Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bus Rapid Transit (BRT) merupakan sebuah sistem transportasi publik


dengan menggunakan bus yang mengintegrasikan perbaikan modal dan
operasional untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat dan lebih
berkualitas dibandingkan jalur bus standar pada umumnya (Carey, 2002). Definisi
yang lebih detil dikembangkan dalam proyek Transit Cooperative Research
Program (TCRP) A-23, yakni BRT merupakan sebuah mode transit cepat yang
fleksibel menggunakan ban karet yang mengkombinasikan stasiun (halte),
kendaraan, pelayanan, jalur khusus, dan elemen dari Intelligent Transportation
System (ITS) ke dalam suatu sistem yang terintegrasi dengan identitas yang kuat
(Levinson, 2002). Tujuan dari sistem transportasi BRT adalah untuk mencapai
kualitas layanan seperti pada transportasi dengan kereta api sementara masih
dapat menikmati penghematan biaya dan fleksibilitas pada BRT (Kristijo, 2011).

TransJakarta merupakan kata yang tidak asing lagi, khususnya bagi penduduk
kota metropolitan Jakarta. Sistem transportasi yang diadaptasi dari Transmilenio di
Bogota, Kolumbia, ini memiliki sebuah jalur tersendiri yang terpisah dari jalur publik di
jalan raya. Sebuah pembatas jalan berfungsi sebagai penentu jalur dan juga sebagai cara
yang efektif agar tidak ada kendaraan pribadi atau publik selain TransJakarta yang bisa
menggunakan jalur tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan konsistensi waktu
tempuh TransJakarta dari satu halte ke halte yang lain tanpa dipengaruhi olah kondisi
lalu lintas jalan. Pada dasarnya sistem transportasi TransJakarta ini termasuk kategori
bus rapid transit atau biasa disebut TransJakarta.
Sejak tahun 2004, TransJakarta menjadi fenomena yang kontroversial.
Keberadaannya menimbulkan pro dan kontra sebagian orang sesuai dengan
kepentingannya masing-masing. Bagi pengguna kendaraan pribadi, keberadaan
TransJakarta yang mempersempit ruang gerak mereka di jalan raya dengan jalur
khususnya dianggap mengganggu. Namun di sisi lain bagi pengguna jasa transportasi
publik, TransJakarta merupakan angin segar adanya harapan kemajuan sistem
transportasi yang cepat, aman dan nyaman.
Secara langsung, keberadaan TransJakarta memberikan perubahan terhadap pola
kehidupan manusia. Sistem Transportasi TransJakarta tidak memungkinkan bagi
TransJakarta untuk berhenti seenaknya setiap kali penumpang ingin turun. Para
pengguna sistem transportasi ini dididik untuk disiplin dan berhenti hanya pada tempat
yang telah ditentukan. Akibatnya, para penumpang ini harus berjalan kaki untuk menuju
ke tempat berkegiatannya. Hal inilah yang menjadi pemicu awal meningkatnya
kebutuhan fasilitas jalan kaki aman dan nyaman di sepanjang koridor TransJakarta.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jdjd
2. Sjsj
3. Sss
1.3 Manfaat
1. Cc
2. 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bus Rapid Transit


2.1.1 Definisi Bus Rapid Transit

Bus Rapid Transit (BTR) atau busway merupakan bus dengan kualitas tinggi yang
berbasis sistem transit yang cepat, nyaman, dan biaya murah untuk mobilitas
perkotaan dengan menyediakan jalan untuk pejalan kaki, infrastrukturnya, operasi
pelayanan yang cepat dan sering, perbedaan dan keunggulan pemasaran dan
layanan kepada pelanggan. Bus Rapid Transit (BRT), pada dasarnya mengemulasi
karakteristik kinerja sistem transportasi kereta api modern. Satu sistem BRT
biasanya akan dikenakan biaya 4-20 kali lebih kecil dari Light Rail Transit (LRT) dan
10-100 kali lebih kecil dari sistem kereta api bawah tanah.

