Anda di halaman 1dari 4

I.

HOMELESS

1. PENGERTIAN

Homeless dalam bahasa Indonesia berarti tunawisma. Tunawisma adalah orang yang tidak mempunyai
tempat tinggal tetap di wilayah tertentu dan hidup di tempat umum. Tunawisma adalah orang yang tidak
mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong
jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum
lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai pembatas wilayah dan milik pribadi,
tunawisma sering menggunakan lembaran kardus, lembaran seng atau aluminium, lembaran plastik,
selimut, kereta dorong pasar swalayan, atau tenda sesuai dengan keadaan geografis dan negara tempat
tunawisma berada untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seringkali tunawisma hidup dari belas
kasihan orang lain atau bekerja sebagai pemulung. Gelandangan adalah istilah dengan konotasi negatif
yang ditujukan kepada oranorang yang mengalami keadaan tunawisma.

Adapun secara spesifik ciri-ciri tunawisma yaitu sebagai berikut:

Para tunawisma tidak mempunyai pekerjaan.

Kondisi fisik para tunawisma tidak sehat.

Para tunawisma biasanya mencari-cari barang atau makanan disembarang tempat demi memenuhi
kebutuhan hidupnya.

d.Para tunawisma hidup bebas tidak bergantung kepada orang lain ataupun keluarganya.

Faktor-faktor yang Mengakibatkan Munculnya Tunawisma

Ada berbagai alasan yang menjadikan seseorang memilih untuk menjalani hidupnya sebagai seorang
tunawisma antara lain segi ekonomi. Kemiskinan merupakan faktor utama, kemiskinan menyebabkan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal di tempat-
tempat umum.Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak mempunyai
ketrampilan dan keahlian untuk bekerja.Hal ini berdampak pada anak-anak mereka.Mereka tidak mampu
untuk membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut menjadi tunawisma, anak
yang ditinggalkan orang tuanya sehingga mempengaruhi psikologis anak tersebut, kerenggangan
hubungan dengan orang tua, atau keinginan untuk hidup bebas.

Anak yang ditinggal orang tuanya atau tidak mempunyai orang tua, saudara dan tempat tinggal maka
mereka mencari tempat berteduh di tempat umum. Mereka mencari komunitas yang mau menerima dia
apa adanya. Lansia yang ditelantarkan oleh keluarganya.Penggusuran karena perkembangan
industri.Pengangguran karena kemajuan IPTEK akibatnya tenaga kerja kurang terlatih tersingkir sehingga
di PHK.Namun alasan yang terbanyak dan paling umum adalah kegagalan para perantau dalam mencari
pekerjaan. Hal ini diakibatkan karena cerita-cerita di kampung halaman tentang kesuksesan perantau
kerap menjadi buaian bagi putra daerah untuk turut meramaikan persaingan di kota besar.

Beberapa di antaranya memang berhasil, namun kebanyakan dari para perantau kurang menyadari
bahwa keterampilan yang mumpuni adalah modal utama dalam perantauan.Sehingga mereka yang gagal
dalam merengkuh impiannya, melanjutkan hidupnya sebagai tunawisma karena malu bila pulang ke
kampung halaman.

Masalah kependudukan di Indonesia pada umumnya telah lama membawa masalah lanjutan, yaitu
penyediaan lapangan pekerjaan.Dan bila kita meninjau keadaan dewasa ini, pemerataan lapangan
pekerjaan di Indonesia masih kurang. Sehingga kota besar pada umumnya mempunyai lapangan
pekerjaan yang lebih banyak dan lebih besar daripada kota-kota kecil.

Hal inilah yang menjadi penyebab keengganan tunawisma untuk kembali ke daerahnya selain karena
perasaan malu karena berpikir bahwa daerahnya memiliki lapangan pekerjaan yang lebih sempit
daripada tempat dimana mereka tempati sekarang.Mereka memutuskan untuk tetap meminta-minta,
mengamen, memulung, dan berjualan seadanya hingga pekerjaan yang lebih baik menjemput mereka.

Selain itu, masalah yang sampai saat ini belum teratasi yaitu kemiskinan yang sangat mempengaruhi
munculnya tunawisma pada lansia.Permasalahan yang sangat dirasakan oleh kaum miskin yaitu
permasalahan sosial ekonomi mereka, yakni karena mereka tidak mempunyai ekonomi yang cukup
mereka tidak bisa membeli rumah sehingga mereka memutuskan untuk menjadi tunawisma
(gelandangan).

Dampak dari Tunawisma

Salah satu penyebab mengapa tunawisma dipermasalahkan yaitu karena kebanyakan para tunawisma
tinggal di permukiman kumuh dan liar, menempati zona-zona publik yang sebetulnya melanggar hukum,
biasanya dengan mengontrak petak-petak di daerah kumuh di pusat kota atau mendiami stren-stren kali
sebagai pemukim liar. Selain itu adanya para tunawisma pun mengganggu pemandangan indah suatu
kota sehingga menjadi tidak tertib. Hal tersebut berhubungan dengan pekerjaan para tunawisma seperti,
menjadi pengemis, pemulung sampah, pengamen, dan lian-lain sehingga sangat mengganggu
kesejahteraan suatu kota tersebut. Sehingga hal tersebut dapat berdampak pada.:

a. Kebersihan dan Kesehatan Rumah mereka seadanya, ventilasi dan penerangan kurang sehingga
sangat jauh dari kriteria rumah sehat.

b. Perilaku hidup bersih sangat kurang, sehingga muncul berbagai masalah kesehatan. Mereka tidak
memperhatikan hal ini karena untuk makan saja mereka hampir tidak bisa terpenuhi. Mereka tidak
mempunyai cukup dana untuk memelihara kesehatan dan pengobatan .

c. Gizi kurang yang dikarenakan ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan pangan akibat
rendahnya daya beli makanan bergizi. Hal ini yang berdampak mereka mengalami gizi buruk termasuk
anak hamil dan balita.
d. Tindak kekerasan sesama tunawisma yang dikarenakan pada perebutan atau persaingan lahan
mencari makan sehingga berakibat konflik.

e. Anak- anak kecil banyak yang dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan sejumlah uang
setiap harinya.

2. DAMPAK HOMELESS PADA WANITA

Banyak yang menjadi korban homeless, khususnya anak-anak dan wanita.Pengaruh homeless pada anak-
anak dan wanita sangat beresiko tinggi dan banyak dampak negatifnya bagi tumbuh kembang dan
kesehatan reproduksi.Pengaruh yang sangat terlihat adalah pada mentalnya.Tetapi tunawisma
perempuan jarang terlihat karena mereka sering menemukan perlindungan dengan saudara, teman, atau
tunawisma lainnya yang perempuan.Sebagian besar perempuan tunawisma di jalan-jalan itu karena
perceraian atau melarikan diri dari kekerasan dalam rumah tangga.Pengabaian juga merupakan
kontributor kunci pada wanita tunawisma.

Perempuan mungkin pada peningkatan risiko tunawisma atau dipaksa untuk hidup dengan mantan atau
pelaku saat ini untuk mencegah tunawisma.

Terkadang seorang wanita yang menjadi korban homeless memilki bahaya tersendiri bagi kesehatan
reproduksinya. Mereka terancam oleh dunia kejahatan, yang biasanya akan terjerumus oleh sindikat
penjualan perempuan yang akhirnya menjadi seorang PSK(Pekerja Seks Komersial). Bagi remaja yang
belum cukup umur dan kurang pengetahuan, mereka akan mudah terjerat oleh sindikat ini yang
kemudian akan berpengaruh terhadap segala aspek reproduksinya yang seharusnya belum menjadi
tanggungan atau waktunya.

Banyak wanita homeless sering menjadi korban dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
ketidakmengertian mereka pada dampak-dampak yang akan mereka alami. Keadaan seperti itu
seharusnya ditanggulangi sejak dini. Jika tidak, maka akan semakin banyak wanita yang akan mengalami
kerusakan pada organ reproduksi, seperti PMS (Penyakit Menular Seksual) dan Kanker Mulut Rahim
(Serviks).

Mungkin pada dasarnya semua wanita tidak mau menjadi seorang homeless, tetapi karena berbagai
keadaan yang memaksa mereka menjadi homeless seperti:

1. Sumber Pendapatan yang rendah

2. Penggusuran rumah

3. Tidak mempunyai pekerjaan

4. Masalah keluarga
Meski begitu adapun upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan korban
homeless yaitu:

1. Memberikan pendidikan kesehatan

2. Memberikan penyuluhan tentang proses kehidupan dikota tidak senyaman yang mereka pikirkan.

3. Membantu menyalurkan keterampilan yang mereka miliki sehingga mereka bisa mengandalkan
kemampuan mereka sendiri untuk dapat menghasilkan uang.

4. Memberikan saran kepada homeless agar mau bergabung dengan Lembaga Sosial Masyarakat
(LSM) untuk melindungi hak-hak kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai