Anda di halaman 1dari 5

ANALISA JURNAL

DENGAN CRITICAL APPRAISAL

The Use of Colloids and Crystalloids in Pediatric Dengue Shock Syndrome:


a Systematic Review and Meta-analysis

Disusun:
FARIDATUL ISTIBSAROH NIM: 1110017005

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN TERAPAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
2017

PEMBAHASAN
1. Critical Appraisal- Judul
Judul: The Use of Colloids and Crystalloids in Pediatric Dengue Shock Syndrome: a
Systematic Review and Meta-analysis.
Judul sudah jelas yaitu membandingakn dua terapi (cairan) untuk penanganan klien DSS
(Dengue Shock Syndrome). Tata cara penulisan judul sudah sesuai EYD (Ejaan Yang
Dibenarkan) yaitu penggunaan huruf kapital di tiap kata kecuali kata penghubung.
Dari judul dapat diketahui bahwa jurnal ini merupakan jurnal tingkatan paling atas di
tingkat penelitian.
Merupakan jurnal paling bagus di penelitian antardepartemen kesehatan di forum
penelitian pada tahun 2008.

2. Critical Appraisal- Penulis


Penulis:
Sharon Lyn R. Jalac, M.D., Michelle de Vera, M.D., (Department of Pediatrics,The
Medical City).
Marissa M. Alejandria, M.D. (Department of Clinical Epidemiology, UP College of
Medicine).
Dari susunan penulis jurnal dapat dilihat bahwa kiprah penulis sangat kompeten di bidangnya
yaitu bidang anak (Untuk penulis satu). Sedangkan penulis kedua sudah kompeten di
bidangnya untuk penanganan kasus penyakit yang sering terjadi di daerah tropis.

3. Critical Appraisal- Waktu dan Tanggal Terbit


Waktu : Vol. 39, Issue 1, January-June 2010
Jurnal ini masih dalam kurun waktu 7 tahun, masih bisa dipertanggungjawabkan sebagai
referensi sehingga bisa dipraktekkan di Rumah Sakit dalam penanganan DSS.

4. Critical Appraisal- Jurnal


Jurnal: Philippine Journal of Microbiology and Infectious Diseases
Jurnal ini diterbitkan melalui Philippine Journal of Microbiology and Infectious Diseases dan
merupakan salah satu sumber rujukan untuk penanganan penyakit infeksi.

5. Critical Appraisal- Abstrak


Pada jurnal ini pada bagian abstrak isinya sudah sesuai, terdiri dari latar belakang, tujuan,
pengumpulan data, hasil dan kesimpulan.
Latar Belakang:
Terapi pertama untuk penanganan DSS yang paling tepat dan cepat untuk memperbaiki
volume sirkulasi plasma antara cairan kristaloid dan cairan koloid.
Tujuan:
Membandingkan efek terapeutik cairan kristaloid dan koloid untuk mengurangi shock,
perbaikan perkemihan, konsentrasi hematokrit dan nadi serta kematian anak dengan DSS.
Responden: anak usia kurang dari 18 tahun yang di diagnosis DSS.
Pengumpulan data dan analisa:
Menggunakan dua kelompok, kelompok control dan kelompok perlakuan. Menggunakan
metodologi Cochrane Infectious Disease Group Criteria dan di analisa menggunakan Review
Manager Version 5 dengan uji chi-square dengan nilai P<0,10 menunjukkan peningkatan.
Hasil :
Dari 8 penelitian, 4 penelitian dengan jumlah populasi 694, yang di terapi koloid sebanyak
410 dan terapi kristaloid sebanyak 284. Kelompok yang diberiakn terapi koloid mengalami
peningkatan hematokrit dan nadi (dari -5,94 sampai -0,80).
Kesimpulan: cairan koloid dapat mengurangi hematokrit dan nadi pada anak dengan DSS
setelah dua jam di resusitasi.

6. Critical Appraisal- Literatur


Jurnal ini menggunakan literature yang cukup banyak antara lain 2 website ( tahun 1999,
tahun 2004) dan 17 jurnal (tahun 1992-2008).

