DI PASAR INTERNASIONAL
Oleh
DENNY DWINATA HERIANTO
A14105525
Oleh
DENNY DWINATA HERIANTO
A14105525
Skripsi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
LEMBAGA MANAPUN.
A14105525
RIWAYAT HIDUP
kedua dari empat bersaudara dari pasangan T. Simalango dan R. Manalu, SP.
Pendidikan dasar di SDN 004 Air Molek Indragiri Hulu (Riau) diselesaikan pada
tahun 1996 dan melanjutkan pendidikan pada SLTPN 1 di Air Molek sampai
dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan ke kota
Hasil Hutan hingga tahun 2005. Selama di Yogyakarta banyak mengikuti kegiatan
organisasi kampus dan di luar kampus yang diikuti. Penulis pernah mengikuti
PKM (pekan kreativitas Mahasiswa) dengan tema yang di angkat mengenai hutan
mangrove bersama team. Setelah lulus dari program pendidikan Diploma III, pada
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Skripsi ini mengkaji struktur pasar CPO di pasar Internasional. Selain itu,
skripsi ini juga mengkaji keunggulan kompetitif dan komparatif industri CPO
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan Kasih-Nya yang telah
2. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa dan kasih sayang selama ini
3. Bapak Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec., selaku dosen pembibing skripsi atas
4. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen evaluator atas saran dan
5. Bapak Muhammad Firdaus, PhD sebagai dosen penguji utama atas saran.
6. Bapak Ir. Joko Purwono, Ms sebagai dosen penguji atas masukan untuk
tehnik penulisan.
7. Saudaraku tercinta kakak Loli, Dina dan Meli atas doa dan dukungan yang
8. Elisya Nurani Kombong atas motivasi dan segala perhatian selama ini dan
Komang, Angga Bajuri, Fajar, Septian, Ika, Mesi dan teman-teman yang
11. Teman-teman GTP (Alex_clv, Kiki, lan Sembiring, Arde, Abah, Pak RT,
Ebry, Josep, Dedy Maretha, Wawan, Rudy, Mbak Dar, Imel, Siska, Baim,
Koko, Rita, Sandra, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
selama ini terutama untuk Mbak Rahmi, Mbak Nur, Mas Agus dan Aji.
15. Penguni Kos Jl Riau Ujung tercinta Mas Riki, Mbak Wida, Mas Tyas,
16. Teman-teman SMU Bopkri I Cristian, Nando, Dinad, Theresia, Adit atas
17. Semua pihak lain yang belum disebutkan yang turut membantu
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 11
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................ 11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Kelapa Sawit ....................................................... 12
2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit ............................................................ 12
2.1.2. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit .................................... 12
2.1.3. Bibit Kelapa Sawit ................................................................ 14
2.1.4. Standar Nasional CPO (Crude Palm Oil) .............................. 15
2.1.5. Usaha Tani Kelapa Sawit ...................................................... 16
2.1.6. Pengolahan Kelapa sawit ..................................................... 18
2.1.6.Peranan Kelapa Sawit Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi
Indonesia ............................................................................. 19
2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 21
2.2.1. Penelitian Dayasaing ............................................................. 21
2.2.1. Penelitian Kelapa Sawit ........................................................ 23
2.2.1. Penelitian CPO (Crude Palm Oil) ......................................... 24
mengandalkan komoditas minyak dan gas bumi (Migas) sebagai penghasil devisa.
Komoditas minyak dan gas bumi merupakan jenis sumber daya alam dengan
jumlah yang terbatas dan tidak dapat diperbarui, sehingga perlu penghematan
sektor lain yang mempunyai potensi harus dikembangkan. Salah satu sektor non
Migas yang mampu memberikan kontribusi positif kepada negara adalah sektor
pertanian.
PDB kepada negara. Salah satu komoditi dari perkebunan adalah kelapa sawit.
Kelapa sawit merupakan tanaman keras sebagai salah satu sumber penghasil
dengan minyak nabati lainnya, kerena minyak kelapa sawit rendah akan kolesterol
2,79 milyar dengan volume ekspor sebesar 5,72 juta ton pada tahun 2007 pada
bulan Januari sampai dengan Mei (Tabel 1). Permintaan kelapa sawit untuk
meningkat sebagai bahan baku minyak goreng dan keperluan lain seperti biofuel
(bahan bakar). Peluang bagi negara Indonesia untuk lebih meningkatkan ekspor
minyak kelapa sawit guna meningkatkan devisa dari komoditas kelapa sawit. Pada
tahun 2006 Negara Indonesia merupakan pengekspor kelapa sawit terbesar kedua
setelah Malaysia, dengan negara tujuan ekspor kelapa sawit ke India, China dan
negara-negara di Eropa.
Pada Tabel 2 luasan areal perkebunan untuk komoditi kelapa sawit untuk
lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 luas lahan
perkebunan kelapa sawit sebesar 6,59 juta hektar, sedangkan pada tahun 2002
sampai tahun 2005 luas lahan perkebunan di Indonesia berkisar diatas lima juta
hektar. Luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun 1916 sampai dengan tahun
antara tahun 1990 sampai dengan tahun 2006, dimana untuk total luas areal dari
1,12 juta hektar menjadi 6,59 juta hektar dan akan terus meningkat seiring
1
http://ditjenbun.deptan.go.id/web/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=1&Ite
mid=62. Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesia Sangat Signifikan dan Fantastis .
Diakses 15 Januari 2008.
Komoditi 2002 2003 2004 2005 2006
Karet 3.318.359 3.290.112 3.262.267 3.279.391 3.309.472
Kelapa Sawit 5.067.058 5.283.557 5.284.723 5.453.817 6.594.914
Kopi 1.372.184 1.381.730 1.303.943 1.255.272 1.263.606
Tebu 350.722 338.244 344.793 381.786 384.016
Kelapa 3.884.950 3.913.130 3.797.004 3.803.614 3.817.796
Kakao 914.051 961.107 1.090.960 1.167.046 1.191.742
Sumber : Departemen Pertanian, 2007
pihak swasta dan diikuti oleh masyarakat yang mengusahakan kelapa sawit secara
permintaan CPO sebagai bahan baku bahan bakar nabati (BBN) yang mampu
Produksi CPO dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 mengalami
peningkatan (Tabel 3). Pada tahun 2002 produksi kelapa sawit sebesar 9,62 juta
ton dan mengalami peningkatan untuk tahun 2006 yaitu sebesar 17,35 juta ton.
Peningkatan produksi kelapa sawit akibat dari areal penanaman sawit yang juga
minyak goreng serta CPO yang meningkat dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Peningkatan produksi kelapa sawit juga akibat dari mahalnya harga CPO
Proyeksi produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2010 menjadi 18 juta ton,
pada tahun 2015 akan menjadi 21 juta ton dan pada tahun 2015 akan meningkat
sebesar 15 persen atau sebesar 24 juta ton. Proyeksi ekspor kelapa sawit Indonesia
ke luar negeri diperkirakan pada tahun 2010 sebesar 12,5 juta ton dan akan
meningkat sebesar 25 persen atau sebesar 15 juta ton dan pada tahun 2020 sebesar
16 juta ton2.
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit. Sumbangan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit terhadap
PAD. Diakses 15 januari 2008
Dibandingkan dengan Negara Malaysia, kelapa sawit Indonesia memiliki
dan tenaga kerja melimpah. Pada Saat ini ada lahan 9,2 juta hektar lahan yang bisa
terbatas. Keunggulan kedua, biaya produksi CPO Indonesia lebih rendah daripada
Malaysia unggul untuk produktivitas (3,21 ton CPO per hektar per tahun)
dibandingkan dengan Indonesia (2,51 ton CPO per hektar per tahun). Malaysia
juta ton tandan buah segar (TBS) per tahun, sedangkan Indonesia 65 juta ton TBS
per tahun. Dampak kekurangan pabrik pengolahan sawit di Indonesia tidak hanya
pada dayasaing yang rendah untuk produksi dan ekspor CPO, tapi juga
lahan sawit, hal Ini menyebabkan jumlah produksi minyak sawit, kualitas
produksi, dan harga tidak mampu diprediksi serta dikontrol dengan baik. Kondisi
3
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4sawit.Prospek, Arah pengembangan
Agribisnis Kelapa Sawit . Diakses 15 januari 2008.
4
http://www.mail-archive.com/cikeas@yahoogroups.com/msg06407.html Industri Kelapa Sawit
Indonesia Vs Malaysia. Diakses 20 januari 2008.
1.2 Perumusan Masalah
sumberdaya yang terus memberikan peluang untuk terus berkembang dan dapat
diandalkan sebagai sumber devisa selain dari sektor Migas yang terus mengalami
kemunduran akibat dari sifanya yang tidak dapat diperbarui. Perkebunan masih
memberikan peluang yang luas selain masih tersedianya lahan perkebunan baru,
juga tersedia tenaga kerja dan konsumen akhir yang terus mengalami
dengan Negara Malaysia yang mampu menghasilkan CPO sebesar 3,21 ton/hektar
penggunaan bibit yang tidak sesuai dengan standar (kualitas rendah dan palsu),
tanaman kelapa sawit seperti gajah, babi dan kera, serta faktor alam yang tidak
bisa diprediksi.
Industri hilir pengolahan CPO di Indonesia saat ini masih terbatas karena
iklim investasi yang belum kondusif. Pengolahan minyak sawit mentah untuk
diolah menjadi produk yang lebih mempunyai nilai tambah (value add) salah
satunya oleokimia (sabun, detergen, margarin) dan minyak goreng masih terbatas,
karena investasi pembangunan pabrik pengolahan yang besar. Selain itu masalah
pasokan gas bumi dan listrik yang belum mencukupi kebutuhan pabrik
pengolahan kelapa sawit. Peluang besar bagi negara Malaysia untuk mencukupi
permintaan pasar dunia akan kebutuhan minyak nabati khususnya dari kelapa
Areal penanaman kelapa sawit biasanya pada daerah yang jauh dari
pemukiman penduduk dan lokasi pabrik (50-200 km), kerena sebelum dikonversi
menjadi perkebunan kelapa sawit lahan tersebut adalah kawasan hutan. Jarak yang
jauh antara kebun kelapa sawit dengan pabrik tersebut tidak didukung dengan
fasilitas jalan dan jembatan yang baik. Pembangunan jalan yang belum permanen
musim penghujan yang berdampak terhadap penurunan kualitas buah sawit yang
akan diolah.
4. Berbagai kebijakan yang tidak kondusif
mengekspor CPO dari pada menjual CPO di dalam negeri. Tingginya harga CPO
dunia juga dipengaruhi oleh permintaan yang semakin tinggi untuk kebutuhan
menyebabkan turunnya hasil pertanian baik untuk keperluan pabrik nabati atau
biodiesel seperti yang terjadi di Ukraina, China, USA, dan beberapa Negara di
Eropa.
peningkatan pajak ekspor untuk CPO dari 1,5 persen menjadi 6,5 persen dan
peningkatan pajak ekspor kelapa sawit segar (TBS) sebesar 10 persen dari
budidaya perkebunan untuk satu perusahaan atau grup perusahaan yang ditetapkan
bahwa luas maksimum lahan usaha perkebunan adalah 20.000 hektar dalam satu
ini menyebabkan para investor bepikir untuk menanamkan investasi pada sub
Harga kelapa sawit yang tinggi banyak dimanfaatkan petani kelapa sawit,
pihak swasta dan Badan Usaha Milik Negara untuk memperoleh keuntungan
masyarakat Indonesia saat ini belum didukung oleh pabrik pengolahan kelapa
modal yang besar yaitu 103 miliar (PPKS, 2006). Akibat yang ditimbulkan oleh
kurangnya pabrik pengolahan buah kelapa sawit, menyebabkan buah sawit petani
sangat penting agar antara pabrik dan pemilik kelapa sawit sehingga dapat saling
terdapat 420 pabrik pengolahan kelapa sawit yang tersebar di daerah perkebunan
kelapa sawit. Akan tetapi ada provinsi yang tidak mempunyai pabrik pengolahan
kelapa sawit akan tetapi mempunyai perkebunan sawit, antara lain Kepulauan
perkebunan kelapa sawit banyak menuai kritikan dari berbagai Lembaga Swadaya
mereka dampak yang ditimbulkan dari pembukaan lahan kelapa sawit yaitu
proteksi namun di satu sisi muncul tantangan baru berupa hambatan non tarif atau
non tarif barrier melalui ketentuan-ketentuan standard code yang dikenal dengan
Karena itu dalam merebut peluang pasar yang makin terbuka, penyediaan barang
dan jasa harus didukung oleh suatu sistem mutu yang diakui secara internasional.
Dari uraian permasalahan di atas maka yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah:
Kelapa sawit pertama kali di tanam secara masal pada tahun 1911 di
1848 sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor, tanaman kelapa sawit
diusahakan sebagai komersial pada tahun 1912 dan di ekspor minyak kelapa sawit
pertama dilakukan pada tahun 1919. Industri kelapa sawit Indonesia dan Malaysia
berawal ketika empat benih dari Afrika ditanam pada Taman Botani Bogor tahun
1848. Benih kelapa sawit dari Bogor ini kemudian di tanam pada tepi jalan
sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an dan di Rantau
Kelapa sawit menjadi populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang
menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun
menjadi tinggi.
tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedelai, kacang tanah,
biji bunga matahari dan tanaman penghasil minyak nabati lainnya), sehingga
harga produksi menjadi lebih ringan. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang
paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati
lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai
angka rata-rata 25 kg/th per orang, kebutuhan ini akan terus meningkat seiring
Kelapa sawit dapat mencapai tinggi 25 meter. Bunga dan buahnya berupa
tandan, bercabang banyak, ukuran buah kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman dan daging buahnya padat. Pada daging dan kulit buahnya
sabun, dan lilin. Ampasnya dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, ampas
yang disebut bungkil dapat digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
vegetatif. Tanaman ini tumbuh pada daerah tropis, pada ketinggian 0 - 500 meter
di atas permukaan laut. Kelapa sawit membutuhkan tanah yang subur seperti
tanah latosol, ultisol, alluvial dengan drainase yang baik serta solum yang cukup
tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000
- 2500 mm setahun.
