Anda di halaman 1dari 38

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 20 Agustus 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................................. Hal
Kata Pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
3. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 4

BAB II KAJIAN TEORI


1. Defenisi Piutang Menurut Para Ahli ............................................................................ 5

BAB III PEMBAHASAN


1. Pengertian Piutang ........................................................................................................ 7
2. Pengendalian Piutang ................................................................................................... 20
3. Penilaian Piutang ......................................................................................................... 21

BAB IV STUDI KASUS


1. Studi Kasus ................................................................................................................... 28

BAB V MATERI TAMBAHAN


1. Anjak Piutang ................................................................................................................
2. Penggadaian ....................................................................................................................

BAB VI PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................................................... 32
2. Saran .............................................................................................................................. 32

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 33

2
Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan. Dalam
melaksanakan penjualan kepada para konsumen,perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau
secara kredit. Sudah barang tentu perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat
dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera
digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutn ya. Di pihak lain para
konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit,
karena pembayaran dapat ditunda.
Dalam kenyataannya, penjualan kredit pada kebanyakan menimbulkan adanya piutang atau
tagihan. Transaksi kreditpaling sedikit melibatkan dua pihak kreditur, yaitu pihak yang
menjualbarang atau jasa dan memperoleh , dan debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan
menjadikan utang. Terdapat begitu banyak transaksi yang dilakukan perusahaan dalam
aktivitasnya sehari-hari. Mulai dari aktivitas membeli aset yang dibutuhkan perusahaan,
membayar berbagai beban yang diperlukan dalam rangka memperoleh suatu manfaat, hingga
aktivitas menghasilkan dan menjual produk perusahaan kepada konsumen. Karena setiap
perusahaan harus menghasilkan dan memiliki produk tertentu agar dapat bertahan, maka setiap
produk yang dihasilkan harus dijual kepada masyarakat. Dalam upaya menjual produk yang
dimilikinya, setiap perusahaan menggunakan berbagai cara di mana salah satunnya adalah dengan
memberikan kemudahan cara pembayaran.
Penjualan produk yang dilakukan secara kredit, dimana pihak pembeli tidak perlu membayar
semua tagihan pada saat terjadinya transaksi, adalah salah satu bentuk kemudahan cara
pembayaran. Perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit akan menghasilkan piutang
usaha pada buku besatnya. Itu berarti perusahaan memiliki klaim atau tagihan kepada
pelanggannya atas sejumlah uang akibat transaksi penjualan kredit yang telah terjadi

3
Transaksi dari aktivitas yang dilakukan perusahaan bukanlah hanya menjual produk untuk
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Dalam proses menghasilkan produk terdapat banyak
aktivitas lain yang dijalankan perusahaan, seperti membeli barang dagang, membeli bahan baku,
membayar beban angkut barang, membayar pajak, dan sebagainya. Dalam setiap jenis aktivitas
tersebut tidak selalu semua transaksi selalu semua transaksi selesai saat itu juga.

2. Rumusan Masalah
2.1 Apa yang dimaksud dengan piutang usaha?
2.2 Bagaiman cara melakukan pengendalian piutang?
2.3 Bagaimana melakukan penilaian piutang usaha?

3. Tujuan Masalah
3.1 Dapat menyebutkan Arti Piutang dengan benar
3.2 Dapat mengendalikan Piutang Usaha dengan lancar
3.3 Dapat mempraktekkan Akuntansi Terhadap Piutang dengan lancar
3.4 Dapat Mempraktekkan Akuntansi Penilaian dengan benar

4
Bab II
Kajian Teori

1. Pengertian piutang menurut Soemarso (2004:338) yang dimaksud dengan Piutang yaitu :
Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-
kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-
kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk mempernolehkan para pelanggan
tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.
2. Pengertian piutang menurut Wibowo dan Abu Bakar Arif (2005:151) : Piutang adalahklaim
terhadap sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang.
pengertian piutang menurut Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian
piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima
sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada
masa lalu.
3. Pengertian piutang menurut Enny pudjiastuti (2004;117) yang dimaksud Piutang yaitu
: Piutang (receivables) merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara
kredit.
4. Pengertian piutang menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang dagang (account
receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain
yang membeli produk perusahaan.
5. Pengertian piutang menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : Piutang meliputi semua klaim dalam
bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi
lainnya.
6. Piutang menurut Horne (2005 : 258) mengatakan piutang meliputi jumlah uang yang
dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau
memakaijasasecarakredit.
7. Pengertian piutang menurut Mohammad Muslich (2003:109) adalah sebagai berikut :
Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang
umumnya dilakukan untuk memperbesar penjualan. pengertian piutang menurut Kieso

5
dan Weygandt mendefinisikan pengertian piutang sebagai berikut : Receivables are claims
held against customers and others for money, goods, or services.
8. Pengertian piutang menurut Smith (2005 : 286) mengatakan piutang dapat didefinisikan
dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa.
Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterpakan sebagai klaim yang
diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas.

