Relationship Beetwen Medical Emergency Management Time and Late Death of Major Traumatic Patients
(E-mail: makkasau_mkes@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Waktu memegang peranan penting dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan medis pada penderita trauma mayor
dimana filosofinya time saving is lie saving baik fase pra rumah sakit maupun fase rumah sakit. Penelitian ini bertujuan
mengetahui waktu penatalaksaan kegawatdaruratan medis (airway, breathing, circulation, dan disability) antara usia,
pendidikan, pekerjaan, rujukan, waktu trauma, penyebab, diagnosa, ISS, lama waktu penatalaksanaan dengan kematian
lanjut pada penderita trauma mayor. Jenis penelitian ini adalah penelitian longitudinal dengan pendekatan Cohort
Study yang di observasi selama 24 jam pasca trauma di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 82 responden dengan Trauma Mayor yang dinilai berdasarkan ISS 12,
kemudian hasilnya diuji dengan cara Chi-Square dengan tingkat kemaknaan =0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor yang berhubungan secara signifikan dengan penatalaksanaan kegawatdaruratan medis pada penderita
trauma mayor, meliputi diagnosa (p=0,000), ISS (p=0,000), dan lama penanganan (p=0,001), sedangkan ada beberapa
faktor yang berhubungan secara tidak signifikan meliputi waktu trauma (p=0,421) dan penyebab (p=0,365). Saran dari
hasil penelitian ini adalah perlu perhatian yang cukup terkait dengan peningkatan kualitas penanganan korban
mengenai kecepatan dan ketepatan dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan medis pada pasien, baik fase pra rumah
sakit maupun fase rumah sakit, serta perhatian khusus pada trauma mayor melibatkan trauma kapitis berat.
ABSTRACT
So time plays an important role in medical emergency management for major traumatic patients in which the
philosophy is time saving is life saving either for pre hospital phase or hospital phase. The aim of the study is to find
out the relationship medical emergency management time (airway, breathing, circulation, and diasability), age,
education, job, reference, trauma time, cause, diagnose, ISS, the period of structuring and late death for major traumatic
patients. The study was an longitudinal study with cohort study approach observed for 24 hours of post trauma in
Surgery Emergency Unit of Regional Public Hospital of Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. The respondents
consisted of 82 people with major trauma assessed based on ISS 12. The results were tested using chi square test with
a significant level of =0.05. The results of the study indicated that the factors having a significant relationship with
medical emergency management for major traumatic patients are diagnose (=0.000), ISS(p=0.000), and the handling
period (p=0.001). On the other hand, the factors having insignificant relationship are trauma time (p=0.421), and cause
(p=0.365). Thus, it is suggested that it is necessary to give enough attention to the increase of quality of handling the
victim concerning with the speed and accuracy of medical emergency management for either pre hospital phase or
hospital phase. Beside, special attention should be given to major trauma involving bad capitic trauma.
193
Makkasau Plasay ISSN 2252-5416
194
Penatalaksanaan, Kedaruratan Medik, Kemaian Lanjut, Trauma Mayor ISSN 2252-5416
kegawatdaruratan. Trauma mayor yang tidak Untuk menilai apakah itu trauma mayor atau
dikelolah dengan baik cenderung masuk ke situasi bukan maka digunakan penilaian berdasarkan
Kematian lanjut, yaitu Kematian yang terjadi injury severity score (ISS) yaitu skor trauma 12.
setelah 24 jam pasca trauma (Rasjad, 2009). Luas dan beratnya trauma ditentukan oleh nilai
Penelitian bertujuan untuk melihat faktor yang derajat trauma yang dipakai sejak 1981 dan
berhubungan antara waktu penatalaksanaan memberikan gambaran beratnya trauma,
kegawatdaruratan medis dengan kematian lanjut berdasarkan pemeriksaan pernapasan, perdarahan,
pada penderita trauma mayor. dan kesadaran. Angka ini penting untuk
menentukan. klasiflkasi dan prognosis penderita
BAHAN DAN METODE cedera berat. Penilaian gerak napas di dada dan
pengisian kembali kapiler tidak digunakan untuk
Jenis penelitian ini adalah penelitian
menilai derajat trauma karena sukar menentukan
longitudinal (Sastroasmoro, dkk. 2008) yang
angka bakunya. Pernapasan ditentukan
memenuhi kriteria inklusi yang datang ke RSUP. Dr.