2.1.3 Bibit Kelapa Sawit di Indonesia
secara handal oleh tujuh produsen benih dengan kapasitas 141 juta pada tahun
2006. Produsen penghasil bibit kelapa sawit yaitu: Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) dengan kapasitas produksi 40 juta ton, PT. Socfindo dengan kapasitas
produksi 45 juta ton, PT. Lonsum dengan kapasitas produksi 14 juta ton, PT.
Dami Mas dengan kapasitas produksi 15 juta ton, PT. Tunggal Yunus dengan
kapasaitas produksi 6 juta ton, PT. Bina Sawit Makmur dengan kapasitas produksi
15 juta ton dan PT Tania Selatan sebesar 1 juta ton. Permasalahan benih palsu
diyakini dapat teratasi melalui langkah - langkah sistematis dan strategis yang
telah disepakati secara nasional. Impor benih kelapa sawit harus dilakukan secara
Bibit yang dihasilkan oleh produsen resmi ini mempunyai kualitas baik
karena berasal dari induk yang jelas asal usulnya seperti Delidura, Tenera dan
Bapak Pisifera. Adapun ciri dari masing - masing jenis kelapa sawit yaitu :
1. Kelapa sawit jenis dura biasanya di tanam sebagai pohon induk dengan
ciri :
dengan ciri :
dengan ciri :
merupakan revisi dari SNI 01-2901-1992. Tujuan dari standar ini adalah
menyesuaikan standar mutu minyak kelapa sawit mentah Indonesia dengan mutu
minyak kelapa sawit yang umum dipakai dalam perdagangan internasional sesuai
Tabel 4 Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO) Menurut Badan
Standarisasi Nasional (BSN)
Kriteria uji Satuan Persyaratan Mutu
Warna - Jingga kemerahan
Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 maks
Asam lemak bebas %, fraksi masa 5 maks
Bilangan Yodium g yodium/100g 50 - 55
Sumber : Badan Standarisasi Nasional
2.1.5 Usahatani Kelapa Sawit
4. Pola BOT (Built Operate and Transfer), yaitu pola pengembangan di mana
dalam koperasi.
6. Pola-pola pengembangan lainnya yang saling menguntungkan,
perkebunan.
pengembangan perkebunan oleh pemerintah saat ini dapat dilihat pada Gambar 2.
PR
PERANAN
Kebijakan
Pembentukan Terwujudnya
PDB Pengembangan
Sistem
UUD 45 Perkembangan Komoditas
Produksi & Luas Peningatan Kemampuan
AGRIBISBUN
UU yang Utuh,
12/1992 Areal SDM & IPTEK
Penyerapan Penumbuhan Kemitraan Berdaya Saing
UU 9/1995
Tenaga Kerja Usaha KIMBUN Tinggi,
UU
25/1992 Sektor Pengembangan berkeadilan,
Perdagangan Kelembagaan
TAP berkelanjutan,
Pembangunan Investasi Usaha untuk sebesar
XVI/MPR/1
Ekonomi Daerah Perkebunan
998 besarnya
Ketahanan Peningkatan Dukungan
INPRES kemakmuran
Pangan Pembangunan
rakyat
Pelestarian Ketahanan Pangan
Lingkungan Hidup Pengelolaan SDA
&Lingkungan Hidup
Pengembangan Sistem
Informasi Perkebunan
PB
Gambar 2 Bagan Strategi Pembangunan Perkebunan
Sumber : Shobirin, 2003
5
Shobirin.2003.
http://sawitwatch.or.id/index?option=com_content&task=view+55&itemid=27&lang. Kebijakan
Nasional terkait dengan pengembangan komoditi kelapa sawit.
2.1.6 Pengolahan Kelapa Sawit
pabrik kelapa sawit harus ada jaminan adanya pasokan dari kebun sendiri. Pabrik
kelapa sawit standar dengan kapasitas 30 ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam,
mempunyai banyak manfaat. Kegunaan kelapa sawit yaitu dapat diolah menjadi
biofuel dan minyak goreng yang merupakan salah satu bagian dari sembilan bahan
pokok. Melihat potensi pasar dalam negeri dan luar negeri untuk permintaan
kelapa sawit yang besar, sehingga banyak para produsen di dalam negeri yang
besar dengan mengekspor kelapa sawit dalam bentuk segar (TBS) ataupun dalam
bentuk CPO. Para produsen kelapa sawit terdiri dari Badan Usaha Milik Negara
atau BUMN atau PTPN (Perusahaan Terbatas Perkebunan Nasional), BUMS atau
Badan Usaha Milk Swasta (Sinar Mas, Astra) dan juga masyarakat petani kelapa
sawit swadaya.
pabrik-pabrik secara sosial pada daerah setempat adalah penyerapan tenaga kerja
bantuan bencana alam dan pembangunan tempat ibadah juga merupakan bentuk
sosial dari pihak produsen atau perusahaan kelapa sawit kepada masyarakat
setempat.
6
Sahrul Mulia Harahap. 2001. Studi Evaluasi Lingkungan Sosial Menuju Penyelesaian Konflik.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Permintaan kelapa sawit dari dalam negeri dan luar negeri dalam bentuk
buah segar (TBS) dan bentuk CPO menyebabkan perlunya perluasan areal
kelapa sawit seperti di daerah Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan
promosi yang dilakukannya. Secara nasional kelapa sawit merupakan salah satu
devisa. Pada saat ini harga kelapa sawit di pasar internasional sangat tinggi
negeri. Fluktuasi harga kelapa sawit dan CPO di pasar internasional dipengaruhi
oleh harga minyak goreng dari komoditas lain seperti kedelai, zaitun dan
rapeseed7.
sawit harus memproduksi kelapa sawit dengan cara-cara yang lestari yaitu dengan
7
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0304/10/ekonomi/248870.htm Kelapa Sawit Indonesia
Memang tak Sekedar CPO. Diakses 15 januari 2008
2.2 Penelitian Terdahulu
2.2.1 Penelitian Dayasaing
yang diperoleh melalui kombinasi data time series dan cross-section dalam kurun
waktu tahun 1993-2003. Pengolahan data menggunakan tiga metode yaitu metode
pooled, metode fixed effect dan metode random effect. Selanjutnya dari ketiga
metode tersebut dilakukan uji F dan uji Hausman untuk mengetahui metode yang
terbaik dalam mengestimasi model. Dari hasil pengolahan data dan uji kesesuaian
model diketahui bahwa metode yang terbaik dalam estimasi adalah metode fixed
panel dengan metode fixed effect diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia berdasarkan nilai probabilitasnya yang
diperoleh adalah produksi teh hitam dan jumlah konsumsi teh hitam di dalam
negeri.
keuntungan privat yaitu sebesar Rp. 1.471,51/kg (Desa Kracak) dan Rp.
3.621,8/kg (Desa Babakan) dan PCR lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0,71 (Desa
(Desa Kracak) dan Rp. 2.614,06/kg (Desa Babakan) dan DRC kurang dari satu
yaitu sebesar 0,61 (Desa Kracak) dan 0,50 (Desa Babakan). Hasil perhitungan
kompetitif dan memiliki keunggulan diatas normal, baik dalam kondisi adanya
Strategi Pengembangan Bisnis Minyak Kelapa Sawit (CPO) pada PT. Socfindo,
Socfindo adalah produk turunan kelapa sawit yang menghasilkan nilai tambah
yang tinggi, sedangkan ancaman utama bagi PT. Socfindo adalah adanya
pencurian buah sawit. Kekuatan kondisi Internal perusahaan yaitu produk CPO
adalah areal perkebunan yang dimiliki tergolong kecil. Lima Strategi yang dapat
dan memberikan nilai tambah bagi produk hilir kelapa sawit, 2) Menjaga kualitas
produk CPO dan turunnya dan juga nama baik perusahaan, 3) Memperluas
wilayah pemasaran CPO dan turunnya di dalam dan di luar negeri serta
mempertahankan pasar yang ada, 4) Meningkatkan pengawasan terhadap proses
Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Kelapa Sawit di
berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani transmigrasi lokal, dan faktor
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan. Hasil
tenaga kerja yang diserap pada kegiatan transpotasi, pengolahan, dan pemasaran
perkebunan.
2.2.3 Penelitian CPO (Crude Palm Oil)
Minyak Goreng, dan TBS Domestik Serta Pengaruh Tarif Ekspor CPO dan Harga
Auoregression (VAR). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pasar CPO dunia
terintegrasi dengan pasar CPO, minyak goreng, dan TBS domestik. Pasar CPO
dunia berperan sebagai penentu harga, sedangkan pasar domesik berperan sebagai
pengikut harga. Pada pasar domestik, terjadi integrasi pasar antara pasar CPO
dengan pasar TBS domestik. Dimana pasar CPO domestik adalah penentu harga
bagi pasar TBS domestik. Tarif ekspor CPO yang ditetapkan pemerintah ternyata
tidak berpengaruh terhadap integrasi pasar yang terjadi. Dapat dikatakan bahwa
tarif ekspor yang berlaku tidak efektif, karena tarif ekspor yang tinggi dapat
meminimumkan penghasilan produsen dan eksortir CPO, serta petani, harga BBM
kedua pembuatan standar biodiesel yang mendapat pengakuan dari agen tunggal
pemegang merek, ketiga promosi dan sosialisasi kepada masyarakat oleh semua
pihak terkait atau stakeholder, keempat pembuatan energi plantation atau lahan
sawit khusus biodiesel, dan kelima mengadakan kerjasama dengan pihak asing
kemampuan suatu negara untuk memasarkan produk yang dihasilkan negara itu
side) dan dari sisi penawaran (supply side). Dari sisi permintaan, kemampuan
bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis yang dijual haruslah produk
yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau produk yang
negara lain bila negara tersebut berspesialisasi dalam komoditas yang dapat
oleh David Ricado (1823) yang menyatakan bahwa sekalipun suatu negara
komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling
mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditas ini negara tersebut
mempunyai kerugian absolut lebih besar. Dari komoditas inilah negara mengalami
dikemukakan oleh Haberler tahun 1936. Harberler menyatakan bahwa biaya dari
suatu komoditas adalah jumlah komoditas kedua terbaik yang harus dikorbankan
Ohlin (1933), yang pada perbedaan bawaan faktor (produksi) antar negara sebagai
bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak
menyerap faktor produksi relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam
memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Keunggulan
komparatif yang dimiliki dalam perdagangan memiliki sifat yang dinamis bukan
aktivitas atau keuntungan privat yang dihitung berdasarkan harga pasar dan nilai
mengukur keuntungan privat dengan dasar aktivitas ekonomi diukur pada harga
pasar dan nilai tukar resmi yang berlaku. Maka aktivitas ekonomi suatu negara
pemerintah.
dan melihat lebih jauh pada keadaan negara yang mempengaruhi perusahaan-
yang penting seperti keahlian tenaga kerja yang tinggi, teknologi dan sistem
manajemen yang canggih diciptakan melalui investasi oleh orang - orang dan
poin penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, dengan penjelasnya
sebagai berikut ;
a) Sumberdaya Manusia
terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan
keterampilan yang dimilikinya, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah) dan
b) Sumberdaya Fisik/Alam
ketersediaan air, mineral dan energi serta sumber daya pertanian, perkebunan,
peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbarui maupun
yang tidak dapat diperbarui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah
statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi
d) Sumberdaya Modal
jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber modal),
e) Sumberdaya Infrastruktur
dilihat dari ketersediaan, jenis, mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang
2. Kondisi Permintaan
tantangan bagi setiap pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang
memenuhi standar yang tinggi, yang mencakup standar mutu produk, fitur-
persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat
pasar lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini terjadi jika industri dilakukan
Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong
dayasaing industri nasional kerena dapat membawa produk tersebut keluar negeri.
suatu negara juga dapat mendorong dan meningkatkan dayasaing produk negeri
hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama
dengan harga lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat,
pengiriman tepat waktu dan jumah sesuai dengan kebutuhan industri utama,
sehingga industri tersebut juga akan memiliki dayasaing global yang tinggi.
Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan
baku. Apabila industri hilir memiliki dayasaing global maka industri hilir tersebut
Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan
berkompetisi dan terus melakukan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal
dan kuat merupakan faktor penentu sebagai motor penggerak untuk memberikan
perusahaan yang belum memliki dayasaing nasional atau berada dalam industri
struktur industri yang bersaing. Di lain pihak, struktur perusahaan yang berada
yang bersangkutan.
5. Peran Pemerintah
ada. Pemerintah juga seringkali menjadi pembeli utama, misalnya pembelian alat
telekomunikasi atau penerbangan untuk keperluan negara. Bahkan pemerintah
dapat juga menjadi penjual utama atau memegang kekuasaan atas produk-produk
strategi perusahaan melalui regulasi pasar modal, kebijakan pajak dan peundang-
undangan.
6. Peran Kesempatan
arah terhadap keempat faktor utama dari Teori Berlian Porter. Faktor Peluang
seringkali merupakan suatu hal yang besar di luar kekuatan dari industri dan juga
Istilah struktur pasar (market structure) mengacu pada semua aspek yang
jumlah perusahaan di pasar atau jenis produk yang mereka jual (Lipsey,1997).
Struktur pasar umumnya dicirikan atas dasar empat karakteristik yang penting,
yaitu jumlah dan distribusi ukuran dari penjual dan pembeli yang aktif serta para
tentang harga dan mutu produk, serta kondisi masuk dan keluar pasar.
3.1.2.1 Pasar Persaingan Sempurna
struktur pasar yang dicirikan dengan sejumlah besar pembeli dan penjual untuk
sebuah produk yang homogen, di mana setiap transaksi peserta pasar adalah
begitu kecil sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap harga dari produk
tersebut. Para pembeli dan penjual individual adalah para pengambil harga (price
taker). Harga telah ditentukan pasar dan cenderung konstan. Ini berarti bahwa
hanya dapat mencapainya melalui keputusan banyaknya jumlah produk yang akan
dijual, dengan kata lain laba maksimum dapat diwujudkan dalam kondisi
MR=MC. Pada struktur pasar ini informasi permintaan dan penawaran yang bebas
dan lengkap tersedia serta tidak terdapat hambatan masuk dan keluar yang berarti,
panjang.
pasar yang terdiri dari banyak penjual yang menawarkan produk-produk yang
sebuah inovasi dalam produk yang dapat memberikan peningkatan laba ekonomi
yang cukup besar dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, peniruan oleh
para pesaing akan mengikis pangsa pasar dan laba akhirnya menurun ketingkat
normal.
struktur ini berusaha meyakinkan bahwa produk mereka berbeda dan lebih baik
Menurut Lipsey (1997), Oligopoli adalah industri yang terdiri dari dua
juga dampak keputusan yang diambil oleh berbagai produsen dan mereka
Bila tedapat perubahan harga sekecil apapun, maka konsumen beralih pada
produsen lainnya.
Akses yang yang terbatas pada informasi, biaya, dan mutu produk yang
Menurut Pappas dan Hirchey (1995), pasar monopoli adalah suatu pasar
yang dicirikan dengan penjual tunggal dan sebuah produk yang sangat
atau keluar yang besar seringkali merintangi para pendatang potensial. Monopoli
biasa terjadi kerena 3 hal, yaitu monopoli alami, monopoli kerena efisiensi yang
dasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih
efisien dari pada (atau memilki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam
maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-
kerugian absolut. Melalui proses ini sumberdaya di kedua negara dapat digunakan
dalam cara yang paling efesien. Output kedua komoditas yang diproduksi pun
akan meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dari
faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu
sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Singkatnya, sebuah
negara yang relatif kaya atau berkelimpahan tenaga kerja akan mengekspor
komoditas yang relatif padat tenaga keja dan mengimpor komoditas yang relatif
padat modal (yang meupakan faktor produksi langka dan mahal di negara
bersangkutan).
Ohlin dalam Salvatore, 1987) menganggap bahwa negara dicirikan oleh faktor
bawaan yang berbeda, sedangkan fungsi produksi di semua negara adalah sama.
produksi yang sama dan faktor bawaan yang berbeda antar negara, suatu negara
Volume ekspor suatu komoditas tertentu dari suatu negara ke negara lain
penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain
pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri dan komoditas subtitusinya dipasar
internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung
merupakan suatu konsep yang memiliki beberapa definisi. Definisi yang pertama
antara pembeli dan penjual. Definisi yang kedua dari sudut pandang rumah
produk. Definisi yang ketiga dari sudut pandang perusahaan, pasar adalah pembeli
yang dikemukakan oleh WJ. Stanton dalam Swatha (1998) adalah orang-orang
yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sektor dari sekian banyak
adalah kelapa sawit selain keret, teh, kopi dan lain sebagainya. Hal ini terlihat dari
kelapa sawit untuk kebutuhan minyak goreng dan sebagai bahan bakar (biofuel).
Industri CPO Indonesia bukan hanya memasok kebutuhan di dalam negeri saja,
melainkan negara lain seperti India, China, Belanda, dan Negara Uni Eropa.
kondusif, kelima berkembangnya areal swadaya tanpa pabrik kelapa sawit, dan
kuantitas kelapa sawit agar mampu bersaing dengan pesaing utama yaitu
bagi negara Indonesia untuk meningkatkan devisa dari ekspor kelapa sawit. Selain
itu tuntutan permintaan CPO dari negara-negara Eropa atau importir yang besar
perkebunan.
pasar dalam perdagangan CPO serta menganalisis posisi dayasaing CPO di pasar
Internasional. Oleh karena itu, tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan
untuk mengetahui struktur pasar dan pangsa pasar yang dimiliki oleh CPO di
lain yaitu Revealed Comparative Index (RCA). Nilai RCA digunakan untuk
(Analisis SWOT)
PAU IPB Lantai 2 yang merupakan pusat organisasi Masyarakat Kelapa Sawit
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
Departemen Pertanian antara lain: luas lahan, produksi, produktifitas kelapa sawit,
dan ekspor CPO, gambaran umum kelapa sawit, selain itu sumber data yang
dan internet. Data primer digunakan untuk melihat gambaran umum keadaan
perkelapa sawitan Negara Indonesia saat ini. Data primer merupakan hasil
Indonesia (DMSI).
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Herfindahl Index merupakan suatu alat untuk mengukur besar kecilnya (ukuran)
diantara mereka. Herfindahl Index dan rasio konsentrasi sering digunakan untuk
penguasaan pangsa pasar oleh suatu perusahaan dalam suatu industri. Indeks
Keterangan :
Pangsa pasar CPO suatu negara dihitung dengan membandingkan ekspor CPO
tersebut dengan total ekspor dunia. Formula yang sama kemudian digunakan
untuk mengukur struktur pasar dan pangsa pasar suatu negara dalam perdagangan
Keterangan :
HI : Herifindahl Index
Si : Pangsa pasar Negara ke i dalam perdagangan CPO dunia
n : Jumlah Negara yang terlibat dalam perdagangan CPO
nilai penjualan atau produksi suatu industri. Apabila penguasaan pasar oleh
sepuluh produsen atau kurang dalam suatu industri merupakan batas minimum
derajat penguasaan pasar dari tahun ketahun. Sejalan dengan peningkatan derajat
penguasaan pasar tersebut, beberapa sub sektor industri beralih kearah persaingan
oligopolistik. Nilai Herifindahl Index ini berkisar antara 0 hingga 1 (atau 10.000
yang merupakan kuadrat dari 100 persen). Jika nilai Herifindahl Index mendekati
konsentrasinya, yaitu :
berikut:
Keterangan
Sij : Pangsa pasar negara ke i penghasil CPO
CRni : Menunjukan n-rasio konsentrasi pada pasar internasional
Nilai CR yang banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 menunjukan
persentase output pasar yang dihasilkan oleh keempat atau kedalapan produsen
terbesar dalam industri. Semakin besar nilai rasio konsentrasi menunjukan bahwa
konsentrasi pasar yang rendah, persaingan yang lebih ketat dikarenakan tidak ada
produsen terbesar ini maka secara tidak langsung dapat diketahui konsentrasi dan
Tingkat konsentrasi pasar yang dapat dirumuskan dari dua alat yaitu
1 Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara
pasar untuk tingkat konsentrasi tinggi adalah monopoli atau oligopoli ketat.
2 Konsentrasi pasar yang sedang dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar
1.800. struktur pasar yang mungkin untuk tingkat konsentrasi sedang adalah
3 Konsentrasi pasar yang rendah dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar 0
1.800. Struktur pasar dengan tingkat konsentrasi rendah adalah struktur pasar
pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dengan pangsa pasar sektor
tertentu di pasar dunia. Keuntungan dari menggunakan RCA Index adalah bahwa
lainnya di pasar internasional. Selain itu indeks ini bermanfaat untuk mengukur
dayasaing industri suatu negara, apakah industri cukup tangguh bersaing di pasar
indeks ini.
Keterangan
RCAi : Revealed Comparative Advantage untuk komditi i
Xij : Nilai Ekspor komoditas i dari negara j
Xj : Total ekspor negara j
Xiw : Ekspor komoditas i seluruh dunia
Xw : Total ekspor dunia
Apabila hasil yang didapat yaitu nilai RCA lebih besar dari satu, maka
terkait dan mempunyai dayasaing kuat. Apabila nilai RCA kurang dari satu, maka
kondisi dari setiap atribut yang ada, seperti kondisi permintaan domestik, kondisi
faktor sumberdaya, industri pendukung dan terkait dan persaingan, struktur dan
strategi industri CPO nasional. Selain hal tersebut, terdapat juga dua atribut
tambahan yaitu peran pemerintah dan peran dari kesempatan yang mempunyai
1) Menentukan siapa saja yang ada didalam industri. Hal ini dilakukan dengan
membuat daftar kasar yang memuat para peserta industri secara langsung.
2) Menelaah industri. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya hasil telaah
industri yang relatif cukup lengkap atau sejumlah artikel yang cakupannya
luas.
peluang dan ancaman yang dihadapi suatu industri serta analisis terhadap fakor
kunci yang dijadikan sebagai bahan acuan dalam menetapkan strategi dan
kelemahan industri serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang
Peluang adalah situasi yang diinginkan atau disukai dalam perusahaan atau
suatu industri atau perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
strategi S-O.
faktor eksternal ini diharapkan dapat memuat berbagai faktor luar yang dianggap
sebagai peluang maupun ancaman bagi perusahaan dengan alasan yang kuat.
Lingkungan eksernal perusahaan terdiri dari berbagai faktor yang pada dasarnya
di luar dan terlepas dari perusahaan. Berbagai faktor utama yang diperhatikan
dalam lingkungan eksternal jauh perusahaan ialah faktor politik, ekonomi, sosial,
dan teknologi, yang sering disebut dengan PEST. Lingkungan jauh ini menjadi
hambatan dan ancaman untuk maju. Penjelasan dari tiap faktor dipaparkan berikut
ini.
1. Faktor Politik
2. Faktor Ekonomi
3. Faktor Sosial
meliputi banyak aspek yaitu sikap, gaya hidup, adat istiadat dan
dan etnis. Contoh dari pengaruh kekuatan sosial ialah jika sikap sosial
4. Faktor Teknologi
atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. Agar perusahaan
Faktor Internal
menumpuk modal jangka panjang dan jangka pendek, beban yang harus
4. Sumberdaya Manusia
terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumber daya lahan, tenaga
kerja, teknologi dan para ahli. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak
sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang
menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek
komoditas minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia sebagai bahan
bakar alternatif (biofuel) pengganti bahan bakar minyak bumi telah mendorong
sawit. Perkembangan perkebunan kelapa sawit Indonesia dari tahun 1967 sampai
dengan 2007 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1967 luas areal
perkebunan kelapa sawit hanya sebesar 105.808 hektar dengan produksi Crude
Palm Oil (CPO) sebesar 197.669 ton dan mengalami peningkatan luasan areal
signifikan memasuki tahun 1990 dengan luasan sebesar 1,12 juta hektar dan
mampu menghasilkan CPO sebesar 2,41 juta ton. Pada tahun 2007 produksi CPO
Indonesia telah mencapai 17,37 juta ton dengan luasan areal perkebunan sebesar
6,61 juta hektar. Untuk saat ini kelapa sawit merupakan salah satu komoditas
negara dan pendapatan masyarakat petani kelapa sawit serta mampu mengurangi
domestik dan internasional terhadap kelapa sawit baik sebagai bahan baku dari
bahan pangan, minyak goreng dan sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Pada
tahun 1994 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar 1,80 juta
hektar, pada tahun 2007 luasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia
lahan terluas dimiliki oleh perkebunan rakyat mencapai 3,56 juta hektar. Luasan
kelapa sawit khususnya turunannya seperti Fatti Acid, Glyserin, Steame Acid dan
Fatti Alkohol.
didominasi oleh pihak swasta dikarenakan modal investasi yang dimilikinya besar
milik investor dari Malaysia) 8. Pada saat ini bukan hanya perusahaan swasta
akan tetapi pihak swasta asing juga berminat untuk menginvestasikan dana yang
8
http://sawitwatch.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=26%E2%8C
%A9=en.Realitas Kebijakan dan Perizinan Usaha Perkebunan Pembelajaran dari sektor
Perkebunan Skala Besar. Diakses tanggal 15 Maret 2008.
dimilikinya. Potensi kelapa sawit sebagai penghasil minyak nabati dengan harga
Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh rakyat pada tahun 2009
perkebunan rakyat menjadi sebesar 3,30 juta hektar. Kerjasama antara pihak
Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun
areal penanaman (Tabel 6). Produksi minyak sawit Indonesia hingga tahun 2007
sebesar 17,37 juta ton dengan kontribusi terbesar oleh perkebunan milik swasta
paling rendah dengan luasan areal 687.847 hektar pada tahun 2007. Perkebunan
perkebunan lainnya seperti teh dan karet. Investasi yang besar untuk
kondisi alam (jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat) juga menyebabkan
Produktivitas CPO jika dilihat dari tahun 1999 sampai dengan 2007
hektar dan perkebunan swasta sebesar 1,95 ton perhektar. Dengan demikian rata-
rata produktivitas kelapa sawit Indonesia adalah sebesar 2,04 ton perhektar.
tertinggi, hal ini dikarenakan jenis tanaman yang diusahakan merupakan klon-
klon selain itu penguasaan budidaya juga baik. Kondisi yang berbeda ditemukan
kelapa sawit belum dilakukan dengan bibit yang berkualitas, selain itu
provinsi. Provinsi yang tidak mengusahakan kelapa sawit antara lain adalah DKI
Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara. Areal perkebunan kelapa sawit
terbesar terletak di Riau dengan luasan sebesar 1,54 juta hektar, dengan
kepemilikan lahan terluas dimiliki oleh perkebunan rakyat seluas 749.379 hektar
dan mampu memproduksi 4,68 juta ton tandan buah segar pada tahun 2007. Selain
kedua dengan luasan areal penanaman sebesar 970.603 hektar, dan mampu
memproduksi 3,20 juta ton kelapa sawit. Perluasan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia akan direncanakan dilakukan pada beberapa daerah antara lain provinsi
setiap tahunnya baik dari sisi luasan, produksi dan penyerapan tenaga kerja.
Sampai tahun 2006 perkebunan kelapa sawit Indonesia mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak lebih dari tiga juta tenaga kerja, dan ini belum termasuk dalam sub
perkebunan kelapa sawit diusahakan oleh perkebunan swasta. Tenaga kerja yang
pertumbuhan sebesar 15,4 persen, di perkebunan rakyat tenaga kerja yang bekerja
perkebunan negara hingga tahun 2006 hanya mampu menyerap jumlah tenaga
kerja 349.000 dengan tingkat pertumbuhan sebesar lima persen. Hingga tahun
2006 besarnya tenaga kerja yang mampu diserap dari sub sektor perkebunan sawit
adalah 3.038.000 tenaga kerja dengan pertumbuhan sebesar 12,6 persen pertahun.
luas areal kelapa sawit, baik yang terpadu dengan kebun sendiri atau pola PIR
(Perkebunan Inti Rakyat) maupun pabrik kelapa sawit yang mempunyai kebun
sendiri dengan bahan baku dari petani swadaya. Penyebaran pabrik kelapa sawit
pada tahun 2006 pada Lampiran 1 terlihat bahwasnya jumlah PKS (Pabrik Kelapa
Sawit) sebanyak 420 unit dengan kapasitas 18.268 Ton TBS/Jam atau setara
dapat diolah dengan baik. Akan tetapi terlihat bahwa ada beberapa provinsi yang
yang ada didaerah tersebut tidak dapat diolah sendiri melainkan diolah pada
daerah lain yang mempunyai pabrik pengolahan yang terdekat dengan daerahnya.
daerah - daerah perkebunan kelapa sawit. Letak pabrik pengolahan terbanyak pada
daerah Sumatera yaitu terdapat 349 pabrik dengan produksi sebesar 14,09 juta ton
CPO untuk tahun 2006. Provinsi Riau merupakan daerah yang mempunyai pabrik
luasan sebesar 1,54 juta hektar sehingga diperlukan pabrik yang mampu mengolah
seluruh buah sawit. Pembangunan pabrik di daerah lain yang belum mempunyai
pabrik pengolahan kelapa sawit sangat penting karena selain dapat mengurangi
tingkat internasional. Hal ini dikarenakan CPO merupakan komoditas ekspor dan
hampir sebagian besar CPO Indonesia dijual keluar negeri sehingga harga jual
maupun harga beli mengikuti harga yang terbentuk dalam pasar CPO
internasional. Harga CPO dan harga TBS berbeda jauh karena adanya perbedaan
nilai tambah pada komoditi tersebut. Harga TBS milik petani biasanya dihargai
sesuai dengan ketentuan dari perusahaan atau koperasi pengumpul kelapa sawit.
Tabel 8 Harga Tandan Buah Segar dan CPO di Indonesia Tahun 2000-2006
Harga TBS Produsen Harga CPO dalam Negeri
Tahun
(Rp/Ton) (Rp/Ton)
2000 349.879 3.217.151
2001 295.333 3.242.251
2002 385.875 4.212.691
2003 488.417 4.267.931
2004 573.127 4.584.302
2005 499.201 4.825.611
2006 551.186 4.701.113
Sumber : Departemen pertanian, 2007
buah sawit yang masih rendah ini diakibatkan karena belum adanya nilai tambah
dari pengelolaan lebih lanjut pada sawit tersebut. Rata-rata harga kelapa sawit
segar hanya berkisar Rp 300/kg sampai Rp 500/kg TBS (Tandan Buah Sawit).
Selain masih belum diberikan nilai tambah pada sawit milik produsen juga
para Industri pengolahan lanjutan, khususnya produsen petani kelapa sawit. Para
pabrik pengolahan kelapa sawit untuk diubah menjadi minyak sawit sehingga para
pemilik pabrik secara sepihak menentukan harga. Perkembangan harga Tandan
dampak dari harga CPO di pasar internasional yang juga mengalami peningkatan.
Para produsen CPO yang mempunyai perkebunan kelapa sawit serta pabrik
yang diperoleh dengan mahalnya harga CPO yang diakibatkan mahalnya harga
BBM, sehingga para negara importir membutuhkan CPO untuk bahan bakar
serta asosiasi-asosiasi terkait. HPE untuk CPO itu dihitung dengan cermat dengan
Rotterdam yang selama ini menjadi harga referensi dunia, termasuk dalam
sehingga permintaan semakin meningkat. CPO tidak hanya cocok untuk industri
makanan seperti minyak goreng, margarine dan lain sebagainya tetapi juga untuk
industri oleokimia seperti sabun, gliserin, asam laurat, asam palmitat, asam lemak
lain, fatty alkohol. Minyak kelapa sawit atau CPO mengandung karoten sebagai
Nasional untuk kriteria ekspor minyak kelapa sawit, negara konsumen terutama
negara di kawasan Eropa juga menerapkan standar untuk produk minyak kelapa
sawit dari produsen. Negara di Eropa meminta agar selain mutu kelapa sawit yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga harus mempunyai sertifikat dari RSPO
(Roundtable for Sustainable Palm Oil). RSPO merupakan kriteria cara
Nasional untuk kriteria ekspor minyak kelapa sawit, negara konsumen terutama
negara Eropa juga menerapkan standar untuk produk minyak kelapa sawit dari
produsen. Negara di Eropa meminta agar selain mutu kelapa sawit yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku juga harus mempunyai sertifikat dari RSPO
Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku, 3). Komitmen terhadap kelayakan
ekonomi dan keuangan jangka panjang, 4). Penggunaan praktik terbaik dan tepat
oleh pekebun dan pabrik, 5). Tanggung jawab lingkungan dan konservasi
kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, 6). Tanggung jawab kepada pekerja,
individu dan komunitas dari kebun dan pabrik, 7). Pengembangan kebun baru
secara bertanggung jawab, 8). Komitmen terhadap perbaikan terus menerus pada
Saat ini, ekspor kelapa sawit mampu mendatangkan devisa lebih dari
US$ 4 miliar pertahun. Namun demikian, sekitar 90 persen volume ekspor pada
tahun 1997-2006 masih dalam bentuk primer (CPO) sedangkan volume ekspor
berbentuk derivatif (stearic acid, oleic acid, fatty alcohols) hanya sekitar 10
persen. Selain itu, pasokan bahan baku masih jauh di bawah kapasitas terpasang
industri hilir dan pasokannya sering terganggu fluktuasi harga CPO di luar negeri.
negara di seluruh dunia. Besarnya volume ekspor minyak kelapa sawit ke negara-
Perkebunan bahwasanya negara tujuan ekspor CPO adalah China, Eropa, India,
ekspor CPO dari Indonesia. Pada tahun 2006, negara China merupakan negara
potensi terbesar ekspor yaitu sebesar 5,50 juta ton. Terjadinya penurunan ekspor
ke negara India sejak tahun 2004 sampai tahun 2006 dikarenakan besarnya pajak
ekspor yang ditetapkan oleh negara india sehingga banyak eksportir yang
pasokan industri dalam negeri dalam bentuk minyak kelapa sawit (CPO) dan
Malaysia juga merupakan negara pengekspor minyak kelapa sawit dari negara
Indonesia.
Crude Palm Oil tidak tersedia. Tidak tersedianya CPO di dalam negeri karena
berjalan sesuai direncanakan karena ada faktor eksternal diluar kendali pemerintah
yakni harga CPO di pasar internasional. Kebijakan larangan ekspor CPO bukanlah
ke luar negeri.
Tabel 11 Volume dan Nilai Impor Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1990-2006
Impor
Kebutuhan akan minyak nabati yang berasal dari kelapa sawit atau CPO
diproduksi oleh beberapa negara, dengan produsen terbesar yaitu negara Indonesia
dan Malaysia. Negara Indonesia menjadi negara produsen terbesar pada tahun
2006 dengan 16.08 juta ton CPO sedangkan Malaysia posisinya tergeser menjadi
urutan kedua dengan jumlah produksi sebesar 15.88 juta ton CPO. Dengan
pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 12,64 persen membuat negara
Indonesia. Kebutuhan dunia akan minyak nabati dan peningkatan harga CPO dan
turunnya yang semakin mahal menyebabkan banyaknya pekebun yang berusaha
Ekspor CPO sebagai bahan baku industri pangan, oleokimia dan biodiesel
menyebabkan permintaan pasar dunia akan bahan baku nabati khususnya sawit
Indonesia. Dari sisi produksi negara Indonesia memang lebih unggul akan tetapi
dari sisi ekspor negara Indonesia masih terhalang oleh adanya peraturan dan
standar serta isu-isu negatif terhadap CPO Indonesia. Negara Colombia dan
Nigeria tidak melakukan ekspor karena CPO yang dihasilkan digunakan untuk
dalam maupun dari luar negara Indonesia sehingga saat ini membuat hasil CPO
Indonesia masih dibawah Malaysia, perlu pembenahan mulai dari sisi produksi
CPO, para produsen juga lebih meningkatkan produksi turunan dari komoditi
kelapa sawit.
negara produsen lainnya lebih besar yaitu sebesar 16,51 persen. Pertumbuhan
ekspor ini akibat dari penambahan dari luasan perkebunan kelapa sawit sehingga
Tabel 13 Ekspor CPO Dunia Menurut Negara Eksportir Utama Tahun 1993-
2006
Tahun Negara Eksportir CPO (000 Ton)
Malaysia Indonesia Costarica Thailand Papua.N Lainnya Dunia
1993 6.265 1.720 170 0 243 1.048 9.446
1994 8.895 2.173 148 18 225 571 10.888
1995 8.641 1.790 120 16 230 512 10.285
1996 7.230 1.851 99 0 267 1.288 10.735
1997 7.747 2.988 73 38 275 1.253 12.374
1998 7.748 2.002 102 32 212 1.321 11.417
1999 9.235 3.319 102 65 253 1.198 14.172
2000 9.171 4.140 96 87 294 1.272 15.063
2001 10.733 4.980 73 180 328 2.007 17.793
2002 10.886 6.490 80 100 324 1.558 19.438
2003 12.216 7.370 106 162 327 1.729 21.910
2004 12.582 8.996 123 166 339 1.995 24.201
2005 13.439 10.436 147 116 295 2.112 26.545
2006 14.423 12.540 147 116 362 2.412 30.000
Pert % 6,62 16,51 -1,11 15,41 3,11 6,62 9,30
Sumber :Oil World, 2007
5.7.2 Harga CPO Dunia
Harga minyak kelapa sawit (CPO) dunia seringkali tidak stabil atau
berfluktuasi. Harga minyak goreng akan bergerak naik sampai pada puncak,
kemudian akan turun kembali. Setiap siklus 10 tahunan, harga akan mengalami
puncak yang diikuti dengan penurunan. Hal ini terlihat dari siklus tahun
1974,1984 dan 1994. Fenomena ini terjadi karena penggunaan minyak sawit dapat
digantikan oleh minyak nabati lain; minyak kedelai, minyak biji matahari dan biji
lobak. Pada saat harga minyak sawit rendah, perusahaan makanan akan
menggunakan minyak sawit, sehingga harga minyak sawit akan naik. Pada saat
Pada siklus tahun 1994, harga puncak terjadi pada tahun 1998, karena
pada tahun tersebut terdapat bencana El Nino diikuti dengan La Nina yang
menyebabkan produksi turun. Setelah harga puncak tahun 1998 turun hingga titik
terendah pada tahun 2001. Sesuai dengan siklus 10 tahunan harga minyak sawit
dunia mencapai titik terendah pada tahun 2001, namun kemudian mengalami
Kenaikan harga CPO pada kuwartal IV tahun 2006 mencapai US$ 530
per ton, dan mencapai puncak pada kuwartal II tahun 2007 yaitu sebesar US$ 755
per ton. Pada bulan November hingga Desember terjadi penurunan harga minyak
sawit yang diakibatkan terjadinya panen raya kedelai di Amerika Selatan seperti
Brasil dan Argentina yang mempengauhi turunnya harga minyak nabati di pasaran
seharusnya menurun, tetapi karena adanya masukan dari beberapa faktor maka
permintaan minyak nabati dunia khusunya kelapa sawit turut terpengaruh. Faktor
baru yang sangat berperan saat ini adalah tingginya permintaan biofuel yang
berasal dan faktor asam lemak trans. Permintaan biofuel yang tinggi disebabkan
kebutuhan bahan bakar minyak dari minyak bumi ke biofuel yang berasal dari
harga minyak hayati. Minyak sawit banyak diminati sebagai biofuel karena
permintaan minyak sawit. Mulai tahun 2006, Amerika melalui Food and Drug
(trans fatty acid) pada pelabelan bahan makanan. Peraturan ini akan
dunia untuk 2006 dan untuk beberapa tahun kedepan. Peningkatan harga tersebut
mencapai laju rata-rata 8,07 persen dengan pertumbuhan produksi sebesar 7,98
persen. Hal tersebut menyebabkan harga minyak sawit dunia akan meningkat pada
tahun berikutnya.
lainnya lebih tinggi dengan tingkat pertumbuhan produksi sebesar 7,98 persen,
Tabel 16 Produksi Minyak Nabati dan Lemak Dunia Tahun 1993 2006
Tahun Produksi (000)
permintaan akan biofuel, juga karena peningkatan trend penggunaan minyak sawit
untuk menggantikan minyak kedelai. Hal ini disebabkan adanya penemuan para
ahli kesehatan, yang menyatakan bahwa minyak sawit mempunyai kelebihan dari
bunga matahari). Kelapa sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tunggal
(MUFA) yang tinggi, yang dapat menurunkan kolesterol dalam darah, selain itu
bebas dari asam lemak trans. Dengan beberapa keunggulan tersebut maka terjadi
peningkatan konsumsi minyak sawit yang pesat terutama di Eropa, minyak sawit
juga mulai digunakan sebagai bahan baku biodiesel selain minyak biji lobak,
Tabel 17 Konsumsi Minyak Nabati dan Lemak Dunia Tahun 1993 2006
Tahun Konsumsi (000 Ton)
M.Sawit M.Kedelai M.Repesed M.Bunga M.Kelapa Lainnya Dunia
Matahari
1993 13.200 17.760 9.645 7.730 2.930 34.857 86.122
1994 14.370 18.470 10.125 7.640 3.020 35.466 89.091
1995 14.840 19.447 10.650 8.461 3.247 35.943 92.588
1996 16.070 20.398 10.605 8.658 2.960 36.903 96.599
1997 17.830 21.446 11.666 9.371 3.092 37.409 100.817
1998 17.660 23.602 12.286 8.565 3.167 37.813 103.095
1999 19.830 24.480 13.209 9.176 2.707 39.280 108.689
2000 21.770 25.135 14.471 9.404 2.962 39.689 113.432
2001 23.860 27.508 13.952 8.765 3.467 40.444 118.005
2002 25.590 29.964 13.489 7.721 3.291 41.472 121.532
2003 28.200 31.246 12.716 8.921 3.322 41.287 125.693
2004 30.050 31.163 14.829 9.583 3.054 42.421 131.100
2005 33.150 32.879 15.914 9.546 3.047 43.666 138.208
2006 36.190 34.670 18.196 10.946 3.047 43.666 146.717
Pert 8,07 5,28 5,00 2,71 0,30 1,75 4,18
%
Sumber : Oil World, 2007
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
sawit berusaha untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas minyak sawit mentah
tingginya tingkat persaingan, selain itu adanya negara saingan juga menyebabkan
pangsa pasar masing-masing negara yang menjadi produsen minyak sawit. Pangsa
minyak sawit negara Indonesia dengan total ekspor minyak sawit dunia. Dari hasil
analisis diperoleh nilai rata-rata Herifindahl Index dari tahun 1993 sampai 2006
sebesar 0,5 (Tabel 18). Nilai Herifindhal Index yang mendekati nilai satu
dipasar internasional saat ini didominasi oleh beberapa negara seperti Malaysia
dan Indonesia.