Istilah BRT telah muncul dari penerapannya di Amerika Utara dan Eropa. Namun,
konsep ini juga ditularkan melalui dunia dengan nama yang berbeda-beda, seperti:

- High Capacity Bus Systems


- High Quality Bus Systems
- Metro Bus
- Surface Metro
- Express Bus Systems
- Busway Systems
Meskipun memiliki istilah yang bervariasi antara satu negara dengan negara lain,
tetapi memiliki prinsip dasar yang sama, seperti : kualitas, pelayanan kendaraan
yang bersaing dengan transportasi umum lainnya dengan ongkos yang dapat
terjangkau. Untuk memudahkan, istilah BRT atau busway akan sering digunakan
dalam menggambarkan sistem ini. Namun, diakui bahwa konsep dan istilah ini
tidak diragukan lagi akan terus berkembang. Beberapa tulisan yang dapat
membantu menjelaskan pengertian BRT, seperti berikut:
Bus Rapid Transit (BRT) adalalah suatu flesibel, moda dengan roda karet yang
mempunyai transit yang cepat dan yang dikombinasikan station (halte),
kendaraan, pelayanan, jalan dan elemen Intelligent Transportation System (ITS) dalam
satu sistem yang terintegrasi dengan identitas yang kuat.(Levinson et al.2003,
p.12).

Bus Rapid Transit (BRT) adalah berkualitas tinggi, transit orientasi klien yang
menawarkan kecepatan, nyaman, dan harga yang terjangkau.(Wright, 2003, p. 1).

Bus Rapid Transit (BRT) adalah suatu moda transportasi yang cepat yang
mengkombinasikan kualitas transportasi kereta dan flesibiltas bus.(Tomas, 2001).

Semua definisi ini menetapkan Bus Rapid Transit (BRT) terpisah dengan pelayanan
bus konvensional. Bahkan, definisi cenderung menunjukkan bahwa BRT banyak
kesamaan dengan sistem berbasis rel, terutama dalam hal kinerja operasi dan
pelayanan terhadap penumpang. BRT telah berusaha mengambil aspek sistem LRT
dan metro dan paling disayangi oleh pelanggan angkutan umum dan membuat
atribut-atribut lebih untuk mudah diakses berbagai kutipan lebih luas. Perbedaan utama
antara BRT dengan sistem rel pada perkotaan adalah bahwa BRT biasanya dapat
memberikan layanan transportasi umum dengan kualitas yang tinggi dan dengan biaya
yang mudah terjangkau oleh masyarakat.

2.1.2 Sejarah Bus Rapid Transit

Pengembangan pertama dalam skala besar dari layanan bus ekspress dimulai di Curitiba
(Brazil) pada tahun 1974, tetapi ada beberapa proyek-proyek kecil sebelum
pembangunan itu. Sejak itu, pengalaman Curitiba telah meberikan inspirasi pada kota-
kota lain untuk mengembangkan sistem serupa. Pada tahun
1970-an, pengembangan sistem BRT telah terbatas pada Amerika Utara dan Selatan.
Pada akhir tahun 1990-an, reproduksi konsep BRT mulai tumbuh kembali dan di buka
di Quito- Ekuador pada tahun 1996, Los Angeles- USA pada tahun

1999 dan Bogota Kolombia pada tahun 2000. Diatas semua, proyek

TransMilenio di Bogota mulai beroperasi pada tahun 2000 dan keberhasilan nya telah
menarik perhatian masyarakat internasional sebagai contoh sistem BRT.
Pada tahun 2005, mungkin ada sampai 70 sistem BRT di dunia, menurut definisi

BRT (Levinson et al. 2003; Ernst 2005;Wright, 2005).

Di Asia, sebelum tahun 2000, percobaan BRT sangat terbatas ada jumlah dan
cakupannya. Sistem BRT di Nagoya- Jepang dan Taipe China telah dianggap sistem
yang relative lengkap dikawasan Asia (Wright, 2005). Penyebaran BRT di Asia menjadi
lebih jelas sejak tahun 2004. Pada tahun 2004, jalur bus Transjakarta mulai beroprasi
dari Blok M menuju Kota. (Hook dan Ernst, 2005). Pada tanggal

1 Juli 2004, 3 koridor BRT sepamjang 37 km telah dibangun di Seoul Korea Selatan
(Pucher dan al. 2005). Pada tangal 25 Desember 2004, tahap pertama komersial BRT
diluncurkan di Beijing China sepanjang 5 km (Chang, 2005). Di Bangkok, proyek
BRT telah diumumkan pada tahun 2004 oleh Gubernur baru di Bangkok Administration
(BMA), dan dibuka pada Oktober 2005.

