas tegangan kerja, baik beton maupun baja berperilaku elastis, tidak

dapat menahan rangkak yang kecil yang terjadi pada keduamaterial tersebut pada

pembebanan terus-menerus.

3. Suatu potongan datar sebelum melentur dianggap tetap datar meskipun sudahmengalami

lenturan, yang menyatakan suatu distribusi regangan linier padakeseluruhan tinggi batang.

Selama tegangan tarik tidak melampaui batas modulus keruntuhan beton (yang

sesuai dengan tahap retakan yang terlihat pada beton), setiap perubahan dalam pembebanan

batang menghasilkan perubahan tegangan pada beton saja, satu-satunya fungsi dari tendon

prategang adalah untuk memberikan dan memelihara prategang pada beton.

Tegangan yang disebabkan oleh prategang umumnya merupakan tegangan

kombinasi yang disebabkan oleh aksi beban langsung dan lenturan yang dihasilkan oleh

beban yang ditempatkan secara eksentris maupun kosentris.

2.6 MaterialBetonPrategang

2.6.1. Beton

Menurut (Budiadi,Andri,2008)

betonadalahcampurandarisemen,air,danagregatsertasuatubahan

tambahan.Setelahbeberapajamdicampur,bahan-bahantersebutakanlangsung

mengerassesuaibentukpadawaktubasahnya.Betonyangdigunakanuntukbeton
31

Universitas Sumatera Utara


prategangadalahyangmempunyaikekuatantekanyangcukuptinggidimana

betonminimal30Mpa.Kuattekanyangtinggidiperlukanuntukmenahan

tegangantekanpadaserattertekan,pengangkurantendon,mencegahterjadinya

keretakan,mempunyaimoduluselastisitasyangtinggidanmengalamirangkak lebih kecil.

Betonadalahmeterialyangkuatterhadapkondisitekan,akantetapi

materialyanglemahterhadapkondisitarik.Kuattarikbetonbervariasimulaidari8

sampai14persendarikuattekannya.Rendahnyakapasitastarikbeton

menimbulkanterjadinyaretaklenturpadatarafpembebananyangmasihrendah.

Untukmengurangiataumencegahberkembangnyaretaktersebut,gayakonsentris atau eksentris

diberikandalam arahlongitudinal elemenstruktural.

Gayalongitudinalyangditerapkantersebutdiatasdisebutgaya

prategang,yaitugayatekanyangmemberikanprategangpadapenampangdi

sepanjangbentangsuatuelemenstrukturalsebelumbekerjanyabebanmatidan

bebanhiduptransversalataubebanhiduphorizontaltransien.Gayaprategang

iniberupatendonyangdiberikanteganganawalsebelummemikulbeban

kerjanya,yangberfungsimengurangiataumenghilangkantegangantarikpada

saatbetonmengalamibebankerja,mengantikantulangantarikpada struktur beton

bertulangbiasa.

Betonprategangadalahmaterialyangsangatbanyakdigunakandalam

kontruksi.Betonprategangpadadasarnyaadalahbetondimanategangan-tegangan

internaldenganbesarsertadistribusiyangsesuaidiberikansedemikianrupa sehinggategangan-

teganganyangdiakibatkanolehbeban-bebanluardilawan

sampaisuatutingkatyangdiinginkan.Prategangmeliputitambahangayatekan

padastrukturuntukmengurangiataubahkanmenghilangkangayatarikinternal dandalamhalini

retak padabetondapatdihilangkan.

32

Universitas Sumatera Utara


Beton yang digunkan dalam beton prategang adalah mempunyai kuat

tekanyangcukuptinggidengannilaif'cminK-300,moduluselastisyangtinggi dan

mengalamirangkakultimityanglebihkecil,yangmenghasilkan

kehilanganprategangyanglebih kecil padabaja.Kuat tekanyangtinggiini

diperlukanuntukmenahantegangantekanpadaserattertekan,pengangkuran

tendon,mencegahterjadinyakeretakan.Pemakaianbetonberkekuatantinggi

dapatmemperkecildimensipenampangmelintangunsur-unsurstrukturalbeton

prategang.Denganberkurangnyaberatmatimaterial,makasecarateknis

maupunekonomisbentangyanglebihpanjangdapatdilakukan.

2.6.2 Baja Prategang

Menurut (Budiadi,Andri,2008)

prategangpadadasarnyamerupakansuatubebanyangmenimbulkan tegangandalam awal

sebelum pembebananluardenganbesardandistribusitertentu

bekerjasehinggateganganyangdihasilkandaribebanluardilawansampai

tingkatyangdiinginkan.Gayapratekandihasilkandenganmenarikkabeltendon

yangditempatkanpadabetondenganalatpenarik.Setelahpenarikantendon mencapai

gaya/tekananyangdirencanakan,tendonditahandenganangkur,agar gaya tarikyangtadi

dikerjakantidakhilang.Penarikankabeltendondapat dilakukanbaiksebelumbetondicor(pre-

tension)atausetelahbetonmengeras (post-tension).

