Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BIOMEDIK I

SISTEM PERKEMIHAN (UROLOGI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6
AIZA NUR LATHIFAH (1711222005)
DELVIA WITRI CHANIA (1711222001)
EL ZENITIA VILLA RINJANI (1711222007)
LIYA PUTRI RAHMANIYA (1711222014)
MIFTAHUL JANNAH (1711221014)
NADYA ROFIFA (1711
RAHMI HANDE (1711222008)
RANNY ATRISYA (1711222017)

DOSEN PEMBIMBING :

Ibu Dr.dr.Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM

Bapak Dr. Masrizal Dt. Mangguang, SKM.,M. Biomed

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI GIZI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu yang
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Biomedik 1.
Penulis tak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr.dr.Dien
Gusta Anggraini Nursal,MKM dan Bapak Dr. Masrizal Dt. Mangguang, SKM.,M.
Biomed selaku dosen matakuliah Biomedik 1 yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini, dan semua anggota kelompok 6 yang telah berkerja sama dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen dan seluruh mahasiswa di
Universitas Andalas dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Padang, Agustus 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................................................... 3

BAB I.

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................................................................ 4

A. LATAR

BELAKANG ............................................................................................................................................................................................... 4

B. RUMUSAN

MASALAH ................................................................................................................................................................................................. 4

C. TUJUAN ........................................................................................................................................................................................... 4

BAB II.

PEMBAHASAN .............................................................................................................................................................................................. 5

A. BAGIAN-

BAGIAN GINJAL ....................................................................................................................................................................................... 5

1. STRUKTUR ANATOMI GINJAL .............................................................................................................................................. 5


2. SALURAN URINE ..................................................................................................................................................................... 6
A.

KESIMPUL

AN 24

B. SARAN........................................................................................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................................................... 25

3
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika kita ingin buang air kecil, maka secara alami tubuh kita merasakan sebuah
rangsangan dari sebuah organ yang mengatur hal tersebut untuk mengeluarkan cairan
yang disebut urine. Organ yang mengatur kerja dan mekanisme tersebut disebut
dengan organ perkemihan dan system yang mengatur hal tersebut disebut dengan
system perkemihan (urologi).
Sistem urologi adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh
larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). System urologi terdiri atas
ginjal, yang mengeluarkan sekret urine, ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke
kandung kencing, kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung, dan uretra, yang
menyalurkan urine dari kandung kencing. Sebelum menjadi cairan yang dikeluarkan
sebagai urine, terdapat proses yang cukup panjang dalam membentuk urine itu sendiri
yang terbagi menjadi tiga proses pembentukan yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
Setelah terbentuk menjadi urine yang dikeluarkan, terdapat mekanisme untuk mengatur
pengeluaran urine. Itulah yang biasa kita sebut sebagai buang air kecil.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bagian-bagian ginjal dan saluran urine?
2. Bagaimana proses pembentukan urine?
3. Bagaimana mekanisme kontrol mikturisi?

C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Biomedik I
2. Mengetahui apa saja bagian-bagian ginjal dan saluran urine dengan tepat
3. Mengetahui bagaimana proses pembentukan urine dengan benar
4. Mengetahui mekanisme kontrol mikturisi dengan benar

4
BAB II. PEMBAHASAN

A. BAGIAN-BAGIAN GINJAL
1. STRUKTUR ANATOMI GINJAL

Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh


secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostasis dengan mengatur
volume cairan, keseimbangan osmotik, asam basa, ekskresi sisa metabolisme, sistem
pengaturan hormonal dan metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga abdomen,
retroperitonial primer kiri dan kanan kolumna vetebralis, dikelilingi oleh lemak dan
jaringan ikat dibelakang peritonium.
Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas bawah
ginjal kiri setinggi vetebra lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm,
lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm.Ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan, berat ginjal pada
laki-laki dewasa 150-170 gram, wanita dewasa 115-155 gram. Bentuk ginjal seperti
kacang, sisi dalam menghadap ke vetebra torakalis, sisi luarnya cembung dan di atas
setiap ginjal terdapat sebuah kelenjar suprarenal.
STRUKTUR GINJAL
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat. Apabila kapsul dibuka terlihat
permukaan dari ginjal licin dengan warna merah tua. Dengan membuat potongan vertikal

5
dari ginjal melalui margo lateralis ke margo medialis akan terlihat hilus yang meluas ke
ruangan sentral yang disebut sinus renalis bagian atas dari pelvis renalis.
Ginjal terdiri dari :
1. Bagian dalam (internal) medula. Subtansia medularis terdiri dari piramid renalis
jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya menghadap pada sinus renalis
2. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berrwarna cokelat merah,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat di bawah tunika fibrosa,
melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, bagian dalam
di antara piramid dinamakan kolumna renalis
PEMBUNGKUS GINJAL
Ginjal dibungkus oleh suatu massajaringan lemak yang disebut kapsula adiposa.
Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal yang memanjang melalui hilus renalis.
Ginjal dan kapsula adiposa tertutup oleh suatu lamina khusus dari fasia subserosa yang
disebut fasia renalis yang terdapat di antara lapisan dalam dari fasia profunda dan stratum
fasia subserosa internus. Fasia subserosa terpecah menjadi dua bagian yaitu lamella
anterior (fasia prerenalis) dan lamella posterior (fasia retrorenalis).
2. SALURAN URINE

STRUKTUR MIKROSKOPIS GINJAL


Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Ginjal mempunyai lebih kurang 1,3 juta
nefron yang selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah dari arteri renalis. Lubang-
lubang yang terdapat pada renal masing-masing membentuk simpul satu badan malfigi
yang disebut glomerulus.

6
Nefron adalah massa tubulus mikroskopis ginjal yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Nefron menyaring darah dan mengontrol komposisinya. Setiap nefron
berawal dari berkas kapiler yang terdiri dari:
1. Glomerulus, merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak dalam
kapsula Bowman yang berfungsi menerima darah dari arteriola aferen dan
meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriola eferen. Natrium secara bebas
difiltrasi dalam glomerulus sesuai dengan konsentrasi plasma. Kalium juga
difiltrasi secara bebas. Diperkirakan 10-20% kalium plasma terikatoleh protein
dan tidak bebas difiltrasi sehingga kalium dalam keadaan normal.
2. Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan
kapsula Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55 mm. Bentuknya
berkelok-kelok menjalar dari korteks ke bagian medula dan kembali ke korteks.
Sekitar 2/3 dari natrium yang terfiltrasi diabsorpsi secara isotonik bersama klorida
dan melibatkan transportasi aktif natrium. Peningkatan reabsorpsi natrium akan
mengurangi pengeluaran air dan natrium. Hal ini dapat mengganggu pengenceran
dan pemekatan urine yang normal. Kalium diresorpsi lebih dari 70%,
kemungkinan dengan mekanisme transportasi aktif akan terpisah dari resorpsi
natrium.
3. Ansa Henle, bentuknya lurus dan tebal, diteruskan ke segmen tipis, selanjutnya ke
segmen tebal, panjang 12 mm, total panjang ansa Henle 2-14 mm. Klorida secara
aktif diserap kembali pada cabang asendens ansa Henle dan natrium bergerak
secara pasif untuk mempertahankan kenetralan listrik. Sekitar 25% natrium yang
difiltrasi diserap kembalu karena nefron bersifat tidak permeabel terhadap air.
Resorpsi klorida dan natrium di pars asendens penting untuk pemekatan urine
karena membantu mempertahankan integritas gradiens konsentrasi medula.
Kalium terfiltrasi sekitar 20-25% diabsorpsi pada pars asendens lengkung henle
proses pasti terjadi karena gradien elektrokimia yang timbul sebagai akibat dari
reabsorpsi aktif klorida pada segmen nefron ini.
4. Tubulus distal konvulta, bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan jauh
letaknya dari kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-
masing nefron bermuara ke duktus koligens berjalan yang panjangnya 20 mm.
Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan bermuara ke dalam
duktus belini seterusnya menuju kaliks minor ke kaliks mayor. Akhirnya

7
mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada aspek masing-masing piramid
medula ginjal.
Panjang nefron keseluruhan ditambah dengan duktus koligens 45-65 mm. Nefron yang
berasal dari glomerulus korteks (nefron korteks),mempunyai ansa Henle yang
memanjang ke dalam piramid medula. Dalam keadaan normal sekitar 5-10% natrium
terfiltrasi mencapai daerah reabsorbsi di bagian distal. Mekanisme pasti reabsorbsi
natrium pada daerah ini ditukar dengan ion hidrogen atau kalium di bawah pengaruh
aldosteron.
Sekresi kalium terjadi secara murni. Suatu proses pasif yang terjadi karenagradien
elektrokimia yang ditimbulkan oleh perbedaan besar potensial pada segmen nefron ini.
Gradien ini dipertahankan oleh pertukaran aktif natrium dan kalium pada membran
bosalateral sel tubulus. Mekanisme ini dikendalikan oleh aldosteron yang mengendalikan
tubulus distal terhadap sekresi kalium.
5. Duktus koligen medula, bukan merupakan saluran metabolik tidak aktif, tetapi
pengaturan secara halus ekskresi natrium urine terjadi di sini dengan aldosteron
yang paling berperan terhadap reabsorpsi natrium. Peningkatan aldosteron
dihubungkan dengan peningkatan reabsorpsi natrium. Duktus ini memiliki
kemampuan mereabsorpsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium
diperlihatkan pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh aldoesteron.
Reabsorpsi aktif kalium murni terjadi dalam duktus koligen medula.

