Anda di halaman 1dari 1

BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN

Berpikir kritis adalah proses mencari, memperoleh, mengevaluasi, menganalisis,


mensintesis, dan konseptualisasi informasi sebagai panduan mengembangkan pemikiran dan
kemampuan dengan menambahkan kreativitas dan mengambil resiko. Proses keperawatan
sebagai pemecah masalah tentang rencana keperawatan sebagai dasar untuk praktek keperawatan
dalam sehari-hari. Proses ini terdiri dari 5 fase yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

Berpikir kritis dalam laporan Delphi dijelaskan secara ideal yaitu rasa ingin tahu, baik
informasi maupun alasannya. Definisi keperawatan menurut Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994)
yaitu proses berfikir secara reflektif tentang masalah keperawatan tanpa solusi tunggal dan
difokuskan pada pemutusan yang akan dilakukan. Berpikir kritis tidak termasuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Melainkan tentang pemecahan masalah pendekatan dalam proses
keperawatan.

Berpikir kritis memiliki 5 komponen yaitu : 1. Pengetahuan berbasis keperawatan


tertentu, 2. Praktis pengalaman, 3. Kompetensi berfikir rasional, 4. Sikap / faulus-faulus sifat dari
pikiran-pikiran, 5. Standart (intelektual dan professional). Salah satu teknik untuk memahami
berpikir kritis adalah meninjau interatur. Proses tersebut digambarkan sebagai proses linier
dengan empat langkah penilaian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Berpikir kritis secara
logis harus meliputi 7 pertanyaan, yaitu :

1. Apa masalahnya?
2. Informasi apa yang saya butuhkan dan bagaimana cara mendapatkan?
3. Apa data saya sudah tepat?
4. Apa artinya data tersebut berdasarkan fakta?
5. Apa yang harus saya lakukan?
6. Apakah ada pertanyaan lain yang harus saya tanyakan?
7. Bagaimana cara terbaik untuk menangani masalah ini?

Jadi, berpikir kritis harus ditanamkan sejak awal proses pendidikan keperawatan agar
mahasiswa mampu memecahkan masalah dan dapat mempertanggung jawabkan apa yang telah
diputuskan.

Anda mungkin juga menyukai