Anda di halaman 1dari 6

1.

Komite Audit dan Komite Lainnya, Peran, Tanggung Jawab, Komposisi, Keefektifan
1.1 Komite Audit
Pentingnya keberadaan Komite Audit dalam meningkatkan kinerja perusahaan,
terutama dari aspek pengendalian, maka Komite Audit perlu mendapatkan perhatian dari
manajemen dan Dewan Komisaris serta pihak-pihak terkait yang bertindak sebagai
regulator seperti Menteri keuangan, Menteri BUMN, Bapepam, Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya.
Adapun struktur dan keanggotaan dari Komite Audit yaitu sebagai berikut:
1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari
Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.
2) Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
3) Komisaris Independen wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.
b. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
c. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik,
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut.
d. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.
1.2 Komite Lainnya
1) Komite Lainnya Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance komite lainnya terdiri dari
Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, dan Komite Kebijakan
Corporate Governance.
2) Komite-Komite Lainnya di BUMN
Berdasarkan pasal 70 UU No. 17 tahun 2003 tentang BUMN antara lain disebutkan
bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang
bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan pengawas dalam
melaksanakan tugasnya. Selain komite audit, komisaris atau dewan pengawas dapat
membentuk komite lain yang ditetapkan oleh menteri. Sesuai penjelasan pasal 70 UU
BUMN, komite lain yang dimaksud disini, yaitu komite remunerasi dan komite
nominasi.
3) Komite-Komite Lainnya di Perbankan
Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum konvensional di
Indonesia No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013 mengenai pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum, pada bagian IV komite, menyebutkan bahwa
dewan komesaris wajib membentuk susunan organisasi setidaknya komite audit,
komite pemantau risiko, serta komite remunerasi dan nominasi, dalam rangka
mendukung efektivitas tugas dan tanggung jawab dewan komesaris.
4) Komite-Komite Lainnya di Perusahaan Publik
Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014
tentang Komite Nominasi dan Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik, antara lain
menyebutkan; komite nominasi dan remunerasi adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada dewan komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi
dan tugas dewan komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan
komesaris terkait nominasi dan remunerasi terhadap anggota dewan komesaris (Pasal
1 Ayat 1) dan emiten atau perusahaan publik wajib memiliki fungsi nominasi dan
remunerasi yang wajib dilaksanakan oleh dewan komesaris. Komite nominasi dadan
remunerasi dapat dibentuk secara terpisah (Pasal 2).
1.3 Peran Komite Audit dan Komite Lainnya
Menurut FCGI, peran komite audit adalah untuk mengawasi dan memberi masukan
kepada dewan komisaris dalam hal terciptanya mekanisme pengawasan. Komite audit
memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas dewan komisaris.
1.4 Tanggung Jawab Komite Audit dan Komite Lainnya
Dewan Audit diatur berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 27/163/KEP/DIR/1995
tanggal 31 Maret 1995 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 27/8/UPPB/1995 tanggal 31 Maret
1995. Menurut ketentuan tersebut Dewan Audit dalam perbankan memiliki 6 (enam) tanggung
jawab sebagai berikut:
1) Menyetujui Internal Audit Charter, menanggapi rencana audit intern dan masalah-masalah
yang ditemukan oleh Auditor Intern serta menentukan pemeriksaan khusus oleh Satuan Kerja
Audit Intern (SKAI) apabila terdapat dugaan terjadinya kecurangan, penyimpangan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
2) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal audit tidak menindaklanjuti
laporan Kepala SKAI.
3) Memastikan bahwa laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia serta
Instansi lain yang berkepentingan telah dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Selain
itu, Bank juga mematuhi ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
4) Memastikan bahwa manajemen menjamin baik auditor ekstern maupun intern dapat
bekerja sama dengan standar auditing yang berlaku.
5) Memastikan bahwa manajemen telah menjalankan usahanya sesuai prinsip pengelolaan
bank secara sehat.
6) Efektivitas pelaksanaan fungsi SKAI. Seperti halnya komite audit di perusahaan.
1.5 Komposisi Komite Audit dan Komite Lainnya
Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Dipimpin oleh
seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang
beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite Audit
beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman
anggota. Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai tentang
pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.
Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staf perusahaan dan auditor
eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat
perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur
melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan
keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit
sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan
dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang
akuntansi dan keuangan.
1.6 Keefektifan Komite Audit dan Komite Lainnya
Komite audit dapat melakukan sinergi dengan audit internal untuk lebih meningkatkan
sistem pengendalian internal perusahaan. Apabila terdapat dugaan penyimpangan atau
kecurangan di perusahaan yang melibatkan direksi perusahaan, maka komisaris dapat
menugaskan komite audit untuk melakukan audit khusus (fraud audit). Dalam hal ini,
komite audit dapat meminta bantuan pihak eksternal (outsourcing) untuk melakukan audit
investiatif (investigative audit) atau audit forensic (forensic audit) guna mengungkap
terjadinya praktik kecurangan yang signifikan di perusahaan.
Dalam penelitian Kalbers dan Fogarty (1993) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas kerja komite audit dan dimuat dalam auditing a journal of
practice & theory berjudul Audit Committee Effectiveness : An Empirical Investigation
Of The Contribution Of Power antara lain mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor
dominan yang berpengaruh terhadap keberhasilan komite audit dalam mengemban
tugasnya. Ketiga faktor itu adalah kewenangan formal dan tertulis dari komite audit,
kerjasama mnajemen, dan kualitas (kompetensi) anggota komite audit. Selain itu,
efektivitas kerja komite audit juga sangat dipengaruhi oleh pola hubungan (relationship)
dan tingkat intensitas komunikasi antara komite auditor dengan berbagai pihak.

2. Kasus PT Kereta Api Indonesia


PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan
keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan
stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi
akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005.
Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip akuntansi berterima umum
sebagai salah satu penerapan etika profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip
akuntansi berterima umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.
Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak
tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan
tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan masih
bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan Laporan
Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi
keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.
Pada kasus ini juga terjadi penipuan yang menyesatkan banyak pihak seperti investor
tersebut. Seharusnya PT KAI bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-asas etika
profesi akuntansi.
Di masa sekarang ini, keberadaan komite telah diterima sebagai suatu bagian dari tata
kelola organisasi perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Selain itu kehadiran
komite audit akhir-akhir ini telah mendapat respon yang positif dari berbagai pihak. Selain itu,
perusahaan yang telah go public diharapkan agar memiliki komite audit untuk membantu
kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Perusahaan dan Komite Audit diharapkan
telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan
standar audit yang ada demi kestabilan dan keefektifan kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen30 halaman
    Bab 2
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Poin 2 Dan 3
    Poin 2 Dan 3
    Dokumen6 halaman
    Poin 2 Dan 3
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen34 halaman
    Bab 10
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Sap 12
    Sap 12
    Dokumen16 halaman
    Sap 12
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen34 halaman
    Bab 10
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • RMK Bab 11
    RMK Bab 11
    Dokumen7 halaman
    RMK Bab 11
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen7 halaman
    Materi 2
    Nesy Swendriani
    Belum ada peringkat