8
Aparatus juksta glomerulus
Arteriol aferen dan ujung akhir ansa henle asendens tebal, nefron yang sama
bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik persentuhan sel tubulus (ansa Henle)
asendens menjadi tinggi dinamakan makula densa, dinding arteriola yang bersentuhan
dengan ansa Henle menjadi tebal karena sel-selnya mengandung butir-butir sekresi renin
yang besar yang disebut sel juksta glomerulus. Makula densa dn sel juksta glomerulus
erat sekali kaitannya dengan pengaturan volume cairan ekstrasel dan tekanan darah.
Elektromikroskopis glomerulus
Glomerulus berdiameter 200 m, dibentuk oleh invaginasi suatu anyaman kapiler
yang menempati kapsula Bowman, mempunyai dua lapisan seluler yang memisahkan
darah dari dalam kapiler glomerulus dan filtrat dalam kapsula Bowman yaitu lapisan
endotel kapiler dan lapisan epiler khusus yang terletak di atas kapiler glomerulus.
Kedua lapisan ini dibatasi oleh lamina basalis, disamping itu terdapat sel-sel
stelata yang disebut sel masangial. Sel ini mirip dengan sel-sel parasit yang terdapat
dalam dinding kapiler seluruh tubuh. Zat-zat ini bermuatan netral, diameter 4 nm, dapat
melalui membran glomerulus dan zat yang lebih dari 8 nm hampir semuanya terhambat.
Disamping diameter bermuatan molekul, juga memengaruhi daya tembus glomerulus
sehingga tidak dapat melewati glomerulus.
URETER
Ureter terdiri dari dua buah saluran, masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30 cm, dengan penampang0,5cm,
mempunyai 3 jepitan di sepanjang jalan. Piala ginjal berhubungan dengan ureter, menjadi
kaku ketika melewati tepi pelvis dan ureter menembus kandung kemih.
Lapisan ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
2. Lapisan tengah (otot polos).
3. Lapisan sebelah dalam (mukosa).

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltik setiap 5 menit sekali


untuk mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Pelvis
ginjal (pelvis ureter) bagian ujung atasnya melebar membentuk corong, terletak di dalam
hilus ginjal, menerima kalik mayor. Ureter keluar dari hilus ginjal, berjalan vertikal ke
bawah di belakang peritoneum parietal, melekat pada muskulus psoas yang memisahkan
dengan prosesus transversus vetrebrae lumbalis.

9
Pembagian ureter menurut tempatnya:
1. Pars abdominalis ureter. Dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum,
sebelah media anterior M.psoasmayor, ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara obliq, selanjutnya ureter akan
mencapai kavum pelvis menyilang arteri iliaka eksterna. Ureter kanan terletak pada pars
desendens duodenum, sewaktu turun kebawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh
kolong dekstra dan vasa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian
bawah mesenterium dan bagian akhir ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa kolipka
sinistra dekat apertura pelvis superior, berjalan di belakang kolon sigmoid dan
mesenterium.
2. Pars pelvis ureter, berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis sepanjang tepi
anterior dari insisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritonium. Ureter dapat
ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris, arteri vasialis
anterior dan arteri homoroidalis media. Pada bagian bawah insisura iskiadika mayor
ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateraldari vesika urinaria.

Ureter Pria dan Wanita


Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis bagian atas dan disilang oleh
duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Akhirnya ureter berjalan obliq
sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dan trigonum vesika.
Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup

0
pada waktu vesika urinaria penuh, membentuk katup (valvula) dan mencegah
pengembalian urine dari vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di bagian belakang fossa ovarika, berjalan ke bagian
medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria. Dalam perjalanan ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang
2,5 cm. Selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan
ligamentum latum. Ureter mempunyai jarak 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat
yang penting dari ureter tempat mudah terjadi penyumbatan:
1. Pada ureter pelvis junction diameter 2 mm.
2. Penyilangan vassa iliaka diameter 4 mm.
3. Pada saat masuk ke vesika urinaria diameter 1-5 mm.

