PENDAHULUAN
Latar belakang
Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan
suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis,
mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan
perlindungan pengobatan terhadap kulit. Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki
kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir
kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan
secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi
dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan
dikombinasikan dengan baik dan benar.
Krim merupakan salah satu sediaan setengah padat yang dimaksudkan untuk pemakaian luar
yang pemakaiannya dengan cara dioleskan pada bagian kulit yang sakit. Selain krim ada sediaan
setengah padat lain yang beredar di pasaran yang dimaksudkan untuk pengobatan seperti pasta,
salep dan gel, tetapi dari sediaan-sediaan tersebut krim paling sering digunakan sebagai basis.
Hal ini dikarenakan krim mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak lengket dan mudah dicuci
dengan air. Basis krim merupakan bagian terbesar dari bentuk sediaan krim. Umumnya basis
bertendensi memperlambat absorpsi obat menembus epidermis dan permukaan mukosa. Dari
berbagai penelitian ternyata basis mempunyai pengaruh besar terhadap efektivitas obat yang
dibawanya, disebabkan karena jumlahnya yang besar bila dibandingkan dengan obat yang
dibawanya. Berdasarkan pengaruh basis yang digunakan dalam krim maka perlu diadakan
1
penelitian untuk mencari alternatif yang mampu memperbaiki kecepatan pelepasan obat dari
basis, sehingga obat dapat cepat diabsorpsi dan menimbulkan efek. Dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan kecepatan pelepasan obat dapat ditingkatkan dengan penambahan surfaktan
(Lachman, dkk., 1986).
Tujuan :
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan
mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan Hlb,
evaluasi sediaan, evaluasi kimia dan biologi.
3. Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk
pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori dalam mata
kuliah teknologi sediaan semi solid.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Tipe a/m,
yaitu air terdispersi dalam minyak, Contoh : Cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam
jumlah besar.
2. Tipe m/a,
yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak dalam a.
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit pada fase A/M karena kadar
lemaknya cukup tinggi.
10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak.
4
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak) karena terganggu
system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat
pengemulsinya tidak tersatukan.
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Zat pengemulsi
5
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak
bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk
meningkatkan stabilitas sediaan.
Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben
(nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan,
untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
6
2.9 Evaluasi mutu sediaan krim
Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus
berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an
spesifikasi yang telah ada.
1. Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
2. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di
gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap,
dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
7
dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak
lembut, lembut, sangat lembut
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Struktur kimia
Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kuning; tidak berbau a tau praktis
tidak berbau (FI IV, hal 357)
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter. (FI IV, hal 357)
9
Dosis Dewasa : 200 - 400 mg tiap 6 jam sekali pakai
Inkompatibilitas dengan natrium ampisilin dan natrium kloklasilin (FI IV, hal 357)
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI IV, hal 357)
penyimpanan
METYL PARABEN
Struktur kimia
10
Pemerian Serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau, tidak
mempunyairasa, agak membakar diikuti rasa tebal (FI III hal 378).
Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, daalm 20 bagian air mendidih, larut
dalam 3,5 bagian etanol, larut dalam 3 bagian aseton, mudah
larut dalam eter, dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam
60 bagian gliserol panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan, larutan tetap jernih (FI III, hal 378);
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,352 gr/ml atau 1,352 gr/cm3 (HOPE 6, hal 441-443)
11
Panas (dekomposisi < 10% selama lebih dari 4 Tahun pada suhu kamar,
Hidrolisis/oksidasi sementara larutan dengan pH 8 merupakan subjek hidrolisis
Cahaya (hidrolisis 10% atau lebih selama 60 hari penyimpanan di suhu
kamar) (HOPE 6, hal 441-443), aktivitas metil paraben sebagai
anti mikroba berada pada rentang pH 4-8, penggunaan bersama
propilen glikol 2-5 % meningkatkan aktivitas antimikroba metil
paraben (HOPE 6, hal 441-443)
Wadah dan Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering (HOPE 6 hal 441-
penyimpanan 443)
12
CETYL ALKOHOL
3 pH -
4 OTT Tidak tercampur dengan pengoksidasi kuat
5 Cara sterilisasi Sterilisasi kering
6 Indikasi Bahan pengawet, emolient
7 Dosis lazim Emolient (2-5%), pengemulsi (2-5%), water absorption (5%)
8 Cara pemakaian -
9 Sediaan lazim
dan kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan
11 Stabilitas Stabil dalam asam, basa, cahaya, dan udara tidak menjadi tengik
ASAM STEARAT
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol 95%,
dalam 2 bagian CHCl3 dan dalam 3 bagian eter
3. pH -
5. Cara Sterilisasi -
13
7. Dosisi Lazim 1-20%
8. Cara Pemakaian -
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering
TRIETANOLAMIN
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol 95%,
dalam 2 bagian CHCl3 dan dalam 3 bagian eter
3. pH -
5. Cara Sterilisasi -
8. Cara Pemakaian -
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering
14
BUTYLATED HYDROXY TOLUEN (BHT)
15
16
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan sediaan krim ini berlangsung pada hari sabtu, 19 Agustus 2017 di
laboratorium teknologi sediaan semi solid dan liquid.
17
- Kertas ph
- Metilen blue
- Sudan III
Bahan :
- Erythromycin
- Cetyl alkohol
- Parafin lquidum
- TEA
- Nipagin (methyl paraben)
- Asam stearat
- BHT
- Aqua
C. FORMULASI
Parafin Liquid
20
X 12 = 5,38
44,6
Asam Stearat
18
10
X6 = 1,34
44,6
Cetyl Alkohol
10
X 15 =3,36
44,6
Tea
10
x11,6 = 2,6
44,6
Kesimpulan:
R/ Erythromycin 1,5 g
Cetyl Alkohol 3g
Asam Stearat 3g
Paraffin liq 6g
TEA 10 g
Methyl paraben 3g
BHT 0,3
Aqua ad 30 g
19
D. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan lumpang
3. Lebur fase minyak (cethy alkohol, parafin liquidum, as.stearat) (masa1)
4. Larutkan TEA dengan air panas 20kalinya (tts) (masa 2 )
5. Masukan masa 1 ke dalam lumpang + masa 2, gerus ad basis cream
6. Masukan BHT ke dalam lumpang tersebut, gerus ad homogen
7. Basis cream siap digunakan
8. Masukkan ke dalam wadah pot, beri label, dan masukkan dalam kemasan
20
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Evaluasi sediaan
1. Uji organoleptik
Krim yang dibuat mempunyai hasil :
- warna : putih
- bau : tidak berbau khas
- bentuk : cairan kental homogen
2. Uji pengukuran pH
Nilai pH : 5
Sifat : asam lemah
21
a. Siapkan sediaan cream erythromycin
b. Ambil sedikit sediaan
c. Tambahkan metilen blue, aduk ad homogen, amati yang terjadi
d. Bila tampak warna biru menyebar pada campuran, berarti emulsi tipe m/a,
jika warna biru hanya tampak bintik-bintik, berarti emulsi tipe a/m
e. Ambil lagi sedikit cream erythromycin
Tambahkan sudan III, aduk ad homogen, amati yang terjadi
f. Bila tampak warna merah menyebar pada campuran, berarti emulsi tipe
a/m, jika warna merah hanya tampak bintik-bintik, berarti emulsi tipe m/a.
Tipe Cream Eritromisin M/A
B. PEMBAHASAN
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak
kurang dari 60%).
Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna,bentuk,dan bau. Tetap
pada bau tidak sesuai dengan literatur yang ada, seharusnya berbau khas tetapi ini tidak,
mungkin pada penyimpanan yang kurang baik pada laboratorium sehinggan baunya
sudah tidak berbau khas lagi.
Pada pengujian pengukuran pH sesuai dengan literatur pada pH kulit yaitu 4,5 6,5.
Hasil dari cream yang kami buat yaitu pH 5 sesuai dengan standar literatur yang ada.
Pada pengujian tipe emulsi yaitu dengan menggunakan metilen blue dengan hasil pada
cream tersebut jika dicampur dengan metilen blue yaitu warnanya merata menandakan
bahwa tipe emulsi tersebut yaitu M/A, sesuai dengan lietartur dan yang diinginkan. Jika
dilarutkan dengan sudan III, warna merah hanya berbentuk saja tidak merata berati
menandakan tipe emulsi cream tersebut M/A.
22
BAB V
KESIMPULAN
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air
tidak kurang dari 60%).
4. Pada pengujian tipe emulsi dengan metilen blue dan sudan III menyatakan bahwa tipe
emulsi pada cream tersebut M/A.
23