6
Bab III
Pembahasan

1. Pengertian Piutang Usaha

Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang
timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit terhadap debitur yang
pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari (tiga puluh hari) sampai dengan 90
hari (sembilan puluh hari). Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain
yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan
akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar
perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai.

Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa perusahaan, dimana
pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan setelah tanggal transaksi jual
beli. Mengingat piutang merupakan harta perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan
prosedur yang wajar dan cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun
suatu prosedur yang baik demi kemajuan perusahaan.

Piutang dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.

Menurut Soemarso piutang usaha adalah atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak
dengan siapa ia berpiutang:Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau
perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam
bentuk uang.

Piutang usaha menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang yang tidak didukung dengan
janji tertulis yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam
rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung

7
dengan janji tertulis yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah
ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada didalam surat-surat
tersebut.

Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang
berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam
jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang
jangka pendek.

Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:

1) Piutang usaha/piutang terhadap langganan

Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan
yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang
normal/kurang dari 1 tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah lebih
dari jangka waktu 1 tahun maka akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar. Jadi tagihan kepada
langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain
baik perorangan maupun organisasi-organisasi atau debitur-debitur lainnya.

2) Piutang yang akan diterima

Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak
perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir
periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang.

Adapun hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah:

a) Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti
wesel tagih dan bon.

b) Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung,
mobil dan alat-alat besar lainnya.

8
c) Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai hasil investasi dalam
perusahaan.

Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu:

a) Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha
normal

b) Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1
tahun

c) Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan
pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih)

d) Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang
tidak tertagih

1.1 Ruang Lingkup Manajemen Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu
tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok
perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha dari luar kegiatan
pokok perusahaan.

Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha,
wesel, tagih, dan piutang lain-lain

sebagai berikut :

9
1. Piutang Usaha

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau
jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan
barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha.
Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang
relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva
lancar.

1. Wesel Tagih

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan
surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun. Maka
biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk
periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha
pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu
kadang-kadang disebut piutang dagang

2. Piutang lain-lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan
tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika
penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar
dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak,
dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Usaha

Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha adalah sebagai
berikut:

a) Volume Penjualan Kredit

10
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang
juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang
dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat

b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit lebih diutamakan dari
profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran
yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang terlambat. Umumnya,
syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini
berarti apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si
pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran
selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang.

c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang
diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang diberikan kepada pelanggan,
makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam piutang.

d) Kebijakan dalam Penagihan Piutang

Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai
pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil
resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran
hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara:

a. Memungut secara langsung

b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan

e) Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

11
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan
mendapatkan cash discount, sedang sebagian lagi tidak demikian. Setelah mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih baik perusahaan memperhatikan faktor-
faktor tesebut dengan mengelola piutang usaha secara efektif dan efisien.

4. Manajemen Piutang Usaha

Piutang yang diberikan perusahaan kepada para langganannya diharapkan dapat tertagih tepat pada
waktunya, akan tetapi ada kalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Untuk mencegah terjadinya
hal tersebut, perusahaan perlu mengelola piutang.

Menurut Ridwan S.Sunjaya pada umumnya manajer keuangan langsung mengawasi piutang usaha
melalui keterlibatannya dalam pengelolaan:

a) Kebijakan kredit

1) Seleksi dalam pemberian kredit

Seleksi dalam pemberiaan kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang/perusahaan akan
memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit yang akan diberikan.

5-K dalam kredit

Lima dimensi utama yang sering digunakan oleh analis kredit perusahaan untuk menganalisa
kemampuan pemohon kredit

yaitu:

* Karakater

Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup dan status sosial. Hal ini penting karena
berkaitan dengan kemauan untuk membayar.

* Kemampuan

12
Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan ataupun
pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan untuk membayar.

* Kapital

Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki
perusahaan juga perbandingan hutang dan capital.

* Kolateral

Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit.

* Kondisi

Memperhatikan kondisi perekonomian serta kecenderungan perekonomian yang akan


mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

> Memperoleh informasi kredit

Jika pelanggan ingin mengetahui persyaratan kredit, biasanya bagian kredit akan memberikan
formuilir yang harus diisi tentang keuangan, informasi kredit dan referensi. Melalui permohonan
tersebut, perusahaan memperoleh informasi tambahan dari sumber lain. Jika perusahaan sudah
pernah memberikan kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi
pembayarannya.

> Menganalisa informasi kredit

Perusahaan menyusun prosedur khusu untuk digunakan dalam analisa kredit/evaluasi pemohon
kredit. Seringkali perusahaan tidak hanya harus menetukan kemampuan kredit dari pelanggan,
tetapi juga harus memperkirakan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan.

1) Standar kredit

13
Standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal
lain seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran utang-utang
dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan lain, referensi kredit, rata-
rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan beberapa ratio financial tertentu dari perusahaan
langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan
atau melakuakn penjualan kredit

2) Persyaratan kredit

Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Misalnya, syarat
kredit dinyatakan seperti 2/10 net 30 artinya pembeli menerima potongan sebesar 2% bila
pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 30 hari setelah awal periode kredit. Tetapi jika
pelanggan tidak mengambil diskon tunai maka keseluruhan pembayaran harus dilakukan dalam
waktu 30 hari setelah awal periode kredit.

b) Kebijakan penagihan piutang

Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada
saat jatuh tempo. Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak terlalu agresif dalam usaha-usaha
mengumpulkan piutang dari para langganannya. Bilamana langganan tidak dapat membayar tepat
pada waktunya maka sebaiknya perusahaan menunggu sampai suatu jangka waktu tertentu
dianggap wajar sebelum menerapkan prosedur-prosedur pengumpulan piutang. Sejumlah teknik
pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli
belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:

1. Melalui surat

2. Melalui telepon

3. Melalui kunjungan personal

4. Tindakan yuridis.

14
Berdasarkan uraian di atas diharapkan perusahaan dapat meminimumkan jumlah piutang yang
tidak tertagih sehingga menuntut perusahaan untuk memiliki manajemen piutang yang baik.
Manajemen piutang tersebut diharapkan dapat menetapkan kebijakan-kebijakan yang dapat
dijadikan pedoman dalam pengendalian piutang.

5. Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume
penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit
dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran
piutang.

Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran piutang tersebut. Makin lunak
atau makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan berarti makin lama modal terikat dalam
piutang. Mengenai perputaran piutang.

Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Drs. Munawir mengatakan bahwa: Posisi piutang
dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran
piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang
rata-rata.

Menurut Warren Reeve perputaran piutang adalah Usaha (account receivable turn over)
untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.

Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua
faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh
dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua.
Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga
yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan.

Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari definisi dapat diketahui bahwa rasio perputaran yang tinggi mencerminkan kualitas piutang
yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal

15
yang diinvestasikan dalam piutang. Makin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal
kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi
modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin tinggi perputaran piutang
berarti makin efisien modal yang digunakan.

Selain perputaran piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efisien atau tidaknya
piutang, ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika waktu rata-rata pengumpulan piutang
(average collection periode). Jangka waktu pengumpulan piutang adalah angka yang
menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang.

Perumusan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

Jumlah hari penjualan dalam piutang memberi tolak ukur mengenai lamanya waktu piutang
dagang yang beredar. Semakin besar rasio umur piutang, semakin besar kemungkinan rasio tidak
tertagihnya piutang.

Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan oleh banyak hal.
Munawir mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:

1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang

2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih besar

3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar

4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap

5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.

Terlepas dari hal-hal tersebut diatas, dalam piutang, resiko kerugian akibat piutang yang tidak
dapat diterima pembayarannya selalu ada. Ada dua metode penyisihan piutang yaitu :

a) Metode penghapusan langsung

16
Dalam metode ini kerugian piutang yang tidak bisa ditagih, dicatat langsung pada periode saat
terjadinya penghapusan piutang dengan perkiraan debet beban penghapusan piutang dan kredit
perkiraan piutang dagang.

b) Metode Penyisihan/cadangan.

Ada metode ini, setiap akhir periode dilakukan penaksiran terhadap piutang yang dimiliki
perusahaan, sehingga diperoleh taksiran dari piutang yang disangsikan dapat diterima
pembayarannya. Taksiran ini dicatat pada perkiraan debet beban piutang dan kredit pada
perkiraan penyisihan piutang.

Jumlah taksiran kerugian piutang dapat ditetapkan atas dasar :

1) Atas dasar jumlah penjualan

Piutang terjadi karana akibat dari penjualan kredit maka taksiran menhunakan jumlah penjualan
selama periode bersangkutan. Yaitu dengan membandingkan kerugian piutang yang sebenarnya
terjadi dengan total pejualan kemudian dilakukan perubahan-perubahan atas kemungkinan yang
akan datang. Biasanya dalam bentuk persentase.

2) Atas dasar saldo piutang

Jumlah ini dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu dengan saldo piutang pada
akhir periode. Dengan demikian yang dijadikan dasar adalah jumlah piutang dagang yang dimiliki
perusahaan pada akhir periode.

3) Atas dasar analisis usia piutang

Penerapan metode ini pada dasarnya sama dengan penentuan taksiran kerugian piutang atas dasar
saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok piutang yang belum jatuh tempo, dan
kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan
atas dasar lamanya jatuh tempo. Lamanya tunggakan, dihitung dari tanggal jatuh tempo piutang
sampai tanggal 31 Desember.

