Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia


farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan
obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Ahli
farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk
memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat.

Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan
suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis,
mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan
perlindungan pengobatan terhadap kulit. Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki
kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir
kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan
secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi
dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan
dikombinasikan dengan baik dan benar.

Krim merupakan salah satu sediaan setengah padat yang dimaksudkan untuk pemakaian luar
yang pemakaiannya dengan cara dioleskan pada bagian kulit yang sakit. Selain krim ada sediaan
setengah padat lain yang beredar di pasaran yang dimaksudkan untuk pengobatan seperti pasta,
salep dan gel, tetapi dari sediaan-sediaan tersebut krim paling sering digunakan sebagai basis.
Hal ini dikarenakan krim mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak lengket dan mudah dicuci
dengan air. Basis krim merupakan bagian terbesar dari bentuk sediaan krim. Umumnya basis
bertendensi memperlambat absorpsi obat menembus epidermis dan permukaan mukosa. Dari
berbagai penelitian ternyata basis mempunyai pengaruh besar terhadap efektivitas obat yang
dibawanya, disebabkan karena jumlahnya yang besar bila dibandingkan dengan obat yang
dibawanya. Berdasarkan pengaruh basis yang digunakan dalam krim maka perlu diadakan

1
penelitian untuk mencari alternatif yang mampu memperbaiki kecepatan pelepasan obat dari
basis, sehingga obat dapat cepat diabsorpsi dan menimbulkan efek. Dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan kecepatan pelepasan obat dapat ditingkatkan dengan penambahan surfaktan
(Lachman, dkk., 1986).

Tujuan :

1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan
mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan Hlb,
evaluasi sediaan, evaluasi kimia dan biologi.
3. Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk
pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori dalam mata
kuliah teknologi sediaan semi solid.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Krim


Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai.
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m)
atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).

2.2 Kualitas dasar krim


1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan (Anief, 1994).

2.3 Penggolongan Krim


Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

3
1. Tipe a/m,
yaitu air terdispersi dalam minyak, Contoh : Cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam
jumlah besar.

2. Tipe m/a,
yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

2.4 kelebihan dan kekurangan krim


Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu

1. Mudah menyebar rata.

2. Praktis.

3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak dalam a.

4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.

5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).

6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.

7. Aman digunakan dewasa maupun anakanak.

8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).

9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit pada fase A/M karena kadar
lemaknya cukup tinggi.

10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.

11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak.

4
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:

1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak) karena terganggu
system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat
pengemulsinya tidak tersatukan.

2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krimharus dalam keadaan panas.

3. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).

4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.

5. Pembuatannya harus secara aseptik.

2.5 Bahan-bahan Penyusun Krim


Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.

Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.

Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3,


Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol,
polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Zat pengemulsi

5
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak
bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk
meningkatkan stabilitas sediaan.

Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben
(nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan,
untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

2.6 Metode Pembuatan krim


Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di
penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair
dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi
pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
2.7 Pengemasan
Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam pot atau tube.

2.8 Sabilitas sediaan krim


Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama
lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang
sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

6
2.9 Evaluasi mutu sediaan krim
Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus
berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an
spesifikasi yang telah ada.

1. Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di
gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap,
dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.

3. Evaluasi daya sebar


Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian
atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 2
menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan
berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet


Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara
menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan.


Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria ,
kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian

7
dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak
lembut, lembut, sangat lembut

8
BAB III

METODE PRAKTIKUM

1.1 KOMPONEN ZAT AKTIF


ERITROMISIN

Struktur kimia

(FI IV, hal 357)

Rumus molekul C37H67NO13 (FI IV, hal 357)

Nama kimia Erythromycinum (FI IV, hal 357)

Sinonim (3R*,4S*,5S*,6R*,7R*,9R*,1lR*,12R*,13S*,14R*)-4- (2,6-


Dideoksi-3-C-metil-3-0-metil-a-L-ribo-heksopiranosil)-oksi]-14-
etil-7,12,13-trihidroksi3,5,7 ,9,11,13-heksametil-6-
{3,4,6,trideoksi-3-(dimetilamino)fl-D-:rilo-heksopiranosil] oksi]
oksasik/otetradekana-2,10-dion (114-07-8] (FI IV, hal 357)

Berat molekul 733,94 (FI IV, hal 357)

Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kuning; tidak berbau a tau praktis
tidak berbau (FI IV, hal 357)

Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter. (FI IV, hal 357)

pH larutan 8,0-10,5 (FI IV, hal 357)

9
Dosis Dewasa : 200 - 400 mg tiap 6 jam sekali pakai

Anak : 30-50mg/kg sehari dalam 4 dosis tiap 6 jam

Stabilitas Eritromisin etil suksinat setelah direkonstitusi dapat bertahan kurang


dari 10 hari dan harus dimpan di lemari es.
Panas
Suspensi rekonstitusi dapat disimpan pada suhu dibawah 30oC atau
Hidrolisis/oksidasi dapat disimpan pada lemari es selama 10 hari-35 hari
Cahaya
Kegunaan Antibiotik, obat malaria

Inkompatibilitas dengan natrium ampisilin dan natrium kloklasilin (FI IV, hal 357)

Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI IV, hal 357)
penyimpanan

1.2 KOMPONEN ZAT TAMBAHAN DAN BASIS KRIM

METYL PARABEN

Struktur kimia

Rumus molekul C8H8O3 ( HOPE 6, hal 441)

Nama kimia Methyl-4-hydroxybenzoate (HOPE 6, hal 441)

Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl


ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis parahydroxy
benzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin
M; Solbrol M; Tegosept M; Unipen P-23 (HOPE 6, hal 441)

Berat molekul 152.15 (HOPE 6, hal 441)

10
Pemerian Serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau, tidak
mempunyairasa, agak membakar diikuti rasa tebal (FI III hal 378).

Hablur Kecil, tidak berwarna atau sabuk hablur, putih; tidak


berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
(FI IV, hal 551); (HOPE 6, hal 441)

Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, daalm 20 bagian air mendidih, larut
dalam 3,5 bagian etanol, larut dalam 3 bagian aseton, mudah
larut dalam eter, dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam
60 bagian gliserol panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan, larutan tetap jernih (FI III, hal 378);

Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon


tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter (FI IV, hal
551);

pH larutan 3-6 ( HOPE 6, hal 441)

pKa 8,4 pada suhu 220 C (HOPE 6, hal 441)

Titik lebur 1250 C- 1280 C (HOPE 6, hal 441-443)

Konstanta Dielektrik -

Bobot jenis 1,352 gr/ml atau 1,352 gr/cm3 (HOPE 6, hal 441-443)

Stabilitas Larutan berair metil peraben pada pH 3-6 dapat disterilisasi


dengan autoklaf pada 120 0 C selama 20 Menit , juga stabil

11
Panas (dekomposisi < 10% selama lebih dari 4 Tahun pada suhu kamar,
Hidrolisis/oksidasi sementara larutan dengan pH 8 merupakan subjek hidrolisis
Cahaya (hidrolisis 10% atau lebih selama 60 hari penyimpanan di suhu
kamar) (HOPE 6, hal 441-443), aktivitas metil paraben sebagai
anti mikroba berada pada rentang pH 4-8, penggunaan bersama
propilen glikol 2-5 % meningkatkan aktivitas antimikroba metil
paraben (HOPE 6, hal 441-443)

Kegunaan Pengawet (HOPE 6, hal 441-443)

Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba metil paraben dan senyawa paraben lain,


umumnya berkurang jika terdapat surfaktan non ionik, misalnya
polisorbat 80, karena dapat terjadi miselisasi, Inkompatibel dengan
bentoniy, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginat, sorbitol,
essensial oil dan atropin (HOPE hal 441-443)

Wadah dan Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering (HOPE 6 hal 441-
penyimpanan 443)

12
CETYL ALKOHOL

NO. PARAMETER DATA

1 Pemerian Terbuat dari lilin, kepingan-kepingan putih, granul-granul, memiliki


bau yang lemah
2 Kelarutan Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter, kelarutan
bertambah dengan naiknya suhu

3 pH -
4 OTT Tidak tercampur dengan pengoksidasi kuat
5 Cara sterilisasi Sterilisasi kering
6 Indikasi Bahan pengawet, emolient
7 Dosis lazim Emolient (2-5%), pengemulsi (2-5%), water absorption (5%)
8 Cara pemakaian -
9 Sediaan lazim
dan kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan
11 Stabilitas Stabil dalam asam, basa, cahaya, dan udara tidak menjadi tengik

ASAM STEARAT

NO. PARAMETER DATA

1. Pemerian Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih


atau kuning pucat mirip lemak lilin

2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol 95%,
dalam 2 bagian CHCl3 dan dalam 3 bagian eter

3. pH -

4. OTT Dengan kebanyakan logam hidroksida dan tidak kompatibel


dengan bahan oksidator

5. Cara Sterilisasi -

6. Indikasi Surfaktan, basis

13
7. Dosisi Lazim 1-20%

8. Cara Pemakaian -

9. Sediaan Lazim dan Kadar -

10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering

TRIETANOLAMIN

NO. PARAMETER DATA

1. Pemerian Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih


atau kuning pucat mirip lemak lilin

2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol 95%,
dalam 2 bagian CHCl3 dan dalam 3 bagian eter

3. pH -

4. OTT Dengan kebanyakan logam hidroksida dan tidak kompatibel


dengan bahan oksidator

5. Cara Sterilisasi -

6. Indikasi Surfaktan, basis

7. Dosisi Lazim 1-20%

8. Cara Pemakaian -

9. Sediaan Lazim dan Kadar -

10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering

14
BUTYLATED HYDROXY TOLUEN (BHT)

NO. PARAMETER DATA

1. Pemerian Hablur padat, putih dengan bau khas


2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, propilen glikol, mudah larut dalam
etanol, kloroform, eter,berzene, methanol, mudah larut dalam
minyak dan lemak
3. pH -
4. OTT BHT merupakan turunan dari phenol, OTT kuat dengan oksidasi
seperti peroksida dan permanganat
5. Cara -
Sterilisasi
6. Indikasi Antioksidan
7. Dosisi Lazim -
8. Cara -
Pemakaian
9. Sediaan -
Lazim dan
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, terlidung dari cahaya
Penyimpanan
11. Stabilitas Terurai oleh cahaya, kelembaban dan pemanasan
menyebabkan penguraian warna dan berkurangnya aktivitas

15
16
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan sediaan krim ini berlangsung pada hari sabtu, 19 Agustus 2017 di
laboratorium teknologi sediaan semi solid dan liquid.

B. Alat dan Bahan


Alat :
- Mortir
- Stamper
- Sudip
- Cawan uap
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Tinbangan
- Pot cream
- Spatel
- Kertas perkamen
- Erlenmeyer
- Pipet tetes

17
- Kertas ph
- Metilen blue
- Sudan III

Bahan :
- Erythromycin
- Cetyl alkohol
- Parafin lquidum
- TEA
- Nipagin (methyl paraben)
- Asam stearat
- BHT
- Aqua

C. FORMULASI

R/Cream anti acne erythromycin No.III tube

Perhitungan HLB Campuran

Parafin Liquid

20
X 12 = 5,38
44,6

Asam Stearat

18
10
X6 = 1,34
44,6

Cetyl Alkohol

10
X 15 =3,36
44,6

Tea

10
x11,6 = 2,6
44,6

Jumlah HLB : 12,68 Tipe Krim M/A

Kesimpulan:

R/ Erythromycin 1,5 g

Cetyl Alkohol 3g

Asam Stearat 3g

Paraffin liq 6g

TEA 10 g

Methyl paraben 3g

BHT 0,3

Aqua ad 30 g

19
D. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan lumpang
3. Lebur fase minyak (cethy alkohol, parafin liquidum, as.stearat) (masa1)
4. Larutkan TEA dengan air panas 20kalinya (tts) (masa 2 )
5. Masukan masa 1 ke dalam lumpang + masa 2, gerus ad basis cream
6. Masukan BHT ke dalam lumpang tersebut, gerus ad homogen
7. Basis cream siap digunakan
8. Masukkan ke dalam wadah pot, beri label, dan masukkan dalam kemasan

20
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Evaluasi sediaan
1. Uji organoleptik
Krim yang dibuat mempunyai hasil :
- warna : putih
- bau : tidak berbau khas
- bentuk : cairan kental homogen

2. Uji pengukuran pH

- Keluarkan isi sediaan cream erythromycin dari tube.


- Ambil secukupnya, ukur pH larutan dengan pH meter atau kertas pH universal.

Nilai pH : 5
Sifat : asam lemah

3. Uji Tipe Emulsi

21
a. Siapkan sediaan cream erythromycin
b. Ambil sedikit sediaan
c. Tambahkan metilen blue, aduk ad homogen, amati yang terjadi
d. Bila tampak warna biru menyebar pada campuran, berarti emulsi tipe m/a,
jika warna biru hanya tampak bintik-bintik, berarti emulsi tipe a/m
e. Ambil lagi sedikit cream erythromycin
Tambahkan sudan III, aduk ad homogen, amati yang terjadi
f. Bila tampak warna merah menyebar pada campuran, berarti emulsi tipe
a/m, jika warna merah hanya tampak bintik-bintik, berarti emulsi tipe m/a.
Tipe Cream Eritromisin M/A

B. PEMBAHASAN

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak
kurang dari 60%).

Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna,bentuk,dan bau. Tetap
pada bau tidak sesuai dengan literatur yang ada, seharusnya berbau khas tetapi ini tidak,
mungkin pada penyimpanan yang kurang baik pada laboratorium sehinggan baunya
sudah tidak berbau khas lagi.

Pada pengujian pengukuran pH sesuai dengan literatur pada pH kulit yaitu 4,5 6,5.
Hasil dari cream yang kami buat yaitu pH 5 sesuai dengan standar literatur yang ada.

Pada pengujian tipe emulsi yaitu dengan menggunakan metilen blue dengan hasil pada
cream tersebut jika dicampur dengan metilen blue yaitu warnanya merata menandakan
bahwa tipe emulsi tersebut yaitu M/A, sesuai dengan lietartur dan yang diinginkan. Jika
dilarutkan dengan sudan III, warna merah hanya berbentuk saja tidak merata berati
menandakan tipe emulsi cream tersebut M/A.

22
BAB V

KESIMPULAN

1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air
tidak kurang dari 60%).

2. Pada pengujian organoleptik, menyatakan bentuk cairan kental homogen, tidak


berbau khas, warna putih

3. Pada pengujian pengukuran pH menyatakan nilai : 5, sesuai dengan liteartur

4. Pada pengujian tipe emulsi dengan metilen blue dan sudan III menyatakan bahwa tipe
emulsi pada cream tersebut M/A.

23

Anda mungkin juga menyukai