Tabel 18 Hasil Analisis Herifindahl Index Negara Negara Produsen CPO di
Pasar Internasional Pada Tahun 1996-2006
industri minyak sawit atau CPO merupakan pasar yang cenderung oligopoli ketat,
kontribusi terhadap minyak sawit dunia adalah Negara Malaysia dan Indonesia.
Besarnya persentase ekspor CPO negara Malaysia adalah sebesar 51 persen dan
Indonesia 44 persen dari total seluruh CPO dunia sedangkan untuk Costarica dan
Papua N sebesar 0.5 persen dan 1,29 persen dari total ekspor dunia pada tahun
2006.
Penguasaan pangsa pasar Negara Malaysia dan Indonesia(CR2) dari
tahun 1993 sampai dengan tahun 2006 dengan nilai konsentrasi CPO di atas 80
Untuk rata-rata penguasaan pasar Negara Malaysia dan Indonesia pada tahun
1993 sampai dengan 2006 yaitu sebesar 91 persen. Besarnya nilai penguasaan
pasar ini menunjukan struktur pasar yang oligopoli ketat antara negara-negara
pengekspor CPO.
bahwa nilai RCA tahun 2006 Indonesia sebagai salah satu produsen CPO terbesar
Negara Malaysia dan Papua Nugini mempunyai nilai RCA secara rata-
besar dari Indonesia. Negara Indonesia mempunyai rata-rata nilai RCA sebesar 29
sedangkan untuk Negara Malaysia bernilai 42 dan Papua Nugini sebesar 68.
Besarnya nilai RCA Negara Malaysia dan Papua Nugini di bandingkan dengan
nilai RCA Indonesia merupakan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh kedua
negara karena mampu menghasilkan CPO yang mempunyai kontribusi terhadap
lainnya adalah Papua Nugini. Negara Papua Nugini pada tahun 2002 mempunyai
nilai RCA yang paling tinggi sepanjang tahun 1993-2006 yaitu sebesar 645,
sedangkan Negara Indonesia mempunyai nilai RCA terbesar pada tahun 2004 dan
2005 yaitu sebesar 46. Untuk Negara Malaysia mempunyai nilai RCA terbesar
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non
LS. Ketinggian penanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0 500 meter
diatas permukaan laut, dengan curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu
sekitar 80 90 persen. Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH tanah yang optimum adalah
5,0 5,5. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur, datar,
berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas.
Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150.
kelapa sawit sebagai penghasil CPO dapat dilakukan pada banyak daerah. Pada
provinsi lagi belum mengusahakan komoditi kelapa sawit ini. Direncanakan pada
kelapa sawit guna meningkatkan ekspor CPO keluar negeri. Daerah yang akan
Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Banten, Bali,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Papua, dan Irian Jaya
Barat.
(2) Luas Lahan
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Pada tahun 1919 Indonesia mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton
dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa
pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser
dominasi ekspor negara Afrika saat itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,
mengalami penyusutan sebesar 16 persen dari total luas lahan yang ada sehingga
produksi minyak sawit di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun
1948/1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak
sawit.
mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980,
luas lahan mencapai 294.560 hektar dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton.
Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama
sawit. Daerah Sumatera merupakan luasan areal yang terbesar penanaman kelapa
sawit dengan luas areal sebesar 4,81 juta hektar. Selain daerah Sumatera, daerah
perkebunan kelapa sawit 1,56 juta hektar. Seiring dengan kebutuhan konsumsi
domestik dan dunia akan kebutuhan minyak nabati sebagai bahan baku biofuel,
bahan pangan dan Industri oleokimia menyebabkan permintaan dunia akan CPO
juga akan meningkat seiring dengan terbatasnya produksi dan mahalnya BBM di
dunia. Dengan luas areal yang masih bisa dioptimalkan untuk perkebunan kelapa
sawit maka pada tahun 2008 diprediksi luasan perkebunan menjadi 6,61 juta
hektar dan pada tahun 2009 diramalkan menjadi 7,12 juta hektar. Sedangkan
untuk luasan perkebunan secara nasional yang masih dapat dikembangkan adalah
konversi dari lahan hutan. Lahan perkebunan kelapa sawit di daerah-daerah yang
terpencar dan jauh dari pabrik menyebabkan pentingnya sarana dan prasarana
perkebunan untuk satu perusahaan atau grup perusahaan yang ditetapkan bahwa
luas maksimum lahan usaha perkebunan adalah 20.000 ha dalam satu Provinsi
atau 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia. Tujuan dari pemerintah menetapkan
investasi asing yang masuk ke Indonesia. Sehingga bukan hanya daerah tertentu
dalam mengolah lahan kelapa sawit, seperti pupuk, bibit unggul, sarana dan
1. Pupuk
meningkatkan produksi kelapa sawit. Dengan pemberian pupuk yang sesuai dosis
dan waktu yang tepat diharapkan akan menghasilkan produksi CPO yang besar.
Perkebunan kelapa sawit membutuhkan pupuk yang digunakan antara lain adalah
NPK, urea, SP 36, KCL. Pemberian pupuk pertama sebaiknya dilakukan pada
awal musim hujan (September Oktober) dan pemupukan kedua dilakukan pada
Petani kelapa sawit saat ini mengalami kesulitan untuk membeli pupuk
selain harganya melambung tinggi sebagai akibat dari pengaruh BBM juga karena
adanya kelangkaan pupuk di pasar akibat tataniaga pupuk yang menyebar tidak
merata. Kesulitan pupuk ini sebenarnya dapat diatasi dengan tataniaga yang
efesien dan efektif serta pemberian subsidi yang tepat sasaran. Seperti diketahui
bahwa ketentuan yang mengatur Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2007 telah dituangkan
Alokasi pupuk bersubsidi untuk perkebunan rakyat dalam Permentan untuk pupuk
urea adalah 948.745 ton (29,73 persen), pupuk SP-36 adalah 240.925 ton (48,13
persen), ZA adalah 278.993 ton (67 persen) dan NPK adalah 191.605 ton (37,69
semua komoditas tanaman perkebunan pada seluruh perkebunan rakyat, dan oleh
karena itu pupuk subsidi diprioritaskan bagi para pekebun peserta kegiatan
mulai dikurangi untuk kemudian digantikan oleh pupuk organik, pupuk hayati,
dan pestisida nabati. Pupuk organik dapat berupa kompos (alam atau buatan),
bahan bakunya terdiri dari limbah padat berupa tandan kosong sawit dan limbah
cair dari pabrik kelapa sawit di Sei Daun Kabupaten Labuhan Batu. Melalui
teknologi khusus yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS),
zero waste, di mana semua limbah yang ada di PKS Sei Daun akan terolah semua
dan tidak ada lagi limbah yang dibuang ke lingkungan. PKS Sei Daun memiliki
kapasitas olah 60 ton TBS/jam setiap harinya. Limbah TKS (Tandan Kosong
Sawit) yang dihasilkan per hari mencapai 230 ton yang biasanya digunakan
sebagai mulsa untuk tanaman kelapa sawit, sedangkan limbah cair sekitar 650
m3/hari. Pabrik Kompos Sei Daun (Sumatera Utara) dirancang untuk mengolah
kompos dengan kapasitas 100 ton/hari, dengan perincian jika PKS Sei Daun dapat
Sedangkan kandungan nutrisi kompos dari tandan kosong sawit ini antara
C/N 15,03% dan kadar air 45-50%. Kompos kelapa sawit tergolong pupuk
menghemat pemakaian pupuk mineral. Saat ini Pabrik Kompos Sei Daun sedang
yang merupakan salah satu kesepakatan dari Protocol Kyoto yang mengharuskan
setiap negara-negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya pada level
5% di bawah level emisi pada tahun 1990. untuk pengurangan emisi tersebut,
negara maju bisa memperoleh emisi tersebut melalui CER (Certified Emission
kompos Sei Daun beroperasi penuh, maka emisi yang dapat dicegah sekitar
60.000 ton CO2 ekivalen setiap tahunnya. Ketersediaan pupuk Indonesia untuk
1. UREA
Pusri, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Kaltim dan
PT. Pupuk Iskandar Muda). Produksi pupuk Urea dalam negeri yang
akan di impor (kekurangan pupuk pospat dapat di impor pupuk TSp atau
3. Pupuk KCl
2. Bibit
produksi yang berkualitas sesuai dengan tuntutan konsumen. Pada saat ini
pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara generatif dan kultur jaringan
untuk memperbanyak benih kelapa sawit. Para produsen bibit sawit resmi di
Indonesia antara lain Pusat Penelitain Kelapa Sawit (PPKS) di Medan, PT.
London Sumatera (PT. Lonsum), PT. Socfindo, PT. Tunggal Yunus Estate (PT.
TYE), PT Dami Mas Sejahtera (PT. DMS), PT Bina Sawit Makmur (PT. BSM),
dan PT Tania Selatan (PT. TS). Surat keterangan mutu benih yang dikeluarkan
oleh Balai Pengawasan Pembibitan Mutu Benih (BP2MB). Pada saat ini bahan
tanaman yang dianjurkan adalah persilangan Dura Deli x Pisifera (DxP) dan Dura
Dumpy x Pisifera (DyxP). Bahan tanaman kelapa sawit di sediakan dalam bentuk
perusahaan penyedia bibit, akan tetapi bibit dari Negara Malaysia juga masuk
kedalam negeri. Besarnya impor bibit kelapa sawit dari Negara Malaysia akibat
dari permintaan pasar dalam negeri yang besar karena kualitas dan produktivitas
yang tinggi. Bibit yang masuk ke Indonesia dari Negara Malaysia tidak semuanya
sehingga menyebabkan penanaman kelapa sawit dengan bibit yang tidak baik
sesuai dengan permintaan konsumen diperlukan biaya yang tidak kecil. Untuk
sarana dan prasarana antara perkebunan swasta, perkebunan negara serta milik
yang dilakukan oleh perkebunan swasta dan negara hal inilah yang membedakan
Adapun sarana dan prasarana produksi kelapa sawit antara lain yaitu ;
guna membuka lahan perkebunan baru dan tidak jarang pembukaan lahan
b. Alat Penanaman
60x40 cm atau sepanjang leher batang sawit yang akan ditanam. Bantuan
cangkul untuk membuat lubang sangat membantu, selain itu penggunaan
patok dimaksudkan untuk mengatur jarak antar pohon agar sesuai dengan
c. Alat Pemeliharaan
d. Alat Panen
Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak.
Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60 persen buah telah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan
yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri lain adalah apabila sebagian buah
kg.
e. Alat Transpotasi
kendala iklim. Selain itu truk untuk pengangkutan kelapa sawit sangat
bersih dan steril dan terbuat dari bahan tidak berkarat untuk menghindari
terjadinya kebocoran.
Tandan Buah Segar harus segera diproses dalam 24 jam sejak dipanen
untuk menjaga kualitasnya agar tetap memenuhi syarat. Hal ini mengakibatkan
perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit yang tiba di pabrik diproses dengan
membuat lunak bagian daging buah melalui pemanasan pada temperatur 90C.
Daging yang telah melunak selanjutnya dipress pada silinder berlubang untuk
memisahkan bagian inti dan cangkang. Daging inti dan cangkang dipisahkan
dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur
sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Kernel yang telah
Satu pabrik pengolahan CPO dapat dikatakan feasible apabila mampu memproses
30 ton TBS per jam. Kapasitas lebih kecil dapat beroperasi tetapi harus didukung
dibutuhkan oleh pihak swasta dan perkebunan negara. Tenaga kerja sebagai alat
untuk perawatan dan pemanenan mempunyai porsi khusus dan penting, sedangkan
keluarga karena keterbatasan dana dan luas areal perkebunan yang tidak luas
memberatkan perkebunan karena dibebani tarif yang mahal mulai dari Rp 5.000
hingga Rp 85.000 per truk untuk angkutan tandan buah segar (TBS).
sebesar 14-16 ton per hektar tiap tahun, sedangkan Malaysia sudah mencapai 18-
21 ton per hektar tiap tahunnya. Untuk produktivitas CPO Indonesia juga masih
Pada saat ini penggunaan bibit unggul hanya terbatas pada perkebunan swasta dan
Daur hidup tanaman kelapa sawit dapat mencapai 22-25 tahun. Daur
Kegiatan re-planting pada umur 28-30 tahun, untuk mengganti pohon kelapa
sawit yang tua harus secara kontinyu dan secara berkala, pemupukan yang kurang
kesejahteraan adalah salah satu manfaat dari adanya perkebunan kelapa sawit di
Indonesia sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih baik. Faktor
padagang, penyalur atau pedagang, eksportir, dan jabatan lainnya yang berkaitan
a). Petani
besar baik itu untuk pengusahaan perkebunan swasta, negara maupun rakyat.
Sampai akhir tahun 2006 jumlah tenaga kerja perkebunan yang terdapat di
Sumatera Utara adalah sebanyak 35 orang per 100 hektar lahan. Jumlah pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS) mencapai 85 unit dengan kapasitas pengolahan
total 3.400 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Dalam setiap PKS yang
berkapasitas olah 30 ton TBS per jam diperlukan tenaga kerja sebanyak 136
orang, maka untuk seluruh PKS diperlukan 15.400 orang. Tenaga kerja dalam
jumlah yang lebih banyak lagi akan dapat diserap oleh industri hilir yang
kepada efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya mesin, metode dan
terabaikan.
meningkatkan produktivitas karyawan. Cara ini merupakan cara yang lebih efisien
karyawan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, loyalitas dan dedikasi yang
Dalam hal ini motivasi yang paling kuat mendorong karyawan memiliki
produktivitas yang tinggi adalah motivasi upah (Handoko, 1995). Oleh karena itu
maka otomatis output yang dihasilkan karyawan akan tinggi. Salah satu cara
sistem pengupahan yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Salah satu
sistem pengupahan yang dapat meningkatkan motivasi kerja adalah sistem insentif
(bonus). Sistem ini dapat diterapkan baik secara langsung maupun tidak langsung
hama dan penyakit) sampai dengan pengolahan kelapa sawit di pabrik. Biaya upah
tenaga kerja di perkebunan swasta dan milik negara pada umumnya menggunakan
tenaga pegawai perusahaan atau buruh tani yang digaji setiap bulannya.
Penggunaan tenaga kerja buruh harian lepas juga sering dilakukan untuk
menambah satuan kerja yang ada agar pekerjaan dapat segera terselesaikan.
basis borong dan lebih borong. Sistem upah basis borong merupakan sistem
lebih borong merupakan upah tambahan yang akan didapatkan karyawan yang
karyawan.
swadaya di Riau dibutuhkan biaya untuk mengupah tenaga kerja. Hari Orang
Kerja (HOK) setiap harinya adalah 8 jam kerja dengan upah perhari Rp 25.000.
kerja yang besar. Tenaga kerja untuk borongan biasanya bekerja dalam
group atau kelompok sebanyak tiga samapi lima orang, sehingga upah
yang diterima dibagi sesuai dengan jumlah tenaga kerja. Untuk biaya
c. Biaya Pemancangan
tanam yang biasa digunakan adalah 9x8 meter, 8,5x9 meter dan 9x9,
sehingga dalam satu hektar terdapat 130 138 bibit kelapa sawit. Biaya
pemancangan di Riau sebesar Rp. 200,000 per hektar, atau sebesar Rp.
5.000 tiap lubang sehingga untuk 2 hektar biaya yang dikeluarkan Rp.
sawit maka akan dilakukan penyisipan dengan biaya yang sama sebesar
Rp. 5.000/bibit.
f. Biaya Pemupukan
dosis dilakukan agar hasil sawit juga kontinyu setiap bulannya. Biaya
pemupukan sebesar Rp. 15.000 tiap karung, dengan ukuran karung 50 kg.
g. Biaya Pemanenan
sebanya 4 ton maka biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp. 240.000
h. Biaya Pengangkutan
Pengangkutan kelapa sawit segar atau TBS dari kebun sampai ke pabrik
dilakukan harus segera mungkin agar kelapa sawit masih segar dan tidak
tercemar oleh air dan zat cemar lainnya. Pengolahan kelapa sawit segar
Tingkat pendidikan petani para petani kelapa sawit merata mulai dari
pendidikan dasar (SD), Sekolah lanjutan pertama (SLTP) dan sekolah menegah
atas (SMU) dengan rentang umur yang bervariasi. Dengan tingkat pendidikan
yang masih rendah menyebabkan proses pengalihan teknologi dan keterampilan
sehingga pada umumnya keterampilan yang dimiliki petani ialah berasal dari
b). Padagang
Saluran pemasaran TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dari tingkat
petani dapat dibedakan dari petani PIR dan petani non PIR (lepas). Pada petani
PIR, saluran pemasaran TBS kelapa sawit mulai dari petani dijual lewat KUD
sawit, lalu dibeli oleh PTPN sebagai inti. TBS dari petani PIR tersebut bersama
TBS dari kebun sendiri diekstraksi di pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) milik
Sedangkan TBS dari petani lepas, disamping dapat dijual ke KUD sawit
juga dijual ke pedagang pengumpul TBS tingkat desa. Pedagang pengumpul desa
menjual TBS ke pedagang pengumpul besar TBS yang juga dapat bertindak
harga bila petani PIR dan non PIR yang menjual TBS ke KUD tersebut. Namun
juga banyak menerima TBS dari petani lepas (non PIR) sehingga secara otomatis
tidak ada pembedaan dalam hal penjualan baik dari petani PIR dan non PIR. KUD
kelapa sawit, memiliki unit transportasi sendiri untuk mengambil sawit dari petani
dan selanjutnya mengirim sawit ke unit PKS PTPN. Sehingga, ada pengenaan
biaya transportasi terhadap TBS yang dijual ke KUD dengan kisaran antara Rp. 60
Rp. 70/kg.
Setelah TBS dari KUD masuk ke unit PKS PTPN dan bersama TBS dari
unit kebun sendiri PTPN lalu diekstrak antara lain menjadi CPO. Sesuai dengan
melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) baik untuk kebutuhan di dalam negeri
maupun ekspor. KPB dalam hal ini mendapat fee kompensasi sebesar 0,5 persen
dari harga jual. Untuk kebutuhan di dalam negeri, KPB bisa langsung menjual ke
konsumen. Sedangkan untuk ekspor, KPB harus melalui agen (broker) lokal, baru
ekstraksi TBS dan disalurkan melalui Tank Instalation (TI) dipelabuhan. Bagi
industri pengolahan lanjut CPO yang dinamai processor dapat langsung dari unit
pada Lampiran 3. Sementara itu, pada alur pemasaran TBS dari petani lepas dijual
seterusnya ke pabrik PKS swasta. Disamping itu, PKS swasta juga memperoleh
untuk ekspor, namun banyak juga yang memasarkan langsung ke luar negeri.
Untuk mempermudah pencarian pasar, PBS skala besar ada yang menempatkan
agen-agennya di luar negeri, dan ada yang melakukan kontrak jual beli. Untuk
Untuk pemasaran di dalam negeri, CPO tidak dikemas secara khusus atau
masih dalam bentuk curah. Dalam saluran distribusi di atas biasanya TBS yang
menggunakan truk atau lori. Selanjutnya hasil CPO disimpan di dalam tangki di
c). Eksportir
Keuntungan adalah tujuan yang ingin dicapai oleh para eksportir. Para
produsen CPO di Indonesia antara lain perusahaan milik negara dan perusahaan
swasta, sedangkan untuk petani hanya menjual buah sawit kepada perusahaan
pengolahan CPO atau kepada tengkulak. Dari para pengumpul kelapa sawit
dibawa ke pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) dan akan diolah menjadi CPO.
pendukung.
Hasil pengolahan kelapa menjadi CPO akan didistribusikan di dalam
negeri dan keluar negeri. Perusahaan industri hilir yang menggunakan bahan baku
CPO antara lain industri bahan pangan, oleokimia dan biodiesel dan banyak lagi
industri yang menggunakan bahan baku nabati. Banyak agen atau perusahaan jasa
penyalur CPO keluar negeri yang ikut serta dalam usaha ini walaupun tidak
mempunyai lahan ataupun pabrik, karena tertarik akan harga jual yang mahal
perusahaan eksportir CPO antara lain PT. Andalas Intigo Lestari, PT. Musim Mas,
PT. Sofcin Indonesia, PT. Japfa Comfeed, PT. Tunggal Perkasa Plantions, PT.
Astra Agro Lestari, PT. Inti Indosawit Subur, dan lain sebagainya.
Unit kebun
sendiri
TBS
Agen
DN
Agen
LN
Processor Processor
DN LN
d). Penyuluh
teknologi baru sangat penting bagi para petani perkebunan. Penyuluh pertanian
lapangan (PPL) berfungsi memberikan bantuan kepada petani akan informasi dan
teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian atau pihak lain kepada petani.
Melalui pendampingan yang lebih intensif oleh penyuluh, maka petani dapat
mengetahui teknik atau proses budidaya sampai dengan informasi tingkat harga
sawit yang harus diterima oleh petani apabila menjual hasil kebunnya. Dengan
adanya informasi harga pasar petani dapat mengetahui posisi tawar sawit yang
promosi, pemasaran, advokasi, konsultasi dan diskusi serta segala kegiatan yang
kelapa sawit harus terintegrasi agar segala cara dan upaya peningkatan dayasaing
tinggi, literatur bisnis, basis data, dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.
a. Lembaga Penelitian
beberapa lembaga penelitian kelapa sawit baik itu instansi pemerintah ataupun
perguruan tinggi yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan, Balai
tempat budidaya indukan bibit sawit berkualitas. Dari PPKS akan dihasilkan bibit
sawit yang berkualitas lewat hasil persilangan indukan yang memiliki keturunan
baik, selain itu metode kloning juga dilakukan untuk mengahasilkan anakan sawit
atau sebagai bahan bakar pada kendaraan bermesin diesel semakin meningkat
sering dengan mahal dan terbatasnya produski BBM. Berbagai kebijakan negara-
negara Eropa dan Indonesia agar tidak terlalu menggantungkan bahan bakar
kendaraan dan industri terhadap BBM dan menggantinya dengan bahan bakar
nabati (BBN). Permintaan negara maju terhadap biodisel mencapai 71 juta ton
atau senilai 28 juta Poundsterling, hal ini merupakan suatu peluang besar bagi
Indonesia maka hasil produksi untuk minyak sawit (CPO) juga akan besar seiring
peluang pasar biodiesel maka pada tahun 2003 badan penelitian ini menciptakan
mesin pengolahan CPO yang dapat menghasilkan biodiesel. Kapasitas awal mesin
pengolahan CPO yang dibuat oleh BBPT sebesar 1,5 ton perhari dan pada tahun
negara Asia yang serius mengembangkan energi biodiesel adalah India, Filipina,
Thailand, dan Vietnam. Thailand dan Vietnam beli CPO dari Indonesia.
b. Asosiasi Pengusaha
perusahaan produsen minyak sawit (CPO) yang terdiri dari perusahaan PT.
peladang Kelapa Sawit yang tergabung dalam Koperasi. GAPKI telah melakukan
menetapkan kebijakan tata niaga minyak sawit yang memberikan harga jual yang
sebagai bahan baku untuk kepentingan industri dalam negeri dengan jumlah yang
devisa negara.
cabang, yaitu pada daerah : Sumatera Barat (2001), Jambi (2003), Sulawesi
Sumatera Utara (2005), Kalimantan Timur, dan Sumatera Selatan (2007). Adapun
internasional.
c. Asosiasi Petani
dalam jumlah yang kecil sehingga untuk mendapatkan jumlah atau partai yang
Disamping itu para petani membentuk suatu asosiasi petani kelapa sawit
Pada tanggal 31 Mei 2007 Indonesia memiliki dewan minyak sawit yang
mempunyai salah satu tujuan adalah memperbaiki citra minyak sawit Indonesia
dan kesehatan.
d. Lembaga Statistik
digunakan untuk keperluan umum. Peran dari lembaga statistik ini diwakili oleh
besar dalam mengolah data statistik perkebunan kelapa sawit baik hasil tandan
buah segar serta hasil CPO. Hasil olahan data statistik disimpulkan dalam sebuah
e. Perguruan Tinggi
Indonesia tahun 1996 telah mencapai dua juta hektar dengan tingkat produksi
terbesar kedua setelah Malaysia. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit
akan menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Dalam rangka
berbagai masalah yang akan timbul, diperlukan adanya wahana untuk kerjasama
industri, pengusaha dan peminat serta pelaku lainnya. Hal ini penting untuk dapat
Menyadari hal tersebut dan atas prakarsa 7 PAU Biosains (PAU Bioteknologi
ITB, PAU Ilmu Hayati ITB, PAU Pangan dan Gizi UGM, PAU Bioteknologi
UGM, PAU Pangan dan Gizi IPB, PAU Bioteknologi IPB, PAU Ilmu Hayati
IPB), Pusat Studi Pembangunan IPB dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan,
para pakar kelapa sawit menganggap perlu berhimpun dalam suatu paguyuban
Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari berbagai media, seperti jurnal-
jurnal penelitian, warta, surat kabar atau majalah agribisnis, Internet, dan media
teknologi yang tepat guna. Penerapan teknologi yang tepat tentunya akan
industri hilir kelapa sawit diharapkan dapat berkembang sehingga negara ini
mampu mengekspor kelapa sawit dalam bentuk CPO tetapi dalam bentuk yang
sudah mempunyai nilai tambah atau siap digunakan. Hal tersebut tentunya dapat
petani kelapa sawit juga devisa negara. Untuk dapat mencapai kemajuan tersebut
maka dibutuhkan sumberdaya IPTEK yang mendukung. Sumberdaya IPTEK
nasional.
4).Sumberdaya Modal
Modal petani perkebunan berasal dari berbagai sumber yaitu dari bantuan
pemerintah lewat pinjaman dengan subsidi bunga kredit, dan modal sendiri.
petani yang ikut dalam perkebunan inti rakyat (PIR-BUN) lewat bank mitra
perkebunan (kelapa sawit, karet, dan kakao), dengan memberikan bunga flat
sebesar 10 persen kepada petani plasma yang meminjam modal kepada bank
sebesar 2 juta hektar dengan dana investasi 12 triliun siap dikucurkan oleh
pemerintah dimana kegiatan ini telah dimulai pada 2007 dan direncanakan selesai
pada tahun 2010. Bentuk kerjasama antara pemerintah dan petani plasma dalam
kerjasama bapak angkat. Sistem ini dilakukan oleh pemerintah lewat perkebunan
negara (PTPN) yang seluruh biaya penanaman dan pengembangan kelapa sawit
perusahaan asing yang tertarik dengan prospek CPO. Mahalnya harga CPO di
membangun Palm Oil Centre di Maluku utara. Total investasi yang ditanamkan
mencapai Rp 12,5 triliun. Pembuka lahan kelapa sawit seluas 200.000 hektar,
lahan perkebunan tersebut diharapkan bisa memproduksi kelapa sawit 1,5 juta ton
berkapasitas 150 ribu ton per tahun. dari total investasi Rp 12,5 triliun, sekitar Rp
penanaman kelapa sawit. Untuk pendanaan proyek Palm Oil Centre ini, beberapa
lembaga keuangan telah siap memberikan dukungan yaitu Exim Bank Malaysia
dan Gulf Finance House, salah satu lembaga pembiayaan dari Doha, Qatar.
Lembaga-lembaga ini akan masuk membiayai hingga 70 persen dari nilai proyek,
peusahaan.
dalam suatu industri. Sarana dan prasarana yang berperan penting dalam proses
produksi, pemeliharaan, pemanenan, hingga sampai ketangan konsumen. Pada
mengolah kelapa sawit segar menjadi CPO. Investasi pembelian mesin CPO
sangat besar sehingga hanya perusahaan serta negara yang mempunyai dana untuk
pabrik pengolahan secara swadaya. Sarana pengolahan kelapa sawit akan semakin
dengan investasi besar-besaran dari perusahaan asing dan dalam negeri. Hal ini
meningkatkan hasil CPO untuk konsumsi dalam negeri maupun diekspor keluar
negeri.
kepada konsumen industri lain yang menggunakan bahan baku CPO. Adapun
prasarana untuk mendukung industri CPO nasional antara lain jalan, jembatan,
sampai 3 kapal, yang menyebabkan waktu tunggu lama dan biaya yang harus
hal tersebut maka di daerah Sumatera Selatan telah dibangun pelabuhan Tanjung
Api-Api (TAA) dengan bantuan investasi dari negara Arab sebesar 13 triliun.
penduduk dunia. Harga minyak sawit mentah dunia yang tinggi menyebabkan
para produsen CPO banyak melakukan ekspor dari pada menjual didalam negeri.
Pada tahun 2008 harga CPO yang tinggi mencapai level diatas US$ 800/ton,
industri minyak goreng belum mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 dan 2006
jumlah pabrik minyak goreng tidak berubah yaitu sebanyak 74 pabrik yang
pabrik pengolahan minyak goreng tahun 2005 dan 2006 sama yaitu sebesar 15,43
juta ton, karena jumlah pabrik minyak goreng yang tidak berubah. Produksi
minyak goreng berasal dari tanaman kelapa dan kelapa sawit. Untuk tahun 2005
kebutuhan akan minyak goreng domestik sebesar 3,29 ton dan meningkat akibat
produk olahan minyak kelapa sawit cukup pesat, baik di pasar domesik dan pasar
ekspor. Hal itu didukung kenaikan faktor permintaan secara agregat seperti
mengkonsumsi minyak dari sawit. Permintaan ini tidak terlepas dari kemampuan
industri CPO untuk menggeser minyak kelapa (Crude Coconut Oil CCO) dan
(kosmetik). Trend ini berkembang karena produk yang menggunakan bahan baku
kelapa sawit lebih berdaya saing dibandingkan minyak nabati dengan bahan baku
lainnya. Naiknya harga CPO juga disebabkan oleh terus menanjaknya harga
minyak kedelai akibat turunnya produksi kedelai dunia tahun ini. Berdasarkan
data dari Oil World, trend penggunaan komoditi berbasis minyak kelapa sawit di
pasar global terus meningkat dari waktu ke waktu mengalahkan industri berbasis
komoditas vegetable oil lainnya seperti minyak gandum, minyak jagung, minyak
kelapa.
dunia sebanyak 34,15 juta ton pada tahun 19631967 diperkirakan empat persen
dari total minyak nabati dunia. Pangsa ini meningkat menjadi 14,9 persen dari
konsmsi minyak nabati dunia sebesar 92 juta ton pada tahun 2003 sampai 2007.
Sedangkan pada tahun 2003 sampai 2006 konsumsi minyak dunia meningkat
menjadi 18 persen dengan besarnya konsumsi 117 juta ton. Sejak 2004
penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam
pasar vegetable oil dunia yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan
sekitar 25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,8 persen per tahun. Komoditas
lainnya yang banyak digunakan adalah minyak bunga matahari yaitu sekitar 11,5
mendesak juga mengimpor minyak sawit. Negara tujuan utama ekspor minyak
sawit Indonesia adalah Eropa Barat, India, Pakistan, Cina, dan Jepang. Produk
yang diekspor adalah minyak olahan tahap awal seperti RBD palm oil, CPO dan
beberapa produk oleokimia. Secara umum, ekspor minyak sawit Indonesia pada
1980-2005 meningkat 12,9 persen per tahun. Pada tahun 2005 pangsa ekspor
minyak sawit Indonesia mencapai 39,35 persen dari ekspor minyak sawit dunia,
dan pada periode yang sama, pangsa ekspor minyak sawit Malaysia sekitar 50,68
persen. Pada tahun 2006 pangsa ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 39,18
persen dari ekspor minyak sawit dunia dan Malaysia sekitar 50,31 persen. Dengan
Indonesia.
secara vertikal. Indiustri ini mulai dari pengadaan bahan baku, bahan tambahan,
bahan kemasan sampai pemasaran. Selain industri terkait terdapat juga industri
produk yang berkualitas dan berkuantitas baik perlu penggunaan bibit unggul.
Dengan bibit unggul yang baik maka akan dihasilkan kelapa sawit segar (TBS)
yang baik pula untuk selanjutnya diolah menjadi minyak sawit (CPO). Penyediaan
bahan baku bibit berkualitas dan mempunyai sertifikat ekolabeling dan diakui di
Indonesia terdapat tujuh produsen benih dengan kapasitas 141 juta per tahun.
Produsen bibit kelapa sawit antara lain :Pusat Penelitain Kelapa Sawit (PPKS) di
Medan, PT. London Sumatera (PT. Lonsum), PT. Socfindo, PT. Tunggal Yunus
Estate (PT. TYE), PT Dami Mas Sejahtera (PT. DMS), PT Bina Sawit Makmur
swasta, negara, dan petani secara swadaya. Pengusahaan kelapa sawit untuk
swasta yang cukup luas misalnya dimiliki oleh PT Astra Agro Lestari, Sinar Mas
dan sebagainya. Selain memiliki kebun inti perkebunan tersebut perusahaan juga
memiliki kebun plasma atau KKPA yang cukup besar. Perkebunan rakyat sebagai
produksi kelapa sawit mempunyai peranan sebagai penyedia kelapa sawit untuk
diolah lebih lanjut menjadi CPO oleh perusahaan yang mempunyai pabrik
pengolahan.
dan pengolahan kelapa sawit dikuasai beberapa pengusaha saja. Tercatat nama-
nama besar, seperti PT Astra Agro Lestari, Sinar Mas Group, PT London
disimpulkan bahwa penghasil TBS terbesar di negeri ini adalah petani. Hanya
sebagian dari para pemilik perkebunan kelapa sawit ini yang memiliki industri
hilir seperti refinery yaitu Sinar Mas, Astra, Salim, Asian Agri, Duta Palma dan
beberapa perusahaan lagi dengan kapasitas yang tidak terlalu besar; industri
makanan, minuman, minyak goreng, biofuel dan lain sebagainya. Industri tersebut
Agro Lestari Tbk. (Grup Astra), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (Grup
Bakrie), Grup Sinar Mas, juga BUMN PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
instalasi tangki timbun Sei Lais di Palembang, yang merupakan langkah awal
upaya Lonsum mengalihkan metode penjualan CPO di Sumatera Selatan dari ex-
pabrik ke ex-tangki timbun. Hasilnya perusahaan mampu menambah jumlah
kelapa sawit memerlukan ketersediaan tenaga kerja yang terus bertambah dengan
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai, mulai dari bagian teknis
sekarang, tersedianya tenaga kerja yang terdidik dan terampil menjadi semakin
memiliki lembaga ini di samping PTPN dengan LPP (Lembaga Pusat Pelatihan).
Sebagai upaya menangkap peluang ini, salah satu alternatif yang dapat
Pelatihan tenaga kerja ini dititikberatkan pada praktek kerja nyata di kebun dan
pabrik secara langsung. Dengan sistem seperti ini diharapkan agar materi yang
disampaikan di kebun dan pabrik dapat diterapkan secara langsung pada dunia
pelatihan tenaga kerja yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. CWE
menawarkan berbagai macam program pelatihan yang ditujukan mulai dari tingkat
Return of Investment (ROI) yang efektif dan efisien bagi perusahaan dengan
lingkungan.
asosiasi perkebunan kelapa sawit, lembaga pendidikan, dan pusat penelitian serta
yang berasal dari kalangan praktisi perkebunan kelapa sawit jelas sangat
kondisi ideal, maka sistem pelatihan di CWE mengambil tempat pada lokasi
aktual lengkap dengan kondisi lapangan sebagai salah satu nilai tambahnya. CWE
juga merupakan salah satu lembaga pelatihan yang pertama kali menggunakan
Career-Based Curriculum (CBC) dan dilengkapi dengan sistem pendidikan yang
berlaku. Harga yang diterima oleh para pengusaha kelapa sawit secara swadaya
sering mengikuti harga perusahaan pemilik pabrik kelapa sawit, sehingga harga
yang diterima oleh para petani lebih rendah dibandingkan oleh harga yang
Perusahaan Negara. Pabrik CPO di Indonesia saat ini mencapai 420 pabrik dan
jumlah perusahaan yang ada dalam industri CPO akan semakin banyak.
perusahaan besar swasta (Astra, Asia Agro Lestari, Sinar Mas) yang mempunyai
modal besar untuk pembangunan unit pengolahan CPO Jumlah produsen CPO
yang tidak banyak menyebabkan struktur pasar CPO yang terbentuk adalah
Pada saat ini minyak nabati di seluruh dunia terdapat 17 jenis dari komoditi yang
diantara para produsen minyak nabati yang semakin ketat, selain dari sisi kualitas,
CPO Indonesia adalah dari Negara Malaysia yang mendirikan pabrik pengolahan
lebih lanjut dengan memasok CPO dari dalam Indonesia. Banyaknya ekspor CPO
diperoleh Negara Malaysia menjadi lebih besar karena produk yang dihasilkan
akan mencari komoditi yang dari sisi kualitas baik dan sisi kuantitas yang mampu
mencukupi kebutuhan industri. Industri mempunyai banyak pilihan untuk
pasti. Kelapa sawit mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan tanaman ini
nabati lainnya.
pergerakan harga referensi dari Rotterdam. Dengan penetapan harga yang sudah
diatur sehingga menyebabkan posisi tawar pemasok CPO yang lemah di sampiang
Strategi yang ada saat ini untuk mendukung perkembangan industri CPO
Indonesia yaitu :
1. Strategi Produk
Produk yang sesuai dengan standar mutu akan mampu bersaing dengan
produk yang sama dari negara lain. Pada saat ini hampir 90 persen CPO
turunan kelapa sawit. Berbagai syarat tersebut antara lain adalah kadar
FFA (free Fatty Acid) berkisar antara 2-5 persen dan mengandung
harganya lebih tinggi. Selain itu dengan sarana dan prasarana pendukung
industri hilir yang lengkap serta dukungan teknologi negara kita masih
2. Strategi Harga
yang sering berfluktuasi karena CPO sebagai salah satu minyak nabati
3. Strategi Promosi
dikenal oleh para konsumen dalam maupun luar negeri. Berbagai macam
lain iklan surat kabar, iklan elektronik (internet, televisi), seminar dan
pameran.
berdampak pada climate change dan banyaknya flora serta fauna yang
dibiayai oleh para pengusaha eksportir kelapa sawit yaitu Malaysia Palm
Oil Board.
4. Strategi Distribusi
atau kuota. Setiap produsen CPO yang mampu menghasilkan CPO dan
dalam organisasi Gapki dan Non Gapki wajib menyalurkan CPO kepada
penyaluran distribusi CPO pada bulan Mei 2007 sebesar 97.525 dan pada
sebagai altenatif bahan bakar minyak (BBM) memberi peluang besar bagi industri
kelapa sawit untuk lebih berkembang. Sesuai dengan target pemerintah, pada
2010 mendatang sekitar 10 persen dari kebutuhan bahan bakar dalam negeri akan
disuplai dengan BBN, dimana tujuh persen diantara berbasis minyak sawit atau
peningkatan produksi kelapa sawit dalam jumlah besar. Dalam rangka mencapai
target proyek BBN, pemerintah antara lain akan mendorong investasi di sektor
hingga 2010 mendatang. Rinciannya, peluasan lahan perkebunan lima juta hektar,
revitalisasi perkebunan kelapa sawit dua juta hektar, rehabilitasi lahan sembilan
minat investor yang cukup besar untuk ikut serta dalam proyek pengembangan
BBN ini. Disamping itu, pemerintah juga telah memasukan industri kelapa sawit
sepatu, elektronika, kelautan, petrokimia. Hal ini tidak terlepas dari potensi dan
peran strategis yang bisa dicapai oleh sektor ini dalam pembangunan nasional.
dalam pengolahan CPO dan masuk dalam industri yang mendapat fasilitas insentif
PPh (tax alowance) berdasarkan revisi Peraturan Pemerintah No. 148. Kebijakan
tersebut diharapkan akan dapat lebih memacu pertumbuhan sektor ini sehingga
peran dan kontribusinya dalam perekonomian nasional terus meningkat.
dapat menjadi faktor stimulasi, tetapi masih banyak kebijakan yang harus terus
Dialog dan diskusi dengan para pemangku kepentingan perlu terus dilakukan
secara kontinyu.
Industri kelapa sawit mempunyai rantai bisnis yang cukup panjang dan
sektor ini benar-benar harus melalui koordinasi yang kuat antar instansi terkait
sehingga bisa mencapai hasil yang optimal bagi pembangunan ekonomi nasional.
Oleh karena itu sektor usaha ini, masih membutuhkan kebijakan yang lebih tajam
dan komprehensif untuk menghadapi kendala yang masih menghadang mulai dari
satu usaha yang menjadi andalan sektor pertanian untuk berperan dalam
primadona dari sektor pertanian. Devisa yang didapat dari ekspor minyak kelapa
sawit dan turunannya pada tahun 2007 mencapai US$ 4,8 miliar. Peluang
pengembangan kelapa sawit di tanah air masih terbuka karena didukung oleh
sumberdaya dan teknologi, disamping juga peluang untuk memenuhi kebutuhan
meningkat. Dengan demikian pengembangan kelapa sawit perlu terus kita lakukan
pengembangannya. Walau prospek kelapa sawit saat ini sangat baik, tetapi
9
Beritadotcom.blog.com Indonesia Produsen kelapa Sawit Terbesar tapi dikuasi Malaysia (Mentan
:Indonesia Produsen Kelapa Sawit Terbesar didunia). Diakses 5 maret 2008
VII STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI CPO INDONESIA DI
PASAR INTERNASIONAL
dari industri CPO Indonesia. Poin dalam faktor-faktor tersebut diperoleh dari
faktor yang ada dibentuklah suatu matriks SWOT. Matriks tersebut mencoba
untuk mempertemukan keempat faktor yang ada untuk melahirkan strategi yang
saling mendukung.
CPO nasional untuk memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan strategi W-O
lingkungan eksternal.
SWOT, dimana matriks ini meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
2008 hingga tahun 2025. Pada tahun 2008 besarnya produksi CPO sebesar
17,8 juta ton dengan jumlah ekspor mencapai 13,08 juta ton, sedangkan
produk CPO mempunyai kualitas dan standar yang baik. Konsumen atau
industri hilir khususnya dari luar negeri pengguna komoditi CPO selain
produsen CPO akan berusaha melaksanakan dengan baik peraturan ini dan
Tingginya permintaan CPO untuk diolah lebih lanjut menjadi produk hilir
CPO dengan ketersediaan alat pengolahan TBS (tandan Buah Sawit) yang
7.1.1.2 Ancaman
masih terjadi. Selain itu kebijkan pemerintah yang tidak berpihak kepada
Naiknya harga barang dan pangan dunia saat ini diakibatkan oleh inflasi
Besarnya inflasi dalam negeri dan luar negeri akan mempengaruhi jumlah
konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan CPO sebagai bahan baku
Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh suku bunga yang tinggi akan
berbahan baku selain CPO untuk sumber energi adalah jagung, ubi yang
dayasaingnya.
minyak goreng. Minyak goreng merupakan produk turunan dari CPO yang
telah diolah lebih lanjut. Mahalnya harga CPO akibat dari kurs dollar yang
tinggi serta kebutuhan dunia internasional akan minyak nabati yang besar
pestisida yang tinggi akibat saluran distribusi yang tidak merata dan
Malaysia untk diolah lebih lanjut. Semakin banyaknya CPO yang mengalir
Kebutuhan industri akan minyak nabati sebagai bahan pangan dan non
gobal.
petani plasma dalam bentuk bantuan kredit lunak dengan total bantuan 12
triliun dan pemberian subsidi bunga kredit. Untuk sektor swasta dukungan
sudah banyak terbentuk antara lain Gapki yang merupakan asosiasi bagi
para pengusaha dan untuk para petani adalah Asosiasi petani kelapa sawit
(Apsakindo).
Negara indonesia dengan lahan yang luas dan iklim yang mendukung
sawit di indonesia terdapat lebih dari 26,3 juta hektar yang mempunyai
Bibit kelapa sawit merupakan cikal bakal pohon sawit yang menghasilkan
minyak kelapa sawit. Saat ini terdapat tujuh produsen pembibitan yang
Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa
7.1.2.2 Kelemahan
lama.
SMU.
perluasan penanaman kelapa sawit yaitu pada lahan hutan yang bukan
dayasaing CPO Indonesia adalah jalan yang belum permanen, listrik, serta
baik.
Gambar 11 Matriks Analisis SWOT Industri CPO Indonesia
Internal Kekuatan (Strengtht-S) Kelemahan
1. Sumberdaya lahan luas (Weaknesses-W)
2. Dukungan Sumber modal 1. Lokasi pabrik dan kebun
3. Peranan Asosiasi kelapa sawit sawit yang berjauhan
4. Produksi CPO yang berstandar 2. Tingkat upah tenaga kerja
nasional dan internasional pekerja industri kelapa sawit
5. Teknik pengembangan budidaya yang rendah
Eksternal kelapa sawit 3. Rendahnya pendidikan
6. Besarnya jumlah dan ketersediaan pelaku industri perkebunan
tenaga kerja perkebunan 4. Kurangnya promosi
7. Ketersediaan dan kemudahan penjualan produk CPO
akses informasi 5. Sarana dan prasarana serta
pabrik pengolahan yang
masih kurang
konsumen.
yang berkelanjutan.
2) Pengaturan irigasi.
kelapa sawit. Dengan strategi ini diharapkan ekspor negara Indonesia tidak
hanya didominasi oleh CPO akan tetapi dalam bentuk produk yang
masa depan.
B. Strategi W O
hulu dan hilir kelapa sawit menyebabkan perlu dilakukan kegiatan yang
penjenjangan.
sehingga investasi dari para investor dalam dan luar negeri sangat penting
sawit.
3. Pemberian insentif kepada pekerja, adalah salah satu cara meningkatkan
motivasi kerja dari karyawan. Rendahnya gaji yang diterima oleh para
karyawan.
kepada pekebun.
sawit.
kelembagaan.
C. Strategi S T
1. Melakukan hedging terhadap produk CPO Indonesia, adalah salah strategi
akan pajak ekspor dengan peranan dari asosiasi dan lembaga perkelapa
hilir.
3. Pengembangan perkebunan rakyat melalui program revitalisasi
Indonesia serta Malaysia Palm Oil Board yang mewakili negara Malaysia
minyak sawit kedua negara Uni Eropa dan Amerika. Dengan adanya
program revitalisasi perkebunan yang sudah berjalan dari tahun 2006 akan
kelapa sawit.
4) Program Workshop dan Seminar
luar negeri dengan sarana kegiatan ini adalah Dewan Minyak Sawit dan
industri hulu dan hilir. Kegiatan RUSNAS ini di koordinator oleh MAKSI
Magang yang dilakukan pada LPP (Lembaga Pusat Pelatihan) serta dari
peranan dari Gapki dan Dewan Minyak Sawit sangat penting guna
eksport ini.
On Palm Oil.
Kerjasama kontinyuitas antara DMSI dan Malaysia Palm Oil Board untuk
8.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai analisis dayasaing industri CPO
Herifindhal Index sebesar 0,50 dari tahun 1993 2006 dan total nilai CR4
terbesar CPO karena besarnya konsentrasi CPO berada pada kedua negara
tersebut .
(RCA) yang lebih dari satu. Pada tahun 2006, nilai RCA Indonesia sebesar
terbesar dari tahun 1993-2006 adalah Negara Papua Nugini dengan nilai
sebesar 26,3 juta hektar dan peranan sumberdaya IPTEK yang mendukung
Indonesia.
8.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil analisis dayasaing industri CPO
1. peningkatan ekspor bahan baku kelapa sawit bukan hanya dalam bentuk
CPO akan tetapi dalam bentuk olahan lebih lanjut seperti minyak goreng
dan oleokimia.
dengan negara Malaysia dan Papua Nugini. Oleh karena itu perlu
kelapa sawit juga harus didukung dengan sarana dan prasarana untuk
berkelanjutan.
4. Diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk dayasaing CPO Indonesia
Anonim. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit Indonesia.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Astuty, Ernany. 2000. Kajian Daya Saing Komoditi Ekspor Komoditas Pertanian.
Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.Jakarta.
Geo, Bayu. 2007. Dayasaing Komoditas Nenas dan Pisang Indonesia Di Pasar
Internasional. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Free Press. New
York.
Soetrisno, L dan Retno Winahyu. 1991. Kajian Sosial Ekonomi Kelapa Sawit.
Aditya Media. Yogyakarta.
Yunita. 2007. Analisis Integrasi Pasar CPO Dunia dengan Pasar CPO, Minyak
Goreng, dan TBS Domestik Serta Pengaruh Tarif Ekspor CPO dan
Harga BBM Dunia. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tahun 2006
No Kapasitas Produksi
Unit (TBS/Jam)Ton CPO
Provinsi
1 Nanggroe Aceh 14 410 387.450
2 Sumatera Utara 87 3,030 2,863,350
3 Sumatera barat 20 1,080 1.020,600
4 Riau 128 5,645 5.334,525
5 Kepulauan Riau - - -
6 Jambi 31 1,503 1.420,335
7 Sumtera Selatan 50 2,410 2.227,450
8 Bangka Belitung 3 225 212,625
9 Bengkulu 12 540 510,300
10 Lampung 4 125 118,125
Sumatera 349 14,968 14.094.760
11 Jawa Barat 1 30 28,350
12 Banten 1 60 56,700
Jawa 2 90 85.050
13 Kalimantan Barat 20 905 855,225
14 Kalimantan Tengah 24 1,245 1.176,525
15 Kalimantan Selatan 3 110 102,950
16 Kalimantan Timur 10 510 481,950
Kalimantan 57 2770 2.616.650
17 Sulawesi Tengah 3 90 85,050
18 Sulawesi Selatan 4 140 132,300
19 Sulawesi Barat 1 40 37,800
20 Sulawesi Tenggara - - -
Sulawesi 8 270 255.150
21 Papua 2 60 56,700
22 Papua Barat 2 110 103,950
Maluku dan Papua 4 170 160.650
Indonesia 420 18.268 17.263.260
Sumber : Departemen Pertanian, 2007
Lampiran 2 Tabel Luas Lahan Perkebunan Kelapa sawit Indonesia Tahun 2007
NO Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta Jumlah Total
PROVINSI Produksi Produksi Produksi
Luas (Ha) (Ton) Luas (Ha) (Ton) Luas (Ha) (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton)
1 Nanggroe Aceh 92.297 122 54.054 149.1 165.38 498.382 311.730 769.000
2 Sumatera Utara 354.044 943.053 300.55 1156.136 316.009 1101.784 970.600 3.200.970
3 Sumatera barat 140.384 350.19 7.836 20.878 168.32 612.829 316.540 984.000
4 Riau 749.379 1779.329 89.803 335.548 709.79 2571.603 1.549.000 4.686.480
5 Kepulauan Riau 84 0 0 0 6.849 15.495 90.849 15.495
6 Jambi 274.277 599.949 33.455 104.351 266.862 593.278 574.590 1.297.580
7 Sumtera Selatan 288.211 735.98 45.69 149.724 296.333 730.539 630.230 1.616.000
8 Bangka Belitung 6.617 627 0 0 126.667 383.922 133.280 1.010.920
9 Bengkulu 100.86 202.782 3.145 11.264 61.266 159.769 165.270 374.000
10 Lampung 77.219 187.702 16.743 53.752 63.781 169.34 157.740 410.794
Sumatera 2167.288 4,921 551.28 1980.753 2181.26 6836.941 4.899.800 13.730.000
11 Jawa Barat 0 0 6.188 3.25 3.643 10.899 9.831 14.000
12 Banten 6.049 17.887 8.028 20.359 0 0 14.077 38.246
Jawa 6.049 17.887 14.216 23.609 3.643 10.899 23.908 52.395
13 Kalimantan Barat 187 350.171 44.21 134.886 261.325 565.393 492.21 1,050.000
14 Kalimantan Tengah 114 274.479 0 0 459.136 1109.123 573.36 1.383.600
15 Kalimantan Selatan 40.867 40.642 4.79 3.204 199.149 264.067 244.81 308.000
16 Kalimantan Timur 71.76 51.243 25.978 66.482 156.089 179.37 253.83 297.095
Kalimantan 413.527 716.535 74.978 204.572 1075.7 2117.953 1564.2 3.039.000
17 Sulawesi Tengah 0 0 6.187 15.604 36.18 119.609 42.367 135.213
18 Sulawesi Selatan 7.98 16.328 15.519 32.386 1.022 1.821 24.521 51.000
19 Sulawesi Barat 27.862 94.506 0 0 47.892 153.364 75.754 247.870
20 Sulawesi Tenggara 0 0 2.966 0 0 0 2.966 0
Sulawesi 35.842 110.834 24.672 47.99 85.094 274.794 145.61 433.618
21 Papua 9.818 15.759 12.079 24.179 7.939 7.932 29.836 48.000
22 Papua Barat 16.527 23.053 10.207 32.873 5 5.582 31.734 61.508
Maluku+Papua 26.345 38.812 22.26 57.052 12.939 13.514 61.544 109.000
Indonesia 2,622.71 5,805.13 687.4 2.313.976 3,358.63 9.254.101 6.611.195 17.373.202
Lampiran 3 Saluran Pemasaran Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO dari Petani Ke PTPN
TBS
Petani PIR TBS KUD Kelapa Sawit TBS Unit PKS PTPN
TBS CPO
Petani lepas/ Petani KPB (Kantor Pemasaran bersama)
Non PIR
CPO CPO
Agen LN Agen DN
(Broker/Wholeser) CPO (Broker/Wholesaler)
Processor
CPOLN CPODN
Processor
Lampiran 4 Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)
Peneriman TBS
Proses Sterilisasi
Mesin Bantingan
Proses Pendepresan