17
6. Resiko Kerugian Piutang

Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak
dapat dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar.
Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.

Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar suatu perusahaan semakin besar pula
resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan
terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan
telah memperhitungkan labanya terlalu besar.

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :

a) Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)

Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih
langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam
membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak
menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.

b) Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila jumlah
piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.

c) Resiko keterlambatan pelunasan piutang

Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan dana ini
akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.

d) Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

18
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan
mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa
mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

1.2 Jenis Piutang

1. Piutang Dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah
diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling
signifikan yang dimiliki perusahaan. Piutang dagang dapat digolongkan sebagai berikut :

2. Piutang Usaha merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan
jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu pembayaran piutang usaha pada umumnya antara 30-60
hari. Pemberian kredit ini dilakukan dengan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang
didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan penjualan dan kontrak
penyerahan. Biasanya piutang dagang dikenakan biaya, walaupun ada kemungkinan bunga
ataupun beban ditambahkan jika pembayaran tidak dilakukan dalam satu periode yang telah
ditentukan yaitu periode dimana debitur wajib melunasi hutangnya, b. Wesel Tagih (Notes
Receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di
masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan ataupun transaksi lainnya.
Tetapi wesel tagih kebanyakan berasal dari transaksi peminjaman uang yaitu dengan diberikannya
trade receivable dengan disertai wesel. Wesel tagih bisa bersifat jangka panjang.

3. Piutang Non Dagang adalah semua piutang yang timbul dari transaksi-transaksi yang secara
tidak langsung berhubungan dengan penjualan barang atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh
perusahaan, termasuk diantaranya :

a. Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada perusahaan afiliasi, piutang
karyawan,

b. Piutang kepada perusahaan asuransi, atas kerugian-kerugian yang dipertanggungjawabkan.

c. Piutang pajak yang disetor.

19
d.Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-surat berharga atau
sekuritas seperti piutang saham, piutang pemesa surat utang obligasi.

e. Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang pendapatan seperti piutang bunga,
sewa, dividen, royalitas.

2. Pengendalian piutang usaha

Persetujuan penjualan kredit dilakukan dengan pertimbangan yang matang, sehingga piutang
dapat diterima tepat pada waktunya. Adanya prosedur mengelola piutang akan menyediakan
informasi akuntable . secara sederhana pengendalian terhadap piutang adalah sebagai berikut.

a. Pencatatan piutang ke jurnal . seluruh mutasi piutang seperti penjualan kredit ,


penerimaan piutang , retur penjualan , penghapusan piutang atau penjualan
piutang dicatat jurnal.
b. Pencatatan ke rekening control . seluruh piutang dengan segala mutasinya dicatat
dalam satu rekening yaitu akun piutang usaha.
c. Pencatatn data mutasi piutang individu . setiap langganan diselenggarakan
sebuah sarana record seperti kartu piutang , sehingga perubahan dan saldo piutang
kepada langganan tertentu dapat diketahui dan digunakan setiap saat diperlukan .
setiap terjadi mutasi piutang langgaanan dicatat ke karu piutang . contoh kartu
piutang sebagai berikut

20
KARTU PIUTANG Nama debitor : Dian Sari
PT.ANGGRORADO Alamat :Air Bersih No.143
Jl.Pintu Air No.43 Medan No.Akun :3.021
Max.Kredit :Rp.10.000.000
TANGGAL No. Mutasi
Bukti Keterangan
Debit Kredit Saldo
Des.02,2010 F,012 Penjualan 3.000.000 3.000.000
Des.22,2010 T,007 Penerimaan 2.000.000 1.000.000
Piutang

3. Penilaian Piutang Usaha

Piutang akan dicantumkan dalam neraca sebesar jumlah yang akan dapat direalisasikan
(nilai realisasi / penyelesaian / realizable / settlement value) yaitu jumlah yang diharapkan dapat
ditagih. Jumlah yang diharapkan dapat ditagih dihitung dengan cara mengurangi jumlah piutang
yang ada dengan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih. Misalnya PT Cendekia pada tanggal
31 Desember 2006 mempunyai saldo piutang usaha Rp. 100.000.000,-. Dari piutang tersebut yang
diperkirakan tidak dapat tertagih sebesar Rp. 15.000.000,- dikarenakan kondisi pelanggannya
mengalami kebangkrutan. Jadi jumlah yang diharapkan diterima adalah Rp. 85.000.000 (Rp.
100.000.000,- dikurangi Rp. 15.000.000,-).

Jumlah piutang yang tidak dapat tertagih diakui sebagai kerugian piutang. Kerugian piutang ini
dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan sebagai beban lainlain. Besarnya kerugian
piutang dapat ditentukan dengan menggunakan metode penghapusan langsung atau metode
cadangan.
21
1. Metode penghapusan langsung

Jumlah kerugian piutang atau piutang yang dihapuskan dapat diakui dan dilaporkan jika terdapat
bukti yang meyakinkan bahwa pelanggan benar-benar tidak dapat melunasinya. Sehingga jumlah
piutang yang dilaporkan dalam neraca adalah sebesar nilai bruto bukan nilai yang diharapkan dapat
diterima.

Contoh, misalnya PT Rajawali pada tanggal 31 Desember menerima memo berupa copy surat
keputusan dari pengadilan bahwa pelanggan tersebut dinyatakan pailit, maka pada tanggal tersebut
PT Rajawali akan menghapus piutangnya senilai Rp. 15.000.000,-. Ayat jurnal untuk mencatat
kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah:

2. Metode Cadangan

Jika menggunakan metode cadangan, perusahaan setiap akhir tahun harus menentukan berapa
taksiran besarnya piutang tak tertagih yang akan diakui dan dilaporkan sebagai kerugian piutang
pada periode berjalan. Sehingga jumlah piutang yang dilaporkan dalam neraca adalah sebesar
jumlah yang diharapkan dapat diterima.
Ada dua dasar untuk menentukan jumlah kerugian piutang sebagaimana dalam ilustrasi 4.1

22
a. Jumlah penjualan

Kerugian piutang ditentukan dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah
penjualan yang diakui pada periode tersebut khususnya penjualan kredit. Dasar ini digunakan
karena yang menimbulkan piutang adalah penjualan kredit. Tetapi jika sulit memisahkan
berapa jumlah penjualan tunai dan berapa jumlah penjualan kredit maka yang digunakan
adalah jumlah penjualan keseluruhan periode tersebut.

Contoh, misalnya penjualan yang diperoleh oleh PT Setia Jaya pada tahun 2006 adalah Rp.
300.000.000,- dimana seperempatnya adalah penjualan tunai. Perusahaan menetapkan bahwa
persentase piutang tak tertagih pada tahun 2006 adalah 10%. Maka besarnya kerugian piutang
dihitung sebagai berikut:

Penjualan tahun 2006 Rp. 300 juta


Penjualan tunai tahun 2006 (1/4 x 300 Rp. 75 juta
Penjualan kredit tahun 2006 Rp. 225 juta
Piutang tak tertagih: 10% x Rp. 225 juta Rp. 22,5 juta

Ayat jurnal untuk mencatat besarnya kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah :
1. Jika pada periode tersebut baru menerapkan metode cadangan, maka jurnalnya sebagai berikut:

2. Jika perusahaan telah menggunakan metode cadangan dan misalkan saldo cadangan kerugian
piutang pada periode tersebut masih sebesar Rp. 5 juta

23
3. Terdapat bukti yang jelas jika pelanggan benar benar tidak dapat melunasi piutangnya
Misalkan pada tanggal 5 Januari 2007 terdapat bukti surat keputusan pengadilan menyatakan
bahwa salah satu pelanggan dinyatakan pailit yang berpiutang sebesar Rp. 10.000.000,- ,
sehingga piutangnya benar benar tidak dapat ditagih dan harus dihapuskan maka ayat jurnal
untuk mencatat kejadian ini adalah:

b. Saldo Piutang

Perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang akhir periode dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu:

1.jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang


2.cadangan ditambah persentase tertentu dari saldo piutang
3. jumlah cadangan dinaikkan sampai jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang

Untuk memberikan ilustrasi penggunaan ketiga metode di atas, misalnya PT Anggara Permana per
31 Desember 2006 mempunyai saldo piutang sebesar Rp. 15.602.900,- dengan rincian
sebagaimana tertera di dalam tabel daftar saldo piutang dibawah ini. Sedangkan saldo cadangan
kerugian piutang sebesar Rp. 250.000,-. Untuk tahun 2006 perusahaan menetapkan persentase
kerugian piutang sebesar 2% dari saldo piutang.

24
Dari data di atas perhitungan besarnya kerugian piutang dan pencatatannya dilakukan sebagai
berikut:

1) Jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang Besarnya kerugian
piutang adalah persentase kerugian dikalikan saldo piutang yaitu 2% x Rp. 15.602.900 = Rp.
312.058,-. Karena saldo cadangan kerugian piutang masih sebesar Rp. 250.000 maka jumlah
kerugian piutang tahun tersebut yang ditambahkan ke akun cadangan kerugian piutang adalah Rp.
312.058 Rp. 250.000 = Rp. 62.058. Sedangkan ayat jurnal untuk mencatat kerugian piutang dan
cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah:

25
2) Cadangan ditambah persentase tertentu dari saldo piutang

Jumlah kerugian piutang yang diakui pada tanggal 31 Desember 2006 adalah hasil kali persentase
kerugian dengan saldo piutang ditambah dengan saldo cadangan kerugian piutang yang masih ada
pada tanggal tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Persentase kerugian dikalikan saldo piutang


(2% x Rp. 15.602.900 ) Rp. 312.058
Ditambah
Saldo cadangan kerugian piutang yang ada Rp. 250.000
Jumlah kerugian piutang Rp. 562.058
Sedangkan ayat jurnal untuk mencatat kerugian piutang dan cadangan kerugian piutang pada
tanggal 31 Desember 2006 adalah:

Dengan ayat jurnal di atas maka saldo cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember
menjadi Rp. 562.058,-.

3) Jumlah cadangan dinaikkan sampai jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang
Berdasarkan daftar piutang yang dimiliki PT Anggara Permana pada tanggal 31 Desember 2006
dimana piutangnya sudah dikelompokkan menjadi dua golongan utama yaitu yang belum jatuh
tempo dan yang menunggak. Jika PT Anggara Permana mempunyai kebijakan untuk menetapkan
besarnya kerugian untuk masing masing golongan piutang sebagai berikut :

26
Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas besarnya kerugian piutang adalah Rp. 879.837,75.
Karena saldo cadangan kerugian piutang yang masih ada sampai dengan tanggal 31 Desember
2006 adalah sebesar Rp. 250.000 maka akun cadangan kerugian piutang ini akan ditambah sebesar
Rp. 879.837.74 Rp. 250.000 = Rp. 629.837,75. Sedangkan ayat jurnal untuk mencatat kerugian
piutang dan cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah :

27
Bab IV

Studi Kasus

Pada tanggal 31 Desember 2010, dalam pembukuan PT. PIKSI terdapat antara lain akun beserta
saldonya sebagai berikut :
Piutang Rp 6.500.000,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 60.000,00
Penjualan (60 % penjualan kredit) Rp 12.500.000,00
Retur Penjualan (dari penjualan kredit) Rp 500.000,00
Potongan Penjualan Rp 300.000,00

Diminta :
Jurnal penyesuaian 31 Desember 2010 untuk mencatat taksiran kerugian piutang tak tertagih
dengan ketentuan :
1. Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar :
a. 2 % (dua persen) dari penjualan
b. 2 % (dua persen) dari penjualan bersih
c. 2 % (dua persen) dari penjualan kredit bersih
2. Besarnya cadangan piutang tak tertagih ditetapkan :
a. Ditambah 4 % (empat persen) dari saldo piutang
b. Dijadikan 4 % (empat persen) dari saldo piutang, saldo cadangan piutang tak tertagih(Debet)
sebesar Rp 60.000,00
c. Dijadikan Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) yang ditetapkan berdasarkan analisis umur
piutang, saldo cadangan piutang tak tertagih(Debet) sebesar Rp 60.000,00
d. Dijadikan 4 % (empat persen) dari saldo piutang tetapi dalam hal ini saldo cadangan piutang tak
tertagih (kredit) sebesar Rp 60.000,00

28
Jawab :
Jurnal Penyesuaian per 31 Desember 2010 :
1. Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar :
a. 2 % (dua persen) dari penjualan
2 % x Rp12.500.000,00 = Rp 250.000,00
Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 250.000,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 250.000,00

b. 2 % (dua persen) dari penjualan bersih


2% x [Rp 12.500.000,00 (Rp500.000,00 + Rp 300.000,00)] = Rp 234.000,00

Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 23400,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 23400,00

c. 2 % (dua persen) dari penjualan kredit bersih


Penjualan kredit : 60 % x Rp 12.500.000,00 Rp 7.500.000,00
Retur dan Potongan Penjualan Rp 800.000,00
Penjualan kredit bersih Rp 6.700.000,00
2 % x Rp 6.700.000,00 = Rp 134.000,00
Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 13400,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 13400,00

2. Besarnya cadangan piutang tak tertagih ditetapkan :


a. Ditambah 4 % (empat persen) dari saldo piutang
4 % x Rp 6.500.000,00 = Rp 260.000,00
Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 260.000,00

29
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 260.000,00

b. Dijadikan 4 % (empat persen) dari saldo piutang, saldo cadangan piutang tak tertagih (Debit)
sebesar Rp 60.000,00
Saldo akhir cadangan 4 % x Rp 6.500.000,00 Rp 260.000,00
Saldo cadangan (Debet) Rp 60.000,00
Jumlah penyesuaian Rp 320.000,00
Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 320.000,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 320.000,00

c. Dijadikan Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) yang ditetapkan berdasarkan analisis umur
piutang, saldo cadangan piutang tak tertagih (Debet) sebesar Rp 60.000,00
Saldo akhir cadangan Rp 200.000,00
Saldo cadangan (Debet) Rp 60.000,00
Jumlah penyesuaian Rp 260.000,00
Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 260.000,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 260.000,00

d. Dijadikan 4 % (empat persen) dari saldo piutang tetapi dalam hal ini saldo cadangan piutang tak
tertagih (kredit) sebesar Rp 60.000,00
Saldo akhir cadangan 4 % x Rp 6.500.000,00 Rp 260.000,00
Saldo cadangan (Kredit) Rp 60.000,00
Jumlah penyesuaian Rp 200.000,00
Jurnal :
Kerugian piutang tak tertagih (D) Rp 200.000,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp 200.000,00

Contoh Analisis Umur Piutang :

30
Jumlah Belum Jumlah Hari Lewat Jatuh Tempo
Nama Pelanggan Saldo Jatuh
Piutang Tempo 61-90 di atas
1-30 hari 31-60 hari
hari 90 hari
1,000,00 1,000,00
Agam
0 0
1,500,00 1,500,00
Budi
0 0
2,000,00 2,000,00
Caca
0 0
Dudung 750,000 750,000
1,250,00
Lainnya
0 500,000 500,000 250,000
6,500,00 4,500,00
0 0 750,000 500,000 500,000 250,000
Taksiran Persentase
Tak Tertagih 0.02 0.03 0.04 0.06 0.15
Jumlah Taksiran
Tak Tertagih 200,000 90,000 22,500 20,000 30,000 37,500

31
BAB V

Materi Tambahan

A. PENGERTIAN ANJAK PIUTANG


Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988,perusahaan anjak
piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.
Secara umun anjak piutang (factoring) dapat di definisikan sebagai kontrak dimana perusahaan
anjak piutang menyediakan jasa-jasa sekurang-kurangnya antara lain :
a. Jasa pembiayaan
b. Jasa pembukuan
c. Jasa penagihan piutang
d. Jasa perlindungan terhadap resiko
Untuk itulah klien berkewajiban kepada perusahaan anjak piutang secara terus menerus menjual
atau menjaminkan piutang yang berasal dari penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa.
Sedangkan pengertian anjak piutang menurut Perpres no. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek
suatu Perusahaan berikut pengurusan piutang tersebut.
B. KEGIATAN ANJAK PIUTANG
Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan piutang suatu
perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung kesepakatan dengan pihak kreditor
(pihak yang punya piutang).
Kegiatan perusahaan anjak piutang di Indonesia diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988. Berdasarkan KMK tersebut
dapat disimpulkan bahwa kegiatan anjak piutang meliputi:
1. Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu.
2. Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan harga yang sesuai

32
dengan kesepakatan.
3. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang dapat
mengelola kegiatan administrasi kredit suatu perusahaan sesuai kesepakatan.
C. PERMODALAN ANJAK PIUTANG
Sesuai dengan PMK No. 84/PMK.012/2006 tanggal 29 September 2009 tentang Perusahaan
Pembiayaan, jumlah modal di setor atau di simpanan pokok dan simpanan wajib dalam rangka
pendirian perusahaan pembiayaan adalah :
a. Perusahaan swasta nasional atau perusahaan patungan sekurang-kurangnya
sebesar Rp.100 milyar.
b. Koprasi sekurang-kurangnya Rp.50 milyar.
D. PELAKU ANJAK PIUTANG
Dalam kegiatan anjak piutang terdapat 3 pelaku utama yamg terlibat yaitu :
a. Perusahaan anjak piutang (factor), Factor adalah perusahaan atau pihak yang menawarkan jasa
anjak pitang.
b. Klien (supplier), klien adalah pihak yang menggunakan jasa anjak piutang.
c. Nasabah (customer) atau di sebut debitor, adalah pihak-pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien.
Transaksi yang terjadi diantara ketiga pihak yang terlibat dalam kegiatan anjak piutang dapat
dilihat pada gambar birikut ini:

Kreditor (klien)

PPerusahaan AnjakPiutang
1
4

1. Kreditor menyerahkan persoalan piutangnya kepada perusahaan anjak piutang baik dengan
cara memberitahukan kepada debitur maupun tidak.

33
2. Perusahan anjak piutang melakukan penagihan kepada debitur sesuai dengan kesepakatan
yang telahdibuat dengan kreditor.
3. Debitur membayar kepada perusahaan anjak piutang.
4. Perusahaan anjak piutang membayar sesuai tanggung jawabnya kepada kreditor sesudah
semua persoalan utang piutang diselesaikan.

E. JENIS-JENIS ANJAK PIUTANG


a. Berdasarkan pemberitahuan :
Disclosed Factoring atau juga di sebut dengan Negofication factoring.
Adalah pengalihan piutang pada perusahaan anjak piutang dengan sepengetahuan pihak debitor
(customer).
Undisclosed atau juga di sebut dengan non-notafikation factoring.
Adalah transaksi penjualan atau pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang oleh klien
tanpa pemberitahuan kepada debitor kecuali bila ada pelanggaran atas kesepakatan pada pihak
klien atau secara sepihak perusahaan anjak piutang menganggap akan menghadapi resiko.
b. Berdasarkan penanggulangan resiko
Recourse Factoring
Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring berkaitan dengan
resiko debitor yang tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Without recorse factoring
Anjak piutang ini juga disebut non-recourse factoring yaitu perusahaan anjak piutang
menanggung resiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah di alihkan oleh klien.
c. Berdasarkan pelayanan
Full Service Factoring
Yaitu perjanjian anjak piutang yang meliputi semua jenis jasa anjak piutang baik dalam bentuk
jasa pembiayaan maupun jasa non-pembiayaan. Misalnya, urusan administrasi penjualan (sale
ladger administration), tagihan dan penagihan piutang termasuk menanggung resiko terhadap
piutang yang macet.
Finance Factoring
Yaitu perusahaan anjak piutang hanya menyediakan fasilitas pembiayaan saja tanpa ikut
menanggung resiko atas piutang tak tertagih.

34
Bulk Factoring
Jasa factoring ini juga disebut dengan agency factoring yaitu transaksi yang mengaitkan
perusahaan factoring sebagai agen dari klien. Bentuk fasilitas factoring ini pada dasarnya hampir
sama dengan full service factoring, namun penagihan piutang tetap di lakukan oleh klien dan
proteksi kredit tidak dijamin perusahaan factoring.

Maturity factoring
Berbeda dengan jenis factoring yang telah di jelaskan di atas, di mana perusahaan factoring
memberikan pembiayaan dengan pembayaran di muka.dalam maturity factoring, pembiayaan
pada dasarnya tidak di perlukan oleh klien tetapi oleh pengurusan penjualan dan penagihan
piutang serta proteksi atas tagihan. Fasilitas anjak piutang maturity memberikan kredit
perdagangan kepada customer atau nasabah dengan pembayaran segera.
d. Berdasarkan pembayaran kepada klien
Advanced payment
Yaitu transaksi anjak piutang dengan memberikan pembayaran di muka (prepayment financing)
oleh perusahaan anjak piutang kepada klien berdasarkan penyerahan faktur yang besarnya 80%
dari nilai factur.
Maturity
Yaitu transaksi pengalihan piutang yang pembayarannya dilakukan perusahaan anjak piutang
pada saat piutang tersebut jatuh tempo. Pembayaran tagihan tersebut biasanya dilakukan
berdasarkan rata-rata jatuh tempo tagihan (faktur). Untuk lebih jelasnya lihat kembali maturity
factoring yang telah dibahas di atas.
F. KEUNTUNGAN ANJAK PIUTANG
Keuntungan yang diperoleh oleh semua pihak adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan Anjak piutang
a. Memperoleh keuntungan berupa fee dan biaya administrasi.
b. Membantu menyelesaikan pertikaian diantara kreditor dan debitur.
c. Membantu manajemen pihak kredotor dalam penyelenggaraan kredit.
2. Bagi Kreditor (klien)
a. Mengurangi resiko kerugian dengan tertagihnya piutangnya.
b. Memperbaiki system administrasi yang semrawut

35
c. Memperlancar kegiatan usaha dengan ditagihnya piutang oleh perusahaan anjak piutang,
kreditor dapat berkonsentrasi keusaha lainnya
3. Bagi debitur
Memberikan motivasi kepada debitur untuk segera membayar secepatnya, karena ada rasa malu
sehingga berusaha sekuat tenaga untuk segera membayar dengan beragai cara.

36
BAB V

PENUTUP

A. PENUTUP
1. KESIMPULAN

Piutang (receivable) adalah tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan
sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit
atau memberikan pinjaman kepada karyawan, member uang muka pada anak perusahaan,
atau penjualan aktiva tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan perusahaan
kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi kewajibannya sesuai
dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.

Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan menjadi piutang lancar


(jangka pendek) dan piutang tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current
receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan,
tinggal mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak
lancar (noncurrent receivable). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca, baik
sebagai piutang dagang atau piutang nondagang.

2. SARAN
Adapun saran yang ingin kami sampaikan adalah keinginan kami atas partisipasi
pendengar agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kemajuan penulisan makalah ini. kami sadar bahwa kami adalah manusia yang
pasti nya memiliki kesalahan. Oleh karena itu dengan adanya kritik dan saran dari
pendengar kami bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ini untuk kedepannya bisa
menjadi lebih baik lagi dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua .

37
Daftar Pustaka
Baridwan, Zaki, (2004), Intermediate Accounting, edisi ke delapan, BPFE, Yogyakarta.

Hartanto D;Akuntansi Untuk Usahawan; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia;Jakarta,1982

Siagian,Salim;Akuntansi Lanjutan Edisi Satu; Lembaga Penerbitan Fakultas Ekoonomi


UI,Jakarta;1984

Drs.Pirmatua Sirait ,SE.,M.Si(2004);Akuntansi Keuangan Edisi satu Penerbit Politeknik


Unggul LP3M

38

Anda mungkin juga menyukai