7. Critical Appraisal- Metodologi


Jurnal ini menggunakan metodologi review sistematis yang bertujuan membandingkan efek
pemberian cairan kristaloid dan koloid terhadap klien anak dengan DSS.
Penelitian ini menggunakan responden yang berusia kurang dari 18 tahun yang di diagnosa
DSS yang diambil secara acak sebanyak 694 dari Negara Asia (655 dari Vietnam dan 39 dari
Indonesia).
Metode:
Responden di bagi menjadi dua kelompok (Kelompok control dan kelompok perlakuan) dan
sebelumnya responden tidak mendapatkan terapi cairan lainnya yang melalui intravena.
Kelompok perlakuan di berikan terapi caiaran koloid dan kelompok control diberikan cairan
kristaloid selama 2 jam. Hasil yang paling utama yang diinginkan dari terapi ini antara lain:
perbaikan shock, uintuk memberikan cairan intravena dan mencegah kematian. Hasil kedua
yang diharapkan adalah perubahan denyut nadi, penurunan nilai hematokrit, keseimbangan
pengeluaran cairan melalui urin dan efek lainnya yang dapt merugikan.
Strategi:
Mencari database yang relevan dari Medline tahun 1966 sampai 2008, dari Herdin database
Filipina tahun 1964 sampai 2008. Selanjutnya, konferensi proses dan jurnal dengan uji yang
relevan. Referensi artikel diperiksa untuk mengidentifikasi hubungan dengan penelitian,
kepustakaan dengan mencari referensi di perguruan tinggi, rumah sakit dan perusahaan
farmasi. Peneliti juga menghubungi rekan-rekannya, para ahli dan peneliti lainnya untuk
tambahan informasi tentang uji coba ini. Dua kelompok di pilih layak apa tidak untuk
dijadikan sampel disesuaikan dengan kriteria penyeleksian menggunakan metodologi
pengelompokan penyakit infeksi sesuai dengan criteria.
Analisa data: Menggunakan Review Manager ( RevMan) Version 5,0.

8. Critical Appraisal- Hasil+Kesimpulan


Intervensi:
Cairan koloid menggunakan cairan dekstrose, gelatin dan hidroksietil.
Cairan kristaloid menggunakan cairan ringer laktat dan normal salin.
Tiga percobaan (Nhan 2001, Wills 2005, dan Dung 1999). Pada Nhan 2001, terapi
yang adalah 20 ml/kgBB selama 1 jam untuk DHF grade III dan untuk grade IV diberikan
cairan 20 ml/kgBB selama 15 menit kemudian 20 ml/kgBB untuk jam-jam berikutnya.
Sedangkan 2 percobaan lainnya diberikan cairan 15-20 ml/kgBB selama 1 jam kemudian 10
ml/kgBB untuk jam yang kedua. Percobaan yang terakhir yaitu Prasetyo 2008 semua klien
diberikan cairan 20 ml/kgBB.
Hasil:
Dari keempat percobaan, semuanya mengalami penurunan hematokrit dan peningkatan nadi,
volume cairan tubuh dapat terpenuhi setelah resusitasi, pengeluaran cairan melalui kencing
kembali normal dan pencegahan kematian. Dan hasil lainnya yang bisa dilihat adalah kembali
normal kadar haemoglobin dalam darah, tekanan nadi kuat, jangka waktu terjadinya shock
lebih pendek, lamanya rawat inap di Rumah sakit dapat diperpendek.
Kesimpulan:
Cairan koloid merupakan cairan yang paling efektif untuk resusitasi cairan pada klien anak
dengan DSS karena dapat menurunkan konsentrasi hematokrit dan peningkatan nadi dengan
irama yang kuat. Namun, koloid tidak memilki keuntungan dibandingkan cairan kristaloid
yang dapat mengurangi kekambuhan shock. Cairan koloid dan kristaloid sama-sama bisa
membantu menyeimbangkan pengeluaran cairan melalui urin dan dapat mengurangi angka
kematian akibat penanganan yang lambat. Keduanya, sama-sama dapat digunakan untuk
penanganan anak dengan DSS. Tapi pada pembelajaran ini menyimpulkan bahwa koloid
merupakan cairan utama yang diberikan pada klien dengan ketidakseimbangan hemodinamik.
Saran:
Untuk penelitian selanjutnya adalah pada klien yang sudah terpasaang cairan intravena yang
di diagnose DSS.

9. Critical Appraisal- Aplikatif


Penelitian sangat bisa di aplikasikan di tiap pelayanan kesehatan, di rumah sakit,
klinik atau puskesmas. Karena kedua cairan tersebut biaya untuk pembelian sangat terjangkau
dan stok persedian di pasaran sangat banyak. Dari kelebihan cairan tersebut di tengah-tengah
masyarakat, sangat memungkinkan sekali untuk di praktekkan untuk menyelamatkan jiwa
anak dengan DSS.

Anda mungkin juga menyukai