frekuensinya, perdarahan dinilai berdasarkan
Wahidin Sudirohusodo dan RS. Pendidikan Unhas
tekanan darah arterial, sedangkan kesadaran
Makassar. Desain dari penelitian ini adalah kohor
diukur berdasarkan skala koma Glasgow (trauma
study dengan pendekatan prospektif. Tempat
severity score = Glasgow coma scale) yang
Penelitian ini dilaksanakan di IRD Bedah RSUP. Dr.
direduksi kira-kira seperempat dari angka
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Waktu Penelitian
penilaiannya.
ini mulai pada tanggal 17 Oktober 2012 s/d tanggal
Setiap parameter diberi angka 0 sampai 4
30 Mei 2013. Populasi sasaran adalah penderita
(makin rendah angka, makin buruk keadaan).
trauma mayor, populasi terjangkau adalah penderita
Beratnya trauma diperkirakan berdasarkan jumlah
trauma mayor yang datang ke RSUP. Dr. Wahidin
semua angka: jadi terendah adalah 0 dan yang
Sudirohuso Makassar. Pengambilan sampel yang
tertinggi 12 (Sjamsuhidajat R, 2010).
diperlukan pada penelitian ini dengan menggunakan
Setelah data dikumpulkan selanjutnya
tehnik consecutive sampling. Adapun kriteria
dilakukan pengeditan, pengkodean, dan kemudian
Inklusi: bersedia menjadi responden, penderita
ditabulasi. Analisis data yang digunakan dengan
dengan trauma mayor, yaitu Injury Severity Score
Chi-square test (continuity corection yates)
(ISS) 12. dengan usia 15 60 tahun, serta kriteria
esklusi: tidak bersedia menjadi responden, kematian dengan tingkat kemaknaan 5% (=0,05)
segera - kematian awal, penderita dengan trauma Analisis bivariate dilakukan untuk melihat
minor, yaitu Injury Severity Score (ISS) 12. hubungan variabel independen dan variabel
dengan usia 15 tahun dan 60 tahun, dan jumlah dependen, yang terdiri dari diagnosa, waktu
sampel dalam penenlitian ini adalah sebanyak 82 trauma, penyebab, ISS, lama penanganan
penedrita trauma mayor. Pengumpulan data kematian lanjut pada penderita trauma mayor.
menggunakan teknik dokumentasi melalui lembar Tabel 1. Menunjukkan bahwa dari 43
observasi sebagai instrumen pengumpul data yang responden (52,4%) yang TCB, yang meninggal
sudah terstandar. Data dianalisis secara bivariat yakni 26 responden (31,7%) dan 17 responden
digunakan uji Chi-Square untuk melihat hubungan (20,7%) yang survive, TCS sebanyak 22
variabel bebas dan tergantung. responden (26,8%) yakni 1 responden (1,2%),
yang meninggal dan 21 responden (25,6%) yang
HASIL survive. TCB+Diagnosa lain sebanyak 5
responden (6,1%) yakni 2 responden (2,4%) yang
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Gawat meninggal dan 3 responden (3,7%) yang survive,
Darurat (IGD) RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo TCS+Diagnosa lain seanyak 8 responden (9,8%)
Makassar selama pada periode Oktober 2012 yakni tidak ada responden (0%) yang meninggal,
sampai Mei 2013, telah diperoleh 82 sampel yang dan 8 responden (9,8%) yang survive, bukan TC
diikuti selama 24 jam sampai 72 jam pasca trauma sebanyak 4 responden (4,9%) yakni 1 responden
dan pada akhirnya dikelompokkan menjadi 52 (1,2%) yang meninggal dan 3 responden (3,7%)
(63.4%) yang survive dan 30 (36.6%) yang yang survive.dan hasil analisa data dengan
meninggal. menggunakan uji Chi-Square, maka diperoleh
nilai p=0,000, artinya lebih kecil dari nilai =0,05.
195
Makkasau Plasay ISSN 2252-5416
Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara mayor dalam hal ini kematian lanjut pada trauma
Diagnosa medik dengan kematian lanjut pada mayor.
penderita trauma mayor dalam hal ini kematian Tabel 3. Menunjukkan bahwa dari 68
lanjut pada trauma mayor. responden (82,9%) yang penyebabnya
Tabel 2. Menunjukkan bahwa dari 26 Kecelakaan Jalan Raya (TA), yang meninggal
responden (31,7%) yang waktu kejadiannya pagi, yakni 25 responden (30,5%) dan 43 responden
yang meninggal yakni 11 responden (13,4%) dan (52,4%) yang survive, Jatuh daru ketinggian (Full
15 responden (18,3%) yang survive, waktu Down) sebanyak 7 responden (8,5%) yakni 4
kejadianya siang sebanyak 13 responden (15,9%) responden (4,9%), yang meninggal dan 3
yakni 4 responden (4,9%), yang meninggal dan 9 responden (3,7%) yang survive, tusukan sebanyak
responden (11,0%) yang survive. Waktu 4 responden (4,9%) yakni tidak ada responden
kejadiannya sore sebanyak 24 responden (29,3%) (0%) yang meninggal dan 4 responden (4,9%)
yakni 9 responden (11,0%) yang meninggal dan yang survive, ketimpa pohon seanyak 2 responden
15 responden (18,3%) yang survive, waktu (2,4%) yakni 1 responden (1,2%) yang meninggal,
kejadiannya malam seanyak 12 responden dan 1 responden (1,2%) yang survive,
(14,6%) yakni 2 responden (2,4%) yang listrik/kebakaran sebanyak 1 responden (1,2%)
meninggal, dan 10 responden (12,2%) yang yakni tidak ada responden (0%) yang meninggal
survive, waktu kejadiannya dini hari sebanyak 7 dan 1 responden (1,2%) yang survive dan hasil
responden (8,5%) yakni 4 responden (4,9%) yang analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square,
meninggal dan 3 responden (3,7%) yang survive maka diperoleh nilai p=0,365, artinya lebih besar
dan hasil analisa data dengan menggunakan uji dari nilai =0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada
Chi-Square, maka diperoleh nilai p=0,421, artinya hubungan antara penyebab kejadian trauma
lebih besar dari nilai =0,05. Hal ini berarti bahwa dengan kematian lanjut pada penderita trauma
tidak ada hubungan antara waktu kejadian trauma mayor dalam hal ini kematian lanjut pada trauma
dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor.
Tabel 1. Hubungan Diagnosa Medik dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Diagnosa Medik Meninggal Survive Jumlah p
n % n % n %
TCB 26 31.7 17 20.7 43 52.4
TCS 1 1,2 21 25,6 22 26,8 0,000
TCB+Dx lain 2 2,4 3 3,7 5 6,1
TCS+Dx lain 0 0 8 9,8 8 9,8
Bukan TC 1 1,2 3 3,7 4 4,9
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Chi-Square
Tabel 2. Hubungan waktu trauma dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Waktu trauma Meninggal Survive Jumlah p
n % n % n %
Pagi 11 13,4 15 18,3 26 31,7
Siang 4 4,9 9 11,0 13 15,9 0,421
Sore 9 11,0 15 18,3 24 29,3
Malam 2 2,4 10 12,2 12 14,6
Dini hari 4 4,9 3 3,7 7 8,5
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Chi-Square
Tabel 3. Hubungan penyebab trauma dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor
196
Penatalaksanaan, Kedaruratan Medik, Kemaian Lanjut, Trauma Mayor ISSN 2252-5416
Tabel 4. Hubungan ISS dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Kematian lanjut pada penderita trauma mayor
ISS Meninggal Survive Jumlah p
n % n % n %
Berat 25 30,5 10 12,2 35 42,7
Sedang 4 4,9 19 23,2 23 28,0 0,000
Ringan 1 1,2 23 28,0 24 29,3
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Chi-Square
Tabel 5. Hubungan lama penanganan dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Kematian lanjut pada penderita trauma mayor
Lama Penanganan Meninggal Survive Jumlah p
n % n % n %
Buruk 16 19,5 9 11,0 25 30,5
Baik 14 17,1 43 52,4 57 69,5 0,001
Jumlah 30 36,6 52 63,4 82 100
Chi-Square
197
Makkasau Plasay ISSN 2252-5416
198
Penatalaksanaan, Kedaruratan Medik, Kemaian Lanjut, Trauma Mayor ISSN 2252-5416
perbandingan kematian dan survive lebih tinggi haruslah benar-benar efektif dan efisien. Hal ini
pada dini hari itu disebabkan karena irama mengingat pada kondisi tersebut pasien dapat
sirkardian akan turun malam hari sampai pada kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit
dini hari sehingga terjadi kelelahan dan penurunan saja. Berhentinya nafas selama 2-3 menit pada
kewaspadaan pada pengendara serta kondisi manusia dapat mengakibatkan kematian yang fatal
pengguna jalan raya menjadi sepi yang (Sutawijaya, 2009). Otak dan jantung sangat
menyebabkan terlambatnya penanganan bantuan memerlukan oksigen 3-8 menit jantung dan otak
hidup dasar di tempat kejadian. tidak mendapatkan O2 maka akan mengakibatkan
Hubungan penyebab trauma dengan kematian kematian (Farison, 2010). Kematian segera terjadi
lanjut pada penderita trauma mayor terdapat dalam waktu 60 menit setelah terjadinya trauma,
hubungan yang tidak signifikan, dengan nilai sebagian besar akibat trauma yang mengenai otak
p=0,365, yang berarti penyebab trauma bukan atau jantung/pembuluh darah besar yang
faktor dominan penyebab kematian pada trauma menimbulkan perdarahan masif. Kematian awal
mayor. Trauma merupakan suatu keadaan dimana terjadi dalam waktu 1-6 jam setelah trauma,
seseorang mengalami cedera oleh salah satu sebagian besar akibat perdarahan atau kerusakan
sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan otak. Kematian lanjut memuncak dalam beberapa
lalu lintas. Di Indonesia kematian akibat hari sampai minggu. Penyebab pada kematian
kecelakaan lalu lintas 12.000 orang per tahun lanjut 80% akibat infeksi dan atau gagal organ
(Rasjad C, 2009). Dewasa ini trauma melanda multiple (Manuaba, 2000). Hasil penelitian ini
dunia bagaikan wabah karena dalam kehidupan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
modern penggunaan kendaraan automotif dan Hendrik, dkk (2006), Bahwa waktu piata-
senjata api semakin luas (Pusponegoro, 2010; laksanaan kegawatdaruratan medis berpegaruh
Sjamsuhidajat-De Jong, 2010). Peneliti berasumsi terhadap mutu pelayanan di Instalasi Gawat
bahwa walaupun penyebabnya kedua-duanya Darurat yaitu bahwa waktu penanganan yang
terjatuh yang dipengaruhi oleh sama-sama gaya tidak terlambat dapat mencegah kematian 30%
gravitasi akan tetapi terjatuh dari ketinggian dari kasus kegawatdaruratan.
resikonya lebih tinggi dibandingkan dengan jatuh
dari kendaraan karena jatuh dari ketinggian tidak KESIMPULAN DAN SARAN
bisa memilih gaya gravitasi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Hubungan Injury Saverity Score (ISS)
bahwa ada hubungan yang tidak signifikan waktu
dengan kematian lanjut pada penderita trauma
penatalaksanaan Airway, Breathing, Circulation, dan
mayor terdapat hubungan yang signifikan, dengan
Disability antara, waktu trauma, penyebab dengan
nilai p=0,000, yang berarti ISS merupakan faktor
kematian lanjut pada penderita trauma mayor, serta
yang turut mempengaruhi penyebab kematian
ada hubungan yang signifikan waktu penatalaksanaan
pada trauma mayor. Hal ini berarti bahwa
Airway, Breathing, Circulation, dan Disability
beratnya trauma mayor sangat menentukan
antara diagnose, ISS, serta lama waktu
prognosis penderita, dimana pada trauma mayor
penatalaksanaan dengan kematian lanjut pada
lebih di dominasi oleh trauma kapitis berat pada
penderita trauma mayor.
responden ini dengan skor GCS 6 dan pada
Berdasarkan penelitian ini maka dapat
kondisi tersebut akan terjadi gagal neurologi.
disarankan bahwa dengan mengetahui pentingnya
Hubungan lama penanganan dengan
waktu penatalaksanaan kegawatdaruratan medis,
kematian lanjut pada penderita trauma mayor
diharapkan lama penanganan pada pasien yang
terdapat hubungan yang signifikan, dengan nilai
trauma mayor perlu mendapat perhatian,
p=0,001, yang berarti lama penanganan turut
pertolongan penderita trauma perlu
mempengaruhi penyebab kematian pada trauma
dimasyarakatkan karena keberhasilan penanganan
mayor. Prinsip penting tindakan pertolongan
intra-hospital sangat ditentukan oleh pre-hospital,
gawat darurat adalah menyelamatkan pasien
serta diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
akibat fatal atau kematian dari keadaan gawat
mengetahui faktor-faktor lain yang berpengaruh
darurat. Adapun filosofinya adalah Time Saving is
pada kematian lanjut selain faktor-faktor yang
Live Saving. Artinya seluruh tindakan yang
sudah diajukan dalam tulisan ini.
dilakukan pada saat kondisi gawat darurat
199
Makkasau Plasay ISSN 2252-5416
200