Baja (tendon)yangdipakai untukbetonprategangdalamprakteknya ada tigamacam,yaitu:

1. Kawattunggal(wires),biasanyadigunkanuntuk bajaprategang pada beton

prategangdengan system pratarik(pre-tension).

2. Kawatuntaian(strand),biasanyadigunkanuntuk bajaprategang pada

betonpratengangdengansystempascatarik(post-tension).
33

Universitas Sumatera Utara


3. Kawat batangan(bar),biasanyadigunakan untukbajaprategangpada beton

prategangdengan system pratarik(pre-tension).

Kawattunggalyangdipakaiuntukbetonprategangadalahyangsesuai dengan

spesifikasisepertiASTM (American Standard for Testing Materials)421.

Strandsterbuatdaritujuhkawatdenganmemuntirenam

diantaranyapadapichsebesar12sampai16kalidiameterdisekelilingkawat

lurusyangsedikitkebihbesar.Ukurandari kawat tunggal bervariasi dengan diameterantara3-

8m,dengantengangantarik(fp)antara1500-1700Mpa dengan modulus elastisitasEp=200x10

Mpa

Untuk memaksimumkan luas baja strands 7 kawat untuk suatu diameter nominal ,

kawat strands dapat dipadatkan seperti gambar di bawah ini . Standar ASTM juga

tercantum pada tabel di bawah ini .

Minimum
Nominal
Material type Minimum tensile strength
Diameter Area (mm2)
and standard breaking Load (fp)
(mm)
Mpa
5 19,6 30,4 1550
Wire 5 19,6 33,3 1700
7 38,5 65,5 1700
9,3 54,7 102 1860
7-wire strand
12,7 100 184 1840
super grade
15,2 143 250 1750
7 wire strand
12,7 94,3 165 1750
regular grade
23 415 450 1080
26 530 570 1080
Bars ( super
29 660 710 1080
grade)
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080
Tabel 2.1 Tipikal Baja Prategang (Budiadi,Andri.2008)

2.7SistemPengangkeran Beton Prategang

Sehubungandenganperbedaansistemuntukpenarikandan

pengangkerantendon,makasituasinyasedikit membingungkandalam perancangandan


34

Universitas Sumatera Utara


penerapanbetonprategang.Seorangsarjanatekniksipilharus

mempunyaipengetahuanumummengenaimetode-metodeyangadadan

mengingatnyapadasaatmenentukandimensikomponenstruktur,sehingga tendon-

tendondaribeberapasistemdapatditempatkandenganbaik.

Berbagai metodedengannamapratekanan(pre-compression)diberikanpadabeton dapat

dilakukan sebagaiberikut:

1. Pembangkit gaya tekan antara elemen structural dan tumpuan-tumpuannya

denganpemakaiandongkrak (flatjack).

2. Pengembangan Tekanan Keliling (hoop compression) dalam struktur

berbentuksilinder dengan mengulungkawatsecaramelingkar.

3. Pemakaianbajayangditariksecaralongitudinalyangditanamdalambeton atau

ditempatkandalamselongsong.

4. Pemakaianprinsipdistorsisuatustrukturstatistaktentubaik dengan

perpindahanmaupundenganrotasisatubagianrelatifterhadapbagian lainnya.

5. Pemakaian pemotong baja structural yang dilendutkan dan ditanam dalam

betonsampai betontersebutmengeras.

6. Pengembangan tarikan terbatas pada baja dan tekanan pada beton dengan memakai

semenyangmengembang

Metodeyangbiasadipakanuntukmemberikanparategangpadasemen

betonstrukuraladalahdenganmenarikbajakearahlongitudinaldenganalat penarikyangberbeda-

beda.Prategangdenganmenggunakangaya-gayalangsung diantaratumpuan-

tumpuanumumnyadipakaipelengkungdanperkerasan,dan dongkrakdatarselalu dipakai untuk

memberikangaya-gayayangdiinginkan.

Pengankeranada2macamyaitu:angkermatidanangkerhidup.Angker

35

Universitas Sumatera Utara


matiadalahangkeryangtidakbiasdilakukanlagipenarikansetelahpenegangan

tendondilakukan.Angkermatiseringdigunakandalamprategangdengansistem

pratarik.Sedangkanangkerhidupdapatdilakukanpenarikankembalijikahalitu diperlukan.

Pegangkeraniniseringdijumpaidalamprategangdengansistempasca tarik

36

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai