1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi keperawatan
Terapi ini Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam
praktik pelayanan keperawatan jiwa sebagai bentuk pelayanan yang holistik dan komprehensif
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan serta perlu untuk mengembangkan kompetensi
perawat jiwa dan komunitas dalam memberikan intervensi kepada subyek penelitian gangguan
jiwa khususnya dengan kerusakan interkasi sosial untuk mengoptimalkan kesehatan jiwa serta
meminimalkan jumlah kasus baru.
1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan pedoman dalam memberikan Terapi Social Skill Training(Sst) Dalam
Meningkatkan Keterampilan Pada Pasien yang mengalami gangguan isolasi sosial
1.4.3 Bagi Pasien
a. Diharapkan klien lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari terutama yg
berhubungan dengan orang lain
b. Klien dapat melakukan sosialisasi dengan orang lain
c. Klien dapat melakukan interaksi dengan baik dengan orang lain
d. Klien tidak lagi melamun jika berada di tempat umum
1.4.4 Bagi keluarga
Melibatkan keluarga dalam memberikan Terapi Social Skill Training(Sst) Dalam Meningkatkan
Keterampilan Pada Pasien yang mengalami gangguan isolasi sosial.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP ISOLASI SOSIAL
2.1.1 Pengertian
Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial ( Depkes RI, 2000. Dikutip oleh Ade Herman, 2011).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Towndsend, 1998. Dikutip oleh Farida dan
Yudi, 2011).
Menururt Keliat (1998), Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang
lain ( dalam Iyus Yosep, 2011).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan yang
tidak fleksibel, tingkah maladaptif, dan mengganggu individu dalam hubungan sosialnya ( dalam
Ade Herman, 2011).
2.1.2 Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan
dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya
pada orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengn orang lain, lebih menyukai berdiam diri,
menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.(farida, 2010).
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart & Sundeen
(1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang sesuai dengan
proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai usia lanjut untuk dapat mengembangkan
hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan
sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon social
maladaptif.
2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan
tingkah laku.
Sikap bermusuhan/hostilitas
Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya.
Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang
kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
Ekspresi emosi yang tinggi
Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung
dan kecemasannya meningkat)
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut
oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
4) Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil
penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,
sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga
dapat menyebabkan skizofrenia
b. Faktor Presipitasi
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan
stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan
pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.
1. Stresor Biokimia
a. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat
merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamin dalam
otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme,
adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
d. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya
adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
2. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
3. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa perilaku skizofrenia
disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang
berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi
stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
b. menarik diri
Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.
d. Manipulasi
Adalah hubungan yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai obyek
dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
e. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak
dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak
f. Narkisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
memiliki sikap egosentres, pecemburu dan marah, jika orang lain tidak mendukung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri pada saat usia remaja menjadi
sangat penting. Terlebih pada remaja yang mengalami gangguan isolasi sosial. Karena pada saat
individu memasuki usia remaja, maka dirinya akan memasuki dunia pergaulan yang lebih luas
dimana pengaruh teman sebaya, dan lingkngan sosialnya akan sangat menentukan.
Klien dengan gangguan isolasi sosial memiliki kepribadian introvert dimana mempunyai
keterbatasan dalam bicara dan bahasa yang menyebabkan munculnya kendala untuk meguasai
keterampilan sosialisasi yang akan menyebabkan dirinya mengalami kesulitan untuk
menyesuaika diri dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga akan muncul rasa rendah diri,
dikucilkan dari pergaulan, dan cenderung memiliki kepribadian yang labil, mudah tersinggung.
Upaya upaya tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien degan gangguan
isolasi sosial bertujuan untuk melatih klien melakukan interkasi sosial sehingga klen merasa
nyaman ketika berhubungan dengan orang lain. Salah satu tidak keperawatan tersebut yang
termasuk kelompok terapi psikososial adalah social skills training(SST). social skills
training(SST) diberikan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial untuk melatih keterampilan
dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan lingkungannya secara optimal.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi keperawatan
Diharapkan perawat dapat mempraktekkan dalam pelayanan keperawatan jiwa dengan
memberikan intervensi kepada subyek pada gangguan jiwa dengan ganggua isolasi sosial untuk
mengoptimalkan kesehatn jiwa
3.2.2 bagi pelayanan kesehatan
Sebagai pedoman dalam memberikan pelatihan dalam peningkatan keterampilan pasien.
3.2.3 bagi pasien
Untuk selalu menerapkan keterampilan tersebeut di kehidupan sehari-hari. Untuk membantu
dalam mambina hubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
3.2.4 bagi keluarga
Di harapkan keluarga dapat mengaplikasikan terapi di kehidupan sehari-hari dan di perlukan
untuk memotivasi dalammenerapkan keterampilan-keterampilan tersebut.