Meskipun ada beberapa kebingungan di Indonesia dan Seoul, dimana jalur


diperkenalkan, BRT di Jakarta, Seoul dan Beijing telah menunjukkan beberapa
keberhasilan dan sistem ini terus dikembangkan dan dimodernisasi. Jumlah kota yang
mengembangkan atau menerapkan BRT terus semakin meningkat. Di Cina, BRT telah
di buka di Hangzhou pada April 2006. Menurut sebuah website dengan CAI-Asia
(2006), layanan BRT sedang direncenakan atau sedang dibangun di 18 kota. Perlu
dicatat bahwa sistem BRT di Asia mempunyai kesamaan dengan sistem BRT di
Curitibia dan Bogota. Bahkan ada catatan bahwa ada komunitas antara kota-kota Asia
dan Amerika Latin mengunjungi Kota, seperti Gubernur DKI Jakarta ke Bogota pada
mei 2003.
2.2 Transjakarta

Transjakarta atau umum disebut Busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat
atau Bus Rapid Transit di Jakarta, Indonesia. Transjakarta mulai beroperasi pada tangal
15 Januari 2004 dan saat ini mempunyai 8 koridor yang sudah dioperasikan dan
7 koridor baru dalam masa konstruksi atau pembangunan. Jalur pertama yang di buka
untuk umum adalah koridor I (Blok M Kota) pada tanggal

15 Januari 2004. Dua minggu pertama, pelayanan busway adalah gratis. Untuk

pelayanan komersial dimulai pada tanggal 1 Pebruari 2004. Transjakarta telah


dirancang untuk memberikan warga Jakarta sebuah jaringan transportasi umum yang
cepat untuk membantu mengurangi kemacetan pada jam-jam sibuk. Pemerintah
Indonesia telah menyediakan bus transjakarta dengan bekerja sma dengan pihak lain
dan tiket disubsidi oleh pemerintad daerah yaiyu pemda DKI Jakarta.

Sistem dari transjakarta dimodelkan seperti sistem TransMilenio yang telah sukses
di Bogota Kolombia. Gubernur propinsi meletakkan tanggung jawab pembangunan
fisik infrastrukturnya pada Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Perencanaannya bisanya
merupakan tanggung jawab lembaga atau kelompok kerja yang bekerja dibawah
Gubernur. Dalam praktreknya, anggaran untuk pelaksanaan proyek baik untuk
infrastrukturnya dan operator teleh sepenuhnya diadopsi oleh Departemen
Perhubungan. Proyek telah diawasi secara ketat oleh Departemen. Transjakarta
dijadikan badan usaha, tetapi ijin operasi nya memiliki kekuatan lebih rendah
dibandingkan dengan TransMilenio, dan sebagian besar kekuatan pengambilan
keputusan utama berada di Departemen Perhubungan. Dengan cara ini, pengeloa
proyek selalu berhubungan atau berkoordinasi dengan Departemen Perhubungan.

Transjakarta telah dibangun dengan tujuan menawarkan warga Jakarta dengan


pelayanan yang cepat, nyaman dan harga terjangkau. Untuk mencapai tujuan
tersebut, bus diberikan jalur khusus, yaitu dengan mmberi pembatas beton antara jalur
busway dengan jalur kendaraan lainnya. Pemerintah pun memberikan subsidi berupa
pengurangan harga tiket bus.
Banyak masalah yang dialami oleh Transjakarta, seperti ketika atap bus menabrak
terowongan kereta api. Selain itu banyak kendala teknik seperti pintu otomatis bus
banyak yang rusak.

Sistem Transjakarta (busway) dari sarana dan prasarana yang memadai, sistem operasi
dan kontrol yang efektif dari bus, sistem tiket yang terkomputerisasi, sebuah sistem
keamanan yang handal dan personil yang terlatih. Dari perencanaan,
pengembangan dan sistem manajemen Transjakarta disediakan oleh

pemerintah daerah DKI Jakarta, sedangkan operasi bus dan tiket serta kegaiatan
pendukung lainya dilakukan kerjasama dengan berbagai operator penyedia jasa
transportasi. Jumlah pekerja yang terlibat dalam pengoperasian Transjakarta sekitar
3200 orang yang terdiri dari sopir, petugas keamanan, pemjual tiket dan petugas
pembersih. Untuk mempromosikan kesetaraan gender, Transjakarta meningkatkan
jumlah pengemudi perempuan. Proporsi yang diharapkan adalah

30 % dari semua sopir bus.


2.2.1 Infrastruktur Transjakarta

Di dalam perencanaanya, Pemerintah DKI Jakarta akan memiliki 15 koridor


Trasnjakarta (BRT). Sampai akhir tahun 2017, jumlah koridor yang telah
dioperasikan adalah 13 koridor, (lihat Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Koridor Transjakarta Yang Telah Beroperasi

Jumlah Halte Panjang


Koridor Rute
yang Dilalui Rute
1 Blok M Kota 17 12.9 Km
2 Harmoni Pulogadung 32 24.2 Km
3 Kalideres Pasar Baru 16 19 Km
4 Pulogadung Dukuh Atas 2 17 11.85 Km
5 Ancol Kampung Melayu 18 13.5 Km
6 Ragunan Dukuh Atas 2 20 13.3 Km
Kampung Rambutan
7 14 12.8 Km
Kampung Melayu
8 Lebak Bulus -Harmoni 22 26 Km
9 Pinang Ranti Pluit 27 29.9 Km
Tanjung Priok PGC 2
10 22 19.4 Km
(Cililitan)
Kampung Melayu Pulo
11 16 15 Km
Gebang
12 Pluit Tanjung Priok 25 23.75 Km
13 Ciledug Kapten Tendean 12 9.3 Km

sumber : http://transjakarta.co.id/, 2017

Transjakarta memiliki 258 halte bus sepanjang delapan koridor yang telah beroperasi.
Tinggi halte sekitar 110 cm dari permuan jalan yang digunakan untuk akses ke bus.
Setiap halte bus dilengkapi dengan jembatan penyebrangan sehingga orang dapat
mudah untuk mengakses halte. Halte dirancang khusus agar penyandang cacat dapat
menikmati juga bus Transjakarta. Sarana yang ada di halte adalah, loket penjualan
tiket bus, pintu masuk, ruang tunggu bus, tempat sampah, gambar rute bus, dan
pintu otomis untuk menjamin kenyamanan dan kemanan penumpang sambil
menunggu datangnya bus.

Halte bus Transjakarta berbeda dengan halte bus biasanya. Selain ada yang trleak di
tengah jalan ada juga halte yang dilengkapi lift. Konstruksi dari halte bus
didominasi oleh alumunium, baja dan kaca. Ventilasi udara diberikan dengan
menyediakan kisi-kisi (lubang) di sisi halte bus. Lantai halte terbuat dari baja.
Pintu halte akan terbuka secara otomatis ketika bus berhenti di halte. Jembatan
untuk menyebrang dibuat agak landai agar penyandang cacat dapat dengan mudah
masuk ke halte. Dek jembatan bahannya sama dengan lantai halte bus, yaitu baja.
Waktu pengoperasiam halte bus dan bus adalah jam 5.00 -22.00. jika setelah jam
22.00 masih terdapat penumpang didalam bus maupun halte, maka waktu operasi
akan diselesaiakan jika semua penumpang sudah mencapai tujuan masing-masing.

2.2.2 Bus Transjakarta

Setiap bus di buat dengan mengutamakan keselamatan penumpang. Sebagai contoh,


badan (body) bus dibuat dengan menggunakan Galvanyl (Zn Fe Alloy), metal yang
padat dan tahan terhadap karat. Selain itu ada palu pemecah kaca sebanyak 8 sampai
10 buah palu pemacah kaca. Juga terdapat alat pemadam kebakaran portable.
Di koridor I, bus menggunakan type Mercedes-Benz dan bus Hino RG. Warna dari
bus di koridor I adalah merah dan kuning dan terdapat gambar elang bondol. Bus
menggunakan bahan bakar diesel campuran antar solar dan biodiesel. Dan ada juga
yang menggunakan Bahan bakar gas. Pada umumnya, bus transjakarta menggunakan
bahan bakar gas alam.

Kapasitas setiap bus terdiri dari 30 tempat duduk dan kapasitas 55 penumpang berdiri.
Pada jam-jam sibuk jumlah penumpang bias menyampai 80 penumpang per bus.
Armada bus Transjakarta saat ini berjumlah 426 bus, yang dioperasikan untuk 8 koridor.
Bus berangkat titik awal disesuaikan sesuai dengan baik ditunjuk waktu dan jam pada
jam puncak adalah tidak sibuk. Selain regulator Koridor 1 dan 8, untuk meningkatkan
pelayanan dan mengurangi kepadatan penumpang di halte transit, operator
TransJakarta menambah rute langsung berdasarkan sistem jaringan dan dapat diakses
sesuai dengan tujuan penumpang.

2.2.3 Penumpang Transjakarta

Sejak beroperasi, penumpang Transjakarta terus meningkat. Hal ini disebabkan


karena jumlah koridor yang beroperasi meningkat juga. Pada tahun 2011, sistem ini
mencapai kinerja puncak tahunan dengan bus membawa 114,7 juta penumpang dan
kemudian pada tahun-tahun berikutnya jumlahnya menurun dan pada tahun 2014, bus
membawa 111,6 juta penumpang, sementara pada tahun 2015 melayani 102,95 juta
penumpang. Pada 2016, rekor baru 123,73 juta penumpang tercapai.

2.3 Pencemaran Lingkungan

Salah satu jenis pencemaran lingkungan adalah pencemaran udara. Udara tercemar
adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana
komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat
pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas dapat
dibedakan dalam golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida,

sulfat aerosol), golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan
nitrogen dioksida), golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida,
hidrokarbon), dan golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap).
Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga. Pertama, mineral
(anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah. Kedua, bahan organik
terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene. Ketiga, makhluk hidup terdiri
dari bakteri, virus, telur cacing. Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut
tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu pencemaran udara bebas dan
pencemaran udara ruangan. Kategori pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah
(letusan gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia,
misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor.
Sedangkan pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di
ruangan.

Tabel 2.2 Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang


Pencemar Sumber Keterangan
Karbon Buangan kendaraan bermotor;
Standar Kesehatan 10
monoksida (CO) beberapa proses industri mg/m3(9 ppm)
Sulfur dioksida Panas dan fasilitas pembangkit
Standar Kesehatan 80
(SO2) listrik ug/m3(0,03 ppm)
Partulat Matter Buangan kendaraan bermotor,
Standar Kesehatan 50
beberapa proses industri ug/m3 selama 1 tahun;
150 ug/m3
Nitrogen dioksida Buangan kendaraan bermotor; Standar Kesehatan 100
(NO2) panas dan fasiltas pg/m3(0,05ppm) selama
1 jam
Ozon (O3) Terbentuk di atmosfir Standar Kesehatan 235
ug/m3(0,12 ppm) selama 1
jam
Sumber: Bapedal

2.4 Pengaruh Zat Hasil Bakar Terhadap Makhluk Hidup


2.4.1 Sulfur Dioksida

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur
bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO ) dan Sulfur trioksida (SO3),
yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap
manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada
beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap
pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
2.4.2 Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan
pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti
senyawa lain, CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena
mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

2.4.3 Nitrogen Dioksida


2.4.4 Dd

2.5 Analisa Transjakarta Sebagai BRT

Sebagai BRT, TransJakarta memiliki standar pelayanan yang


harus dipenuhi. Enam elemen BRT yang dibahas pada bab sebelumnya
merupakan parameter kwalitas TransJakarta sebagai BRT. Analisis yang
dilakukan adalah dengan melihat apakah TransJakarta memiliki enam
elemen tersebut dan bagaimana kondisinya terhadap kondisi ideal.

2.5.1 Running Ways (jalur perjalanan)

Jalur perjalanan TransJakarta memiliki ciri utama yaitu pemisahan


fisik dengan jalur umum lainnya. Jalur ini dikhususkan untuk
kendaraan TransJakarta dengan tujuan memberikan konsistensi
waktu tempuh sepanjang jalur tersebut

13 koridor TransJakarta yang sekarang sudah beroperasi,


sebagian besar dari koridor tersebut sudah diperkuat dengan
beton untuk menghindari terjadinya kerusakan jalan seperti yang
terjadi pada koridor I pada awal perkembangan TransJakarta.

Namun pada beberapa ruas banyak jalur bus yang digunakan


oleh kendaraan pribadi yang menghambat konsistensi waktu
tempuh. Hal ini menyatakan bahwa kondisi ini masih dibawah
kondisi ideal.

2.5.2 Stations (halte pemberhentian)


Halte TransJakarta merupakan tipe halte yang diapit oleh kedua
jalur bus. Hal ini merupakan solusi yang tepat mengingat
TransJakarta direncanakan di luar perencanaan kota Jakarta
yang menyebabkan tidak adanya ruang yang cukup untuk
membuat jenis halte yang mengapit jalur.

Hampir semua konektifitas pedestrian ke halte pemberhentian


TransJakarta menggunakan jembatan penyebrangan. Namun ada
juga yang menggunakan zebra cross. Penggunaan jembatan
penyebrangan pada dasarnya merupakan solusi yang paling baik
jika dirancang dengan baik. Pemilihan jenis hubungan beda
ketinggian (tangga atau ramp), lebar jalur sirkulasi, peneduh sinar
matahari atau hujan dll. harus dipikirkan secara matang. Namun
sayangnya hanya beberapa halte pemberhentian saja yang
memiliki kwalitas arsitektur yang baik, seperti lebar jembatan dan
tangga yang cukup dan hubungan jembatan penyebrangan dengan
jalur pedestrian. Secara umum halte pemberhentian TransJakarta
lebih bersifat fungsional dan belum memperhatikan kenyamanan
pengguna TransJakarta

2.5.3 Vehicles (kendaraan)


2.5.4 d

2.6 Pedestrian

Berjalan kaki adalah bentuk transportasi yang paling dasar menggunakan tubuh
manusia itu sendiri untuk berpindah tempat. Harus disadari bahwa pengguna sistem
transportasi publik adalah manusia yang tidak mengendarai kendaraan pribadi, atau
pengendara yang memarkirkan kendaraan pribadinya di sebuah lahan parkir. Secara
otomatis pengguna sistem transportasi publik ini akan menjadi pedestrian untuk menuju
ke tempat berkegiatannya melalui suatu jalur sirkulasi, hal ini sangat logis mengingat
sistem transportasi publik tidak bisa berhenti seenaknya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang. Untuk itu pedestrian membutuhkan sebuah ruang yang
menghubungkan antara halte pemberhentian sistem transportasi dengan tempat
berkegiatan. Ruang ini memiliki persyaratan fisik dan non-fisik yang memungkinkan
manusia untuk berjalan dengan aman dan nyaman sesuai dengan kebutuhannya.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai ruang pedestrian, penulis membagi


menjadi beberapa parameter yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu pedestrian yang
baik yaitu:

2.6.1 Keselamatan Pedestrian

John J. Fruin di dalam bukunya, Planning and Design for Pedestrian


menyatakan bahwa hal pertama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan pedestrian adalah dengan mengurangi konflik sirkulasi antara
pedestrian dan kendaraan bermotor. Cara yang digunakan adalah dengan
pemisahan ruang baik itu dengan pemisahan secara horizontal, vertikal atau
bahkan dengan pemisahan waktu.

Pemisahan secara horizontal biasanya dilakukan dengan cara memberikan area


khusus dengan batasan fisik seperti pedestrian zone dimana kendaraan bermotor
dilarang masuk. Pemisahan secara vertikal dilakukan dengan memberikan
perbedaan ketinggian yang signifikan kepada jalur pedestrian atau kendaraan
bermotor seperti jembatan layang atau jembatan penyeberangan. Walaupun
perlu diketahui bahwa panggunaan jembatan penyeberangan tidak selamanya
menjadi suatu penyelasaian masalah karena akan adanya peningkatan waktu
penggunaan dan energi yang dikeluarkan pada saat penggunaan.
Kegiatan untuk meningkatakan keselamatan pedestrian meliputi banyak
pengembangan fisik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakan. Hal
ini termasuk pengadaan suatu standar untuk rambu-rambu dan pengarah jalan,
jalur penyeberangan yang jelas, tanda jalur penyeberangan yang ditujukan
bagi pengemudi kendaraan bermotor, peningkatan visual bagi pengemudi
kendaraan bermotor, peningkatan mutu pencahayaan jalan, serta hal lainnnya
yang bisa meningkatkan keselamatan pedestrian.

2.6.2 Kenyamanan Fisik

John J. Fruin menyatakan bahwa elemen yang ada pada trotoar, seperti
kotak pos, telepon umum, tempat sampah dan elemen fungsional lain seperti
rambu lalu lintas, hydrant, dapat dirancang sedemikian sehingga tidak
mengganggu alur pedestrian. Trotoar dengan ramp sebagai pembeda
ketinggian juga dapat memberikan kenyamanan bagi tuna grahita (handicapped)
atau pedestrian dengan kereta bayi.

Kenyaman ini juga meliputi seluruh elemen pedestrian termasuk, halte


bus, arcade mall, bangku kota, alur pedestrian dan akses ke bangunan di
sekitarnya, entrance ke tempat umum, parkiran atau konektivitas dengan sistem
transportasi kota.
Pepohonan adalah sumber oksigen, dan warna hijaunya secara psikologis
memberikan efek menenangkan. Jika ditanam sepanjang garis atau pinggiran
jalan, pepohonan dapat secara efektif memisahkan manusia dengan mesin, dan
manusia dengan manusia. Ia juga dapat menjadi pembatas keselamatan antara
pedestrian dengan kendaraan. Menanam pohon di satu sisi jalan dapat
menciptakan sebuah tempat parkir, seperti yang banyak dilakukan di jalan-jalan
di Eropa. Namun demikian, diperlukan perencanaan mengenai jenis pepohonan
apa yang perlu ditanam dan jenis apa yang sesuai, serta pemeliharaannya.

Agar efektif, pepohonan di jalan harus ditanaman berdekat. Dalam


prakteknya, jarak efektif antara satu pohon dengan yang lain adalah antara 4.5
7.6 meter. Pada great street, pepohonan yang sudah ditanam dalam susunan jarak
tertentu sebaiknya tidak terputus oleh apapun. Pepohonan adalah prioritas utama
pada great street, dan dana yang ada sebaiknya dialokasikan pada pepohonan.

2.6.3 Akses dan Ketersinambungan

Jacobs menjelaskan bahwa tujuan utama dari sebuah jalan adalah


memungkinkan seseorang untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain,
tidak hanya ke lokasi yang berada di sepanjang jalan tersebut, tetapi juga dari
dan ke tempat lain di luar jalan tersebut. Yang membedakan great streets
dengan jalan biasa adalah great streets membawa orang-orang dari satu bagian
kota ke bagian lain, baik dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan, dengan
keanggunan (grace) dan tempo perjalanan yang sesuai (reasonable pace). Untuk
itu dibutuhkan akses bagi manusia untuk mencapai tempat tersebut tanpa
halangan.

Fruin lalu menambahkan bahwa ketersinambungan yang dimaksud di sini


adalah hubungan sirkulasi yang ada di jalur pedestrian harus merupakan suatu
hubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Tidak ada jalur yang terputus
dan semua tempat dapat terjangkau oleh pedestrian dengan aman dan nyaman.
Penggunaan underground connection, plaza, dan mall juga dapat menjadikan
suatu sistem jalur pedestrian yang tidak terputus

2.6.4 Daya Tarik


2.6.5 d

2.7 Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan menurut Lovelock yang dikutip oleh Nursyabani Purnama(2006:19)


Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi harapan pelanggan.Sedangkan, Menurut Parasuraman yang
dikutip oleh Farida Jasfar (2009:50) Kualitas pelayanan adalah perbandingan antara layanan yang
dirasakan (persepsi) pelanggan dengan kualitas layanan yang diharapkan pelanggan. Dapat
disimpulkan bahwa pengertian kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai hasil dari kinerja
pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan.
Prinsip Kualitas Pelayanan

Prinsip-prinsip yang terdapat dalam kualitas pelayanan menurut Fandy Tjiptono(2002:53) adalah
sebagai berikut:

1. Kepemimpinan : Starategi kualitas merupakan inisiatif dan komitmen manajemen puncak.


2. Pendidikan : Konsep kualitas sebagai bisnis, alat teknik implementasi strategis kualitas
3. Perencanaan : Mencangkup pengukuran dan tujuan kualitas untuk mencapai visinya.
4. Review : Proses ini merupakan suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatianyangkonstan dan
terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas .
5. Komunikasi : Implementasi strategi kualitas dipengaruhi oleh proses komunikasi.
6. Penghargaan dan pengukuran : setiap karyawan yang berprestasi tersebut diakui agar dapat
memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan dan pelanggan.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Dimensi Kualitas Pelayanan Parasuraman yang dikutip oleh Farida Jasfar (2009:51)
mengelompokkannya menjadi 5 dimensi, yaitu :
1. Reliability (kehandalan) : Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yangdijanjikan dengan
tepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably).
2. Responsiveness (daya tanggap) : Yaitu kemauan atau keinginan para karyawan untuk membantu dan
memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
3. Assurance (jaminan) : Yaitu meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, kesopanan,dan sifat
dapat dipercaya dari kontak personal untuk menghilangkan sifat keragu-raguan pelanggan dan
merasa terbebas dari bahaya dan resiko.
4. Empathy (empati) : Yaitu yang meliputi sikap kontak personal maupun perusahaan dalammemahami
kebutuhan maupun kesulitan, pelanggan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan
dalam melakukan komunikasi atau hubungan.
5. Tangibles (produk-produk fisik) : Yaitu tersediannya fasilitas fisik, perlengkapan dansarana
komunikasi, dan lain-lain yang dapat dan harus ada dalam proses jasa.
Transjakarta atau umum disebut Busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat
atau Bus Rapid Transit diJakarta, Indonesia. Unit Pengelola Transjakarta Busway adalah lembaga
yang dibentuk oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengelola layanan angkutan umum
massal dengan menggunakan moda bus ini. Pembangunan BusRapid Transit (BRT) merupakan salah
satu strategi dari Pola Transportasi Makro (PTM) untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan
jasa transportasi yang aman, terpadu, tertib,lancar, nyaman, ekonomis, efisien, efektif, dan
terjangkau oleh masyarakat. BRT yang difasilitasi dengan jalur, armada bus dan infrastruktur yang
dibangun khusus. Tujuan diadakannya Transjakarta :

1) Memudahkan masyarakat Jakarta dan sekitarnya ketika akan bepergian tanpa menggunakan
kendaraan pribadi;
2) Mengurangi tingkat kemacetan
3) Meningkatkan kualitas hidup pengguna jasa layanan Sistem Transjakarta dan masyarakat DKI
Jakarta pada umumnya;
4) Menyediakan layanan transportasi publik yang aman, nyaman dan terjangkau di DKI Jakarta;
5) Mengoptimalisasikan layanan transportasi publik yang efisien dari sisi biaya dan investasi,
sehingga dapat berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam jangka
panjang;
6) Mengefisiensikan waktu dari pengguna jasa layanan dan masyarakat pada umumnya, dengan
berkurangnya waktu tempuh perjalMengurangi pencemaran udara dan menjaga kesehatan
lingkungan di DKI Jakarta; Memberikan kualitas pelayanan yang baik, dengan memperhatikan
keamanan dan kenyamanan pengguna jasa layanan;
7) Mengusahakan tarif yang terjangkau bagi pengguna jasa layanan;
8) Meningkatkan penggunaan Sistem Transjakarta Busway seluas-luasnya bagi masyarakat;

Pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan berfungsi sebagai
sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. TransJakarta berupaya
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dengan melakukan evakuasi dan
pengawasan dengan berkoordinasi instansi terkait dan dukungan dari masyarakat. Bus Transjakarta
bertujuan untuk memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, terjangkau bagi warga Jakarta.
Untuk memenuhi tersebut, bus Transjakarta diberikan jalur khusus di jalan-jalan yang tidak boleh
dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket
disubsidi oleh pemerintah daerah. Di harapkan fasilitas bus transjakarta yang ada dapat menjadi
sarana transportasi yang lebih efektif dan efisien bagi para penggunannya dan dapat menjadi
transportasi yang lebih baik bagi masa mendatang.

2.8 Dxxx
2.9 xxx

Anda mungkin juga menyukai