Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN ANTENATAL DI KOMUNITAS

PENGERTIAN ASUHAN ANTENATAL

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Dati I Jawa Timur dalam Pedoman


Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga Provinsi Jawa Timur, (2006) terdapat
beberapa pengertia mengenai asuhan antenatal, yaitu sebagai berikut:

1. Asuhan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan


memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti
dengan upaya terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan.
2. Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
3. Pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, masa nifas, persiapan memberikan ASI,
dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar. (Yulifah, Rita dan Tri
J.,2009:59-60)

Pengertian asuhan antenatal secara luas dapat diuraikan melalui penjelasan


berikut ini:

a. Merupakan upaya mempersiapkan pasangan, remaja yang baru menikah


untuk menjadi orang tua yang efektif.
b. Meningkatkan pengertian bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat.
c. Mencari faktor sosial budaya yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan ibu.
d. Meningkatkan pengertian dan merencanakan program keluarga berencana.
e. Menanamkan pengertian tentang hubungan seksual yang sehat guna
meningkatkan keharmonisan keluarga.
4. Pemberian konseling tentang kehamilan. (Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:60)
TUJUAN ASUHAN ANTENATAL

Secara garis besar ada dua tujuan dalam pemberian asuhan antenatal, tujuan
tersebut dikelompokkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus

A. Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan kesehatan Ibu dan janin (maternal and
fetal well being) sesuai dengan kebutuhan, sehingga kehamilan dapat
berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat.
B. Tujuan Khusus
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
b. Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan
janin.
c. Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
d. Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi
komplikasi.
e. Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI eksklusif.
(Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:60-61)

STANDAR MINIMAL ANTENATAL

Standar minimal antenatal merupakan salah satu kebijakan program pemerintah


untuk menurunkan angka kematian Ibu. Pelayanan atau asuhan standar minimal
mencakup 7T, yaitu:
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap
5. Pemberian tablet tambah darah (zat besi), minimum 90 tablet selama
kehamilan.
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
5. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
(Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:61)

Timbang Berat Badan, Ukur Tekanan Darah, dan Tinggi Fundus Uteri

Kehamilan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam perjalanannya


kehamilan dapat berkembang menjadi suatu permasalahan atau dapat
menimbulkan komplikasi, sehingga diperlukan pemantauan selama kehamilan
untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin. Salah satu indikator untuk melihat
kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan, tekanan darah,
dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan. (Yulifah, Rita dan Tri
J.,2009:61)

Imunisasi TT

Pemberian imunisasi tetanus toksoid, merupakan salah satu kebijakan


pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus
yang disebabkan oleh tetanus. Imunisasi Tetanus Toksoid yang pertama (TT1)
dapat diberikan pada saat melakukan kunjungan antenatal yang pertama,
kemudian empat minggu setelah TT1 dapat diberikan TT2. Dengan pemberian
imunisasi TT diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus
neonatorum dalam kurun waktu 3 tahun. (Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:61)

Tablet Zat Besi

Tablet zat besi diberikan kepada Ibu dengan tujuan untuk mencegah
anemia dalam kehamilan. Setiap tablet zat besi mengandung FeSO4 320mg (zat
besi 60mg) dan asam folat 500µg. Pemberian tablet zat besi dimulai dengan dosis
satu tablet sehari pada saat ibu tidak merasa mual. Selama kehamilan ibu
diberikan minimal 90 tablet dan sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi,
karena akan mengganggu penyerapan obat. Untuk menghindari efek samping
(misalnya konstipasi) setelah mengonsumsi tablet zat besi, ibu dianjurkan minum
air putih minimal 1 gelas ukuran sedang (200cc). (Yulifah, Rita dan Tri
J.,2009:61-62)

Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran
kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap
PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui
etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang
diderita oleh ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang dikandung /
dilahirkan.
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas atau masyarakat
adalah dengan melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi sesuai
dengan gejala yang muncul, dan memberikan konseling untuk rujukan .(Yulifah,
Rita dan Tri J.,2009:62)

Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan


Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu hamil
dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau melakukan kerja sama
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan oleh bidan di komunitas dalam temu
wicara adalah sebagai berikut:
a. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan
yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter obstetri ginekologi,
dan sebagainya).
b. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.
c. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil
rujukan.
d. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
e. Memberikan layanan atau asuhan antenatal.
f. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah.
g. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang
rencana kelahiran.
h. Persiapan atau pengaturan transportasi dan biaya untuk ke tempat
persalinan.
(Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:62)

STANDAR ALAT ANTENATAL


Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi peralatan steril dan tidak steril,
bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan, dan obat-obatan.
1. Peralatan tidak steril
a. Timbangan dewasa
b. Pengukur tinggi badan
c. Sphygmomanometer
d. Stetoskop
e. Funandoskop
f. Termometer aksila
g. Pengukur waktu’
h. Senter
i. Refleks hammer
j. Pita pengukur lingkar lengan atas
k. Pengukur Hb
l. Metline
m. Bengkok
n. Handuk kering
o. Tabung urine
p. Lampu spiritus
q. Reagen untuk pemeriksaan urine
r. Tempat sampah
2. Peralatan Steril
a. Bak instrumen
b. Spatel lidah
c. Sarung tangan(handscoen)
d. Spuit atau jarum
3. Bahan-bahan habis pakai
a. Kassa bersih
b. Kapas ‘
c. Alkohol 70%
d. Larutan klorin
4. Formulir yang disediakan
a. Buku KIA
b. Kartu status
c. Formulr rujukan
d. Buku register
e. Alat tulis kantor
f. Kartu penapisan dini
g. Kohort ibu/bayi
5. Obat-obatan
a. Golongan roborantia (vitamin B6 dan B kompleks)
b. Tablet zat besi
c. Vaksin TT
d. Kapsul yodium
e. Obat KB (Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:63-64)
MANAJEMEN ASUHAN ANTENATAL
Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah
alamiah dan sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujuan untuk
mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan standar yang
berlaku. Dalam manajemen asuhan antenatal di komunitas, bidan harus
melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai persiapan
rencana kelahiran, penolong persalinan, tempat bersalin, tabungan untuk bersalin,
dan mempersiapkan rencana apabila terjadi komplikasi.
Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan menemui
ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan selama kehamilannya. Berbagai
penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC)
di antaranya adalah ibu sakit, tidak ada transportasi, tidak ada yang menjaga anak
yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak mau ke pelayanan kesehatan.
Upaya yang harus dilakukan bidan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
adalah dengan :
a. Melakukan kunjungan rumah
b. Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan
pemeriksaan
c. Apabila ada masalah, coba untuk membantu ibu dalam mencari
pemecahannya
d. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan
(Yulifah, Rita dan Tri J.,2009:64)

Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care:
1. Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke 14
2. Satu kali kunjungan selama trimester II, di antara minggu ke 14 sampai
minggu ke 28
3. Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke 28 dan setelah
minggu ke 36
Kunjungan ideal selama kehamilan :
a. Pemeriksaan pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan
terlambat haid 1 bulan.
b. Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan.
c. Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan.
d. Satu kali setiap minggu sampai usia kehamilan 9 bulan.
e. Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan – keluhan.
( Yulifah, rita. 2009 : 65 )
Standar Pelayanan Antenatal di Komunitas
Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas tidak berbeda dengan
pelayanan di klinik, standar tersebut meliputi :
a. Identifikasi ibu hamil.
b. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
c. Palpasi abdomen.
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan.
e. Pengelolaan dini pada hipertensi dalam kehamilan, dan
f. Persiapan persalinan.
( Yulifah, rita. 2009 : 65 )

Pelaksanaan Antenatal Care di Rumah


Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan
antenatal di rumah :
a. Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya.
b. Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan teratur.
c. Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilannya.
d. Sebelum melakukan asuhan di rumah, lakukan kontrak tentang waktu,
tanggal, hari, dan jam yang disepakati dengan ibu hamil agar tidak
mengganggu aktivitas ibu serta keluarga.
e. Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar, kemudian identifikasi lingkungan rumah apabila ibu
mempunyai rencana melahirkan di rumah.
( Yulifah, rita. 2009 : 65 )

Pemilihan Tempat Persalinan


Pemilihan tempat persalinan di masyarakat dipengaruhi oleh riwayat
kesehatan dan kebidanan yang lalu, keadaan kehamilan saat ini, pengalaman
melahirkan sebelumnya, serta ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, sehingga
dalam memilih tempat persalinan hal – hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan dilakukan
oleh ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter.
b. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman, dan
percaya terhadap orang yang menolong.

Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari adanya


rujukan secara estafet. Bidan harus melakukan skrining antenatal pada semua ibu
hamil atau penapisan dini pada ibu hamil yang berpotensi mempunyai masalah
atau factor resiko. Skrining antenatal dilakukan dengan menggunakan prinsip 4T,
yaitu Temu Muka, Temu Wicara, Temu Faktor Resiko, dan Temu Keluarga.
( Yulifah, rita. 2009 : 65 – 66 )

Keterangan :
a. Kehamilan Resiko Rendah (KRR)
Kehamilan normal tanpa masalah atau factor resiko, kemungkinan besar
persalinan normal, akan tetapi harus tetap waspada akan adanya
komplikasi persalinan.
b. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT)
Kehamilan dengan factor resiko, baik dari ibu maupun janin yang dapat
menyebabkan komplikasi persalinan, dampak terhadap kesakitan,
kematian, kecacatan baik pada ibu maupun bayi baru lahir. Diperlukan
rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan khusus dan
adekuat.
c. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan dengan resiko ganda atau lebih dari dua factor resiko baik dari
ibu ataupun janin yang dapat menyebabkan komplikasi persalinan atau
resiko yang lebih besar yaitu kematian ibu dan bayi, dibutuhkan rujukan
ke rumah sakit untuk penanganan khusus dan adekuat.
Selain contoh di atas, penggunaan penapisan dini dengan menggunakan
kartu perkiraan persalinan Soedarto (KPPS), sebagai tolak ukurnya adalah dengan
mengukur panjang telapak kaki kanan dengan tinggi fundus uteri.( Yulifah, rita.
2009 : 66 – 67 )

Langkah – langkah dalam pelaksanaan menejemen asuhan antenatal di komunitas


adalah sebagai berikut :
1. Ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah
mungkin dan membuatnya merasa nyaman.
2. Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip
mendengarkan efektif.
3. Melakukan anamnesis secara lengkap, terutama riwayat kesehatan ibu dan
kebidanan.
4. Melakukan pemeriksaan seperlunya.
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya: albumin, Hb).
6. Membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan
tindakan darurat.
7. Memberi konseling sesuai kebutuhan.
8. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di
rumah.
9. Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila ada
tanda – tanda :
a. Perdarahan per vaginam.
b. Sakit kepala lebih dari biasanya.
c. Gangguan penglihatan.
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
e. Nyeri abdomen.
f. Janin tidak bergerak seperti biasanya.
10. Memberikan tablet Fe 90 butir dimulai saat usia kehamilan 20 minggu.
11. Memberikan imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc.
12. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
13. Mendokumentasikan hasil kunjungan.
( Yulifah, rita. 2009 : 68 )

Anda mungkin juga menyukai