VESIKA URINARIA

Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis. Bagian ini tempat menyimpan
urine, berdinding otot kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang
dikandung. Vesika urinaria pada waktu kosong terletak di apeks vesika urinaria di
belakang tepi atas simfisis pubis. Permukaan posterior vesika urinaria berbentuk segitiga,
merupakan muara ureter dan sudut inferior membentuk uretra.
Bagian atas permukaan vesika urinaria ditutup oleh peritonium yang membentuk
dinding anterior. Bagian bawah permukaan posterior dipisahkan dari rektum oleh duktus
deferens, vesika seminalis, dan vesika retrovesikalis. Permukaan superior seluruhnya
1

1
ditutupi oleh peritoneum dan berbatas dengan gulungan ileum dan kolon sigmoid,
sepanjang lateral permukaan peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Apabila vesika
urinaria terisi penuh, permukaan superior membesar dan menonjol ke atas masuk, ke
dalam rongga abdomen. Peritoneum menutupi bagian bawah dinding anterior kolumna
vesika urinaria, terletak dibawah vesika urinaria dan permukaan atas prostat. Serabut otot
polos dinding vesika urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat kollum vesika
urinaria yang dipertahankan pada tempatnya para pria oleh ligamentum puboprostatika
dan pada wanita ligamentum pubovesikalis, yang merupakan penebalan fasia pelvis.
Membran mukosa vesika urinaria dalam keadaan kosong berlipat-lipat. Lipatan
ini menghilang apabila vesika urinaria terisi penuh. Daerah membran mukosa permukaan
dalam adalah basis vesika urinaria yang dinamakan juga trigonum. Ureter menembus
dinding vesika urinaria secara miring membuat seperti katup untuk mencegah aliran balik
urine ke ginjal pada waktu vesika urinaria terisi.
Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos, tersusun dan saling berkaitan
disebut M. detrusor visika. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis
superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya
membentuk pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus
yang mengalirkan darah ke vena iliaka interna. Pembuluh limfe vesika urinaria
mengalirkan cairan limfe ke dalam nodi limfatik interna dan nodi limfatik eksterna.
Persarafan berasal dari pleksus hipogastrika inferior, serabut ganglion simpatikus
berasal dari ganglion lumbalis 1 dan 2 berjalan turun ke vesika urinaria melalui pleksus
hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari nervus splenikus pelvis
yang berasal darinervus sakralis II, III, dan IV berjalan melalui hipogastrikus inferior
mencapai dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensoris yang keluar dari vesika urinaria menuju
sistem susunan saraf pusat melalui nervus splangnikus pelvikus berjalan bersama saraf
simpatis melalui pleksus hipogastrikus masuk ke dalam segmen lumbal I dan II medula
spinalis.
URETRA
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan
fungsinya menyalurkan urine keluar.

2
Uretra Pria
Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam vesika urinaria sampai
orifisium uretra eksterna pada penis, panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari :
1. Uretra prostatika,merupakan saluran terlebar, panjangnya 3 cm, berjalan hampir
vertikal melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke apeks dan lebih dekat
ke permukaan anterior. Bentuk salurannya seperti kumparan yang bagian tengah
lebih luas, makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung dengan pars
membranase. Potongan transversal saluran ini menghadap ke depan. Pada dinding
posterior terdapat krista uretralis yang berbentuk penonjolan membran mukosa
dan jaringan di bawahnya dengan panjang 15-17 cm tinggi 3 cm. Pada kiri dan
kanan krista uretralis dengan sinus prostatikus yang ditembus oleh orifisium
duktus prostatikus. Dari lobus lateralis glandula prostata dan duktus dari lobus
medial glandula prostat bermuara dibelakang krista uretralis. Bagian depan dari
krista uretralis terdapat tonjolan yang disebut kolikus seminalis yang pada
orifisium utrikulus prostatikus berbentuk kantong sepanjang 6 cm yang berjalan
ke atas dan ke belakang di dalam substansia prostat dibelakang lobus medial.
Dindingnya terdiri dari jaringan ikat, lapisan muskularis dan membran mukosa,
beberapa glandula kecil yang terbuka ke permukaan dalam.
2. Uretra pars membranasea. Saluran uretra ini yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apeks glandula
prostata dan bulbus uretra. Pars membranasea menembus diafragma urogenitalis,
panjangnya kira-kira 2,5 cm di bawah belakang simfisis pubis, diliputi oleh
1

3
jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis
penis yang mencapai pelvis diantara ligamentum transversal pelvis dan
ligamentum arquarta pubis.
3. Uretra pars kavernosus, merupakan saluran terpanjang dari uretra, terdapat di
dalam korpus kavernosus uretra ke orifisium superfisialis, panjangnya kira-kira 15
cm mulai dari pars membranasea sampai diafragma urogenitalis. Pars kavernosus
uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada
keadaan penis berkontraksi, uretra bagian ini akan membelok ke bawah dan ke
depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis (6 mm) dan
berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan
membentuk fossa navfikularis uretra.
4. Orifisium uretra eksterna, merupakan bagian erektor yang paling
berkontraksi,berupa sebuah celah vertikal. Kedua sisi ditutup ole dua bibir kecil,
panjangnya 6 mm. Ke dalam uretra bermuara glandula uretralis dan dibagi dalam
2 bagian:
a. Glandula yang terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus
uretra (glandula pars uretralis).
b. Lakuna bagian dalan epitelium. Lakuna yang lebih besar di permukaan atas
disebut lakuna magna. Orifisium dari lakuna ini menyebar ke depan sehingga
dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui sepanjang saluran.

Uretra Wanita
Uretra wanita terletak di belakang simfisis, berjalan sedikit miring ke arah atas.
Salurannya dangkal, panjangnya kira-kira 4 cm mulai dari orifisium uretra interna sampai
ke orifisium uretra eksterna. Uretra ini terdapat di belakang simfisis pada dinding anterior
vagina, menjurus obliq ke bawah dan menghadap ke depan.
Apabila tidak berdilatasi, diameternya 6 cm. Uretra ini menembus fasia oris.
Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar di antaranya adalah glandula para
uretralis (skene) yang bermuara ke dalam orifisium uretra dan hanya berfungsi sebagai
saluran ekskresi. Lapisan uretra wanita terdiri:
1. Tunika muskularis.
2. Lapisan spongeosa.
3. Lapisan mukosa sebelah dalam.

4
Diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan
vagina 2, cm di belakang gland klitoris.
B. Proses Pembentukan Urine

Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, untuk menampung hasil
filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang
sudah disaring pada glomerulus dan sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal. Urine
yang berasal dari darah dibawa oleh arteri renalis masuk ke dalam ginjal. Langkah
pertama proses pembentukan urine ultrafiltrasi darah/plasma dalam kapiler glomerulus
berupa air dan kristaloid. Selanjutnya, di dalam tubulus ginjal disempurnakan dengan
proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam
darah. Selanjutnya proses sekresi dikeluarkan ke dalam urine.
Tahap Pembentukan Urine
1. Filtrasi (Penyaringan)

5
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma difiltrasi secara
bebas kecuali protein sehingga filtrasi glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama
dengan plasma, diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik, kembali ke dalam
darah atau oleh sekresi zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.
Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan
aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Setiap menit
kira-kira 1.200 ml darah, terdiri dari 450 ml sel darah dan 660 ml plasma masuk ke dalam
kapiler glomerulus.
(1) Mekanisme kerja filtrasi glomerulus
Ketika darah mengalir melalui glomerulus, cairan yang difiltrasi harus melewati
membrane glomerulus yang mampu menahan sel darah dan protein plasma, tetapi
air dan zat terlarut yang molekulnya berukuran kecil akan melewati membrane
glomerulus. Membrane glomerulus tersusun dari tiga lapisan, yaitu dinding kapiler
glomerulus, membrane basal, dan lapisan dalam kapsul Bowman.
Dinding kapiler glomerulus, terdiri atas satu lapis sel endothelium pipih yang
memiliki banyak pori besar, sehingga bersifat 100 kali lebih permeabel terhadap 2 O
dan zat-zat terlarut daripada kapiler di bagian tubuh lainnya.
Membran basal, lapisan gelatinosa aseluler (tidak mengandung sel) yang terbentuk
dari kolagen dan gliko protein. Kolagen memberikan kekuatan structural, sedangkan
glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang berukuran kecil serta menolak
albumin dan protein plasma lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, filtrat
hamper tidak mengandung protein plasma dan kurang dari 1% albumin yang berhasil
lolos ke dalam kapsul Bowman.
Lapisan dalam kapsul Bowman, tersusun dari podosit yang mengelilingi
glomerulus. Podosit adalah sel berbentuk seperti gurita yang memiliki banyak
tonjolan kaki (foot process). Di antara food process yang berdampingan, terdapat
celah filtrasi yang sempit sebagai jalur tempat cairan meninggalkan kapiler
glomerulus menuju ke lumen kapsul Bowman.
Untuk proses filtrasi diperlukan tekanan filtrasi untuk mendapatkan hasil akhir :
1. Tekanan yang menyebabkan filtrasi, merupakan hasil kerja jantung. Tekanan
hidrostatik kapiler glomerulus kira-kira 50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong
1

6
air dan garam melalui glomerulus.
2. Tekanan yang melawan filtrasi. Tekanan hidrostatik cairan di dalam kapsul Bowman
kira-kira 5 mmHg. Tekanan osmotic koloid protein kira-kira 30 mmHg yang
cenderung menarik air dan garam ke dalam pembuluh kapiler.
3. Tekanan akhir menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama
dengan filtrasi aktif (50-30 + 5 mmHg = 25 mmHg). Kira-kira 120 ml plasma
difiltrasi setiap menit. Pada glomerulus membrane filtrasi hanya dapat dilalui oleh
plasma, garam, glukosa, dan molekul kecil lainnya. Sel darah dan plasma terlalu
besar untuk difiltrasi dengan cara ini. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi
penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma.
Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi
bagian dari endapan.
Susunan cairan filtrasi sama seperti susunan plasma darah tetapi tidak ada proteinnya.
Membrane glomerulus bekerja sebagai suatu saringan biasa dan tidak memerlukan
energy untuk proses ini. Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar
cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein sehingga filtrate
glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Hasil
penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerolus atau urin primer, mengandung
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya. Cairan diubah oleh
reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat
lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.

2. Reabsorpsi (penyerapan kembali)


Reabsorpsi adalah proses penyerapan kembali urine primer yang telah di proses di
badan malphigi. Setelah mengalami proses filtrasi kemudian urine yang masih terdapat
zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh diserap kembali dalam tubulus kontortus
proximal. Zat-zat tersebut, antara lain air, glukosa, asam amino, vitamin serta berbagai
jenis ion. Sementara itu, zat-zat sisa yang tidak dapat digunakan, seperti urea dan
kelebihan garam akan dikeluarkan dalam bentuk urine. Proses reabsorpsi berfungsi untuk
mempertahankan komposisi air serta garam dalam cairan tubuh. Kurang lebih 80% filtrasi
dikembalikan ke aliran darah melalui reabsorpsi pada tubulus proksimal. Pada orang normal,

7
semua glukosa, asam amino, natrium klorida, dan elektrolit difiltrasi dan diarbsorpsi di sini. Sel-
sel tubulus proksimal juga menyekresi urea, kreatini, hidrogen, dan amino bercampur dengan
urine.
Mekanisme pasif
Zat yang akan direabsorpsi harus ditranspor melalui membran epitel tubulus ke
dalam cairan interstitial ginjal, melalui kapiler peritubulus kembali ke dalam darah.
Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah,misalnya air dan zat terlarut dapat
ditranspor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui ruang antar sel (
jalur paraseluler ). setelah diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial,
air dan zat terlarut ditranspor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara
ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid .

Transpor Aktif
Transpor pasif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan
membutuhkan energi yang berasal metabolisme . transpor yang berhubungan langsung
dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATP) disebut transpor aktif
pimer. Transpor yang tidak berhubungan langsung dengan suatu sumber energi seperti yang
diakibatkan oleh gradien ion disebut transpor aktif sekunder

Proses Reabsorpsi
Proses tersebut dimulai di tubulus kontortus proksimal dan berlanjut di lengkung
Henle, tubulus kontortus distal, dan kemudian menuju saluran pengumpul. Dalam proses
reabsorpsi, sekitar 50% urea dari jumlah yang ada dalam urine primer berdifusi kembali
ke dalam darah karena adanya perbedaan konsentrasi yang disebabkan oleh reabsorpsi air
antara urine primer, sel-sel tubulus konvolusi proksimal, dan darah. Sel-sel tubulus
konvolusi proksimal juga secara aktif mengekskresi bahan-bahan beracun dari dalam
darah menuju urine primer bersama beberapa bahan-bahan yang mengandung nitrogen,
seperti kreatinin. Sebagian besar zat-zat yang masih berguna tadi dapat mengalami proses
reabsorpsi beberapa kali. Dari proses reabsorpsi,akan dihasilkan filtrat tubulus atau urine
sekunder.
Di dalam urine sekunder sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih berguna
bagi tubuh. Volume urine sekunder yang dihasilkan lebih sedikit daripada volume urine
primer, bersifat isotonis terhadap cairan tubuh (darah), dan mengandung urea serta

8
beberapa ion mineral. Selanjutnya, urine sekunder itu mengalir menuju lengkung Henle.
Di dalam lengkung Henle juga terjadi proses penyerapan kembali bahan-bahan yang
masih berguna, terutama ion-ion natrium (Na+).

Reabsorpsi bahan yang dibutuhkan oleh tubuh meliputi :


1. Ion-ion natrium (Na), reabsorpsi terjadi secara pasif ( difusi terfasilitasi oleh
saluran protein) maupun aktif ( pompa natrium-kalium). Reabsorpsi terjadi di
tubulus kontortus prokximal,lengkung Henle asenden (naik), serta tubulus
kontortus distal dan duktus kolektivus yang dikontrol oleh enzi renin, hormon
angiotensin dan aldosteron.

2. Ion klorin (Cl), secara pasif berdifusi ke dalam sel-sel epitel dari lumen
tubulus mengikuti pergerakan natrium yang kelua menuju ke cairan kapile
tubuler.

3. Glukosa, fruktosa, dan asam amino direabsorpsi secara difusi dipermudah oleh
saluran protein dan kontranspor 9protein transpo berperan sperti enzim).

4. Air direabsorpsi melalui osmosis bersama-sama dnegan ion natrium dari area
berkonsentrasi air tinggi dalam lumen tubulus ke area berkonsentrasi air
rendah dalam cairan interstisial dan kapier peitubuler.

5. Urea direabsorpsi secara difusi skitar 50%. Sebanyak 50% urea lainya akan

9
dieksresika ke dalam urine.

6. Ion anorganik ( kalium,kalsiumm,fosat,dan sulfat) dan sejumlah ion


organik,direabsorpsi melalui transpor aktif.

3. Augmentasi (Sekresi Tubulus)

Augmentasi adalah transpor aktif yang memindahkan zat-zat tertentu dari


darah peritubuler, keluar melewati sel-sel tubuler menuju ke cairan tubuler, dan
masuk ke dalam urine. Semua zat yang masuk ke cairan tubuler dan tidak
direabsorpsi , akan dieliminasi ke dalam urine sesungguhnya. Sekresi tubulus terjadi
melalui transpor transepitel. Augmentasi terjadi di tubulus kontortus
proksimal,tubulus kontortus distal, dan duktus kolektivus. Dari tubulus pengumpul,
urine dibawa ke pelvis ginjal. Dari pelvis ginjal, urine mengalir melalui ureter
menuju vesika urinearia (kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
sementara urine.
Augmentasi meliputi :
1) Ion hidrogen,amonia,kreatinin,asam hipurat,obat-obatan tertentu dan zat kimia
asing yang disekresikan ke dalam tubulus secara aktif. Sekresi ion hidrogen
dan amonia membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam
basa cairan tubuh.

0
2) Sekresi ion kalium dikontrol oleh hormon aldosteron. Ion kalium secara aktif
direabsorpsi ditubulus kontortus proksimal,tetapi disekresikan di tubulus
kontortus distal dan duktus kolektivus.

C. MEKANISME KONTROL

Proses jalannya pengeluaran urine

Urine dalam Tubulus kolektivus yang berada dalam ren diteruskan oleh ureter menuju
vesica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.

MIKTURISI (BERKEMIH)

Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan


urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama: Pertama, Kandung kemih terisi secara
progresif hingga tegangan pada didndingnya meningkat melampaui nilai ambang
batas; keadaan ini akan mencetuskan tahap kedua, yaitu adanya refleks saraf (disebut
refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal,
setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun refleks
mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat autonom, refleks ini dapat
dihambat atau difasilitasi oleh pusat-pusat di korteks serebri atau batang otak.

Refleks Mikturisi

Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan


kontraksi mikturisi, seperti yang ditunjukkan oleh bentuk runcing terputus-putus.
Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang sensorik
di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di urethra posterior ketika
area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi.
Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis
dari medulla spinalis melalui saraf pelvis, dan kemudian dikembalikan secara refleks
ke kandung kemih melalui serabut saraf parasimpatis dengan mengunakan persarafan
yang sama.

1
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya
akan berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor
berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung
kemih terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor yang lebih kuat.

Sekali refleks mikturisi dimulai, refleks ini bersifat regenerasi sendiri. Yang
artinya, kontraksi awal kandung kemih akan mengaktifkan reseptor regang yang
menyebabkan peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung kemih dan
uretra posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih
selanjutnya; jadi, siklus ini akan berulang terus-menerus sampai kandung kemih
mencapai derajat kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik
sampai lebih dari semenit, refleks yang bergenerasi sendiri ini mulia kelelahan dan
siklus regeneratif pada refleks mikturisi menjadi terhenti, memungkinkan kandung
kemih berelaksasi.

Jadi, refleks mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari
(1)kenaikan tekanan secara cepat dan progresif, (2)periode tekanan menetap, dan
(3)kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks mikturisi
yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih, elemen persarafan
pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit
hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks mikturisi berikutnya. Bila kandung
kemih terus-menurus diisi, akan terjadi refleks mikturisi yang semakin sering dan
semakin kuat. Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang
berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika
inhibisi ini lebih kuat di dalam otak dari pada sinyal konstriktor volunteer ke sfingter
eksterna, maka akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin tidak akan
terjadi hingga kandung kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat
lagi.

Fasilitasi atau Inhibisi Proses Mikturisi oleh Otak

Refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat otonom, tetapi

2
dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi:

1. pusat fasilitasi dan inhibisi yang kuat di batang otak, terutama terletak di pons.
2. beberapa pusat yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi
tetapi dapat berubah menjadi eksitasi.

Refleks mikturisi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang
lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi sebagai
berikut:

1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar refleks mikturisi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila mikturisi diinginkan.
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi refleks
mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan
kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya.
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral
untuk membantu memulai refleks mikturisi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.

Pengeluaran urin secara volunteer biasanya dimulai dengan cara berikut: Mula-
mula, orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan
meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih dan memungkinkan urin tambahan
memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan,
sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang
mencetuskan refleks mikturisi dan secara bersamaan menghambat sfingter uretra
eksterna. Biasanya seluruh urin akan dikeluarkan, dan menyisakan tidak lebih dari 5
sampai 10 mililiter urin didalam kandung kemih.

3
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Sistem urologi adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam
air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). System urologi terdiri atas ginjal, yang
mengeluarkan sekret urine, ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing,
kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung, dan uretra, yang menyalurkan urine
dari kandung kencing. Sebelum menjadi cairan yang dikeluarkan sebagai urine, terdapat
proses yang cukup panjang dalam membentuk urine itu sendiri yang terbagi menjadi tiga
proses pembentukan yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
Filtrasi glomerulus adalah proses penyaringan plasma bebas protein melalui
kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Melalui filtrasi glomerulus, setiap hari
terbentuk rata-rata 180 liter filtrate glomerulus. Reabsorpsi adalah proses penyerapan
kembali urine primer yang telah di proses di badan malphigi. Setelah mengalami proses
filtrasi kemudian urine yang masih terdapat zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh diserap
kembali dalam tubulus kontortus proximal. Augmentasi adalah transpor aktif yang
memindahkan zat-zat tertentu dari darah peritubuler, keluar melewati sel-sel tubuler
menuju ke cairan tubuler, dan masuk ke dalam urine. Semua zat yang masuk ke cairan
tubuler dan tidak direabsorpsi , akan dieliminasi ke dalam urine sesungguhnya. Setelah
urine dibentuk, urine dibawa ke pelvis ginjal. Dari pelvis ginjal, urine mengalir melalui
ureter menuju vesika urinearia (kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
sementara urine. Lalu, urine yang telah ada di vesika urinearia dikeluarkan melalui sebuah
mekanisme control mikturisi.
B. SARAN
Berdasarkan materi-materi yang tim penulis dapatkan dari berbagai sumber di atas,
penelitian dan pengkajian studi tentang sisem perkemihan ini sepertinya masih harus
lebih dikembangkan. Dalam makalah ini, diharapkan kepada penulis dan pembaca bisa
memahami secara lebih mendalam mengenai sistem urologi (perkemihan) dengan baik.
Makalah yang telah penulis susun mungkin masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga
makalah yang penulis susun dapat bermanfaat bagi para pembaca.

4
DAFTAR PUSTAKA

Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Syaifuddin, H. 2010. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan,Ed.4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pratiwi, dkk. 2006. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai