Anda di halaman 1dari 52

VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

PENGEMBANGAN MAJALAH KIMIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK KELAS X SMA N 1 MLATI

Eko Yuliyanto1, Eli Rohaeti2


1
Pendidikan Kimia,Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Pendidika Kimia, Universitas Negeri Yogyakarta
email: ecko_mch@yahoo.com; rohaetieli@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) menguji kualitas majalah kimia berdasarkan aspek kelayakan
materi, penyajian, bahasa dan gambar, dan (2) mengetahui perbedaan motivasi dan kreativitas peserta
didik di kelas yang menggunakan majalah kimia (kelas eksperimen) dan di kelas yang tidak
menggunakan majalah kimia (kelas kontrol) selama proses pembelajaran kimia. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan melalui tujuh tahap yaitu: penelitian
pendahuluan; perumusan tujuan; perancangan format produk dan pembuatan instrumen penilaian
majalah kimia; penyusunan instrumen variabel (motivasi dan kreaivitas); penyusuanan draft majalah
kimia; validasi oleh teman sejawat, ahli materi, ahli media dan pembelajaran, guru kimia; uji coba
kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Tahap uji coba lapangan menggunakan quasi exsperiment
dengan rancangan non-equivalent control group design dan penelitian ini melibatkan kelas kontrol
(n=29) dan kelas eksperimen (n=30) yang dipilih dengan teknik simple cluster random sampling dari
tiga kelas yang ada di SMA N 1 Mlati. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu instrumen
kualitas majalah kimia, lembar angket motivasi belajar, lembar observasi motivasi, lembar angket
kreativitas peserta didik, dan lembar observasi kreativitas peserta didik, dan lembar respon siswa.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.(1) Hasil penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
pengembangan. (2) Majalah kimia untuk aspek materi oleh temen sejawat dan guru kimia dinilai
sangat baik, dan oleh ahli materi dan peserta didik dinilai baik. (3) Validasi majalah kimia dalam
aspek kelayakan penyajian oleh teman sejawat dinilai sangat baik, sedangkan oleh ahli media dan
pembelajaran, guru-guru kimia, serta peserta didik dinilai baik. (4) Validasi dalam aspek kelayakan
bahasa dan gambar oleh teman sejawat, ahli media dan pembelajaran, serta peserta didik dinilai
sangat baik, sedangkan guru menilai baik. Majalah kimia memiliki kelayakan materi, kelayakan
penyajian, dan kelayakan bahasa serta gambar yang baik sehingga majalah kimia layak digunakan
sebagai sumber belajar mandiri oleh peserta didik. Berdasarkan hasil uji lapangan yang dianalisis
menggunakan uji Multivariate Analisis of Variance (MANOVA) disimpulkan bahwa motivasi dan
kreativitas peserta didik secara simultan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda
signifikan (Sig.= 0,058; p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa majalah kimia belum mampu
meningkatkan motivasi dan kreativitas peserta didik secara simultan.

Kata Kunci: majalah kimia, sumber belajar mandiri, motivasi, dan kreativitas

DEVELOPING A CHEMISTRY FOR IMPROVING THE LEARNING MOTIVATION AND


CREATIVITY OF YEAR-10 STUDENTS
OF SMA N 1 MLATI
Abstract
The study aims to (1) test the quality of chemistry magazine quality in the aspects of the
material, presentation, language, and images; (2) know the difference in motivation and creativity of
the students in the control class and experimental class. This study was a research and development
conducted in seven steps, i.e preliminary research; determining the purpose of product; designing
format of product and designing assessment of chemical magazine quality; designing instrument of
independent variables (motivation and creativity); validation by peer reviewer, material expert, media
and learning expert; limited try out; and field try out. The field try out used the quasi experiment with
the design of non-equivalent control group design. This research involved the control class (n=29) and
the experimental class (n=30) established using the simple random sampling technique from three
classes in SMA N 1 Mlati. The instruments to collect the data were the magazines validity sheets,
1
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

motivation questionnaire, observation of motivation sheets, creativity questionnaire, observation of


creativity sheets, and students response sheets. The results of the study show the following. (1) The
development of chemistry magazine is conducted in accordance with the procedures of media
development. (2) The magazines validity on the material aspects by peer reviewer and chemistry
teacher is in a very good category, and on material aspect by material expert and students is in a good
category. (3) The magazines validity on aspects of presentation by peer reviewer is in a very good
category, on aspects of presentation by media expert, chemistry teacher, and students is in a good
category. (4) The magazines validity on the picture and language aspects by peer reviewer, media
expert, and students is in a very good category, on the picture and language aspects by chemistry
teachers is in a good category. The magazines overall validity on material, presentation, picture and
language aspect is in a good category. The field testing results analyzed using the Multivariate
Analysis of Variance (MANOVA) concludes that the motivation and creativity of the students in both
the experimental class and the control class do not differ significantly (sig.= 0.058; p> 0.05). This
shows that the chemistry magazine has not been able to improve the motivation and creativity of the
students simultaneously.

Keyword: chemistry magazine, independent learning resources, motivation and creativity

menjadikan mereka akan mencari sumber


PENDAHULUAN
belajar di luar kelas. Oleh karena itu peserta
Ada banyak faktor yang dapat didik mencoba belajar mandiri dengan bantuan
mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. sumber belajar yang sesuai dengan keinginan
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari peserta peserta didik. Hal ini menjadikan pendidik
didik ataupun pendidiknya. Kualitas tanggap dengan kondisi seperti ini, yaitu
pembelajaran di kelas dapat diperoleh dari dengan cara menyediakan sarana belajar yang
respon siswa selama pembelajaran. Berdasarkan menarik. Berdasarkan hasil survei yang
survei di SMA N 1 Mlati diperoleh informasi dilakukan di SMA N 1 Mlati menunjukkkan
85% peserta didik kelas X menyatakan bahwa bahwa 80% peserta didik kelas X menyukai
guru kimia dalam mengajar tidak menarik. majalah sebagai bahan bacaan mereka. Hal ini
Beberapa ketidakmenarikan ini berupa adanya potensi pengembagan majalah kimia
kurangnya pembelajaran dengan praktik, sebagai sumber belajar kimia.
kurangnya intermeso dengan canda tawa, Berdasarkan informasi di SMA N 1 Mlati
penjelasan materi pelajaran terlalu cepat, guru belum ada perseorangan yang mengembangkan
kurang memahami kondisi siswa, situasi majalah kimia. Guru-guru kimia SMA N 1
pembelajaran terlalu tegang, tidak ada selingan Mlati juga belum pernah menggunakan majalah
menggunakan game, tidak ada intermeso kimia dalam proses pembelajaran kimia. Oleh
berupa cerita, dan media pembelajaran karena itu perlu adanya usaha pengembangan
monoton. majalah kimia sebagai sumber belajar kimia
Hal ini mengindikasikan motivasi belajar yang menarik sehingga akan dapat memotivasi
peserta didik dalam belajar kimia belum peserta didik belajar kimia dan siswa dapat
optimal dan selain itu juga minimnya motivasi menumbuhkembangkan sikap kreatif.
belajar diduga dapat menyebabkan kreativitas Proses belajar mandiri yang dilakukan
peserta didik rendah. Hal ini akan berpotensi peserta didik harus didukung oleh sumber
pada kurang maksimalnya prestasi hasil belajar belajar yang menarik dan sesuai dengan minat
kimia peserta didik. peserta didik. Sumber belajar ini berupa
Ada beberapa upaya untuk meningkatkan majalah yang isi materinya sesuai dengan
kualitas pembelajaran. Salah satu caranya Standar Isi, sehingga nantinya dengan adanya
melalui pengembangan sumber belajar terutama majalah ini dapat membantu peserta didik untuk
buku, baik buku pelajaran, buku bahan ajar, dan belajar secara mandiri dan mendapatkan
media cetak lainnya. kebermaknaan tentang mata pelajaran kimia
Adanya faktor yang mempengaruhi yang sedang dipelajari. Selain sumber belajar
proses dan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran, penggunaan
menjadikan peserta didik mengalami kesulitan pendekatan pembelajaran juga penting, karena
dalam memahami materi pelajaran. Hal ini akan

2
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

akan sangat membantu dalam proses transfer penelitian dilakukan di kelas X SMAN 1 Mlati,
informasi secara efektif dan efesien. Sleman, Yogyakarta.
Beberapa pendekatan yang digunakan
Subjek Penelitian
dalam pembelajaran kimia yaitu pendekatan
Science, Environment, Technology, and Society Penelitian ini melibatkan kelas kontrol
(SETS). Pendekatan SETS digunakan dalam (n=29) dan kelas eksperimen (n=30) yang
pengembangan majalah karena memiliki dipilih dengan teknik simple cluster random
keunggulan tertentu dalam proses transfer sampling dari tiga kelas X yang ada di SMA N
informasi. Kesan dinamis nantinya akan terlihat 1 Mlati.
pada setiap desain layout tiap halaman dalam Prosedur
majalah yang ditata sedemikian rupa agar tidak
monoton dan menimbulkan suasana baru atau Penelitian ini merupakan penelitian
fresh. Selain itu penggunaan kolaborasi pengembangan yang dilakukan melalui tujuh
pendekatan SETS, Chemo Entrepreneurship tahap yaitu: penelitian pendahuluan; perumusan
(CEP), dan penerapan Mind Mapping dalam tujuan; perancangan format produk dan
penulisan materi pelajaran, diharapkan akan pembuatan instrumen penilaian majalah kimia;
menciptakan Joyfull Learning. penyusunan instrumen variabel (motivasi dan
Berdasarkan kajian teori dan kajian kreaivitas); penyusuanan draft majalah kimia;
penelitian yang relevan, maka akan dilakukan validasi oleh teman sejawat, ahli materi, ahli
penelitian tentang perbedaan motivasi dan media dan pembelajaran, guru kimia; uji coba
kreativitas peserta didik pada penggunaan kelompok kecil; dan uji coba lapangan. Tahap
majalah kimia dan buku kimia biasa pada kelas uji coba lapangan menggunakan quasi
X di SMA N 1 Mlati. Penelitian ini exsperiment dengan rancangan nonequivalent
diprediksikan bahwa terjadi perbedaan motivasi control group design
dan kreativitas yang signifikan antara peserta Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
didik yang menggunakan sumber belajar
majalah kimia dan peserta didik yang Data yang diperoleh yaitu data kualitas
menggunakan sumber buku kimia biasa. majalah kimia aspek materi, penyajian dan
Permasalahan yang dikaji dan bahasa dan gambar oleh peer reviewer, ahli
diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu materi, ahli media dan pembelajaran, reviewer
pendidik di SMA N 1 Mlati belum pernah serta peserta didik; data hasil uji coba berupa
menggunakan majalah dalam proses skor motivasi belajar dan kreativitas peserta
pembelajaran kimia, ada kecenderungan didik sebelum dan sesudah pembelajaran; dan
motivasi belajar peserta didik di SMA N 1 data hasil observasi berupa kemunculan
Mlati kelas X dalam belajar kimia masih cukup motivasi belajar dan kreativitas peserta didik
rendah hal ini karena pembelajarannya belum selama proses pembelajaran.
menarik, ada kecenderungan kreativitas peserta Instrumen yang digunakan dalam
didik SMA N 1 kelas X Mlati dalam pelajaran penelitian ini ada 5 macam yaitu instrumen
kimia masih terbatas hal ini dikarenakan proses kualitas majalah kimia, lembar angket motivasi
pembelajarannya belum menarik. belajar, lembar observasi motivasi, lembar
METODE PENELITIAN angket kreativitas peserta didik, dan lembar
observasi kreativitas peserta didik.
Penelitian ini merupakan Research and
Development. Model pengembangan yang Teknik Analisis Data
digunakan yaitu model Borg and Gall 1) Analisis Data untuk Variabel Kualitas
(1983:772). Model Borg & Gall terdiri dari Majalah Kimia:
sepuluh langkah yang merupakan model
prosedural. Pada penelitian ini hanya dilakukan Penilaian kriteia menjadi diubah
hingga langkah ke-7 pada prosedur pada model menjadi skor, dengan skala Likert model
Borg and Gall. Penelitian ini menggunakan skala lima (S.Eko Putro Widoyoko,
pendekatan kuantitatif. 2012:106), selanjutnya skor total dan rata-
rata skor total dihitung untuk setiap sub
Waktu dan Tempat Penelitian komponen majalah kimia. Skor total rata-
Waktu penelitian dilakukan dari bulan rata tiap sub komponen dihitung dengan
Desember 2012 hingga Mei 2013. Tempat rumus:
3
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

6) Analisis Hasil Pengukuran Variabel


Rumus: X =
Motivasi Belajar dan Kreativitas yang
Keterangan :
Dilakukan dengan Teknik Observasi.
X = Skor rata-rata tiap sub komponen
= Jumlah skor tiap sub komponen a. Mengkonversi data dengan skala
n = Jumlah butir sub komponen binomial (jika variabel muncul = 1, jika
variabel tidak muncul = 0)
Skor total dan rata-rata skor total dihitung
untuk setiap komponen, selanjutnya skor b. Menjumlahkan skor semua indikator
akhir rata-rata yang diperoleh dikonversi yang terdapat pada lembar observasi;
menjadi tingkat kualitas produk secara c. Menghitung persentase skor dengan
kualitatif skala 5 dengan pedoman konversi rumus: Persentase hasil observasi
pengkategorian (Sukardjo, 2008:83) seperti
tersaji pada Tabel 1. =
100%
Tabel 1. Kriteria Skala Lima d. Menghitung rata-rata kedua observer,
sehingga diperoleh data rata-rata
Rentang Skor Kategori persentase kemunculan motivasi dan
4,206 < Sangat Baik sikap kreatif pada peserta didik.
3,402 < 4,206 Baik
2,598 < 3,402 Cukup HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN
1,794 < 2,598 Kurang Penelitian pendahuluan
1,794 Sangat Kurang Berdasarkan hasil observasi dan
penggalian informasi dengan menggunakan
2) Analisis Perubahan Motivasi Belajar atau
angket dari sebanyak 93 peserta didik kelas X
Kreativitas
diperoleh data bahwa 83% peserta didik sudah
Mengubah kriteria menjadi skor, memiliki buku kimia, 84% peserta didik
dengan skala Likert model skala lima. menyatakan bahwa buku-buku kimia yang ada
Pemberian skor dibedakan menjadi disekolah belum mencukupi peserta didik, 95%
pernyataan positif dan pernyataan negativ, peserta didik menyatakan belum pernah
menghitung skor total dan rata-rata skor membaca majalah kimia, 85% peserta didik
total data motivasi dan kreativitas, Skor menyatakan bahwa pembelajaran kimia di
akhir rata-rata yang diperoleh dikonversi sekolah belum menarik, 80% peserta didik
menjadi kategori skala 5 dengan pedoman menyatakan bahwa suka membaca majalah.
penilaian seperti terdapat pada Tabel 1.
Berdasarkan penelitian pendahuluan
3) Mentranformasi data motivasi dan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kreativitas dari data ordinal menjadi data kimia kelas X di SMA N 1 Mlati belum mampu
interval menarik peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran kimia dengan baik, hal ini
4) Menghitung selisih skor postes dengan
berpotensi minimnya motivasi peserta didik
pretes pada variabel motivasi dan
dalam mengikuti pembelajaran kimia.
kreativitas
Pengembangan suatu sumber belajar dirasa
5) Analisis Perbedaan Motivasi dan perlu, sehingga dapat menarik peserta didik
Kreativitas untuk belajar kimia.
Uji perbedaan peningkatan motivasi Perumusan tujuan
dan kreativitas kelas experimen dan kelas
Tujuan pada proses pembelajaran ditinjau
kontrol menggunakan uji Multivariate
dari materi yang digunakan dalam proses
Analisis of Varians (MANOVA). Uji
pembelajaran. Penyusunan materi berdasar
prasyarat yang harus dipenuhi sebelum
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
pengujian uji MANOVA adalah uji
Dasar(KD). SK yang digunakan yaitu:
normalitas, homogenitas, dan uji korelasi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas
antar variabel independen.
dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul,
sedangakan KD yang digunakan yaitu
mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam
4
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

membentuk senyawa hidrokarbon, Analisis validasi empiris dilakukan


menggolongkan senyawa hidrokarbon dengan menggunakan SPSS 16.00. Cara
berdasarkan strukturnya dan hubungannya mengetahui kevalidan item tersebut
dengan sifat senyawa, menjelaskan proses membandingkan koefisien korelasi Pearson (r)
pembentukan dan teknik pemisahan fraksi- hasil perhitungan dengan koefisien korelasi
fraksi minyak bumi serta kegunaannya, dan kritis. Berdasarkan Sugiyono (2010:188)
menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa menyatakan bahwa suatu item dikatakan valid
hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam jika nilai r hitung > 0,30 dengan catatan jumlah
bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, sampel berkisar 30 orang. Hasil analisis dari
seni, dan estetika. analisis istrumen motivasi dari 30 item
pernyataan dengan SPSS 16.00, ada 4 item
Perancangan Format Produk
yang tidak valid yaitu nomor 3, 20, 23, dan 29.
Format tata letak rubrik mengacu pada Sedangkan instrumen kreativitas ada 8 item
majalah yang beredar di pasaran. Tata letak yang tidak valid yaitu pada nomor 3, 9, 10, 15,
yang diacu dari majalah yang ada di pasaran 20, 24, 28 dan 29.
yaitu cover depan dan cover belakang, redaksi,
Hasil perhitungan reliabilitas angket
daftar isi, jumlah halaman, ukuran kertas, jenis
motivasi menggunakan SPSS 16.00 dilihat
kertas, ukuran font, dan penyusunan tata letak
berdasarkan nilai Cronbach's Alpha sebesar
rubrik. Majalah ini terdiri dari cover depan,
0,898 sedangkan instrumen kreativitas sebesar
halaman isi berupa rubrik-rubrik dan cover
0,921. Berdasarkan Reynolds (2010:108)
belakang, majalah kimia ini terdiri dari 78
menyatakan bahwa reliabilitas suatu tes dapat
lembar halaman.
diterima dalam berbagai kondisi jika koefisien
Pembuatan Instrumen Penilaian Majalah reliabilitasnya 0,80 atau lebih. Oleh karena itu
Kimia instrumen kreativitas dan motivasi sudah
Instrumen penilaian majalah kimia reliabel.
dikembangkan berdasar pada instrumen Penyusuanan Draft Majalah Kimia
penilaian buku nonteks. Instrumen majalah
Produk majalah kimia dikembangkan
kimia terdiri dari tiga komponen yaitu
dengan menggunakan bantuan software
kelayakan materi, kelayakan penyajian, dan
Indesign CS 5 dan Corel Draw X3. Majalah
kelayakan bahasa dan gambar. Instrumen ini
buat dengan ukuran kertas 19,3 cm x 26 cm.
terdiri dari 41 item pernyataan. Instrumen ini
sebelum digunakan untuk menilai majalah Hasil Validasi Majalah Kimia
kimia materi hidrokarbon dan minyak bumi
Majalah kimia setelah divalidasi
divalidasi oleh Prof. Dr. Sukardjo.
diperoleh skor pada aspek materi, penyajian,
Penyusunan Instrumen Variabel Penelitian dan bahasa dan gambar. Validasi majalah kimia
dilakukan oleh teman sejawat, ahli materi, ahli
Instrumen motivasi peserta didik berupa
media dan pembelajaran serta guru kimia.
angket dengan skala Likert berupa 30 item
pernyataan. Instrumen ini divalidasi pada isi Teman Sejawat
atau konten dan validasi konstruk. Validasi isi
Hasil penilaian majalah kimia dari
dan konstruk pada instrumen motivasi
aspek kelayakan materi, penyajian dan bahasa
dilakukan oleh Prof. Dr. Sri Atun selain itu
seta gambar tersaji seperti pada Tabel 2.
instrumen ini juga divalidasi secara empiris.
Ahli Materi
Instrumen kreativitas berupa angket
dengan skala Likert berupa pernyataan Hasil penilaian majalah kimia dari
sebanyak 32 item. Instrumen ini dikembangkan aspek kelayakan materi oleh ahli materi secara
dengan melalui validasi isi atau konten, lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
konstruk dan validasi empiris. Validasi konten
dan konstruk dilakukan oleh Dr. Insih
Wilujeng. Validasi empiris dilakukan dengan
cara mengujicobakan instrumen kepada peserta
didik kelas X di SMA N Mlati.

5
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Tabel 2. Data Hasil Penilaian Teman Sejawat Tabel 5. Data Hasil Penilaian Penilaian
Majalah kimia Oleh Ahli Materi
Rata-
Aspek Kategori
Responden Skor rata
Penilaian Kategori
Skor Aspek Penilaian Skor
Kelayakan I 4,125 Sangat Baik
Materi II 4,125 4,208 Sangat Baik Sistematika penyajian 5,00
III 4,375 Kemudahan dipahami 4,33 Sangat Baik
Kelayakan I 4,176
Penyajian II 4,000 4,216 Sangat Baik Merangsang kreativitas 5,00 Sangat Baik
III 4,470 Sangat Baik
Menumbuhkan motivasi 4,33
Kelayakan I 4,250
Bahasa II 4,125 Sangat Baik Menumbuhkan Sangat Baik
4,250 5,00
dan III 4,750 ketrampilan berpikir
Gambar Mengembangkan Sangat Baik
4,33
Skor total rata-rata 4,225 kecakapan akademik
Kesesuaian bahasa dan Sangat Baik
4,50
gambar
Keterpahaman bahasa 4,66 Sangat Baik
Tabel 3. Data Hasil Penilaian Majalah Kimia Ketepatan menggunakan
4,00 Baik
oleh Ahli Materi bahasa
Ketepatan penggunaan Sangat Baik
5,00
gambar
Aspek Penilaian Skor Kategori
Font majalah dan kualitas Sangat Baik
5,00
fisik
Mendukung tujuan
4,33 Sangat Baik Skor total rata-rata 4,65 Sangat Baik
Pendidikan

Kesesuaian dengan IPTEK 4,00 Baik Uji coba kelompok kecil


Kesesuaian dengan Penalaran
3,33 Cukup
Peserta didik Uji coba kelompok kecil dilakukan
Skor total rata-rata 3,88 Baik
pada 8 orang. Uji coba kelompok kecil ini
Guru Kimia terdiri dari penilaian kelayakan materi,
kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa dan
Hasil penilaian majalah kimia oleh
gambar. Secara lengkap tersaji pada Tabel 6, 7
guru-guru kimia secara lengkap tersaji seperti
dan 8.
pada Tabel 4.
Tabel 6. Data Hasil Penilaian Majalah Kimia
Tabel 4. Data Hasil Penilaian Majalah Kimia
oleh peserta didik aspek materi
oleh Guru Kimia
Rata-
Aspek Rata-rata Kategori Aspek Kategori
Responden Skor Responden Skor rata
Penilaian Skor Penilaian
Skor
Kelayakan I 5,000 I(atas) 4,000
Materi II 4,125 Sangat II(atas) 4,250
III 3,500 4,225 Baik III(atas) 4,125
IV 4,250 Kelayakan IV(menengah) 3,750
4,141 Baik
V 4,250 Materi V(menengah) 4,250
Kelayakan I 4,647 VI(mengengah) 4,375
Penyajian II 3,941 VII(bawah) 4,500
III 3,529 4,094 Baik
VIII(bawah) 3,875
IV 4,412
V 3,941
Kelayakan I 4,625
Tabel 7. Data Hasil Penilaian Majalah Kimia
Bahasa II 4,125 oleh peserta didik aspek penyajian
dan III 3,688 4,163 Baik
Gambar IV 4,438 Rata-
Aspek Kategori
V 3,938 Responden Skor rata
Penilaian
Skor total rata-rata 4,159 Baik Skor
I(atas) 3,941
II(atas) 4,059
Ahli Media dan Pembelajaran III(atas) 3,941
Tahap penilaian majalah kimia oleh ahli media Kelayakan IV(menengah) 3,588
3,919 Baik
Penyajian V(menengah) 4,000
dan pembelajaran secara lengkap hasilnya
VI(mengengah) 3,824
tersaji dalah Tabel 5. VII(bawah) 4,118
VIII(bawah) 3,882

6
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Tabel 8. Data Hasil Penilaian Majalah Kimia

kreativitas (%)
oleh peserta didik aspek Bahasa dan 100 73 64 73

Persentase
55 59
Gambar
Rata- 50
Aspek Kategori
Responden Skor rata
Penilaian
Skor 0
I(atas) 4,250
II(atas) 4,438 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Kelayakan III(atas) 4,250
Bahasa IV(menengah) 4,125 Sangat Pertemuan ke-n
4,250 Baik
dan V(menengah) 4,063
Gambar VI(mengengah) 4,188
VII(bawah) 4,188 Gambar 2. Grafik Keterlaksanaan Kreativitas
VIII(bawah) 4,500
Berdasarkan angket yang diberikan kepada
Uji coba lapangan
peserta didik setelah proses pembelajaran maka
Majalah kimia yang telah divalidasi diperoleh informasi bahwa: Sebanyak 97%
oleh teman sejawat, ahli materi, ahli media dan peserta didik menyatakan pembelajaran
pembelajaran, guru-guru kimia dan berlangsung cukup baik, Sebanyak 80 %
diujicobakan pada skala kecil, selanjutnya peserta didik membaca majalah kimia cukup
majalah kimia diuji di lapangan. Subyek uji lengkap dan sebanyak 37% peserta didik
lapangan adalah peserta didik kelas X SMAN 1 menyatakan sangat setuju bahwa majalah kimia
Mlati, Sleman. Data pada uji coba lapangan mampu mempermudah dalam belajar kimia.
yaitu berupa angket kreativitas, angket motivasi Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
dan hasil observasi motivasi dan observasi 3, 4 dan 5.
kreativitas peserta didik.
3%0%
Keterlaksanaan proses pembelajaran
sangat baik
dengan menggunakan majalah kimia dilakukan
oleh pengamat (observer). Pengamat 97% Cukup baik
memberikan tanda ceck list () jika descriptor Tidak Baik
variabel motivasi dan kreativitas yang diamati
pada peserta didik nampak. Pengamatan
terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran
Gambar 3. Diagram keterlaksanaan
dengan menggunakan majalah kimia dilakuan
pembelajaran kimia dengan sumber
sebanyak 5 kali pertemuan. Hasil pengamatan
belajar majalah kimia
selama 5 kali pertemuan secara jelas di sajikan
dalam Gambar 1 dan Gambar 2.
17% 3% Sangat
Lengkap
Persentase motivasi

100 75
62,5 62,5
50 50 Cukup
50 80% Lengkap
(%)

Tidak
0
lengkap
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

Pertemuan ke-n Gambar 4. Diagram Frekuensi Peserta Didik


Membaca Majalah Kimia
Gambar 1. Grafik Keterlaksanaan Motivasi
Tingkat Motivasi Peserta Didik
Respon peserta didik selama proses Data hasil motivasi belajar peserta
pembelajaran dengan menggunakan majalah didik baik data ordinal dan data interval. Data
kimia diperoleh dengan menggunakan angket motivasi peserta didik dalam bentuk data
yang diberikan pada akhir proses pembelajaran. ordinal merupakan penjumlahan skor tiap item
dan kemudian dilakukan rata-rata, setelah itu
dikembalikan dalam kategori.

7
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Data selengkapnya hasil penelitian pada Tabel 11. Distribusi Data ordinal Kreativitas
variabel motivasi dan kreativitas tersaji pada Peserta Didik
Tabel 9, Tabel 10, Table 11, dan Tabel 12. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kriteria Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
% % % %
Sangat
16,66 20 3,40 3,40
0% Sangat Baik
37% Baik 56,67 40 31,10 48,30
Setuju Cukup 26,67 36,67 58,60 44,90
Kurang 3,33 6,90 3,40
Cukup Setuju
63% Sangat
-
Kurang
Tidak Setuju
Tabel 12. Distribusi Data Interval Kreativitas
Peserta Didik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Gambar 5. Diagram kemampuan majalah kimia Deskripsi
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dapat mempermudah dalam Mean 93,232 93,556 80,160 82,918
Standar 13,568 13,255 11,128 11,125
mempelajari kimia dan belajar kimia Deviasi
lebih menarik Varian 184,099 175,686 123,824 123,755
Tabel 9. Distribusi Data ordinal Motivasi Nilai 68,435 69,488 63,149 58,941
minimum
Belajar Peserta Didik Nilai 122,650 120,994 101,920 109,870
Maksimum
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kriteria Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Uji Normalitas
% % % %
Sangat Uji normalitas dilakukan dengan
10 13,33 10,34 -
Baik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov atau
Baik 50 43,33 58,62 66,60 Shapiro Wilk, dengan taraf signifikansi 5%.
Cukup 33,33 36,67 27,59 23,33
Kurang 6,67 6,67 3,45 - Kriteria keputusan yang digunakan yaitu terima
Sangat
- - 6,67
H0 jika nilai siginifikansi > 0,05. Hasil uji
Kurang normalitas selisih (gain) motivasi dan
kreativitas peserta didik terdapat pada Tabel 13.
Tabel 10. Distribusi Data Interval Motivasi
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas
Belajar Peserta Didik
Variabel Kelas Sig. Hasil Ket.
Deskripsi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Motivasi Kontrol 0,067 Sig> Normal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Belajar Eksperimen 0,085 Sig> Normal
Mean 89,659 92,090 87,586 87,703 Kontrol 0,200 Sig> Normal
Standar 13,727 15,896 12,022 13,523 Kreativitas
Eksperimen 0,200 Sig> Normal
Deviasi
Varian 188,437 252,689 144,537 182,874 Uji Homogenitas
Nilai 63,028 57,919 57,000 43,990
minimum Field (2009:152) menyatakan bahwa
Nilai 114,679 123,237 111,000 120,660
Maksimum
untuk menguji homogenitas antar kelompok
dapat menggunakan SPSS dengan Levene test.
Perbedaan Kreativitas dan Motivasi pada Uji homogenitas varians dilakukan dengan taraf
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol signifikansi 5%. Kriteria keputusan yang
Data yang akan dianalisis dalam digunakan adalah jika nilai siginifikansi > 0,05
penelitian ini adalah selisih (gain) kreativitas maka H0 diterima. Hasil uji homogenitas tersaji
dan motivasi belajar peserta didik. Analisis pada Tabel 14.
dilakukan untuk mengetahui perbedaan Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Varians
kreativitas dan motivasi belajar peserta didik
Variabel Kelas Sig. Hasil Ket.
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji Motivasi Eksperimen 0,440 Sig> Homogen
prasyarat yang harus dipenuhi sebelum uji Kreativitas dan kontrol 0,212 Sig> Homogen
mutivariat adalah uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji korelasi. Uji Korelasi

Tingkat Kreativitas Peserta Didik Uji korelasi ini dilakukan dengan uji
Bartlett dan Pearson Product Moment. Uji
Bartlett digunakan untuk mengeathui
8
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

ada/tidaknya hubungan antara motivasi dan kreativitas peserta didik yang mengikuti
kreativitas, dan uji korelasi Pearson Product pembelajaran kimia dengan menggunakan
Moment digunakan untuk mengetahui derajat sumber belajar majalah kimia dan peserta didik
korelasi antara motivasidan kreativitas. Uji yang mengikuti pembelajaran kimia
korelasi ini dihitung menggunakan SPSS 16 for menggunakan buku kimia biasa.
Windows. Kriteria keputusan yang digunakan
Kajian Produk Akhir
adalah jika nilai siginifikansi < 0,05 maka H0
Kelayakan Materi
ditolak. Hasil uji korelasi tersaji pada Tabel 15.
Penilaian terhadap majalah kimia dari
Tabel 15. Hasil Uji Korelasi aspek kelayakan materi oleh beberpa validator
Variabel Sig. (r) Hasil Keterangan menunjukkan bahwa kualitas majalah kimia
Motivasi
Berkorelasi
minimal dikategorikan baik. Hasil penilaian
Belajar dan 0,001 0,421 Sig< terhadap majalah kimia pada aspek materi oleh
signifikan
Kreativitas
teman sejawat mendapatkan kategori sangat
baik, ahli materi menilai majalah kimia dengan
Uji Homogenitas Matriks Varian atau
kategori baik, guru-guru kimia menilai
Kovarian
majalah kimia dengan kategori sangat baik,
Uji homogenitas bertujuan untuk
sedangkan kelompok uji coba terbatas menilai
mengetahui apakah data pada kelompok
majalah kimia dengan kategori baik.
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai
matriks kovarian variabel dependen yang Penilaian majalah kimia dari aspek
homogen atau tidak. Uji homogenitas matriks materi mencakup daya dukung tujuan
varian atau kovarian pada variabel terikat pendidikan, kesesuaian dengan perkembangan
dilakukan menggunakan SPSS 16 for windows, IPTEK, dan kesesuaian dengan penalaran
hasil uji homogenitas matriks varian atau peserta didik. Skor rata-rata yang diberikan oleh
kovarian terhadap motivasi dan kreativitas ahli materi merupakan skor paling rendah
berupa data Boxs M. Kriteria keputusan yang dibanding dengan validator yang lain hal ini
digunakan homogenitas matriks varian atau karena berdasarkan penilaian oleh ahli materi
kovarian adalah jika nilai siginifikansi > 0,05 pada aspek materi: kesesuaian majalah kimia
maka H0 diterima. Hasil uji Homogenitas terhadap IPTEK dikategorikan baik, dan
kmatriks kovarian variabel dependen tersaji kesesuaian bacaan dalam majalah kimia dengan
pada Tabel 16. penalaran peserta didik juga dikategorikan
cukup sedangkan untuk daya dukung majalah
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Matriks
kimia terhadap tujuan pendidikan dikategorikan
Boxs M F Df1 Df2 Sig. sangat baik.
4,433 1,421 3 6,083E5 0,234
Suatu sumber belajar dikatakan baik jika materi
Uji Manova yang dimuat sudah sesuai dengan jenjang yang
menjadi objek sasaran pengembangan. Majalah
Pengambilan keputusan dan penarikan
kesimpulan terhadap uji hipotesis terhadap kimia ini disusun dan diperuntukkan kepada
analisis Manova dengan kriteria penerimaan peserta didik SMA/MA. Materi-materi dalam
majalah kimia disajikan berbeda dengan buku
dan penolakan hipotesis adalah H0. Uji Manova
ini dilakukan pada taraf signifikansi 5%. H0 kimia biasa. Materi dalam majalah kimia
diterima jika signifikansi > 0,05 atau H0 ditolak disajikan dalam bentuk rubrik-rubrik materi
jika signifikansi < 0,05. Berdasarkan analisis uji yang saling berkaitan satu dengan yang lain,
Manova diperoleh hasil pada Tabel 17. sedangkan dari sisi kebenaran keilmuan tetap
selaras dengan bidang kimia.
Tabel 17. Hasil Uji Manova
Kelayakan Penyajian
Effect Value F Df1 Df2 Sig.
Hotellings 0,10 2.988 Teman sejawat menilai majalah kimia
2 56 0,058
Trace 7 a
dengan kategori sangat baik, guru kimia
menilai majalah kimia dengan kategori baik,
Berdasarkan hasil uji Manova menunjukkan
ahli media dan pembelajaran menilai dengan
bahwa nilai F untuk uji statistik Hotellings
kategori baik sedangkan kelompok uji
Trace menunjukkan signifikansi 0,058 (nilai
terbatas menilai majalah kimia dengan kategori
sig. > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
baik. Aspek penilaian kelayakan penyajian
ada perbedaan yang signifikan motivasi dan
9
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

pada majalah kimia meliputi: penggunaan Tabel 18. Orientasi Rubrik dalam Majalah
sistematika penyajian, kemudahan dipahami,
Orientasi dalam Majalah
menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan Nama Rubrik
Motivasi Kreativitas
lebih jauh, mengembangkan ketrampilan Topik utama
berpikir, mengembangkan kecakapan Eksperimen
akademik, mengembangkan kreativitas. Tahu lebih jauh
Amazing! -
Berdasarkan Pusbukkur (2010:1) Profil ilmuwan -
kelayakan suatu buku non-teks ada beberapa hal Kimiawan berwirausaha
salah satunya yaitu kelayakan penyajian. Hal ini Kimiawan tertawa -
Apakah aku dan untuk -
menjadi penting bahwa setiap buku non-teks apa aku?
termasuk ke dalamnya yaitu majalah kimia. Info senyawa-senyawa -
Suatu buku non-teks dikatakan baik jika kimia dan lambang
bahayanya
kualitas penyajian materi, dikategorikan baik. Mind mapping
Hasil pengembangan sumber belajar majalah Chem-browsing -
kimia berdasar kelayakan penyajian Motivasi -

dikategorikan baik oleh karena itu majalah


kimia sudah layak untuk digunakan sebagai Tabel 19. Perbandingan Buku Teks
sumber belajar bagi peserta didik di SMA/MA. Pembelajaran Kimia biasa dan
Majalah Kimia
Penyajian materi dalam majalah kimia Jenis Buku Pendidikan
berbeda dengan buku-buku kimia biasa, salah Aspek
Buku teks Buku nonteks
(Pelajaran Kimia (Majalah Kimia)
satu yang membedakannya adalah rubrik. Biasa)
Perbedaan majalah kimia dan buku kimia biasa Materi Materi atau isi Materi terkait dengan
dapat dilihat pada Tabel 19. terkait dengan SK sebagian/salah satu
atau KD dalam SK atau KD dalam
Rubrik adalah suatu tema umum yang Standar Isi Standar Isi
Susuna materi Disusun dalam Disusun dalam bentuk
ada dalam majalah dan konten dalam setiap unit-unit atau Bab rubrik-rubrik yang
rubrik berbeda-beda.Setiap rubrik pada unik
pengembangan majalah kimia ini mempunyai Kegunaan Materi untuk Materi atau isi cocok
mempelajari suatu untuk mempelajari
orientasi tujuan dalam majalah kimia, yaitu subjek suatu materi dan
untuk meningkatkan motivasi belajar dan sikap pengetahuan dan sebagai bahan
kreativitas pada peserta didik. Pada majalah ini ilmu pengayaan atau
rujukan
disajikan rubrik-rubrik yang berorientasi untuk Tujuan Sebagai buku Sebagai buku
meningkatkan motivasi berimbang dan saling Penggunaan pegangan pokok tambahan bagi peserta
bagi peserta didik didik
melengkapi dengan rubrik-rubrik yang Instrumen Ada instrumen Tidak dilengkapi
diorentasikan untuk meningkatkan kreativitas Evaluasi evaluasi instrumen evaluasi
seperti yang terdapat dalam Tabel 18.
Kelayakan Bahasa dan Gambar Kualitas visual suatu media dapat
ditinjau dari beberapa hal. Smaldino, et.al
Teman sejawat menilai majalah kimia (2008:60) menyatakan bahwa elemen dalam
dengan kategori sangat baik, guru kimia visual desain yaitu arrangement, balance,
menilai majalah kimia dengan kategori baik, color, legibility, appeal sedangakan element
ahli media dan pembelajaran menilai dengan teks meliputi style, size, spacing, color and use
kategori sangat baik sedangkan kelompok uji of capital. Menurut Pusbukkur (2010:1)
terbatas menilai majalah kimia dengan kategori kelayakan suatu buku non-teks ada beberapa hal
sangat baik. yaitu kelayakan Isi/Materi, kelayakan
Penilaian majalah kimia meliputi penyajian, kelayakan bahasa dan kegrafikaan.
beberapa aspek yaitu kesesuian gambar dan Hal ini menjadi penting bahwa setiap
bahasa, keterpahaman bahasa atau gambar, buku non-teks termasuk ke dalamnya yaitu
ketepatan penggunaan bahasa, ketepatan majalah kimia. Suatu buku non-teks dikatakan
penggunaan gambar, dan penggunaan font baik jika kualitas kebahasaannya, materi,
tulisan serta kualitas fisik majalah kimia. penyajian dan kegrafikan dikategorikan
Bahasa dan gambar mempunyai pengaruh minimal baik. Hasil pengembangan sumber
terhadap suatu media atau sumber belajar. belajar majalah kimia berdasar kelayakan
bahasa dan gambar dikategorikan baik oleh
10
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

karena itu majalah kimia sudah layak untuk confidence, personal problems, time
digunakan sebagai sumber belajar bagi peserta constraints, and ineffective instructional
didik di SMA/MA. strategies.
Banyaknya faktor yang mempengaruhinya
Pembahasan Peningkatan Motivasi dan
motivasi peserta didik, menjadikan guru tidak
Kreativitas
dapat menjaga motivasi peserta didik konsisten
Penggunaan majalah kimia pada uji selalu ada pada diri peserta didik, seperti yang
lapangan memberikan hasil yang belum optimal dinyatakan oleh Lumsden (1997:1-4).
pada peningkatan motivasi dan kreativitas There are many factors that contribute to
secara simultan. Berdasarkan hasil uji statistik students' interest and level of engagement in
dengan uji hipotesis menggunakan Manova learning, and teachers have little control
menunjukkn bahwa motivasi dan kreativitas over many of those factors selain itu
tidak berbeda signifikan antara kelas kontrol Lumsden juga mengungkapkan bahwa
dan kelas eksperimen. Majalah adalah salah When students enter school, their level of
satu media yang disarankan untuk remaja, interest and desire to engage in learning are
karena disukai, sehingga mereka tertarik untuk also heavily influenced by teachers,
membaca, seperti yang diungkapkan oleh Stein administrators, the school environment, and
(2011:659) menyatakan bahwa: their classmates.
seventeen magazine made its debut in Berdasar pada penelitian Mac Iver and
1944, its was the firts publication to Reuman 1994 (Brewster & Fager, 2000:3)
recognize the potential of the teenage mengungkapkan bahwa teman sejawat juga
population, spesifically, teenage girls. The akan berpengaruh terhadap motivasi belajar
magazine was the initially created to peserta didik, akan tetapi bila tidak dari teman
provide information to teen readers who, up dapat juga berasal dari guru, orang tua, atau
to that point had no such written material orang lain.
produced specifically for them. "Middle school and high school-age
Adanya majalah ini diharapkan dapat students' level of engagement in school is
memfasilitasi remaja untuk dapat mempelajari also highly influenced by peers. As students
dan menambah informasi-informasi ke dalam grow older, their motivation to engage in
dunia mereka dengan menarik. learning may be influenced by their social
Adanya ketertarikan remaja akan group just as much as, if not more than it is
sumber informasi berupa majalah, maka akan by teachers, parents, and other adults
member peluang kepada pendidik untuk Jordan & Porath (2006:247) juga menyatakan
membantu mereka menerima informasi atau bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor
ilmu pengetahuan. Adanya ketertarikan dalam yaitu personal dan lingkungan. Faktor personal
diri anak remaja atau peserta didik SMA/MA meliputi:
maka dapat memperkuat motivasi belajar personal needs, identity, self-consept, self-
mereka untuk mempelajari ilmu kimia melalui esteem, gender, self-effiacy, attribution for
majalah. Adanya peluang ini menjadikan succes or failure, self-regulation, theory of
peneliti mengembangkan majalah kimia sebagai intelegence, and enjoyment of learning
sumber belajar kimia bagi peserta didik
SMA/MA. Faktor lingkungan meliputi: school
Membangkitkan motivasi peserta didik environment, classroom environment, degree of
bukanlah suatu hal yang mudah untuk match between learner and environment,
dilakukan, hal ini disebabkan adanya banyak learning goals), teachers theories of
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi intelligence, and rewards
belajar peserta didik. Motivasi dalam diri Motivasi peserta didik dalam belajar
peserta didik juga dipengaruhi oleh beberapa merupakan suatu wujud keinginan, kebutuhan,
hal seperti yang diungkapkan oleh Drew hasrat, kewajiban untuk berpartisipasi,
(Lewis, 2004:1). memperoleh kesuksesan dalam proses belajar.
factors that can account for poor Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
motivation include perceived irrelevance of motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
courses to their everyday lives, unrealistic Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang
perceptions of their learning skills, low self- timbul dari dalam diri peserta didik,

11
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

ketertarikan ini bukan untuk menghindari monitor the educational process, be


hukuman atau berharap untuk mendapatkan dedicated and responsive to his or her
suatu penghargaan, tetapi murni keinginan students, and be inspirational. The content
peserta didik belajar dengan baik. must be accurate, timely, stimulating, and
Pada tahun 1997 Dev (Brewster & pertinent to the students current and future
Fager, 2000:6) menyatakan bahwa: needs. The method or process must be
intrinsically motivated students actively inventive, encouraging, interesting,
engage themselves in learning out of beneficial, and provide tools that can be
curiosity, interest, or enjoyment, or in order applied to the students real life. The
to achieve their own intellectual and environment needs to be accessible, safe,
personal goals positive, personalized as much as possible,
and empowering.
Jadi, peserta didik yang sudah tertarik dan
termotivasi maka peserta didik akan merasa Motivasi peserta didik dapat dioptimalkan
nyaman, ingin tahu mendalam, dan sangat dengan cara memberikan motivasi secara
tertarik atau bahkan sangat ingin untuk berkelanjutan dan bervariasi. Oleh karena itu
mewujudkan tujuannya. pemberian motivasi yang tidak teratur dan tidak
Motivasi ekstrinsik merupakan suatu berkelanjutan tidak dapat meningkatkan dan
ketertarikan karena adanya tujuan lain yang mempertahankan motivasi dalam diri peserta
berasar dari luar diri peserta didik, motivasi didik dalam waktu yang lebih lama.
ekstrinsik ini berkebalikan dengan motivasi Majalah kimia adalah suatu media visual
intrinsik, sumber motivasinya dari luar diri yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi
peserta didik, contohnya peserta didik ingin peserta didik, akan tetapi media ini merupakan
mendapatkan hadiah, penghargaan, atau bahkan sebagian kecil media untuk meningkatkan
pujian dari guru, bukan karena memang dirinya motivasi peserta didik. Smaldino (2008:56)
ingin mendalami mata pelajaran dengan baik. menyatakan bahwa:
Motivasi peserta didik adalah hal Visual can increase interest in a lesson.
penting dalam proses pembelajaran, hal ini Interest enhance motivation.Visual can
menjadi hal penting yang menjamin kelancaran motivate learners by attracting their
dalam proses pembelajaran perserta didik. attention, holding their attention, and
Peserta didik jika sudah termotivasi maka akan generating enggament in learning process
mendapatkan hasil belajar yang terbaik,
Hasil dari penerapan majalah kimia dalam
meskipun banyak hal yang menghalangi proses
proses pembelajarna kimia di SMA N 1 Mlati
belajarnya. Peserta didik yang sudah
belum mampu meningkatkan motivasi dan
termotivasi baik intrinsik dan ditambah lagi
kreativitas peserta didik secara signifikan. Hal
dengan motivasi ekstrinsik akan jauh lebih baik
ini karena adanya hubungan saling
dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada
mempengaruhi antara motivasi dan sikap
tahun 2007 Palmer (Williams and Williams,
kreativitas peserta didik. Pada dasarnya
2011:2) menyatakan bahwa peserta didik yang
kreativitas dapat dipelajari, Wallas menyatakan
termotivasi yaitu peserta didik yang
dalam bukunya The art of Thought (Utami
memperhatikan, menyegerakan mengerjakan
Munandar, 2009:39), yang mengatakan bahwa
tugas, bertanya, membantu menjawab
proses kreatif meliputi empat tahap yaitu: 1)
pertanyaan guru, senang dan tertarik.
persiapan, 2) inkubasi, 3) iluminasi, 4)
Ada beberapa komponen sarana untuk
verifikasi. Tahap persiapan seseorang
membangkitkan motivasi peserta didik yaitu
mempersiapkan diri untuk memecahkan
peserta didik itu sendiri, pendidik, materi
masalah dengan belajar berpikir, mencari
pelajaran, metode pembelajaran, proses belajar
jawaban, bertanya kepada orang, mendapat
dan lingkungan belajar. Palmer, Debnath,
inspirasi dari buku dan sebagainya. Tahap
DSouza and Maheshwari (Williams &
inkubasi, kegiatan mencari dan menghimpun
Williams, 2011:2) menyatakan bahwa ada
data atau informasi tidak dilanjutkan tahap
beberapa contoh yang dapat memotivasi peserta
selanjutnya akan tetapi mengeramnya dalam
didik secara simultan.
alam prasadar. Tahap iluminasi ialah tahap
The student must have access, ability,
timbulnya insght atauaha erlebnis, saat
interest, and value education. The teacher
timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta
must be well trained, must focus and
proses-proses psikologis yang mengawali dan
12
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan Vansteenkiste, et. al (2006:1) menyatakan


baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah bahwa that intrinsic goal framing (relative to
tahap saat ide atau kreasi baru tersebut harus extrinsic goal framing and no-goal framing)
diuji terhadap realitas. Pada tahap ini produces deeper engagement in learning
diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. activities, better conceptual learning, and
Proses divergen (pemikiran kreatif) harus higher persistence at learning activitiesoleh
diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran karena itu motivasi intrinsik lebih
kritis). Oleh karena itu, suatu kreativitas dapat mempengaruhi dalam proses belajar, dibanding
dipelajari oleh semua orang dengan proses motivasi ekstrinsik.
tersebut. Apabila motivasi intrinsik pada peserta
Majalah kimia ini berperan didik dalam belajar kimia memang sudah
memberikan inspirasi-inspirasi melalui topik- rendah, maka dapat berpotensi menyebabkan
topik atau permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kreativitas peserta didik. Hal ini
materi hidrokarbon dan minyak bumi, sehingga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
dapat membantu memunculkan sikap kreatif, beberapa peneliti dinyatakan bahwa:
akan tetapi hasilnya belum sesuai harpan Internal motivation is an essential
peneliti. Berdasarkan hasil penelitian condition of creative acts, as articulated by
sebelumnya dinyatakan bahwa antara motivasi authors such as M.Csikszentmihalyi (1990),
dan kreativitas memiliki korelasi yang T.M. Amabile (1990), H. Gardner (1993), R.
signifikan, seperti yang diungkapkan oleh de Sternberg and T. Lubart (1995), E. Deci and
Jesusa, et. al (2013:1) menyatakan bahwa R. Ryan (2008), intrinsic motivation is
motivasi intrinsik berkorelasi positif dan conducive to creative thinking because it is
signifikan terhadap kreativitas. Hal ini related to task satisfaction and enjoyment
menjadikan adanya saling mempengaruhi (Nair & Alkiyumi, 2011:2)
antara motivasi dan sikap kreatif. Nair dan
Berdasarkan pada Amabile (1986:15)
Alkiyumi (2011:2) menyatakan bahwa motivasi
menyatakan bahwa he had provided principle
intrinsik berkorelasi signifikan dengan
that intrinsic motivation conducive to creativity,
kreativitas. Suatu studi yang dilakukan oleh
but extrinsic motivation not. Selain itu pada
Sarsani (2008:155-170) menunjukkan bahwa
tahun 1996 Ford (Liu, et.al, 2012:183)
anak yang memiliki sikap kreatif yang tinggi
menjelaskan bahwa considered motivation,
memiliki motivasi belajar yang tinggi pula.
including expectations and emotion, to be an
Kreativitas dapat dipengaruhi oleh
important factor influencing the creative
motivasi intrinsik, sehingga apabila
actions of individuals.
motivasinya rendah maka kreativitasnya dapat
Pada tahun 1996 Amabile (Liu, et.al,
diperkirakan juga akan rendah. Sheldons
2012:183) juga menyatakan bahwa stressed
(1995:25-36) menyatakan found that
that intrinsic motivation is essential for creative
participants high on the creative personality
performance and has the power to propel a
scale and in problem-solving (creativity) had
person in the pursuit of unachieved goals
greater orientation motivation, self-concept,
throughout the creative process hal itu
and autonomy.
menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik tidak
Perbedaan kreativitas dan motivasi
terlalu peran dalam meningkatkan sikap kreatif,
yang tidak signifikan antara kelas kontrol dan
dibanding motivasi intrinsik. Adanya dominasi
eksperimen hal ini dimungkinkan dipengarui
motivasi intrinsik meyebabkan majalah kimia
oleh faktor lain yang mempengaruhi motivasi
tidak optimal dalam meningkatkan motivasi
intrinsik. Jordan & Porath (2006:247)
intrinsik peserta didik dan berimplikasi pada
menyebutkan bahwa ada beberpa faktor yang
sikap kreatif peserta didik juga tidak meningkat
mempengaruhi motivasi peserta didik yaitu:
secara signifikan.
personal needs, identity, self-consept, self-
esteem, gender, self-effiacy, attribution for Revisi
succes or failure, self-regulation, theory of Majalah kimia direview oleh beberapa orang,
intelegence, and enjoyment of learning berikut ini saran-saran yang diberikan beberapa
Motivasi intrinsik lebih mendominasi dalam oleh validator:
diri peserta didik dan kreativitaspun juga akan
terpengaruh oleh adanya motivasi instrinsik.
13
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Teman Sejawat aspek kelayakan penyajian, teman sejawat


menilai sangat baik, sedangkan oleh ahli
Pada proses review oleh teman sejawat
media dan pembelajaran, guru-guru kimia,
mereview majalah kimia yang masih berupa
serta peserta didik menilai baik, (3) validasi
draf awal. Saran yang diberikan oleh teman
aspek kelayakan bahasa dan gambar oleh
sejawat untuk perbaikan majalah kimia yaitu:
teman sejawat, ahli media dan pembelajaran,
penulisan pada tanda baca yang tidak tepat,
serta peserta didik menilai majalah kimia
warna tulisan pada sampul majalah, kondisi
sangat baik, sedangkan guru menilai
tulisan dan gambar pada cover majalah,
baik.
penggunaan warna pada gambar dan tulisan
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada saat penyusunan draf, Mind Map masih
antara motivasi belajar dan sikap kreatif
belum operasional.
peserta didik pada pembelajaran kimia yang
Ahli Materi menggunakan majalah kimia dan pada
Berdasarkan beberapa saran yang diberikan pembelajaran kimia yang menggunakan buku
oleh ahli materi ada beberapa hal yang perlu pelajaran kimia biasa pada materi senyawa
diperbaiki yaitu: sumber gambar dan rubrik hidrokarbon, senyawa hidrokarbon dalam
harus jelas, susunan materi harus terstruktur kehidupan sehari-hari, dan minyak bumi.
dengan baik, adanya pengulangan materi SARAN
Ahli Media dan Pembelajarn Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, ada
Ahli materi menyampaikan perbaikan pada beberapa hal yang masih belum optimal dalam
sifat-sifat alkuna perlu ditambahkan dan pengembangan majalah kimia oleh karena itu
dilengkapi, ada beberapa bahasa yang tidak etis ada beberapa saran yang diberikan oleh peneliti
oleh karena itu perlu diperbaiki, Mind map yaitu:
supaya tata letaknya diposisikan pada bagian 1. Pencetakan majalah supaya dapat menekan
yang strategis sehingga lebih mudah dibaca biaya produksi majalah pada bagian sampul
peserta didik. menggunakan kertas ivory 230 gram dan pada
bagian isi menggunakan kertas HVS 80 gram
Guru Kimia (colourful).
Berdasar pada hasil review dan saran maka ada 2. Majalah kimia sebaiknya dicetak sebanyak
beberapa saran yang ditujukan untuk merevisi peserta didik di kelas, hal ini memungkinkan
majalah kimia yaitu: konsep pada materi memberi kesempatan kepada peserta didik
pembuatan labur, ada kosa kata yang tidak baik untuk belajar mandiri dengan majalah lebih
dalam rubrik kimiawan tertawa, penambahan intensif.
materi senyawa alifatik, siklik dan aromatik, 3. Hasil pengambangan majalah kimia meskipun
penggunaan istilah yang familiar dengan belum dapat meningkatkan motivasi dan
peserta didik seperti: Halogen radikal bebas, kreativitas peserta didik, akan tetapi apabila
mengevaluasi agen hepatoprotektif, majalah dikembangkan lebih lanjut sebaiknya
polimerisasi, plastizer, gas disperse vander menjalin kerja sama dengan forum guru
waals, dan lain-lain. seperti MGMP kimia, sehingga akan
mendapat lebih banyak dan lebih representatif
SIMPULAN DAN SARAN masukan tentang kebutuhan peserta didik di
Simpulan kelas.

Berdasarkah hasil penelitian yang telah DAFTAR PUSTAKA


dilakukan dapat disimpulkan yaitu: Amabile, T.M., Hennessey, B. A. & Grossman,
1. Kualitas majalah kimia yang dihasilkan B. S. (1986). Social influences on
ditinjau dari aspek kelayakan materi, creativity: the effects of contracted for
kelayakan penyajian, kelayakan bahasa reward. Journal of Personality and
bahasa dan gambar ditinjau beberapa validator Social Psychology, 50, pp.14-23
yaitu: (1) majalah kimia aspek materi dinilai
oleh temen sejawat dan guru kimia menilai Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983).
sangat baik, ahli materi dan peserta didik Educational research: an introduction
menilai baik, (2) validasi majalah kimia fourth edition.New York: Logman

14
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Brewster, C. and Fager, J. (2000). Increasing assessment in education 2nd Edition.


Student Engagement and Motivation: New Jersy: Pearson Education
From Time-on-Task to Homework International

Field, A. (2009). Discovering stastitics using Sarsani, M.R. (2008). Do high and low creative
SPSS third edition. London: Sage children differ in their cognition and
Publication Ltd. motivation?.Creativity Research
Journal Volume 20, Issue 2, 2008 pages
Jordon, E. A. and Porath, M. J. (2006). 155-170
Educational psicology a problem-based
aproach. United State of America: Smaldino, S.E., Lowther, D.L., and Russell, J.
Pearson Educational.In D. (2008). Instructional Technology an
Media for Learning 9th edition. New
Jesusa, S.N.de, Rusb, C. L., Lensc, W., and Jersy: Pearson Education
Imaginrio, S. (2013).
Intrinsic motivation and creativity Sheldon, K.M. (1995). Creativity and self-
related to product: a meta-analysis of determination in personality. Creativity
the studies published between 1990 Research Journal, 8(1), pp.25-36
2010. Creativity Research Journal
Volume 25, Issue 1, 2013 S. Eko Putro Widoyoko. (2012). Teknik
penyusunan instrumen penelitian.
Liu, E. Z-F., Lin,C-H., Jian, P-H., and Liou, P- Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Y. (2012). The dynamics of motivation
and learning strategy in a creativity- Stein, A. (2011). Fashioning teenagers: A
supporting learning environment in Cultural history of seventeen magazine.
higher Education. The Turkish Online Journalism and Mass Communication
Journal of Educational Technology Quarterly Autumn 2011; 88, 3;
January, volume 11, Issue 1 ProQuest Page. 659

Lewis, J. J. (2004). The independent learning Sugiyono. (2008). Metode penelitian


contract system: motivating kuantitatif, kualitatif, dan R & D.
students enrolled in college reading Bandung: Alfabeta
courses. Journal Article Excerpt
Vol.41, 2004 Sukardjo & Lis Permana S. (2008). Penilaian
hasil belajar kimia (tidak diterbitkan).
Lumsden, L. (1994). Student motivation to Yogyakarta: Universitas Negeri
learn. Eugene OR:ERIC Clearinghouse Yogyakarta
on Educational Management. Utami Munandar. (2009). Pengembangan
ED370200 kreativitas anak berbakat. Jakarta:
Pusbukkur dan PT.Rineka Cipta
Nair, S. and Alkiyumi, M.T. (2011).
Investigation the relationship between Vansteenkiste, M., Lens, W., and Deci, E. L.
intrinsic motivation and creative (2006). Intrinsic versus extrinsic
production on solving real problems. goalcontentsin self-determination
Journal Sosiohumanika, 4(2) 2011 theory: another look at the quality of
academic motivation. Journal
Pusat Perbukuan Depdiknas. (2010). Pedoman Educational Psychologist, 41(1), 19-31
penilaian buku pengayaan
pengetahuan. Jakarta: Depdiknas Williams, K.C. and Williams, C.C. (2011). Five
key ingredients for improving student
Reynolds, C.R., Livingston, R.B., and Willson, motivation. Research in higher
V. (2010). Measurement and education Journal

15
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

EVALUASI PEMBELAJARAN GURU IPA SMP DI KOTA SEMARANG

Eny Winaryati1
1
Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Muhammadiyah Semarang
email: enie.weye@gmail.com

Abstrak

Kualitas lulusan sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran guru. Kualitas pembelajaran
dapat dievaluasi dari kompetensi pembelajaran guru Kompetemnsi pembelajaran guru meliputi:
ketrampilan instruksional, pengetahuan tentang isi, ketrampilan mengelola kelas, ketrampilan
berkomunikasi, pengetahuan tentang perkembangan siswa, tanggung jawab professional. Tujuan
pemnelitian ini adalah mengevaluasi 6 (enam) kiteria di atas. Hasil rekomendasi dari penelitian ini,
diharapkan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Responden penelitian adalah guru
IPA SMP, kepala sekolah dan siswa SMP di kota Semarang. Penelitian ini memberikan beberapa hasil
evaluasi pembelajaran guru IPA, yaitu: 1) Skor penilaian guru terhadap dirinya sendiri (self assesment)
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dari kepala sekolah (peer assesment). 2) nilai rendah lebih
didominanasi pada kemampuan guru dalam memotivasi, menggali dan meningkatkan potensi siswa. 3)
masih lemahnya guru dalam melakukan penelitian. Saran dari penelitian ini adalah: perlunya bagi
sekolah untuk mengadakan diskusi/workshop tentang psikologi pembelajaran dan penelitian.

(Kata kunci: evaluasi, pembelajaran, guru IPA)

PENDAHULUAN dapat tercapai bila guru mempunyai


Pendidikan bertujuan untuk kompetensi untuk dapat melaksanakan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tugasnya. Guru sekurang-kurangnya memiliki
terutama peserta didik. Banyak faktor yang tiga kompetensi pokok yaitu kemampuan
menentukan mutu suatu sekolah, diantaranya merencanakan, melaksanakan dan
adalah keefektifan guru dalam mengajar. mengevaluasi pembelajaran. Kesiapan
Guru mempunyai pengaruh yang sangat perencanaan akan mempengaruhi proses
dominan terhadap pencapaian belajar siswa. pembelajaran dan hasil pembelajaran sangat
Hal ini dapat dipahami karena guru merupakan dipengaruhi oleh proses yang dilaksanakan.
sumber daya yang aktif, sedang sumber daya Berkenaan dengan uraian di atas,
yang lain bersifat pasif. Sebaik-baik maka konten Rencana Pelaksanaan
kurikulum, fasilitas, sarana prasarana Pembelajaran (RPP) sangat berarti. Guru harus
pembelajaran, tetapi tingkat kualitas gurunya memiliki ketrampilan untuk
rendah, akan sulit mendapatkan hasil mengimplementasikan rencana dalam proses
pendidikan yang berkualitas tinggi. pembelajaran, secara profesional. Guru
Berdasarkan penelitian Trends in dituntut untuk memiliki kemampuan
Mathematics and Science Study (TIMSS) menyusun rencana pembelajaran, mengelola
tahun 2011 diperoleh data bahwa pada siswa kelas, terampil berkomunikasi, menggunakan
kelas VIII, prestasi sains dan matematika media/sumber belajar, disamping itu juga
Indonesia mengalami penurunan. Bidang penguasaan materi yang diajarkan.
matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 Undang-undang Guru dan Dosen
dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya (UUGD), pasal 1 UU No 14 tahun 2005
dites, atau turun 11 poin dari penilaian tahun disebutkan bahwa Guru adalah pendidik
2007. Pada bidang sains, Indonesia berada di profesional dengan tugas utama mendidik,
urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara, mengajar, membimbing, mengarahkan,
skors ini turun 21 dibandingkan 2007, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
(http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/0 didik. Guru yang professional, akan memiliki
9005434). kecakapan, ketrampilan dan kemampuan
Persoalan diatas menuntut peran guru untuk mengelola pembelajaran dengan baik.
sebagai central dalam pendidikan, Keprofesionalan guru akan semakin
diharapkan dapat berperan lebih optimal meningkat, jika guru selalu melakukan
dalam pembelajaran yang bermutu. Hal ini evaluasi terhadap pembelajarannya.
16
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Seperangkat kriteria untuk evaluasi guru (Stufflebeam & Shinkfield, 1985:159).


meliputi: 1) ketrampilan instruksional guru; 2) Stufflebeam (1973: 3-5), memandang evaluasi
pengetahuan tentang isi; 3) ketrampilan sebagai suatu proses memberikan informasi
mengelola kelas; 4) keterampilan yang berarti dan berguna sebagai alternatif
berkomunikasi; 5) pengetahuan tentang keputusan, karena tujuan evaluasi adalah
perkembangan siswa; 6) tanggung jawab untuk menyajikan opsi bagi pengambil
profesional. Tujuan yang ingin dicapai dalam keputusan.
penelitian ini adalah mengevaluasi 6 (enam) Evaluasi pembelajaran yang
kiteria di atas. Hasil rekomendasi dari dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
penelitian ini, diharapkan sebagai dasar untuk informasi tentang kemampuan dan
melakukan perbaikan pembelajaran. ketrampilan guru dalam pembelajaran yang
dilakukan oleh guru IPA. Informasi ini
METODOLOGI PENELITIAN digunakan oleh kepala sekolah sebagai
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tambahan informasi untuk feedback dalam
kuantittaif dalam bidang pendidikan. Tempat kegiatan supervisi akademik bagi guru yang
penelitian dilaksanakan di wilayah kota bersangkutan. Bagi guru, informasi ini
Semarang. Objek penelitian adalah SMP digunakan untuk melakukan perbaikan
Negeri dan Swasta se Kota Semarang. Subyek pembelajaranya.
penelitiannya adalah: kepala sekolah, guru
IPA dan siswa SMP kelas 1, 2 dan 3. 2. Hasiol Evaluasi Pembelajaran Guru IPA
Pengumpulan data dilakukan menggunakan Oleh Kepala Sekolah Dan Guru IPA
instrumen dalam bentuk nontes, dengan Peran guru dalam pembelajaran IPA
penilaian skala likert 1-5 (Sangat Tidak memegang peran yang sangat strategis. Guru
Setuju- Sangat Setuju). diharapkan mampu memposisikan dirinya agar
Penelitian ini menitikberatkan evaluai memahami kompetensinya sebagai seorang
pembelajaran guru IPA melalui penilaian guru. Kompetensi (competency) adalah
terhadap kompetensi sebagai guru di kota seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
Semarang. Penilaian dilakukan melalui self perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
(guru IPA menilai pembelajarannya sendiri) dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
dan peer (dalam hal ini oleh atasannya yaitu ke-profesionalan (pasal 1, UU No. 14 tahun
kepala sekolah dan oleh siswa). Jumlah 2005). Menurut Keputusan Menteri
responden kepala sekolah dan guru masing- Pendidikan Nasional No 045/U/2002,
masing adalah 41 orang, berasal dari 41 SMP kompetensi guru diartikan sebagai seperangkat
dengan rincian 14 SMP Negeri, dan 27 SMP tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
swasta di kota Semarang. Di kota Semarang yang dimiliki seorang guru sebagai syarat
terdapat 8 sub rayon (tingkat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
kecamatan/sekitarnya). Objek sekolah diambil dalam melaksanakan tugas sebagai seorang
6/5 SMP secara sampling dari tiap-tiap sub guru.
rayon. Responden dari siswa adalah 164 siswa Evaluasi terhadap pembelajaran guru
berasal dari kelas 1, 2 dan 3 baik SMP swasta dalam penelitian ini lebih menekankan pada
dan negeri. Pembahasan penelitian ini terbagi evaluasi terhadap kompetensi guru. Hal ini
dalam 2 bagian, yaitu penilaian oleh Kepala dimaksudkan karena indikator-indikator
Sekolah dan Guru IPA, dan yang ke-dua kompetensi guru, memuat gambaran
penilaian dari siswa. pembelajaran guru. Evaluasi dilakukan agar
proses pengambilan kebijakan untuk perbaikan
HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran dapat tepat sasaran. Kompetensi
1. Evaluasi Pembelajaran Guru IPA guru dalam penelitian ini terdiri dari 6
Evaluasi adalah proses menggambarkan, keterampilan pembelajaran, sbb:
memperoleh, dan memberikan informasi
deskriptif dan penilaian tentang nilai dan
kebaikan dari tujuan beberapa objek, desain,
implementasi, dan dampak untuk memandu
pengambilan keputusan, melayani kebutuhan
akuntabilitas, serta mempromosikan
pemahaman tentang fenomena yang terlibat
17
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Tabel 1. Enam (6) Ketrampilan Pembelajaran judul Teacher, self and peer evaluation of
Berkenaan Dengan Kompetensi Guru. lesson plans written by preservice teachers.
Nilai rendah pada item no 6 dan 9.
Jumlah Item nomer 6 berisi tentang kesesuaian bahan
No Variabel Indikator item materi pelajaran, kegiatan, sumber dan tugas
penilaian untuk kebutuhan kelompok serta pribadi
1. Ketrampian 12 12 item siswa. Item nomor 9 berisi pertanyaan tentang
instruksional indikator kemampuan guru meringkas pelajaran.
2. Pengetahuan 6 indikator 6 item Temuan ini menggambarkan bahwa
tentang isi pembelajaran IPA di SMP belum sepenuhnya
3. Ketrampilan 9 indikator 9 item melakukan pembelajaran yang
mengelola kelas mengakomodasi kepentingan siswanya. Guru
4. Keterampilan 6 indikator 6 item akan dapat mengetahui kebutuhan siswanya,
berkomunikasi bilamana siswa dilibatkan dalam
5. Pengetahuan 5 indikator 5 item pembelajaran. Melibatkan siswa dalam proses
tentang pembelajaran, menuntut guru agar memiliki
perkembangan ketrampilan dan kemampuan memotivasi
siswa siswa agar aktif.
6. Tanggung 9 indikator 9 item Persoalan di atas bila dihubungkan
jawab dengan pembelajaran IPA yang seharusnya
profesional adalah selalu mengkaitkannya dengan
fenomena alam dan realita persoalan yang
a. Ketrampilan Instruksional dihadapi siswa. Hal ini membutuhkan
Guru harus memiliki seperangkat penelitian baik di lapangan maupun di
kriteria berkenaan dengan keterampilan laboratorium. Campbell & Bohn, (2008: 1-
Instruksional. Keterampilan instruksional 36), menyampaikan bahwasanya pengalaman
adalah kategori yang paling spesifik dari di laboratorium, dilaksanakan sebagai usaha
perilaku mengajar. Nilai rata-rata ketrampilan reformasi dalam pendidikan ilmu
instruksional dari penelitian ini, tertera pada pengetahuan. Kegiatan ini lebih menekankan
gambar 1: pelibatan siswa dalam pengalaman belajar,
dengan difasilitasi melalui siswa terlibat dalam
Ketrampilan Instruksional penyelidikan pengalaman. Guru harus
5,00 memiliki kemampuan mengkaitkannya dengan
4,66
4,56 4,63perilaku belajar siswanya. Seperti yang
4,71 4,66
4,50 4,46 4,41 4,39 4,44 4,46 4,46 disampaikan Temiz1, Taar & Tan (2006:
4,39 4,37 4,39 4,44 4,29 4,20
4,10 4,24 4,19 4,07 4,32 1007-1027), dalam temuan penelitiannya
4,12
4,00 4,00 bahwa pembelajaran akan efektif, bilamana
3,50
guru melakukan umpan balik kekurangan dan
kelebihan siswanya.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Rata-rata Kepala Sekolah b. Pengetahuan tentang Isi


Pengetahuan sains meliputi pengetahuan fakta,
Gambar 1. Grafik Rata-Rata Nilai
pengetahuan konsep, pengetahuan prosedural,
Keterampilan Intruksional
dan pengetahuan kognitif. Adanya
kecenderungan pembelajaran IPA pada masa
Berdasarkan gambar keterampilan
kini adalah siswa hanya mempelajari IPA
instruksional di atas, rata-rata penilaian guru
sebagai produk, menghafal konsep, teori dan
terhadap diri sendiri relatif lebih tinggi
hukum saja. Keadaan ini diperparah oleh
dibandingkan dengan kepala sekolah menilai
pembelajaran yang berorientasi pada tes atau
guru IPA. Hal ini berarti bahwa menilai diri
ujian. Akibatnya IPA sebagai sikap, proses,
sendiri (self asessment) memiliki
produk, aplikasi dan kratifitas belum tersentuh
kecenderungan nilai lebih tinggi. Realita ini
secara optimal di dalam pembelajaran. Mc
diperkuat oleh Ozogul, Olina & Sullivan
Cormack & Yager (1989: 42) dan Rezba,
(2008:181-201), dalam penelitiannya dengan
Sparague, Fiel, et al. (1995: 1-5),

18
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

menyampaikan bahwa pembelajaran sains instruksi, bahwa siswa belajar terbaik ketika
dituntut untuk mengadopsi lima domain sains. guru mereka mengakomodasi perbedaan
Gibson, & Wallace (2006:44) dalam tingkat kesiapan mereka, kepentingan
menyampaikan dalam penlitiannya, perlu dan profil belajar mereka. Tidak semua anak
adanya kejelasan pemahaman siswa. belajar dengan cara yang sama. Subban (2006:
Memberikan penekanan siswa untuk belajar 935-947) menyampaikan bahwa kesadaran
secara aktif karena siswa butuh untuk belajar. gaya belajar yang berbeda adalah alat yang
Sebuah pedoman kerangka kerja penting untuk signifikan untuk memahami perbedaan dan
pendidikan sains di Amerika Serikat adalah membantu pengembangan siswa.
National Science Education Standard (NSES),
diterbitkan oleh Dewan Riset Nasional c. Ketrampilan Mengelola Kelas
(NRC,1996). NSES mengambil posisi bahwa Komponen-komponen keterampilan
jika mengajar harus siap dengan pemahaman, pengelolaan kelas ini secara umum ada dua
kebutuhan konten/isi yang kuat dan bagian, yaitu: 1) keterampilan yang
pengetahuan yang spesifik tentang konten/isi berhubungan dengan penciptaan dan
paedagogis. Hal ini memberikan gambaran pemeliharaan kondisi belajar; 2) keterampilan
bahwa seorang guru harus menguasai yang berhubungan dengan pengembangan
konten/isi tentang sains yang dibelajarkan kondisi belajar. Keterampilan yang pertama
kepada siswanya. Pengetahuan tentang isi, meliputi keterampilan sikap tanggap, membagi
dijabarkan dalam 6 indikartor. Hasil dari perhatian, pemusatan perhatian kelompok.
penelitian ini tertera dalam gambar 2 sebagai Ketrampilan suka tanggap ini dapat dilakukan
berikut: dengan cara memandang secara seksama,
gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan
Pengetahuan Isi memberi reaksi terhadap gangguan dan
kekacauhan. Termasuk keterampilan memberi
4,40 perhatian adalah visual (gambar/tulisan) dan
4,32 4,32 4,27 4,29
4,20 4,24 4,22 4,22 verbal (kata-kata) (Djamarah, 2006:186).
4,12 4,15 4,17
Keterampilan mengelola kelas
4,00 adalah keterampilan dalam menciptakan
3,90
3,88 dan mempertahankan kondisi kelas agar
3,80
terjadi proses belajar mengajar yang
3,60 optimal. Tujuan guru menguasai keterampilan
1 2 3 4 5 6 mengelola kelas adalah:1) mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab individu
Rata-rata Kepala Sekolah Rata-rata Guru IPA
maupun klasikal dalam berperilaku yang
Gambar 2. Grafik Rata-Rata Nilai sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang
Pengetahuan Tentang Isi sedang berlangsung; 2) menyadari kebutuhan
siswa; 3) memberikan respon yang efektif
Berdasarkan gambar diatas, nilai terhadap prilaku siswa. Hasil dari penelitian
terendah yang diberikan oleh kepala sekolah tentang keterampilan guru dalam mngelola
dan guru adalah pada item nomor 5, tentang kelas tertera dalam gambar sebagai berikut:
kemampuan guru dalam menolong siswa
menjawab pertanyaan mereka sendiri. Hal ini
memberikan suatu pemahaman bahwa guru Keterampilan Mengelola Kelas
masih belum menguasai persoalan yang
dihadapi oleh siswanya, seberapa jauh
penguasaan siswanya tentang isi pengetahuan 4,56 4,63 4,63
yang diberikannya. Dapat diartikan bahwa 4,44 4,44 4,49 4,44 4,46 Rata-rata
guru masih belum berhasil didalam 4,24 Kepala
menyampaikan pengetahuan kepada siswanya Sekolah
atau dengan kata lain guru belum memahami 1 2 3 4 5 6 7 8 9
isi pengetahuan sains secara komprehensif.
Tomlinson (2005: 262-269), seorang
ahli terkemuka di bidang ini, mendefinisikan Gambar 3. Grafik Rata-Rata Nilai Ketrampilan
Mengelola Kelas
19
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Nilai terendah pada item nomor 1,


tentang kemampuan guru agar memiliki Keterampilan Berkomunikasi
standar yang jelas untuk menilai yang sesuai 4,60
dengan perilaku siswa. Temuan ini 4,54 4,54
mengggambarkan bahwa guru belum memiliki 4,40 4,44 4,34
4,39
standar/acuan yang baku yang digunakan 4,32 4,31
untuk menilai perilaku siswa atau guru belum 4,20 4,10 4,22
sepenuhnya menilai perilaku siswa sesuai 4,12 4,12
dengan standar yang berlaku. Padahal 4,00 4,07
pembelajaran IPA dituntut adanya perubahan
3,80
perilaku pada diri siswa.
Temuan penelitian ini, 1 2 3 4 5 6 7
mengisyaratkan bahwa guru belum terampil Rata-rata Kepala Sekolah Rata-rata Guru IPA
mengelola kelas. Menurut Subban (2006: 935-
947), bahwa dalam pembelajaran, guru Gambar 4. Grafik Rata-Rata Nilai Ketrampilan
diharapkann mampu mendorong agar siswa Berkomunikasi Guru IPA
dapat berusaha secara mandiri, berjuang
untuk kesadaran yang lebih besar, memiliki Berdasarkan gambar di atas, bahwa
kemampuan ketrampilan dan ide-ide, nilai rendah pada item nomor 2 dan 3. Item 2
mengambil tanggung jawab untuk tentang kemampuan guru memperhatikan
kehidupannya. Artinya ada hubungan timbal pertumbuhan sosial dan emosional siswa, serta
balik antara siswa dan guru serta tanggung item 3 tentang kepedulian guru terhadap siswa
jawab untuk mengembangkannya. dan mendengarkan segala masalah mereka
d. Ketrampilan Berkomunkasi dengan penuh perhatian dan empati. Temuan
Berkomunikasi bagi seorang guru ini memberi gambaran bahwa kepentingan,
merupakan keterampilan yang harus dimiliki. dan persoalan siswa belum maksimal
Keterampilan ini menjadi kunci terlebih pada diakomodir oleh guru.
saat guru menyampaikan materi dalam proses Dorman, Aldridge & Fraser (2006:
pembelajaran. Kegiatan komunikasi bukanlah 906-915), menyampaikan bahwa kualitas
penyampaian lesan saja; ekspresi, gerakan, lingkungan kelas di sekolah memiliki
tingkah laku, kasih sayang, sentuhan, pengaruh yang signifikan terhadap belajar
senyuman, kelembutan, juga merupakan siswa. Termasuk di dalamnya interaksi guru-
bagian dari komunikasi. siswa, dan siswa-siswa. Baxter Magolda,
Jaringan komunikasi senantiasa harus (1992:265) memberikan penegasan dalam
ditingkatkan, baik kepada siswa yang penelitiannya bahwa pembelajaran akan
bersangkutan, lingkungan sekolah, orang tua semakin bermakna bila siswa dilibatkan
dan masyarakat. Guru dituntut untuk terampil dalam pembelajaran atau dengan kata lain
secara memadai dimanapun tempatnya. siswa aktif.
Terlebih di era globalisasi komunikasi selain Hasil penelitian ini diperkuat linda
memberi dampak pisitif sekaligus juga Moore, Dettlaff & Dietz (2004: 337),
dampak negatif. Guru harus dapat berperan menyampaikan bahwa pembelajaran tidak
secara maksimal di era global ini. akan terjadi jika ada faktor penghambat
Pembelajaran di era globalisasi, banyak hubungan kepengawasan. Kualitas hubungan
memberi kemanfaatan bagi guru. Melalui antara instruktur lapangan dan siswa
kemajuan teknologi informasi ini dapat merupakan faktor utama dalam hal
didayagunakan untuk meningkatkan peran dan keberhasilan siswa di lapangan. Hubungan
fungsi guru. Berbagai fasilitas kemudahan kita positif antara instruktur lapangan dan siswa
dapatkan, sehingga akan memperlancar guru memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja siswa
dalam pembelajarannya. Hasil penilaian daripada kemampuan siswa. Kepuasan
terhadap ketrampilan berkomunikasi dirinci pengalaman lapangan lebih memungkinkan
dalam 7 indikator terhadap guru IPA baik meningkatkan motivasi, dan keterlibatan
oleh kepala sekolah maupun guru IPA. Data siswa dalam pengalaman lapangan. Hal ini
selengkapnya tertera pada gambar 4 berikut mengindikasikan bahwa faktor komunikasi
ini. menjadi sangat penting.

20
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

e. Pengetahuan Tentang Perkembangan Standar NSTA untuk persiapan guru


Siswa sains setingkat SLTP (middle level) bertujuan
Kapasitas guru dalam pembelajaran agar guru mampu: menyiapkan siswa disiplin,
adalah harus mampu menstimulus secara aktif, mengerti tanggung jawab, dapat bekerjasam,
pembelajaran yang mendorong murid kritis, memberi pengalaman, kegunaan proses sains
dan berpikir kreatif. Guru harus carefully dan kemampuan menyelesaikan masalah.
planned, continuously examined, and relate Guru diharapkan mampu merencanakan
directly to the subject taught. Kepentingan pengajaran yang didasarkan pada pengetahuan
siswa diutamakan, karena muara pembelajaran awal siswa, menggunakan teknik assesmen
adalah adanya perubahan pada diri siswa. yang mampu memberikan outcomes pada
Pengetahuan tentang perkembangan siswa, siswa, menerapkan temuan penelitian terbaru
dirinci dalam lima (5) indikator, seperti tertera pada pengajaran sains, menggunakan teknik
pada gambar 5 berikut ini. mengelola kelas untuk membuat lingkungan
kondusif belajar sains, mengidentifikasi,
membuat dan menjaga keamanan dalam
Pengetahuan Tentang Perkembangan semua bidang terkait dengan pengajaran sains,
Siswa menggunakan teknologi pendidikan elektronik
5,00 (komputer, video interaktif, teknologi
komunikasi, dan sebagainya), serta
4,32 4,22 mengintegrasikan sains dengan mata pelajaran
4,22 4,21 4,12 4,15 3,83
4,00 4,02 lain untuk (Science Teacher Preparation, 30-
3,77 8-2000 : 5). Hasil penelitian terkait dengan
tanggungjawab profesional guru, dirinci dalam
lima (9) indikator, seperti tertera pada gambar
3,00 6 berikut ini.
1 2 3 4 5
Rata-rata Kepala Sekolah
Tanggung Jawab Profesional
Gambar 5. Grafik Rata-rata nilai Pengetahuan 5,00
4,41 4,51 4,44 Rata-rata
tentang perkembangan siswa 4,50 4,37 4,44 4,39 4,39 4,46 4,39 Kepala
4,24 4,34
4,32
Berdasarkan gambar 5 di atas bahwa
4,00 4,37 4,24 3,91 3,92Sekolah
3,83
nilai terendah terletak pada item no 5, tentang 3,50 3,83 Rata-rata
peran guru untuk mengetahui/menyadari 3,00 Guru IPA
kebutuhan khusus siswa dan berusaha untuk 1 2 3 4 5 6 7 8 9
memenuhinya. Jika persoalan dan kepentingan
siswa tidak diadopsi, dapat berdampak siswa Gambar 6. Grafik Rata-rata nilai Tanggung
tidak termotivasi untuk belajar. Siswa jawab profesional
berangkat dengan keberagaman, sehingga
yang terpenting bagaimana agar keberagaman Berdasarkan data pada gambar di atas,
ini tidak semakin meruncingkan persoalan nilai terendah pada item no 7 dan 9. Item
yang dihadapi siswa. Bagaimna agar nomer 7 tentang, bahwa guru diharapkan
keberbedaan ini dapat diatasi, sehingga tidak selalu mengikuti arah dan aktivitas
terjadi ketimpangan dalam pemahaman siswa. pembelajarannya dalam wilayah kurikulum.
Item no 9 tentang kapasitas guru dalam
f. Tanggung jawab profesional melakukan penelitian pembelajaran masih
Keberadaan profesi guru mengandung rendah.
arti recognition, endorsement, acceptance, Guru belum sepenuhnya memahami
trust, dan confidence. Implikasi dari arah dan aktifitas yang harus dilakukannya,
pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus sesuai dengan wilyah kurikulum yang sedang
memiliki kualitas yang memadai. Kualitas berlangsung. Adanya kecenderungan guru
sebagai pribadi, guru harus memulai melakukan pembelajaran mengikuti kebiasaan
tanggungjawab akan profesinya sebagai yang dilakukannya selama ini. Proses
seorang guru, baik di keluarga, masyarakat pembiasaan ini menjadikan guru kurang cepat
dan lingkungan.
21
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

meng- up date perkembangan yang sedang laboratorium yang diintegrasikan dalam


berjalan. kuliah, diskusi, dan membaca tentang ilmu
Keprofesionalitas guru sekarang ini pengetahuan, menjadi penting bagi siswa dari
telah mulai dihargai melalui kesejahteraan segala usia dan tingkat
yang dikaitkan dengan kapasistas profesinya. kemampuannya (Froschauer, 2007: 2).
Peningkatan ini menuntut untuk selalu Demikian pula McAulay (2002: 1-3)
meningkatkan kualitas keilmuan, ketrampilan, memberikan tes dengan cara siswa membuat
dan partisipasinya. Penelitian bagi seorang pertanyaannya sendiri, dengan harapan dapat
guru sangatlah penting. Melalui penelitian memunculkan bahasa lisan dari siswa
guru dapat melakukan perbaikan terhadap dan memotivasi siswa melakukan diskusi
pembelajarannya. Campbell, & Bohn, (2008: kelompok.
1-36) menyampaikan bahwa penelitian yang Keterampilan instruksional ini
dilakukan dapat meliputi: 1) penelitian dijabarkan dalam 5 indikator, meliputi
kognitif , 2) penelitian di laboratorium, dan keterampilan sebelum, saat dan setelah
3) penelitian proyek-proyek berkenaan dengan pembelajaran. Data penilaian keterampilan
pengalaman di boratorium. Penelitian ini instruksional guru oleh siswa dapat dilihat
memfasilitasi guru sains agar berkomitmen pada gambar 7 berikut ini.
terus meningkatkan pengalaman
laboratorium, juga dapat memberi Ketrampilan Instruksional
kemanfaatan bagi bangsa baik secara langsung
atau tidak langsung, sera menilai dan 6,00
Rata-rata
memperbaiki dirinya sendiri serta pengalaman 4,00 Kelas 1
bagi siswa. 2,00
Rata-rata
0,00 Kelas 2
1 2 3 4 5
3. PENILAIAN SISWA TERHADAP
PEMBELAJARAN GURU IPA Gambar 7. Grafik Rata-rata nilai ketrampilan
Penilaian siswa terhadap guru IPA Instruksional
berkenaan dengan pembejaran IPA meliputi Berdasarkan gambar di atas diperoleh
penilaian terhadap: a) keterampilan temuan bahwa penilaian terendah yang
instruksional, b) keterampilan mengelola dilakukan oleh siswa terhadap pembelajaran
kelas, dan c) pengetahuan tentang guru IPA adalah pada item guru terlalu cepat
perkembangan siswa. Responden terdiri dari dalam menyampaikan pengajaran. Padahal
164 siswa yang berasal dari kelas 1, 2 dan 3 tidak semua siswa memiliki daya tanggkap
baik SMP swasta dan negeri di kota Semarang. yang tidak sama. Kemungkinan yang ke dua
Responden berasal dari 41 SMP dengan adalah kemampuan siswa untuk menangkap
rincian 14 SMP Negeri, dan 27 SMP swasta. materi IPA masih lemah/kesulitan. Ada tiga
a. Ketrampilan Instruksional. strategi penyelesaian yang perlu dilakukan
Campbell, & Bohn, (2008: 1-36) oleh guru: pertama guru melambatkan
menyampaikan bahwa Ilmu harus penyampaian materi pelajaran IPAnya, yang
diajarkan dengan baik dan efektif, serta kedua perlu diperkuat dengan strategi lain agar
laboratorium harus merupakan bagian integral pemahaman siswa meningkat (belajar
dari ilmu pengetahuan kelompok/praktek di laboratorium, perubahan
kurikulum. NSTA menyampaikan bahwa metode penyampaian, dll). Strategi yang
laboratorium harus sesuai dengan tahapan ketiga perlu adanya tambahan pengayaan agar
perkembangan siswa dari segala usia dan ada pemahaman siswa bertambah (misal:
tingkat kemampuan siswa. Pembelajaran penugasan). Temuan-temuan penilaian ini,
berbasis laboratorium dilakukan pada setiap diharapkan dapat dijadikan feedback oleh
tingkatan. guru, untuk melakukan perbaikan
Pengalaman laboratorium harus pembelajarannya.
menjadi bagian integral dari pembelajaran
sains. The American Chemical Society ( ACS) b. Ketrampilan Mengelola Kelas.
merekomendasikan bahwa sekitar 30% waktu Guru yang telah memahami teori,
instruksional harus dikhususkan untuk mempertimbangkan situasi untuk
pekerjaan laboratorium. Pengalaman merencanakan proses pelajaran yang efektif

22
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

dengan model pembelajaran tertentu. sebelumnya. Guru memberikan tugas individu,


Ketajaman dalam memilih metode akan dalam bentuk kuis, dan refleksi tulisan
mengarah pada peningkatan self-efficacy. mereka. Guru menggunakan informasi yang
Selain itu juga kemampuan untuk mengelola dikumpulkan dari berbagai sumber untuk
sumber daya alam yang tersedia di lingkungan memberikan kesempatan kepada siswa
sekolah untuk dijadikan sebagai sumber menjadi sukses. Pentingnya menggunakan
pembelajaran (Sibbald, 2009:452-454). penilaian berbasis kinerja dalam menentukan
Melalui pembelajaran berpusat pada tingkat pemahaman siswa yang dicapai.
siswa, menekankan siswa belajar aktif. Siswa Termasuk penilaian presentasi dan proyek-
dituntut untuk ikut terlibat dalam proyek serta siswa mendemonstrasikan
pembelajaran, memiliki tanggung awab pemahamannya. Penilaian tertanam dalam
terhadap proses pembelajaran. Melalui kurikulum setidaknya berisi tiga tujuan:
berbagai strategi pengelolaan kelas secara "untuk menentukan pemahaman dan
maksimal, siswa akan memiliki motivasi, kemampuan siswa dan untuk memantau
karena siswa ikut berpartisipasi. Hasil kemajuan siswa, dan untuk mengumpulkan
penilaian terhadap keterampilan mengelola informasi prestasi siswa, (Gibson & Wallace,
kelas tertera pada grafik 8 sbb: (2006: 44).
c. Pengetahuan tentang Perkembangan
Siswa.
Ketrampilan Mengelola Kelas Setiap siswa memiliki kekuatan yang
6,00 Rata- berbeda. Tidak ada satupun manusia yang
rata memeliki kekuatan dan kelebihan pada semua
4,00
Kelas 1 bidang. Setiap orang memiliki kelebihan, yang
2,00 Rata- dapat digali dan dikembangkan untuk
rata dioptimalkan, melalui berbagai strategi. Dalam
0,00
Kelas 2 suatu pembelajaran, guru memiliki banyak
1 2 3 4
kesempatan untuk menfasilitasi perkembangan
Gambar 8. Grafik Rata-Rata Nilai Ketrampilan ini. Mengingat gurulah yang memiliki banyak
Mengelola Kelas waktu untuk bertemu dengan siswa-siswanya.
Berdasarkan tabel dan gambar diatas diperoleh Berkenaan dengan hasil penilaian
temuan bahwa penilaian terendah yang pengetahuan tentang perkembangan siswa ini,
dilakukan oleh siswa terhadap pembelajaran yang dirinci dalam tujuh (7) indikator,
guru IPA adalah pada item no 1 yaitu tentang diperoleh data sebagai berikut:
kemampuan guru dalam mengelola kelas
menjadi efektif masih rendah. Nilai pada item Pengetahuan Tentang Perkembangan
ini tidak terlalu rendah, namun guru perlu Siswa
untuk meningkatkan. Item pengelolaan kelas 5,00 Rata-rata
yang efektif, sangat mendukung pemahaman 4,00 Kelas 1
siswa dalam menerima materi. Suasana kelas
yang menyenangkan, sangat berkontribusi 3,00 Rata-rata
pada keberhasilan belajar siswa. Karena siswa 2,00 Kelas 2
akan merasa nyaman, aman dan tenang dalam 1,00
menangkap pelajaran. Rata-rata
Siswa diharapkan membangun pemahaman 0,00 Kelas 3
mereka sendiri dari setiap konten yang 1 2 3 4 5 6 7
diberikan oleh guru. Penilaian praktek di
ruang kelas berorientasi pada pemahaman Gambar 9. Grafik Rata-Rata Nilai
yang harus memberikan informasi Pengetahuan Tentang
berkelanjutan yang memungkinkan guru untuk Perkembangan Siswa
menjadi responsif terhadap kebutuhan Pengetahuan tentang perkembangan
individu. siswa tidak terlepas dalam suatu proses agar
Memberi pertanyaan sebelum guru selalu melakukan pendekatan kepada
pembelajaran dimulai untuk merefleksikan siswanya dengan berbagai strategi pendekatan.
pemahaman dan pengalaman siswa Keberhasilan seseorang tidak terlepas dari
bagaimana guru dapat menggali potensi

23
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

siswanya, serta mendukung dan menfasilitasi g) Mengetahui/menyadari


untuk mengembangkan dan meningkatkannya. kebutuhan khusus siswa dan
Lingkungan yang positif dan mendukung berusaha untuk
sangat perlu untuk dikembangkan, melalui memenuhinya.
berbegai bentuk kegiatan (Campbell, & Bohn, h) Mengikuti arah dan aktivitas
2008: 1-36). dalam wilayah kurikulum.
Bogo, Globemian & Sussman (2004: i) Melakukan penelitian
13), menyampaikan bahwa melalui proses pembelajaran.
kelompok, siswa belajar tentang dinamika dan 3) Penilaian dari siswa tentang
kerja kelompok. Interaksi dengan rekan pembelajaran guru IPA diperoleh
sebaya, siswa dapat memperoleh keterampilan temuan-temuan bahwa guru IPA:
baru dan mengembangkan lebih akurat a) Terlalu cepat dalam
penilaian-diri tentang kemampuan menyampaikan amteri
mereka. Siswa untuk berbagi pekerjaan satu pembelajaran.
sama lain, termasuk mengeksplor kesalahan b) Kemampuan guru mengelola
mereka. Siswa membutuhkan iklim kelompok kelas menjadi efektif, masih
dimana mereka merasa dihormati dan bisa kuranag.
saling percaya sehingga meminimalkan c) Guru kurang membantu
terjadinya kerentanan. siswa dalam pemecahan
masalah yang dihadai siswa
E. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Saran
1. Kesimpulan. a. Dari beberapa temuan diatas, hal yang
a. Penilaian oleh Kepala Sekolah dan perlu ditingkatkan oleh guru adalah
Guru IPA berkaitan dengan mengelola
1) Skor rata-rata dari tiap item, potensi/kemampuan siswa yang
memberikan nilai dari guru beragam. Terkait dengan hal ini maka
terhadap dirinya sendiri (self perlua adanya kegiatan dalam bentuk
assesment) lebih tinggi diskusi/workshop untuk membahas
dibandingkan dengan nilai dari tentang psikologi pembelajaran.
kepala sekolah kepada b. Guru masih perlu sering terlibat dalam
pembelajaran guru IPA (peer penelitian ilmiah, agar meningkat
assesment). kemampuan penelitiannya, melalui
2) Nilai terendah dari penilaian berbagai strategi/kegiatan seperti
terhadap pembelajaran guru IPA workshop penelitian.
diperoleh temuan-temuan bahwa
guru IPA kurang/belum: DAFTAR PUSTAKA
a) Menyesuaikan bahan materi
pelajaran, kegiatan, sumber Baxter Magolda, M. B. (1992), Students'
dan tugas untuk kebutuhan epistemologies and academic
kelompok dan pribadi siswa. experiences: implications for
b) Meringkas pelajaran. pedagogy, Review of Higher
c) Menolong siswa utnuk Education 15 (3), 265-87.
menjawab pertanyaan
mereka sendiri. Bogo, M., Globemian, J., & Sussman,T.
d) Memiliki standar yang jelas (2004). Special section: fild eduction
untuk menilai yang sesuai in social work the field instructor as
dengan perilaku siswa. group power: managing trust and
e) Memperhatikan competition in group supervision.
pertumbuhan sosial dan Journal ofSocial Work Education:
emosional siswa. Winter; 40, 1; ProQuest Sociology
f) Menunjukkan kepedulian pg. 13
terhadap siswa dan
mendengarkan segala Campbell, T., & Bohn, C. (2008). Science
masalah mereka dengan laboratory experiences of high
penuh perhatian dan empati. school students across one state in
24
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

the U.S.: descriptive research from teacher. Education Tech Research


the classroom. This study examined Dev 56: 181-201.
the science laboratory experiences of
high school students in Utah.Spring Rezba, R.J., Sparague, C.S., Fiel, R.L., et al.
Vol. 17, N o. 1.pg. 1-36. (1995). Learning and assessing
rd
science process skills. (3 ed.) Iowa:
Djamarah. ( 2006). Strategi belajar mengajar. Kendall/Hunt Publishing Company.
Bandung. Penerbit : PT Remaja Rosda
Karya. Science Teacher Preparation.htm. An NSTA
Position Statement: NSTA Standards
Dorman, J.P., Aldridge, J.M., & Fraser, B.J. for Science teacher Preparation.
(2006). Using students assessment
of classroom environment to develop Sibbald, T. (2009). The relationship between
a typology of secondary school lesson study and self-
classrooms. International Education efficacy.(Report). Thames Vallery
Journal, 7(7), 906-915. ISSN 1443- District School Board. School
1475. Science and Mathematics: Gale
Cengage Learning. Diunduh 10
Froschauer, L (2007). Testimony. Diambil Oktober 2010.
pada tanggal 7 Juli 2011.
http://democrats.science.house.gov/ Stufflebeam, D.L., Shinkfield, A.J. (1984).
Media/File/Commdocs/hearings/200 Systematic evaluation a self-
7/research/08mar/froschauer_testimo instructional guide to theory and
ny.Pdf. practice. Kluwer-Nijhoff Publishing.
Boston.
Gibson, A., & Wallace, J. (2006). Teaching
and assessing science for Stufflebeam, D.L. (1973). Educational
understanding: managing the evaluation: theory and practice.
accountability dilemma. Science Evaluation as enlightenment for
Educator; Spring 2006; 15, 1; decision-making. In B. R. Worthen
ProQuest Agriculture Journals.pg. & J. R. Sanders (Eds.),
44.
Subban, P. (2006). Differentiated instruction: a
McCormack, A.J,. & R.E. Yager. (1989). research basis. International
Assesing teaching/learning in Education Journal, 7(7), 935-947.
multiple domains of science and ISSN 1443-1475 2006 Shannon
science education. Science education Research Press.
73 (1): 44-58.
Temiz1, B.K., Taar, M.F & Tan, M. (2006).
Moore,L.S., Dettlaff, A.J., & Dietz, T.J. Development and validation of a
(2004). Using the myers-briggs type multiple format test of science
indicator in field education process skills. International
supervision. Journal of Social Work Education Journal, 7(7), 1007-1027.
Education: Spring 2004; 40, 2; ISSN 1443-1475.
ProQuest Sociology. pg. 337.Texas
Christian University. Tomlinson, C. A. (2005). Grading and
differentiation: Paradox or good
National Academy of Science. (1996). practice? Theory into Practice, 44 (3),
Nasional science education standars. 262-269. EBSCO online database
Washington DC: National Academy Education Research omplete.
Press. http://search.ebscohost.com/login.aspx
?direct=true&db=ehh&AN=17539455
Ozogul, G., Olina, Z., & Sullivan, H. (2008). &site=ehost-live
Teacher, self and peer evaluation of
lesson plans writtet by preservice
25
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

MODUL Q-SETS SEBAGAI REKAYASA BAHAN AJAR KIMIA YANG BERMUATAN


QUANTUM LEARNING DAN BERVISI SALINGTEMAS

Muhamad Imaduddin1
1
Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Muhmmadiyah Semarang
email: muhamad.imaduddin89@gmail.com

Abstrak

Melihat cakupan materi mata pelajaran kimia yang luas tersebut, tentu saja diperlukan waktu
pembelajan kimia yang tidak singkat untuk mencapai ketuntasan belajar. Guru dituntut untuk
memaksimalkan pembelajaran padahal mata pelajaran kimia seharusnya tidak hanya diajarkan secara
teoritis tetapi juga praktis. Untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu tersebut, maka guru harus
dapat menyusun suatu bahan ajar efektif untuk pembelajaran. Modul merupakan salah satu jenis
bahan ajar serta sebagai media pembelajaran cetak. Cara dan gaya belajar merupakan kunci untuk
mengembangkan kinerja seseorang termasuk siswa di sekolah. Quantum learning mencakup aspek-
aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar modul menggunakan pendekatan
quantum learning diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan quantum
learning adalah perumusan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku). Wujud perumusan tersebut
diwujudkan dalam bentuk visi salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat).
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah antara lain bagaimana menyusun modul
Q-SETS sebagai bahan ajar kimia yang bermuatan quantum learning dan bervisi salingtemas, serta
adakah pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap
hasil belajar siswa. Aplikasi quantum learning bervisi salingtemas dalam modul Q-SETS dapat berupa
kegiatan pencarian gaya belajar diri sendiri, peta konsep, penemuan AMBAK melalui analisis SETS,
dan konsep TANDUR. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah
modul sebagai bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual,
auditorial, maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah.
Alternatif desain modul dapat berupa penyajian strategi pembelajaran dalam media cetak modul.
Penyajian strategi pembelajaran yang bermuatan quantum learning dan visi SETS terdiri dari:
pembelajaran pendahuluan, penyampaian materi pembelajaran, memancing penampilan, pemberian
umpan balik dan kegiatan tindak lanjut. Pembelajaran menggunakan modul Q-SETS berpengaruh
terhadap hasil belajar kimia siswa. Besarnya pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa sesuai
dengan koefisien korelasi sebesar 0,506 dan koefisien determinasi 25,56% dengan kriteria pengaruh
adalah sedang.

Kata kunci: Modul Q-SETS, quantum learning, visi salingtemas.

PENDAHULUAN
Salah satu mata pelajaran yang diperoleh Siswa sekolah menengah sesuai dengan KTSP
adalah kimia. Menurut Depdiknas (2003: 2) ilmu kimia mengkhususkan diri di dalam mempelajari
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Siswa
mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat
bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk
memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat
materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam
mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja. Mata pelajaran ini
merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang lain seperti kedokteran, geologi, teknik dan lain-
lain.
Melihat cakupan materi mata pelajaran kimia yang luas tersebut, tentu saja diperlukan waktu
pembelajan kimia yang tidak singkat untuk mencapai ketuntasan belajar. Kenyataannya, waktu
pembelajaran kimia di sekolah masih kurang, terutama untuk kelas X. Guru dituntut untuk

26
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

memaksimalkan pembelajaran padahal mata pelajaran kimia seharusnya tidak hanya diajarkan secara
teoritis tetapi juga praktis.
Untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu tersebut, maka guru harus dapat menyusun
suatu bahan ajar efektif untuk pembelajaran. Guru mempunyai wewenang yang besar dalam
menentukan materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menguasai dan
mengembangkan materi bahan ajar yang dibutuhkan oleh Siswa. Berkaitan dengan hal tersebut,
diperlukan pengembangan pembelajaran secara sistematis, terpadu dan terencana melalui bahan ajar
untuk membantu Siswa secara individual dalam menguasai tujuan-tujuan belajarnya secara tuntas.
Modul merupakan salah satu jenis bahan ajar serta sebagai media pembelajaran cetak.
Kendala penggunaan bahan ajar modul adalah sulitnya menarik perhatian Siswa untuk menggunakan
modul dalam belajar. Hal tersebut karena kurang menariknya penampilan, isi, maupun penyampaian
gagasan materi dalam suatu modul. Apalagi jika Siswa belum mengetahui cara dan gaya belajar yang
baik dan sesuai dengan dirinya. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam buku quantum
learning (2008: 110), cara dan gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja
seseorang termasuk Siswa di sekolah.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi (Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki. 2008:14). Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar modul menggunakan pendekatan
quantum learning diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar Siswa.
Selanjutnya, berkaitan dengan perumusan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) dalam quantum
learning, belajar kimia bukan hanya sebatas mempelajari secara teoritis yang bersifat hafalan saja,
tetapi lebih ditekankan pada penerapan-penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk selain memahami materi kimia juga perlu mengetahui keterkaitan
materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari, berupa penerapan dalam bidang teknologi dan juga
dampak bagi lingkungan maupun sosial masyarakat.
Kemajuan teknologi sering tidak diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan sehingga
kita sering pula menjumpai kerusakan lingkungan akibat pengembangan teknologi. Peran guru untuk
menghasilkan para ilmuwan-ilmuwan yang dapat menghasilkan teknologi ramah lingkungan sangat
diperlukan. Salah satu caranya yaitu mengadakan pembelajaran kimia bervisi salingtemas (sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) atau SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
Dari uraian di atas, maka penyusunan bahan ajar dengan pendekatan quantum learning dan visi
salingtemas atau SETS sangat dipelukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan dan
merekayasa bahan ajar tersebut melalui pembuatan modul Q-SETS, serta mengetahui pengaruh
penggunaannya dalam pembelajaran.
Adapun rumusan masalah pada program penelitian ini adalah bagaimana menyusun modul Q-
SETS sebagai bahan ajar kimia yang bermuatan quantum learning dan bervisi salingtemas, serta
adakah pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap
hasil belajar siswa.
Tujuan dari program ini adalah menyusun modul Q-SETS dan mengetahui pengaruh penggunaan
modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar Siswa.Luaran
yang diharapkan dengan adanya program ini ialah modul Q-SETS dapat digunakan sebagai bahan ajar
mandiri kimia, serta artikel hasil penelitian pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok
reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar kimia Siswa.
Kegunaan program ini antara lain 1) Bagi Siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik
Siswa terhadap pelajaran kimia dan meningkatkan pemahaman Siswa terhadap materi kimia
menggunakan modul Q-SETS. 2) bagi guru, memperoleh suatu variasi bahan ajar terhadap materi
kimia yaitu dengan menggunakan pendekatan quantum learning dan visi SETS. Lebih jauh lagi, guru
dapat ikut mengembangkan bahan ajar kimia. 3) Bagi peneliti, memperoleh pengalaman langsung
bagaimana berkolaborasi maupun memilih pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak
ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman. Peneliti akan mempunyai dasar-
dasar kemampuan mengajar dan kemampuan mengembangkan pembelajaran berbantuan modul dan
berbagai media pembelajaran lainnya.

27
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

TINJAUAN PUSTAKA

Modul sebagai Bahan Ajar


Adapun bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modul yang berupa paket belajar
dan meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis
untuk membantu Siswa mencapai tujuan belajar (Mulyasa, 2006:43). Pada penelitian ini bahan ajar
materi pokok konsep reaksi oksidasi dan reduksi disusun oleh peneliti dengan menggunakan konsep
yang lebih sistematis dan ringkas supaya materi lebih mudah dipahami. Penyusunan modul
menggunakan pendekatan quantum learning dan visi SETS. Bahan ajar adalah bahan-bahan/materi
pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan Siswa dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran memiliki berbagai komponen yang satu sama lain saling terkait dan
berhubungan secara fungsional. Komponen-komponen sistem pembelajaran itu, antara lain: tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, guru, Siswa, media dan sarana pembelajaran, dan biaya
operasional serta alat evaluasi belajar yang digunakan (Kustiono, 1998:1). Media pembelajaran
merupakan salah satu komponen yang integral dalam sistem pembelajaran artinya media menjadi
komponen yang cukup penting dalam strategi penyampaian pembelajaran. Media pembelajaran
adalah setiap alat keras maupun lunak yang dapat digunakan untuk mentransmisikan pesan atau
informasi dari guru kepada Siswa (Kustiono,1998:2). Melihat fungsinya, bahan ajar memuat pesan-
pesan pembelajaran yang siap untuk disampaikan kepada siswa maka dapat dikatakan bahwa bahan
ajar termasuk media pembelajaran. Dilihat dari bentuknya, bahan ajar yang berbentuk modul
termasuk media cetak. Anderson dalam Kustiono (1998:3) mengemukakan media cetak adalah media
yang berupa benda yang dicetak, mencakup semua jenis benda cetakan. Termasuk kategori ini antara
lain: bahan ajar/modul, buku teks atau buku pelajaran, hand-out, LKS, dan sebagainya.

Tinjauan Tentang Pembelajaran Bermuatan Quantum Learning


Quantum learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara
rangsangan internal dan eksternal, dan antara waktu yang dihabiskan di dalam zona aman seseorang
berada dan zona keluar dari tempat itu (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2008: 86). Sedangkan
menurut Setiawan Santana Kurnia (2008), Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan
seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Dalam pembelajaran quantum diterapkan
rumus AMBAK (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2008:49) yaitu:
A : Apa yang dipelajari
Dalam pelajaran kimia materi redoks, misalnya, guru memberikan tugas mengkaji mengenai
fenomena redoks yang ada dalam kehidupan.
M : Manfaat
Guru harus memberi kemampuan memahami situasi yang sebenarnya (insight), sehingga murid
tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
BAK : Bagiku
Quantum lebih menekankan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bisa
dikontribusikan kelak saat anak dewasa nanti.
AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-
akibat suatu keputusan.

Pengertian Pembelajaran Bervisi Salingtemas


Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengharapkan lulusan pendidikan pada jenjang
pendidikannya untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan pencapaian pengetahuan yang
dibekalkan kepada mereka di jenjang tersebut. Di antara cara mencapai kompetensi yang diharapkan,
untuk pembelajaran sains para pendidik dianjurkan juga menggunakan pendekatan Salingtemas
(Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) sekaligus sebagai visi pembelajaran, di samping

28
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

pendekatan lain. Meurut Binadja (2005a:2), dianjurkannya visi Salingtemas adalah karena sejumlah
kelebihan berikut:
1) Visi Salingtemas memberi peluang siswa untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan
berpikir dan bertindak berdasarkan analisis dan sintesis dengan memperhitungkan aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat
2) Visi Salingtemas memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan siswa untuk
menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan
Salingtemas secara kuat.
3) Visi Salingtemas memberi kesempatan pendidik dan siswa untuk mengaktualisasikan diri dengan
kelebihan Salingtemas.

Gambar 1. Keterkaitan Antar Unsur Salingtemas

Berdasakan hasil beberapa penelitian tentang Salingtemas atau SETS, menunjukkan integrasi
SETS dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa hasil penelitian yang
pernah dilakukan adalah:
1) Mulyani (2008) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang diberi
pembelajaran berpendekatan SETS menggunakan CD pembelajaran lebih baik daripada hasil
belajar kimia mengunakan pembelajaran dengan metode konvensional di SMA N 14 Semarang.
2) Nur Atmaningsih (2006) menunjukkan pengaruh positif pendekatan SETS dalam pembelajaran
kimia pokok bahasan zat radioaktif dan penggunaan radioisotop terhadap minat dan sikap siswa
kelas II SMA Negeri 1 Grinsing pada mata pelajaran kimia.
Aplikasi Quantum Learning dan Visi SETS pada Bahan Ajar Modul
1) Pencarian Gaya Belajar Diri Sendiri
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan
dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Cara menyerap informasi
dibedakan menjadi sistem identifikasi V-A-K (Visual-Auditorial-Kinestetik). (Bobbi DePorter,
2008: 122-136).
2) Peta Konsep
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep
tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994 dalam
Trianto, 2007: 159).
3) Penemuan AMBAK melalui SETS
Aplikasi AMBAK pada modul Q-SETS adalah menggunakan konsep salingtemas yaitu
mengaitkan antara sains, lingkungan, teknologi,dan masyarakat.
4) Konsep TANDUR
Kerangka perancangan pengajaran quantum learning di kelas atau quantum teaching dibuat
dengan menggunakan konsep TANDUR yaitu sebagai berikut :
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, tumbuhkan interaksi dengan siswa.
b. Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang muncul adalah cara
apa yang terbaik agar siswa memahami informasi.
c. Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis di
kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh.

29
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

d. Demonstrasikan
Sudah saatnya siswa mendemonstrasikan di hadapan guru dan teman.
e. Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa aku tahu bahwa aku tahu
ini!.
f. Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu
tugas . (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2008:88)
Materi Pokok Reaksi Oksidasi dan Reduksi Kaitannya dengan Aplikasi Quantum Learning dan
Visi SETS
Keterkaitan antarkonsep yang ada dalam materi pokok konsep reaksi oksidasi dan reduksi dapat
digambarkan dengan peta konsep sebagai berikut (Salirawati, dkk. 2007: 153).
REAKSI REDOKS

mengalami perubahan konsep

OKSIDASI REDUKSI
menaikkan menurunkan
melalui melalui melibatkan melalui melalui melibatkan

pengikatan pelepasan reduktor


- pelepasaan pengikatan
-
oksidator
e e
O2 O2

BILOKS

senyawa biner mendasari


untuk

tatanama senyawa

ion poli atom untuk

Gambar 2. Peta konsep pohon jaringan: keterkaitan antarkonsep yang ada dalam materi pokok konsep
reaksi oksidasi dan reduksi
Keterhubungan antar unsur SETS merupakan suatu bentuk aplikasi dari rumus AMBAK Apa
Manfaatnya Bagiku dalam quantum learning. Contoh penerapan model analisis keterhubungan
antarunsur SETS dapat disajikan dalam peta konsep gambar 3.

Science
Konsep reaksi oksidasi dan
reduksi

Technology
Kembang api

Society Environment
- Lapangan pekerjaan bagi - Pengambilan bahan dari
pembuat dan penjual lingkungan
- Memeriahkan acara - Pencemaran lingkungan
- Dampak negatif: oleh limbah
menyebabkan kebakaran.

Gambar 3. Contoh model analisis keterhubungan antar unsur SETS berdasarkan pada
konsep sains reaksi oksidasi dan reduksi (kembang api).
30
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah jenis Control Group Pre Test-Post Test Design, yaitu
penelitian dengan melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol (Arikunto, 2006: 87).
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Pelaksana Post tes
Eksperimen T1 X P T2
Kontrol T1 Y P T2
Keterangan:
X = diajar dengan modul Q-SETS (Pembelajaran quantum bervisi SETS)
Y = kelas kontrol (konvensional bersuplemen SETS)

Populasi adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pecangaan tahun pelajaran 2009/2010 yaitu
sebanyak 276 siswa yang tersebar dalam tujuh kelas yaitu kelas X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh kelas
X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Variabel bebas adalah bahan ajar
yang digunakan sebagai pedoman praktik pembelajaran. Pada kelas eksperimen, peneliti
menggunakan modul Q-SETS sebagai bahan ajar sehingga dalam praktik pembelajaran menggunakan
pembelajaran quantum learning bervisi SETS. Adapun kelas kontrol, menggunakan bahan ajar
konvensional dan suplemen SETS. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
dibatasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapaun analisis pada ranah afektif dan
psikomotorik digunakan teknik deskriptif. Metode pengambilan data penelitian ini adalah (1)
Metode Dokumentasi, (2) Metode Tes, (3) Metode Angket, dan (4) Metode Observasi (aspek afektif
dan psikomotorik). Untuk menganalisis uji coba instrumen maka dilakukan perhitungan terhadap (1)
Validitas (validitas konstruk, validitas isi dan validitas butir soal), (2) Reliabilitas (reliabilitas butir
soal), (3) Daya pembeda butir soal, (4) Tingkat Kesukaran Butir Soal. Soal-soal yang dipakai untuk
pre test dan post test adalah soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, daya beda, dan indeks
kesukaran. Berdasarkan analisis data uji coba soal diperoleh 35 soal layak pakai. Selanjutnya
dilakukan perbaikan terhadap soal-soal yang memungkinkan dapat dipakai kembali dan diperoleh soal
sebanyak 40 soal serta dianggap mampu mewakili ketercapaiaan masing-masing indikator dalam
pembelajaran. Metode analisis data yang digunakan dapat dilihat dalam tabel ini.

Tabel 2. Metode Analisis Data


Data Awal Data Akhir
Uji Normalitas Uji Normalitas
Uji Homogenitas Uji Kesamaan Dua Varians
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji Ketuntasan Hasil Belajar
Uji Estimasi Hasil Belajar
Uji Normalized Gain <g>
Uji Hipotesis Ada Tidaknya Pengaruh
Uji Besarnya Pengaruh (Korelasi dan koefisien determinasi)
Analisis Deskriptif untuk Data Nilai Afektif dan Psikomotorik

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Pengembangan Modul Q-SETS sebagai Rekayasa Bahan Ajar Bemuatan Quantum


Learning Bervisi Salingtemas

31
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Komponen pokok strategi pembelajaran dalam desain modul Q-SETS ini terdiri dari:
pembelajaran pendahuluan, penyampaian materi pembelajaran, memancing penampilan siswa,
umpan balik, dan tindak lanjut (Gafur, 1986: 95).
a) Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan (Pre-instructional Activities)
Kegiatan pendahuluan meliputi pemberitahuan tujuan, ruang dan lingkup materi (jika perlu
dibuatkan bagan atau peta konsep yang menggambarkan struktur atau jalinan antar materi).
Aplikasi quantum learning yaitu pencarian gaya belajar diri sendiri dapat diterapkan pada tahap
ini. Pada tahap ini pula dapat diberikan bagaimana kiat dalam belajar sesuai dengan gaya belajar.

b) Materi Pembelajaran (presenting instructional materials)


Dalam rangka penerapan quantum learning, hendaknya dikurangi penyajian yang bersifat
expository (ceramah, dikte) dan deduktif. Untuk itu perlu digunakan sebanyak mungkin teknik
penyajian inqiuistory, discovery, tanya jawab, inventory, induktif, penelitian mandiri, dan lainya
(Merill dalam Reigeltuth, 1987: 205; McKeachi, 1994: 153). Penyajian materi pelajaran
hendaknya mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa melalui penyajian materi
dengan memanfaatkan kehidupan di sekitar siswa. Sebagai contoh pada modul QSETS:
pertanyaan tentang deskripsi awal mengenai fenomena pencokelatan daging buah apel pada
materi pokok kimia redoks.

c) Memancing Penampilan Siswa (electing performance)


Memancing penampilan dimaksudkan untuk membantu siswa menguasai materi atau
mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk kegiatan berupa latihan atau praktikum. Siswa
diharapkan dapat berlatih menerapkan konsep dan prinsip yang dipelajari dalam konteks dan
situasi yang berbeda, bukan sekedar menghafal.

d) Pemberian Umpan Balik (providing feedback)


Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan belajarnya.
Sebagai contoh setelah mengerjakan soal-soal latihan, siswa diberi kunci jawaban. Dengan
mengetahui kunci jawaban mereka akan mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. Agar
siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar, ada baiknya umpan balik diberikan secara
tidak langsung (delay feedback), misal Jawaban yang benar, baca lagi halaman 34.

e) Kegiatan Tindak Lanjut (follow-up activities)


Kegiatan tindak lanjut berupa mentransfer pengetahuan, pemberian pengayaan, dan
remidial. Dengan mampu mentransfer pengetahuan yang telah dipelajari maka tingkat
pencapaian belajar siswa akan sampai pada derajat yang tinggi.

Adapun desain pesan pembelajaran yang telah termuat dalam komponen strategi pembelajaran
tersebut adalah a) Kesiapan dan motivasi (Readness and Motivation), b) Penggunaan Alat Pemusat
Perhatian (Attention Directing Devices), c) Partisipasi Aktif Siswa (Students Active Participation), d)
Perulangan (Repetition), e) Umpan Balik (Feedback). Jika disajikan dalam bentuk matriks penerapan
muatan quantum learning, visi SETS, dan prinsip desain pembelajaran ke dalam lima komponen
strategi pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai
bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial,
maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Bagi siswa tipe
visual, mereka akan lebih mudah belajar apabila menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan
semacamnya. Sementara bagi siswa tipe auditorial, mereka akan lebih mudah belajar melalui
pendengaran atau sesuatu yang diucapkan. Sedangkan siswa tipe kinestetik, mereka akan mudah
belajar sambil melakukan kegiatan dan isyarat tertentu, misalnya membongkar dan memasang
kembali, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya.

32
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Tabel 4. Matriks Contoh rubrik modul Q-SETS, aspek QL dan Salingtemas, serta desain pesan ke
dalam komponen strategi pembelajaran
Komponen Desain
Contoh Rubrik dalam
No. Strategi Aspek QL dan Salingtemas Pesan
Modul Q-SETS
Pembelajaran
1. Kegiatan Ayo Belajar Gaya Pencarian gaya belajar diri Kesiapan
pembelajaran Belajar sendiri dan
pendahuluan Tips n Trick Tumbuhkan Motivasi
Deskripsi Awal (Apa Manfaat Bagiku)
Peta Konsep Materi Peta Konsep
2. Penyampaian Materi Alami Penggunaan
materi Pengalaman Belajar Namai alat pemusat
pembelajaran Kegiatan Praktikum Demonstrasikan perhatian,
SETS In Focus
Ulangi perulangan
Rangkuman
(Visi SETS Pada Materi)
3. Memancing Pengalaman Belajar Alami Partisipasi
penampilan Kegiatan Praktikum Namai aktif siswa,
siswa SETS In Focus Demonstrasikan pemberian
Soal Evaluasi
Ulangi umpan balik
(Kegiatan Analisis SETS)
4. Pemberian Kunci Jawaban Soal Ulangi Pemberian
umpan balik Evaluasi umpan balik
5. Kegiatan tindak Ayo Tahu Lebih Rayakan Partisipasi
lanjut Jauh! (Analisis SETS lanjutan) aktif siswa
Chem-is-story
Chem-is-song

2) Uji Keberpengaruhan Modul Q-SETS terhadap Hasil Belajar Siswa


Hasil uji normalitas dan homogenitas data awal menyatakan bahwa ketujuh kelas berdistribusi
normal dan homogen. Jadi sampel dapat diambil secara acak.
Data hasil pre test dan post test dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 5. Data Hasil Pre Test dan Post Test
Pre Tes Post Tes
Data
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai Tertinggi 50 48 90 85
Nilai Terendah 10 15 50 52,5
Rata-Rata 32,13 32,24 77,00 70,45
Ketuntasan - - Tuntas Tuntas

Hasil uji normalitas dan kesamaan varians data akhir (data nilai pre test dan post test)
menyatakan bahwa kelas X3 (kelas eksperimen) maupun kelas X1 (kelas kontrol) berdistribusi
normal dan varians homogen. Hasil uji kesamaan dua rata-rata dan uji ketuntasan belajar dapat dilihat
dalam tabel 5 dan 6 berikut ini.

33
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-Rata


Data thitung ttabel Kriteria
Pre test -0,064 1,99 Rata - rata sama
Post test 3,55 1,99 Rata - rata beda, rata - rata kelas eksperimen lebih baik

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Ketuntasan Belajar Data Post Test


Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa thitung ttabel(0,95:dk-1) Kriteria
Tuntas Belum Tuntas Ketuntasan
Eksperimen 36 4 8,4714 2,0227 Tuntas
Kontrol 32 7 4,4360 2,0244 Tuntas

Hasil untuk kelas eksperimen diperoleh estimasi rata-rata hasil belajar 73,67 < <80,33 dan
untuk kelas kontrol 67,24 < < 73,66. Oleh karena itu dapat diprediksi rentang skor hasil belajar
kelas eksperimen antara 73,67 80,33 dan kelas kontrol antara 67,24 73,66. Adapun peningkatan
hasil belajar yang terjadi pada kedua kelas pada kategori sedang.

Tabel 8. Kategori Peningkatan Hasil Belajar Kognitif


Kelas Rata-rata pre-test Rata-rata post-tets Gain g Kategori
Eksperimen 32,13 77,00 0,66 Sedang
Kontrol 32,24 70,45 0,56 Sedang
Pengujian hiotesis ada tidaknya pengaruh dengan mean dan dihitung dengan rumus t-test.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Ada Tidaknya Pengaruh


Kelas Rata-rata Gain Varians dk thitung ttabel Kriteria
Eksperimen 44,88 102,55 Ada
77 2,9357 1,99
Kontrol 38,21 101,30 Pengaruh

Perhitungan nilai rb diperoleh harga sebesar 0,506 sehigga menunjukkan interpretasi adanya
pengaruh sedang dalam penggunaan modul Q-SETS terhadap hasil belajar kimia. Harga rb yang
diperoleh setelah diuji ternyata signifikan sehingga dapat ditentukan koefisien determinasi. Pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui sebesar r2 x 100%= 25,56%.
Hasil analisis terhadap aspek afektif dan psikomotorik dengan menggunakan metode
observasi diperoleh data sebagaimana disajikan dalam tabel 6 berikut ini.

Tabel 10. Nilai Rata-Rata Aspek Afektif dan Psikomotorik


Afektif Psikomotorik
Kelas
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
Eksperimen 78,48 Baik 82,00 Sangat Baik
Kontrol 72,36 Baik 72,33 Sedang

Berdasarkan hasil analisis angket gaya belajar siswa yang diberikan pada kelompok siswa
dengan perlakuan quantum learning, diketahui bahwa 17 siswa memiliki kecenderungan modalitas
visual, 16 siswa memiliki kecenderungan modalitas audio, dan 7 siswa memiliki kecenderungan
modalitas kinestetik. Selain itu, diperoleh data bahwa 16 siwa cenderung memiliki dominasi otak
Sekuensial Konkret (SK), 12 siswa dengan modalitas Sekuensial Abstrak (SA), 8 siswa dengan
dominasi Acak Konkret (AK), dan 4 siswa dengan dominasi Acak Abstrak (AA).
Pembelajaran kelas dalam penelitian menggunakan modul Q-SETS dapat dijabarkan dalam
sebuah model komunikasi seperti pada gambar 4. Model komunikasi tersebut mencitrakan bahwa
pada dasarnya keberpengaruhan penggunaaan modul Q-SETS dalam menstransfer pesan guru kepada

34
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor gangguan. Pesan-pesan yang sudah diterjemahkan melalui
media modul Q-SETS belum mampu sampai seutuhnya kepada penerima pesan (siswa) karena
berbagai faktor dari sumber pesan (guru/peneliti), penerima pesan (siswa), maupun media itu sendiri.

Modul Q-SETS Selain Modul Q-SETS

By Design By Utilization

Latar Belakang Latar Belakang


Pengalaman Pengalaman
Sumber Pesan ANCODER MEDIA Penerima Pesan DECODER

Gangguan

Metode Quantum Learning Bervisi SETS

Umpan Balik

Gambar 4. Model Komunikasi Pembelajaran Kelas (Dimodifikasi sesuai dengan materi Tips
Pengembangan Media Pembelajaran sajian Dra. Eko Purwanti, M.Pd pada Workshop
pembuatan video pembelajaran PPMP Unnes 11-17 Mei 2010 ).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
(1) Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai
bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial,
maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Alternatif
desain modul dapat berupa penyajian strategi pembelajaran dalam media cetak modul. Penyajian
strategi pembelajaran yang bermuatan quantum learning dan visi SETS terdiri dari: kegiatan
pembelajaran pendahuluan (pre-instructional activities), penyampaian materi pembelajaran
(presenting instructional materials), memancing penampilan siswa (electing performance),
pemberian umpan balik (providing feedback) dan kegiatan tindak lanjut (follow up activities).
(2) Pembelajaran menggunakan modul Q-SETS berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.
Besarnya pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan koefisien korelasi sebesar
0,506 dan koefisien determinasi 25,56% dengan kriteria pengaruh adalah sedang. Pengaruh
terhadap aspek afetif dan psikomotorik ditunjukkan secara deskriptif melalui hasil rata-rata nilai
kelas eksperimen yang lebih baik dari pada kelas kontrol.

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti antara lain:


(1) Adanya kegiatan pengembangan draft modul Q-SETS yang lebih bervariasi pada materi kimia
lainnya dan pengujicobaan dalam pembelajaran melalui penelitian lebih lanjut.
(2) Bagi sekolah, perlunya memberikan pengenalan gaya belajar siswa dalam kegiatan orientasi
siswa baru sehingga siswa mengetahui bagaimana cara belajar efektif bagi diri sendiri.
(3) Bagi guru, diharapkan mampu meningkatkan keterampilannya dalam pembuatan bahan ajar
yang efektif bagi pembelajaran terutama menggunakan pendekatan quantum learning bervisi
SETS.
(4) Bagi siswa, diharapkan mampu mengenali gaya belajar yang tepat bagi dirinya melalui kajian
quantum learning. Selain itu, diharapkan pula mampu lebih mendalami sains dengan cara
menghubungkaitkannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
35
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Dinas Pendidikan BPTP Jabar. 2008. Modul
Semarang: Unnes Press. Penulisan Naskah Bahan Ajar.
Bandung: Balai Pengembangan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Teknologi Pendidikan.
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : I Wayan Santyasa. Metode Penelitian
Rineka Cipta. Pengembnagan dan Teori
Pengembangan Modul. Makalah
Atmaningsih, Nur. 2006. Pengaruh Disajikan dalam Pelatihan Bagi
Pendekatan SETS dalam Para Guru TK, SD, SMP, SMA,
Pembelajaran Kimia Pokok dan SMK Tanggal 12-14 Januari
Bahasan Zat Radioaktif dan 2009, Di Kecamatan Nusa Penida
Penggunaan Radioisotop kabupaten Klungkung.
Terhadap Minat dan Sikap Siswa
Kelas II SMA Negeri 1 Grinsing Kurnia, Setiawan. Quantum Learning.
pada Mata Peajaran Kimia. http://depdiknas.go.id/jurnal/34/e
Skripsi tidak diterbitkan. ditorial34 Diunduh tanggal 21
Semarang: Program Studi Agustus 2008.
Pendidikan Kimia, FMIPA
Unnes. Kustiono. 1998. Pengembangan Bahan Ajar.
Semarang: FIP UNNES.
Binadja, Achmad. 2005. Pedoman
Pengembangan Silabus Mulyani. 2008. Pengaruh Pembelajaran
Pembelajaran Berdasar Kimia Dengan Pendekatan SETS
Kurikulum 2004 Bervisi dan Menggunakan Media CD
Berpendekatan SETS (Science, Pembelajaran terhadap Hasil
Environment, Technology, Belajar Kimia Siswa SMA Negeri
Society) atau (Sains, Lingkungan, 14 Semarang. Skripsi tidak
Teknologi, dan Sosial). diterbitkan. Semarang: Program
Semarang: Laboratorium SETS Studi Pendidikan Kimia, FMIPA
Unnes Semarang. Unnes.

Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis


SarahSinger-Nourie. 2007. Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Quantu Teaching Mempraktikkan McKeachie, W.J. 1994. Teaching Tips:
Quantum Learning di Kelas. Strategies, Research, and Theorities.
Bandung : Penerbit Kaifa. Toronto: DC Heath and Company.
Purwanti, Eko. 2010. Tips Pengembangan
Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Media Pembelajaran. Presentasi
SarahSinger-Nourie. 2008. dalam Kegiatan Workshop
Quantu Learning. Bandung : Pembuatan Video Pembelajaran
Penerbit Kaifa. Pusat Pengembangan Media
Pendidikan Universitas Negeri
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Semarang tanggal 11-17 Mei
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2010.
Salirawati, Das. Fitria Mellina K. dan Jamil S.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus 2007. Belajar Kimia secara
Pengembangan Silabus dan Menarik. Jakarta: PT Grasindo.
Sistem Penilaian Mata Pelajaran
Kimia Kurikulum 2004 SMA. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Jakarta: Depdiknas. Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
36
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK


MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA

Rina Ning Tyas1, Sukisno2, Mosik3


123
Pendidikan Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran, Semarang
email: rinaningtyas88@yahoo.com

Abstract

Penyebab universal atas rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum diterima oleh
pendidik adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan
prakonsepsi peserta didik. Strategi POE (predict-observe-explain) digunakan untuk memperbaiki
miskonsepsi fisika pada peserta didik. Pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran dengan
strategi POE sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dengan
ceramah dan diskusi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata miskonsepsi kelompok eksperimen lebih
kecil dari rata-rata miskonsepsi kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bahwa strategi
POE (predict-observe-explain) dapat digunakan untuk memperbaiki miskonsepsi fisika.

Kata kunci: Miskonsepsi fisika, Strategi, POE.

PENDAHULUAN
Sadia dalam Wilantara (2003:2) menyebutkan bahwa penyebab universal atas masih
rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum diterima oleh para pendidik IPA adalah adanya
miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki peserta
didik. Menurut Howe dalam Sihite (2008) miskonsepsi pada peserta didik yang muncul secara terus
menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah, pembelajaran yang tidak memperhatikan
miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi
belajar. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah peserta didik diberi pengalaman belajar yang
menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam, pertentangan pengalaman baru
dengan konsep lama (prakonsep) akan menyebabkan koreksi konsepsi (Berg 1991:6). Penerapan
strategi pembelajaran yang memperhatikan prakonsepsi peserta didik dan memungkinkan terjadinya
koreksi konsep diyakini dapat memperbaiki miskonsepsi yang terjadi. Strategi POE secara khusus
melibatkan peserta didik dalam suatu situasi/masalah, peserta didik harus memberikan dugaan tentang
suatu peristiwa fisika sehingga prakonsepsi peserta didik dapat diketahui. Kemudian peserta didik
melakukan penyelidikan atas dugaannya, jika dugaannya berbeda dengan apa yang diamati, terjadi
konflik antara prediksi dan observasi, maka peserta didik mengalami perubahan konsep dari yang
tidak benar menjadi benar.
POE merupakan sebuah strategi yang sesui digunakan dalam pembelajaran IPA. Strategi ini
dapat digunakan untuk mengetahui prakonsepsi peserta didik, memberikan informasi tentang
pemikiran peserta didik, dan memotivasi peserta didik untuk menggali konsep (Palmer 1996).
Pembelajaran dengan POE menggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah yaitu memprediksi,
meneliti, dan menjelaskan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui bahwa strategi POE (predict-observe-explain)
dapat digunakan untuk memperbaiki miskonsepsi fisika pada sub pokok bahasan tekanan zat cair bagi
peserta didik kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal.

37
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

METODE Berdasarkan hasil t-test didapatkan


Populasi penelitian ini adalah < , maka Ho penelitian
seluruh peserta didik kelas VIII SMP N 1 diterima dan Ha ditolak. Rata-rata
Wonotunggal sedangkan sampelnya adalah miskonsepsi kelompok eksperimen yang
kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen mendapat perlakuan dengan strategi POE
dan kelas VIII E sebagai kelompok kontrol. lebih kecil dari rata-rata miskonsepsi
Pada kelompok eksperimen kelompok control yang mendapat perlakuan
diterapkan pembelajaran dengan strategi dengan pembelajaran konvensional.
POE sedangkan pada kelompok kontrol Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi
diterapkan pembelajaran konvensional POE dapat digunakan untuk memperbaiki
dengan ceramah dan diskusi. Sebelum miskonsepsi fisika pada sub pokok bahasan
penelitian, dilakukan uji kesamaan dua tekanan zat cair bagi peserta didik kelas VIII
varians menggunakan nilai IPA semester 1 SMP N 1 Wonotunggal.
untuk mengetahui bahwa kedua kelompok Analisis Per Item Data Tes
berasal dari kodisi awal yang sama. Setelah Analisis per item soal data hasil tes
kegiatan pembelajaran selesai diberikan tes dilakukan dengan menganalisis tiap item
berupa tes diagnostik miskonsepsi. Hasil tes soal dari hasil tes diagnostik miskonsepsi
pada kedua kelompok dibandingkan untuk yang terdiri dari 20 soal. Dari tiap item soal,
mengetahui rata-rata miskonsepsi pada jawaban peserta didik dianalisis menurut
masing-masing kelompok. Data yang derajat pemahaman yang dikelompokkan
diperoleh dianalisis berdasarkan analisis oleh Abraham (1992) yaitu tidak memahami,
skor miskonsepsi peserta didik dan miskonsepsi, dan memahami. Berikut
berdasarkan analisis per item soal tes. gambaran derajat pemahaman untuk
kelompok eksperimen dan kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN kontrol.
Analisis Skor Miskonsepsi Peserta Didik
Dibawah ini disajikan grafik skor 50
miskonsepsi untuk kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. 40
16
30
14
12 20
KELOMPOK
10 EKSPERIMEN
10
8
0 KELOMPOK
KELOMPOK
6 KONTROL
EKSPERIMEN TIDAK MISKONSEPSI MEMAHAMI
4 MEMAHAMI
KELOMPOK KONTROL
2
0 Gambar 2. Grafik rata-rata prosentase
derajat pemahaman
0 10 20 30 40 50
Dari grafik dapat diketahui bahwa
Gambar 1. Grafik skor miskonsepsi peserta rata-rata derajat pemahaman peserta didik
didik untuk kategori tidak memahami konsep dan
Dari grafik di atas tampak bahwa rata-rata miskonsepsi kelompok kontrol lebih tinggi
skor miskonsepsi kelompok eksperimen dibanding kelompok eksperimen, sedangkan
lebih rendah dibanding kelompok kontrol. untuk kategori memahami konsep kelompok
Skor miskonsepsi ini digunakan untuk eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok
menjawab hipotesis penelitian, yaitu apakah kontrol.
rata-rata miskonsepsi kelompok eksperimen Hasil penelitian tidak menyimpang
lebih kecil atau lebih besar dibanding dari beberapa penelitian pendukung yang
kelompok kontrol. ada. Hasil penelitian Liew (1995) dalam
Australian Science Teacher Journal dengan

38
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

judul A Predict-Observe-Explain Teaching dilakukan menggunakan media LKS yang


Squence for Learning about Students disusun dengan tiga kegiatan utama yaitu
Understanding of Heat and Expansion of predict, observe, dan explain.
Liquids, dari data yang diperoleh Sebelum demonstrasi dilakukan guru
disimpulkan bahwa POE menciptakan mengarahkan peserta didik memberikan
kesempatan bagi beberapa peserta didik dugaan atas hasil demonstrasi, kegiatan ini
untuk mengkontruksikan kembali konsepsi dilakukan untuk menggali prakonsepsi
yang salah sebagai hasil ketidaksesuaian peserta didik. Proses penggalian prakonsepsi
atau perbedaan antara dugaan dan hasil ini dianggap penting sebagai salah satu cara
observasi. Pembelajaran dengan strategi dalam mengatasi miskonsepsi. Berg (1991:6)
POE juga menimbulkan kesan yang lebih merumuskan langkah pertama dalam
mendalam kepada peserta didik sehingga mengatasi miskonsepsi adalah mendeteksi
konsep yang disampaikan dapat lebih prakonsepsi peserta didik. White & Gustone
berkesan dibanding pembelajaran dalam Hsu (2003) menyebutkan bahwa POE
konvensional. Kim (2008) dalam penelitian merupakan sebuah strategi yang efisien
berjudul Keberkesanan Penggunaan Strategi untuk mengetahui prakonsepsi peserta didik
Predict-Observe-Explain ke Atas Kerangka serta mendiskusikan prakonsepsi tersebut.
Alternatif Pelajar dalam Tajuk Daya Apung Strategi POE dalam pembelajaran fisika
menemukan bahwa strategi POE yang dapat dilakukan melalui hands on activities,
digunakan dalam pembelajaran dapat demonstrasi atau praktikum. Dalam
mengubah kerangka alternatif peserta didik penelitian ini strategi POE dilaksanakan
dan menimbulkan sikap positif terhadap melalui metode demonstrasi. Selanjutnya
pembelajaran sains. peserta didik membandingkan antara dugaan
Pembelajaran dengan strategi POE dengan hasil demonstrasi, guru memberi
secara khusus melibatkan peserta didik kesempatan kepada peserta didik
dalam suatu situasi/masalah, peserta didik mengungkapkan hasil perbandingan tersebut
harus memberikan dugaan tentang suatu melalui tanya jawab dan diskusi kelas.
peristiwa fisika yang akan didemonstrasikan Kegiatan tanya jawab dan diskusi ini
sehingga prakonsepsi peserta didik dapat menimbulkan terjadi interaksi di dalam
diketahui. Kemudian peserta didik proses pembelajaran. Kegiatan tanya jawab,
melakukan penyelidikan atas dugaannya, latihan pertanyaan, dan latihan menjelaskan
dugaan peserta didik yang berbeda dengan konsep oleh peserta didik menimbulkan
apa yang diamati menyebabkan terjadi interaksi, dimana interaksi merupakan kunci
konflik antara prediksi dan observasi, maka untuk perbaikan miskonsepsi (Berg 1991:6).
peserta didik mengalami perubahan konsep Bila terdapat perbedaan antara konsepsi
dari yang tidak benar menjadi benar. Strategi yang salah dengan konsep yang benar maka
pembelajaran tersebut sesuai dengan langkah terjadi koreksi konsep. Prinsip utama dalam
kedua yang dirumuskan oleh Berg sebagai koreksi miskonsepsi adalah peserta didik
cara mengatasi miskonsepsi yaitu merancang diberi pengalaman belajar yang
pengalaman belajar yang bertolak dari menunjukkan pertentangan konsep mereka
prakonsepsi dan menghaluskan bagian yang dengan peristiwa alam, pertentangan
sudah baik dan mengoreksi bagian konsep pengalaman baru dengan konsep lama (Berg
yang salah dimana prinsip utama koreksi 1991:6). Koreksi konsep ini menjadikan
miskonsepsi adalah peserta didik diberi miskonsepsi dapat diperbaiki. Pada akhir
pengalaman belajar yang menunjukkan pembelajaran guru juga memberikan soal-
pertentangan antara konsep mereka dengan soal konsep sebagai tugas yang dimaksudkan
peristiwa alam. untuk mengetahui miskonsepsi yang
Pembelajaran yang dilaksanakan mungkin masih terjadi dan memperhalus
pada kelompok eksperimen adalah konsep-konsep yang sudah benar sehingga
pembelajaran fisika menggunakan strategi tidak terjadi miskonsepsi lagi.
POE. Dalam menanamkan konsep kepada Pembelajaran yang dilaksanakan
peserta didik, guru mengadakan kegiatan pada kelompok kontrol adalah pembelajaran
demonstrasi. Kegiatan demonstrasi konvensional yang biasa dilakukan sesuai

39
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

RPP guru mata pelajaran fisika. Materi, jam berhubungan besarnya sama tidak
pelajaran dan buku yang digunakan tidak tergantung kedalaman. Miskonsepsi peserta
berbeda dengan kelompok eksperimen. didik pada konsep hukum pascal antara lain
Guru menggunakan metode ceramah peserta didik menganggap bahwa gaya yang
dan diskusi dalam pembelajaran bekerja pada dua sisi bejana berhubungan
konvensional. Pada kegiatan inti penyajian yang tertutup sama karena tekanannya sama,
konsep dengan ceramah dan diskusi. tidak tergantung luas penampang.
Pembelajaran diakhiri dengan memberikan Miskonsepsi peserta didik pada konsep
soal latihan kemudian guru dan peserta didik hukum archimedes antara lain (a) peserta
melakukan diskusi membahas soal yang didik menganggap bahwa beban di dalam zat
diberikan. Kelemahan pembelajaran cair lebih ringan karena massa jenis sebuah
konvensional dibanding pembelajaran benda berbeda ketika di udara dan di dalam
dengan strategi POE adalah tidak adanya air, (b) berat benda dalam zat cair tidak
kegiatan penggalian prakonsepsi dan koreksi dipengaruhi massa jenis zat cair, (c) berat
konsep sehingga rata-rata miskonsepsi benda berbanding lurus dengan massa
kelompok kontrol lebih besar dari kelompok jenisnya, (d) volume zat cair yang
eksperimen. dipindahkan tidak mempengaruhi besarnya
Meskipun hasil analisis didapatkan gaya apung. Miskonsepsi peserta didik pada
bahwa strategi POE efektif memperbaiki konsep terapung, melayang, dan tenggelam
miskonsepsi peserta didik tetapi dalam antara lain (a) peserta didik menganggap
penelitian ini masih terdapat miskonsepsi bahwa benda berongga selalu terapung di
yang terjadi pada peserta didik di kelompok dalam air, (b) benda yang terbuat dari bahan
eksperimen. Hal ini antara lain karena sama akan selalu sama bila dimasukkan
miskonsepsi pada peserta didik sulit sekali dalam air, benda yang lebih berat dan lebih
diperbaiki seperti ungkapan Berg sebagai besar selalu tenggelam dalam air, (c) benda
salah satu ciri miskonsepsi. yang terbuat dari logam selalu tenggelam,
Rata-rata miskonsepsi pada (d) volume air mempengaruhi terapung,
kelompok eksperimen yang menggunakan melayang, atau tenggelamnya benda.
strategi POE sebesar 40,24 %, lebih kecil Hasil-hasil tersebut tidak jauh
dibanding kelompok kontrol yang berbeda dengan hasil penelitian Wilantara
menggunakan pembelajaran konvensional (2003) dimana ditemukan miskonsepsi-
sebesar 47,56 %. Seperti yang telah miskonsepsi peserta didik yang berkaitan
disebutkan Berg bahwa miskonsepsi sulit dengan konsep tekanan zat cair antara lain
untuk diperbaiki, sehingga masih terdapat (a) melayang, tenggelam dan terapung suatu
beberapa konsep yang sulit dipahami peserta benda dipengaruhi oleh berat benda, benda
didik. yang berat pasti akan tenggelam, (b) tekanan
Miskonsepsi terjadi pada hampir pada zat cair bersifat seragam semua tempat
semua konsep pada sub pokok bahasan memiliki tekanan yang sama besar, (c)
tekanan zat cair. Miskonsepsi peserta didik tekanan zat cair terbesar berada pada
pada konsep tekanan hidrostatis antara lain permukaan atas karena pada tempat tersebut
(a) peserta didik menganggap bahwa tekanan energi potensialnya maksimum, (d) gaya
pada zat cair tidak dipengaruhi massa apung (Archimedes) dipengaruhi oleh
jenisnya, (b) tekanan pada zat cair besarnya volume zat cair, (e) pada piston
dipengaruhi luas permukaan, (c) tekanan zat alat pengangkat mobil, luas penampang yang
cair berbanding terbalik dengan kedalaman, kecil akan menghasilkan tekanan zat cair
tekanan dipengaruhi besar energi. yang besar, tekanan ini dianggap sama
Miskonsepsi peserta didik pada konsep seperti tekanan pada zat padat.
bejana berhubungan antara lain (a) peserta
didik menganggap bahwa tekanan zat cair
dalam bejana berhubungan dipengaruhi luas
penampang pipa, (b) tekanan zat cair dalam
bejana berhubungan dipengaruhi volume zat
cair, (c) tekanan zat cair dalam bejana

40
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

SIMPULAN
Strategi POE dapat digunakan untuk
memperbaiki miskonsepsi Fisika pada sub
pokok bahasan tekanan zat cair bagi peserta
didik kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal.

DAFTAR PUSTAKA
Abraham, dkk. 1992. Understanding and
Misunderstanding of Eight Gradient
of Five Chemistry Concept Found in
Text Book. Journal of Research in
Science Teaching. 29/2: 105-120.
Berg, Euwe Van Den. 1991. Miskonsepsi
Fisika dan Remidiasi. Salatiga:
Universitas Satya Wacana (UKSW).
Hsu, Liang Rong. 2003. Using The Predict-
Observe-Explain Strategy to Explore
Students Alternative Conceptions of
Combustibility. Department of
Natural Science Education, Natural
Taichung Teacher College.
Kim, Wong Teck. 2008. Keberkesanan
Penggunaan Strategi Predict-
Observe-Explain ke Atas Kerangka
Alternatif Pelajar dalam Tajuk Daya
Apung. Malaysia: UTM. Available at
www.ePusatSumber, Fakulti
Pendidikan UTM.mht [accessed
10/2/10]
Liew, Chong Wang. 1995 A Predict-
Observe-Explain Teaching Squence
for Learning about Students
Understanding of Heat and Expansion
of Liquids. Australian Science
Teacher Journal. 41/0045855.
Palmer, David. 1996. Assesing Students
Using The POE. Australian Primary
& Junior Science Journal. 12/3.
Sihite, Alex. 2008. Penggunaan Model
Pembelajaran Kontruktivisme dalam
Meminimalkan Miskonsepsi Siswa
untuk Mata Pelajaran Fisika.
Available at
http://media.diknas.go.id/media/docu
ment/5591.pdf)
Wilantara, I Putu Eka. 2003. Implementasi
Model Belajar Konstruktivis dalam
Pembelajaran Fisika untuk Mengubah
Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran
Formal Siswa. Singaraja: IKIP.
Available at
http://203.130.198.30//detail.php?id=2
54

41
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

PENGARUH PEDOMAN KEGIATAN BERVISI-SETS


PRAKTIKUM KIMIA FISIKA TERHADAP
KINERJA CALON GURU KIMIA

Fitria Fatichatul Hidayah1


1
Pendidikan Kimia, FIMPA, Universitas Muhammadiyah Semarang
email: fitriafatichatul@gmail.com

Abstrak

Kompetensi yang harus dimiliki calon guru kimia yaitu meningkatkan pembelajaran kimia di
laboratorium dan lapangan, merancang eksperimen untuk keperluan penelitian, melaksanakan
eksperimen dengan cara yang benar. Untuk mencapai kompetensi calon guru kimia, peneliti ingin
meningkatkan kinerja calon guru pada matakuliah praktikum kimia fisika dengan menerapkan pedoman
kegiatan bervisi SETS. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum dengan menggunakan pedoman kegiatan bervisi-SETS. Penelitian
menggunakan metode kuasi eksperimen dan desain pre-test post-test menggunakan subyek 21
mahasiswa. Instrumen yang digunakan berupa angket dan lembar observasi. Kinerja tersebut dijaring
melalui obervasi dan rubrik selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil kinerja mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum menunjukkan adanya peningkatan pada kategori sangat tinggi.

Kata Kunci: Pedoman Kegiatan, SETS, Praktikum, Kinerja, Calon Guru

PENDAHULUAN
memberi efek terhadap hasil belajar peserta
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan didik. Selain itu, pada pendekatan bervsis
untuk mencapai Standar Kompetensi Guru SETS menggunakan alat evaluasi belajar
dalam menerapkan hukum hukum kimia berbentuk pembuatan peper, artikel, proposal
dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari kegiatan sains, kegiatan eksperimen dan
adalah SETS (Science, Environment, pengembangan konsep dalam teknologi
Technology, and Society). Pendekatan SETS sederhana. Penilaian menurut Binadja (2006c)
diharapkan dapat mempermudah mahasiswa didasarkan pada kejelasan pada keterkaitan
dalam memahami materi pelajaran, sehingga secara jelas antara informasi pada masing-
mahasiswa dapat mencapai pemahaman yang masing unsur SETS yang dikembangkan oleh
kompeten, membantu mahasiswa untuk mahasisiwa.
memiliki kemampuan memandang sesuatu
Binadja (1999a) menyatakan bahwa
secara intregatif dengan memperhatikan
pengajaran SETS (Science, Environment,
keempat unsur SETS (Binadja, 2002b). Peran
Technology, and Society) dapat membuat
mahasiswa dalam pembelajaran SETS antara
mahasiswa melakukan penyelidikan untuk
lain: berusaha untuk selalu berwawasan SETS
mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dalam belajar, berfikir dan bertindak;
dengan sains, lingkungan, teknologi, dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
masyarakat yang saling berintegrasi. Kegiatan
berwawasan SETS; berfikir tentang cara
labalatorium dapat membangkitkan minat
memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh
belajar dan memberikan bukti-bukti bagi
melaui jalur SETS; selalu memiliki pikiran
kebenaran teori atau konsep-konsep yang telah
alternatif, produktif dan berwawasan SETS;
dipelajari mahasiswa sehingga teori atau
menerima masukan positif untuk
konsep tersebut menjadi lebih bermakna pada
meningkatkan kualitas belajar dan pembinaan
struktur kognitif mahasiswa (Winataputra,
karier berkenaan dengan bidang yang
1993; Johnstone dan A. Al- Shuaili,1999).
dipelajari. Hasil penelitian yang dilakukan
Yoruk (2009) menyimpulkan bahwa Praktikum membuat mahasiswa lebih
Pendidikan kimia bervisi-SETS akan dapat memperkaya pengalaman,
mengarahkan peserta didik untuk memilih mengembangkan sikap ilmiah, serta hasil
bidang karir masa depan dan belajar akan bertahan lebih lama dalam
ingatan mahasiswa (Rustaman, N, 2003).

42
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

dilaksanakan mulai bulan Februari


Kegiatan praktikum lebih efektif
Juni 2013. Tempat penelitian di laboratorium
karena mahasiswa dilibatkan dalam aktivitas
kimia fisika Jurusan Tadris Kimia Fakultas
praktikum dan mengambil peran aktif dalam
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
pembelajaran. Melalui kegiatan praktikum,
Observasi dilaksanakan selama penerapan
mahasiswa dapat mempelajari fakta, gejala,
pedoman kegiatan bervisi-SETS praktikum
merumuskan konsep, prinsip, hukum dan
Kimia Fisika untuk memperoleh data kinerja
sebagainya. Kegiatan praktikum bertujuan
mahasiswa. Subyek penelitian adalah
untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat
mahasiswa semester IV matakuliah Praktikum
kognitif, untuk memperoleh keterampilan,
Kimia Fisika di Jurusan Tadris Kimia IAIN
dapat menerapkan pengetahuan dan
Walisongo sebanyak 21 mahasiswa. Instrumen
keterampilan tersebut pada situasi baru, serta
yang digunakan berupa angket dan lembar
memperoleh sikap ilmiah dari laboratorium
observasi. Angket dan lembar observasi
atau lingkungan. Pendidikan lingkungan yang
diberikan sebelum dan sesudah penggunaan
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai-nilai,
pedoman kegiatan bervisi-SETS sehingga
etika, tindakan, dan kemampuan memecahkan
diperoleh data hasil respon dan observasi
masalah (Spork, 1992). Pendidikan lingkungan
langsung, selanjutnya dianalisis secara
untuk setiap tingkat pendidikan mungkin
disktriptif.
merupakan cara yang tepat untuk membantu
kita menghadapi masalah lingkungan
HASIL DAN PENELITIAN
(UNESCO-UNEP, 1995).
Tahap penelitian dilaksanakan
Berdasarkan hasil observasi terhadap dengan observasi langsung. Hal ini diharapkan
mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Tadris dapat mengetahui secara langsung kegiatan
Kimia IAIN Walisongo Semarang diperoleh praktikum yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
rendahnya kinerja mahasiswa meliputi: Observasi langsung dilaksanakan dengan
keterampilan menggunakan alat dan bahan, lembar observasi dan angket. Berdasarkan
keterampilan mengamati, keterampilan hasil observasi awal kinerja mahasiswa
menafsirkan pengamatan, keterampilan diperoleh rendahnya kinerja mahasiswa
menerapkan konsep. Hasil observasi sebesar (penggunaan alat dan bahan, desain praktikum,
20/37 pada materi Adsorbsi Isotermis. interpretasi data, serta pemahaman konsep).
Rendahnya keterampilan penggunaan alat dan Dari hasil analisis angket diperoleh temuan
bahan juga tampak ketika pelaksanaan bahwa kemampuan mahasiswa dalam
pengenceran, mahasiswa menggunakan gelas menghubungkaitkan antara konsep Sains
beker bukan labu takar, pengambilan larutan dengan unsur lingkungan, teknologi,
induk untuk proses pengenceran menggunakan masyarakat serta aplikasi dalam kehidupan
gelas ukur bukan pipet volum. sehari-hari sangat rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Pengamatan kinerja dalam proses
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktikum dilaksanakan oleh asisten
seberapa besar pengaruh pedoman kegiatan praktikum, setiap kelompok diamati oleh satu
bervisi-SETS terhadap kinerja calon guru pada observer. Terdapat 4 aspek psikomotorik yang
mata kuliah praktikum kimia fisika. Manfaat digunakan untuk menilai keterampilan ilmiah
dari penelitian ini adalah mahasiswa mampu mahasiswa yaitu: keterampilan menggunakan
melaksanakan praktikum dengan baik dan alat dan bahan; keterampilan mengamati;
benar, dan dapat menghubungkaitkan antara keterampilan menafsirkan pengamatan;
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat, keterampilan menerapkan konsep. Aspek
sehingga mahasiswa memiliki pola berfikir keterampilan proses dianalisis secara
aktif, terintegrasi, kritis, kreatif dan deskriptif, bertujuan untuk mengetahui aspek
membentuk sikap peduli terhadap lingkungan mana yang dimiliki mahasiswa untuk dibina
serta sikap ilmiah yang tinggi. dan dikembangkan. Ada tiga percobaan yaitu
persamaan Nernst memiliki 4 aspek penilaian
METODE PENELITIAN dalam 35 item, pengolahan Bitterns melalui
Jenis penelitian yang digunakan elektrolisis memiliki 4 aspek penilaian dalam
adalah penelitian eksperimen atau kuantitatif 30 item, dan elektroplating memiliki 4 aspek
dan desain pretest-postest. Penelitian penilaian dalam 20 item. Pada Tabel.1

Jurnal Pendidikan Sains 43


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

disajikan analisis kinerja tiap aspek lebih terbiasa dalam melaksanakan kegiatan
dalam tiap percobaan. yang melatih keterampilan, sehingga
Tabel. 1. Analisis kinerja selama proses keterampilan proses sains dan hasil belajar
praktikum berlangsung mahasiswa secara tidak langsung menjadi
lebih baik.
Indikator Kinerja Percobaan Di samping itu, setelah mencermati
I II III hasil penelitian dan pembahasan secara
Keterampilan 15/19 15/16 8/8 kuantitas, kualitas dan waktu pembelajaran,
Menggunakan Alat dan penggunaan pedoman kegiatan bervisi-SETS
Bahan dalam pembelajaran materi elektrokimia telah
Keterampilan 3/7 4/4 2/2 berhasil menumbuhkan rasa tertarik
Mengamati mahasiswa pada pembelajaran kimia fisika,
Keterampilan 3/5 6/7 7/7 mengembangkan rasa percaya diri mahasiswa
Menafsirkan Pengamatan untuk mampu memecahkan permasalahan
Keterampilan 3/4 3/3 3/3 yang ada, meningkatkan rasa tanggung jawab
Menerapkan Konsep mahasiswa terhadap kelompoknya, serta
Total Pengamatan 24/35 28/30 20/20 mampu menumbuhkan rasa tertarik mahasiswa
Kategori Tinggi Sangat Sangat untuk lebih peduli kepada penerapan konsep
tinggi tinggi elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari.
Partisipasi mahasiswa dalam
Dari hasil analisis, dapat dilihat kelompok dirasakan juga lebih meningkat
bahwa rata-rata nilai kinerja tiap percobaan dibandingkan pada pembelajaran
mencapai nilai kategori tinggi menuju sangat konvensional. Hal ini dikarenakan
tinggi. Oleh karena itu telah terjadi pembelajaran menggunakan pedoman kegiatan
peningkatan kinerja mahasiswa setelah bervisi-SETS dilaksanakan melalui
penelitian. Hasil kinerja mahasiswa dalam pendekatan inkuiri porsi pembimbingan
melaksanakan praktikum menunjukkan adanya rendah, serta diskusi aplikatif dan kegiatan
peningkatan pada kategori sangat tinggi. Pada praktikum yang dilaksanakan oleh siswa
percobaan pertama, mahasiswa masih belum secara berkelompok. Pada kegiatan inkuiri
biasa menggunakan alat berupa multimeter porsi terbimbing rendah mahasiswa dilatuh
serta baru mengetahui tentang media agar-agar untuk mandiri dan mencari informasi dari luar
dalam jembatan garam sehingga terlihat belum kemudian disahkan oleh dosen. Kemandirian
percaya diri tampak pada hasil analisis kinerja ini menjadikan kuatnya solidaritas kelompok
menggunakan alat dan bahan tergolong lebih dengan pembagian tugas masing-masing,
rendah dibandingkan dengan percobaan dua mulai rangkaian alat, bon bahan dan alat. Pada
dan tiga yaitu 15/19. Selanjutnya terjadi pendekatan diskusi analisis SETS mahasiswa
peningkatan menjadi 15/16 dan pada proses dilatih untuk berbagi tugas dengan anggota
pengamatan dan hasil penafsiran pengamatan kelompok lain dalam menyelesaikan tugas
menghasilkan skor kinerja secara kseluruhan kelompok, membantu kesulitan mahasiswa
memiliki kategori tinggi. Hal ini dikarenakan lain dalam penyelesaian tugas, dan mahasiswa
pembelajaran menggunakan pedoman kegiatan menyampaikan hasil diskusi dan memberikan
bervisi-SETS melatih mahasiswa dalam tanggapan atas pertanyaan yang disampaikan
merencanakan penelitian untuk mendapatkan oleh mahasiswa dalam kelompok lain.
bukti dalam merespon pertanyaan, melakukan Mahasiswa lebih mencintai
percobaan, mengkomunikasikan prosedur dan pembelajaran kimia fisika, sehingga asumsi
penjelasan ilmiah, membuat hubungan antar bahwa kimia fisika sulit dan hanya
variabel, menjelaskan penyebab dari perisitiwa berhubungan dengan rumus dapat dihilangkan.
yang terjadi, menghubungkan kejadian atau Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian
peristiwa yang ada di sekitar mahasiswa Haryadi (2003) menyatakan bahwa
dengan konsep yang telah diterima dalam pembelajaran bervisi SETS dapat
proses pembelajaran, dan menjadikan hasil meningkatkan prestasi, minat dan motivasi
praktikum sebagai sumber ajar. Dengan belajar yang lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran ini, para mahasiswa menjadi pembelajaran konvensional. Menurut
Indihartati (2008) dan Baiti (2010) bahwa

Jurnal Pendidikan Sains 44


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

penerapan lembar kegiatan siswa Haryadi. 2003. Tingkat Perbedaan Minat


bervisi SETS terbukti dapat meningkatkan Minai Motivasi dan Prestasi
aktivitas dan hasil belajar fisika siswa dari
pada siswa yang diajar dengan lembar kerja Belajar Mengenai Pembelajaran Fisika Pokok
konvensional. Bahasan Optika Geometric
SIMPULAN DAN SARAN Berwawasan SETS dengan
Pembelajaran Konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Tesis. Semarang: Program
disimpulkan bahwa pedoman kegiatan bervisi-
Pascasarjana Universitas Negeri
SETS mampu meningkatkan kinerja calon
Semarang.
guru (keterampilan menggunakan alat dan
Indihartati, Sri. 2008. Pengaruh Penerapan
bahan, keterampilan mengamati, keterampilan
Lembar Kegiatan Siswa Bervisi
menafsirkan pengamatan, keterampilan
SETS Pada Aktivitas Dan Hasil
menerapkan konsep) sebesar 20/37 menjadi
Belajar Fisika Siswa Kelas X
20/20.
SMA 2 Ungaran. Tesis.
Saran yang dapat diberikan pada
Universitas Negeri Semarang.
penelitian ini adalah: (1) Penggunaan pedoman
Johnstone dan A. Al-Shuaili, 2009. Learning
kegiatan bervisi-SETS sebaiknya diterapkan
in the laboratory; some thoughts
pada praktikum kimia lain; (2) Pemilihan
from the literature University
materi praktikum bersifat aplikatif dan
Chemistry Education. The
menghubungkaitkan unsur SETS sehingga
Higher Education chemistry
lebih bermakna dan berdaya guna tinggi;
journal of the Royal Society of
Chemistry. November 2001
DAFTAR Pustaka
Volume 5, Issue No 2 ISSN 1369-
5614 Pages 42 91.[Akses
Baiti, I.F. 2010. Implementasi Interactive
tanggal 20 September 2012].
Compentesatory Model of
Spork, H. 1992. Environmental education: A
Learning Berpendekatan SETS
mismatch between theory and
Materi Reaksi Redoks Kelas X
practice. Australian Journal of
Untuk Meningkatkan Kreativitas
Environmental Education. 8: 147-
dan Prestasi Belajar Siswa. Tesis.
166.
Semarang: Program Pascasarjana
[Akses tanggal 10 Desember
Universitas Negeri Semarang.
2012].
Binadja, A. 1999a. Hakekat dan Tujuan
UNESCO-UNEP. 1995. Social development:
Pendidikan SETS dalam Konteks
For the people and the
Kehidupan dan Pendidikan Yang
environment. Connect.
Ada. Makalah Seminar Lokakarya
Winataputra dan Udin, S. 1993. Strategi
pendidikan SETS. SEAMEO
Belajar Mengajar IPA. Jakarta :
RECSAM dan UNNES Semarang.
Universitas Terbuka.
------------. 2002b. SETS (Science,
Yoruk, N. et al. 2009. The effect of science,
Environment, Technology, and
technology, society and
Society) dan Pembelajaran.
environment (STSE) education on
Semarang: PPS UNNES.
students career planning.
--------------. 2006c. Pedoman Praktis
Education Review. Di akses pada
Pengembangan Bahan Ajar
tanggal 2 September 2012
Pembelajaran Berdasar KBK
Bervisi dan Berpendekatan SETS.
Bahan Pembelajaran Penerbitan
Khusus Media MIPA UNNES.
Semarang: Laboratorium SETS
UNNES.

Jurnal Pendidikan Sains 45


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN)


BERVISI SETS POKOK BAHASAN
REAKSI REDOKS

Andari Puji Astuti1, Subiyanto2, Ahmad Binadja3


123
Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Semarang
email: andaripujiastuti@gmail.com

Abstrak

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penggunaan pendekatan POE
pada pokok bahasan reaksi redoks bervisi SETS, terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1
Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan POE
pada pokok bahasan reaksi redoks bervisi SETS, terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1
Salatiga. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Salatiga tahun
pelajaran 2008/2009. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-5 sebagai kelas eksperimen
dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol. Teknik pemilihannya dengan cluster random sampling. Metode
yang digunakan dalam pengambilan data adalah dokumentasi dan tes. Hasil penelitian diperoleh rata-
rata hasil belajar kelas eksperimen 88, sedangkan kelas kontrol 81. Untuk aspek psikomotorik rata-
rata nilai siswa sebesar 96 dan afektif sebesar 85. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan pendekatan POE bervisi SETS berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.
Kata Kunci : Pendekatan POE, Visi SETS, Hasil Belajar

PENDAHULUAN tersebut telah menyelesaikan pendidikan


Tujuan pengajaran kimia ialah SMAnya dengan nilai yang baik.
memperoleh pemahaman yang tahan lama Keadaan ini diungkapkan Redhana,
perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal tidak terlepas dari pembelajaran oleh guru
dan memecahkan masalah, mempunyai yang selama ini lebih banyak memberi
keterampilan dalam menggunakan ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal
laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah dengan cepat tanpa memahami konsep secara
yang dapat ditampilkan dalam kehidupan mendalam, karena guru dibebani target
sehari-hari (Sastrawijaya 1988:113). Semua kurikulum padat yang harus diselesaikan
ini harus diperoleh dalam waktu yang terbatas, dalam waktu tertentu. Keadaan ini
dengan jumlah alat dan bahan yang tersedia, menyebabkan siswa kurang terlatih untuk
dan tenaga pengajar yang terbatas jumlah serta mengembangkan daya nalarnya untuk
kemampuannya. mengaplikasikan konsep-konsep yang
Pada dasarnya sama dengan ilmu dipelajarinya dalam memecahkan
pengetahuan lain yang juga diberikan, kimia permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan
dapat membantu siswa dalam menghadapi sehari-hari.
kesulitan dan tantangan hidup yang semakin Para ahli pembelajaran telah
kompleks. Kenyataan yang ada di lapangan menyarankan penggunaan paradigma
masih jauh dari yang diharapkan, kimia masih pembelajaran konstruktivistik untuk
dianggap sebagai salah satu mapel yang meningkatkan kualitas proses dan hasil
menakutkan, sulit, kurang mudah dipelajari belajar. Kondisi belajar dimana siswa hanya
dan dipahami oleh siswa serta tidak berguna menerima materi dari pengajar, mencatat, dan
bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. menghafalkannya harus diubah menjadi
Menurut Redhana dalam Purwaningsih berbagi pengetahuan, mencari (inkuiri),
(2005), hal ini dibuktikan dengan keadaan menemukan pengetahuan secara aktif sehingga
dimana siswa ketika sudah tamat dari SMA, terjadi peningkatan pemahaman (bukan
kebanyakan dari mereka tidak dapat ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut,
memecahkan permasalahan yang dihadapi pengajar dapat menggunakan pendekatan,
dalam kehidupan sehari-hari walaupun siswa

Jurnal Pendidikan Sains 46


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

strategi, model, atau metode pembelajaran alternatif solusi dalam meningkatkan hasil
inovatif. belajar siswa SMA N 1 Salatiga yaitu melalui
Pendekatan pembelajaran POE pendekatan POE.
(Predict-Observe-Explain) merupakan suatu
cara mengolah materi IPA dengan rumusan METODE PENELITIAN
pertanyaan dari guru sehingga siswa Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis
melakukan prediksi, melakukan quasi eksperimen. Waktu pelaksanaan
pengamatan/percobaan untuk menjawab penelitian dilakukan pada bulan Maret- Mei
pertanyaan tersebut, kemudian menjelaskan tahun 2009.
hasil pengamatan/percobaan terkait dengan Populasi dalam penelitian adalah
prediksi yang mereka buat sebelumnya. seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Salatiga
Rustanto dalam Nawangsari (2005) tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 362
menyatakan pendekatan POE menantang siswa. Berikut ini adalah tabel jumlah populasi
siswa untuk berpikir dan memberikan kelas X SMA N 1 Salatiga.
kepuasan tertentu apabila prediksi siswa Penentuan sampel dalam penelitian ini
ternyata sesuai dengan hasil pengamatan. dengan menggunakan teknik cluster random
Penelitian dari Raminah (2008) menunjukkan sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
bahwa penggunaan pendekatan POE mampu kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas
meningkatkan ketuntasan belajar secara X-1 sebagai kelas kontrol.
klasikal yaitu sebesar 89 % dengan rata- rata Metode pengumpulan data dilakukan
nilai 74. SETS (Science, Environment, dengan empat cara, yaitu metode dokumentasi
Technology, Society) merupakan visi baru untuk mendapatkan data awal berupa nama
dalam dunia pendidikan, dengan visi ini siswa dan hasil ulangan semester, metode tes untuk
tidak hanya mengkaji suatu materi dari sisi mendapatkan hasil belajar kognitif siswa,
ilmu pengetahuan saja tetapi juga pengaruhnya metode observasi untuk mendapatkan data
bagi lingkungan, kehidupan sosial manusia, nilai psikomotorik dan nilai afektif, dan
dan penerapannya dalam bidang teknologi. metode angket untuk mengetahui pendapat
Penggunaan SETS terbukti efektif dalam siswa tentang pelaksanaan pembelajaran.
pembelajaran, terbukti dari penelitian yang Instrumen dalam penelitian ini terdiri
dilakukan Nimah (2004) di SMK N 3 atas silabus, rencana pelaksanaan
Purworejo menunjukkan hasil belajar kimia pembelajaran, lembar observasi afektif dan
siswa kelompok eksperimen menggunakan psikomotorik, bahan ajar atau materi ajar,
SETS mendapatkan rata-rata 8,23 sedangkan lembar kerja siswa, soal post test yang
kelas tanpa SETS 6,72. Penelitian lain yang validitasnya didapatkan dari pakar (expert
dilakukan Purwaningsih (2005) di SMA validity), dan soal-soal post test validitas
Muhammadiyah 1 Semarang terjadi didapatkan dari perhitungan setelah dilakukan
peningkatan hasil belajar siswa yang uji coba pada siswa kelas XII-IPA 4.
dibelajarkan dengan SETS dari rata-rata hasil Desain yang digunakan dalam
belajar 6,79 menjadi 7,07. penelitian ini adalah control group pre test-
SMA Negeri 1 Salatiga merupakan post test design.
salah satu SMA di kota Salatiga yang telah
menerapkan KTSP dan merupakan salah satu HASIL DAN PEMBAHASAN
rintisan sekolah bertaraf internasional Hasil Analisis Tahap Awal
memiliki input siswa yang baik. Pembelajaran Analisis tahap awal digunakan data
kimia, yang dilakukan selama ini masih nilai ujian akhir
kurang memberi penekanan pada aspek semester. Analisis tahap awal
aplikasi, analisis, evaluasi dan sintesis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
merupakan ciri dari kemampuan kritis-kreatif, Perhitungan hasil uji normalitas terangkum
untuk itulah diperlukan adanya pendekatan pada tabel 2. Homogenitas diuji dengan uji
alternatif yang dapat digunakan di dalam dan Bartlett. Perhitungan mendapatkan hasil
di luar kelas, memiliki daya tarik yang cukup hitung = 12,8 dan 2tabel = 16,92 untuk = 5
tinggi, sesuai dengan materi yang %, dan dk = 4-1 = 3. Karena hitung < 2tabel
disampaikan, dan mampu meningkatkan maka dapat disimpulkan bahwa populasi
kemampuan kritis-kreatif siswa. Berdasarkan tersebut homogen dan pengambilan sampel
uraian tersebut, penulis berusaha memberikan

Jurnal Pendidikan Sains 47


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

dapat dilakukan dengan teknik cluster random yang dilakukan diperoleh harga rb sebesar
sampling.
Hasil Analisis Tahap Akhir 0,54. Harga rb tersebut secara umum agak
Analisis tahap akhir berdasarkan pada rendah, akan tetapi secara khusus hubungan
hasil belajar kimia siswa yang disajikan dalam antara pendekatan POE bervisi SETS dengan
Tabel 1. hasil belajar kimia redoks siswa belum dapat
Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa ditentukan karena belum ada pembanding.
Rata-Rata Harga koefisien determinasi adalah 100 r2 %,
Kelas n
Pretest Posttest harga rb sebesar 0,54 sehingga harga
Eksperimen 37 29 88 koefisien determinasi sebesar 29%.
(X-5) Hasil belajar afektif diketahui dari
Kontrol 38 46 82 hasil observasi perilaku siswa ketika proses
(X-1) pembelajaran berlangsung.
Nilai afektif siswa diperoleh dari
Analisis tahap akhir meliputi uji normalitas, jumlah skor tiap aspek dibagi dengan skor
uji kesamaan dua varians, uji hipotesis dan total. Pada kelas eksperimen, rata-rata nilai
analisis deskriptif data hasil belajar aspek afektif siswa mencapai 96, hasil ini termasuk
afektif dan psikomotorik. . Uji hipotesis dalam kriteria sangat baik. Sedangkan pada
pendekatan POE bervisi SETS meliputi uji kelompok kontrol, rata-rata nilai afektif siswa
perbedaan dua rata-rata, uji ketuntasan hasil 96 dan termasuk dalam kriteria sangat baik.
belajar, uji korelasi, dan uji koefisien Hasil observasi aktivitas siswa
determinasi. digunakan untuk mengetahui kemampuan
Hasil uji normalitas nilai pretest dan psikomotorik siswa.
posttest terangkum dalam tabel4. Karena Observasi dilakukan pada awal
2hitung < 2tabel maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran. Pada kelas eksperimen, rata-rata
data tersebut berdistribusi normal. nilai psikomotorik siswa mencapai 94, hasil
Uji kesamaan 2 varians untuk nilai ini termasuk dalam kriteria sangat baik.
pretest diperoleh Fhitung (1,65) < Ftabel (1,93), Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata
sedangkan untuk nilai posttest diperoleh Fhitung nilai psikomotorik siswa 95 dan termasuk
(1,65) < Ftabel (1,93) yang berarti bahwa kedua dalam kriteria sangat baik.
kelompok mempunyai varians yang sama.
Uji perbedaan dua rata-rata untuk PEMBAHASAN
nilai posttest diperoleh thitung (3,52) > ttabel Berdasarkan masalah yang teridentifikasi
(1,99) yang berarti bahwa kelompok pada observasi awal peneliti berusaha untuk
eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. mengetahui pengaruh pendekatan POE bervisi
SETS terhadap hasil belajar kimia siswa.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Dengan data nilai UAS digunakan uji
dan Posttest normalitas dan homogenitas. Karena populasi
Kelompok Data hitung tabel berdistribusi normal dan homogen maka
teknik cluster random sampling dapat
Eksperimen Pre test 4,93 7,81
dilakukan. Pemilihan kelas eksperimen yaitu
Post test 6,00 7,81
kelas X-5 memang murni dilakukan secara
Kontrol Pre test 4,78 7,81
random, namun untuk kelas kontrol, pemilihan
Post test 6,64 7,81 dilakukan atas rekomendasi guru pembimbing.
Hal ini dilakukan karena kelas X-1 adalah
Uji ketuntasan hasil belajar, pada salah satu kelas unggulan sehingga guru
kelompok eksperimen diperoleh ketuntasan merasa bahwa peneliti tidak akan terlalu
sebesar 100% dengan rata-rata nilai adalah 88. kesulitan menghadapi siswa dalam proses
Ketuntasan kelas kontrol sebesar 92 % dengan penelitian.
rata-rata nilai adalah 82. Penelitian dilakukan sejak bulan
Uji korelasi digunakan untuk Maret hingga Mei 2009. Pelaksanaan
mengetahui adanya hubungan antara kegiatan pembelajaran untuk kelas ekperimen maupun
belajar menggunakan pendekatan POE bervisi kontrol dilakukan sebanyak 13 kali pertemuan.
SETS dengan hasil belajar kimia siswa Pre test dilakukan pada pertemuan pertama
menggunakan korelasi biseri. Perhitungan

Jurnal Pendidikan Sains 48


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

baik untuk kelas ekperimen maupun kelas dihasilkan selama diskusi tersebut dalam
kontrol. Pertemuan kedua, siswa kelas bentuk makalah kelompok.
eksperimen melakukan praktikum reaksi 2. Melakukan pengamatan (observe)
redoks pencoklatan pada buah dan makanan Setelah siswa melakukan prediksi,
kadaluarsa, sedangkan kelas kontrol kemudian siswa diminta untuk mengamati
melakukan praktikum pencoklatan pada buah. secara seksama proses dan hasil perubahan itu.
Pembelajaran di kelas eksperimen Kegiatan pengamatan dapat dilakukan
menggunakan pendekatan POE bervisi SETS terhadap kegiatan demonstrasi ataupun
sedangkan pembelajaran di kelas kontrol praktikum sedangkan untuk sub topik konsep
menggunakan pendekatan konvensional redoks, bilangan oksidasi dan tata nama
bervisi SETS. senyawa pada tahap ini siswa diminta untuk
Secara ringkas penerapan pendekatan mengamati secara cermat permasalahan yang
POE pada materi reaksi redoks bervisi SETS ada lalu siswa diminta melihat kembali
dilaksanakan melalui tiga tahap sebagai prediksi awal mereka, mengamati dan
berikut: memahami konsep sains yang telah diterima
1. Membuat prediksi (predict) dan fakta yang ada di lapangan serta
Untuk kegiatan praktikum siswa kemungkinan adanya dampak yang timbul dari
dihadapkan pada kasus perubahan warna pada permasalahan yang ada dalam kehidupan
apel yang telah dikupas lalu diminta untuk siswa dalam kelompok mereka. Hasil
memprediksi apa yang akan terjadi jika pengamatan kemudian ditulis di lembar kerja
dilakukan perubahan terhadap situasi yang sudah disediakan.
tersebut(misal terhadap apel yang telah telah 3. Membuat penjelasan (explain)
dikupas kulitnya lalu dibiarkan diudara Pada tahap ini siswa menyesuaikan
terbuka, dengan apel yang telah direndam prediksi dan pengamatan mereka. Kemudian
dalam larutan garam dan apel yang telah siswa diminta menuliskan jawaban atau
direndam didalam larutan vitamin C). Selain simpulan yang sebenarnya dalam lembar kerja
itu siswa juga diminta untuk mengamati reaksi siswa. Pada tahap ini juga siswa diharapkan
redoks yang terjadi pada makanan kemasan dapat mencari solusi terhadap masalah-
yang telah kadaluarsa. Siswa hendaknya masalah yang timbul dari persoalan-persoalan
merasa mampu dan didorong untuk yang ada dalam kehidupan mereka.
mengambil resiko dalam membuat Selain itu siswa juga diminta untuk
prediksinya, jawaban benar atau salah tidak menyebutkan dan menjelaskan perbedaan-
lagi relevan. Hasil prediksi ditulis di lembar perbedaan antara hasil yang mereka harapkan
kerja praktikum yang sudah disediakan. dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Tugas
Penerapan pembelajaran dengan guru selanjutnya adalah memberikan
pendekatan POE di kelas dengan sub topik penjelasan kepada siswa untuk menyamakan
konsep redoks, bilangan oksidasi dan tatanama pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
senyawa menurut IUPAC siswa dalam sains yang mungkin berbeda dengan apa yang
kelompok-kelompok kecil diberi lembar kerja mereka harapkan. Ketika pemahaman siswa
POE (predict-observe-explain) materi reaksi telah didapat, lalu guru dapat mulai
redoks bervisi SETS yang berisi soal-soal memberikan siswa latihan soal untuk
cerita dan juga latihan soal mandiri berkaitan meningkatkan keterampilan mereka pada
dengan materi yang telah disampaikan dan aspek kognitif.
juga tentang masalah yang ada di lingkungan Pembelajaran baik di kelas
siswa lalu siswa diminta untuk berdiskusi eksperimen maupun di kelas kontrol
menentukan prediksi mengenai reaksi apa menggunakan lembar kerja siswa bervisi
yang berkaitan dengan soal tersebut. SETS berisi masalah-masalah yang
Sedangkan untuk sub topik aplikasi reaksi mengaitkan konsep materi dengan
redoks dalam kehidupan sehari-hari siswa penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
diberi lembar diskusi POE bervisi SETS untuk Masalah yang dijadikan sebagai fokus
berdiskusi menentukan permasalahan yang ada pembelajaran diselesaikan siswa melalui kerja
di lingkungan mereka sesuai dengan konsep kelompok sehingga dapat memberi
sains yang telah mereka pelajari yang pengalaman-pengalaman belajar yang
selanjutnya mereka rangkum prediksi yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan
interaksi dalam kelompok, disamping

Jurnal Pendidikan Sains 49


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

pengalaman belajar yang berhubungan dengan maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
pemecahan masalah seperti membuat eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.
hipotesis, merancang percobaan, melakukan Pengujian selanjutnya adalah
penyelidikan, mengumpulkan data, menjawab hipotesis dengan uji korelasi
menginterpretasikan data, membuat biserial untuk mengetahui adanya pengaruh
kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, variabel, dalam penelitian ini yaitu pengaruh
dan membuat laporan. Hasil LKS didiskusikan pendekatan POE pada pokok bahasan reaksi
tiap dua minggu sekali untuk dievaluasi siswa redoks bervisi SETS terhadap hasil belajar
dan guru. siswa SMA Negeri 1 Salatiga. Setelah
Bedanya untuk siswa di kelas dianalisis, diperoleh hasil besarnya koefisien
eksperimen langsung berinteraksi dengan korelasi biserial adalah 0,54 yang jika
bahan sedangkan siswa di kelas kontrol hanya diinterpretasikan ke dalam koefisien korelasi
diberikan lembar diskusi. Diskusi kelas baik menunjukkan adanya hubungan yang agak
kelas eksperimen maupun kontrol dilakukan rendah. Untuk mengetahui pengaruh ini
tiga jam pertemuan. signifikan atau tidak, dilakukan uji signifikansi
Presentasi LKS baik dikelas dengan menggunakan uji t. Hasil perhitungan
eksperimen maupun di kelas kontrol dilakukan diperoleh nilai thitung(3,52)> ttabel(1,99), yang
pada pertemuan terakhir sebelum post test berarti bahwa pendekatan POE bervisi SETS
karena waktu yang tidak memungkinkan. pada pokok bahasan reaksi redoks
Kelas kontrol diberikan pengajaran mempengaruhi hasil belajar siswa.
menyesuaikan kelas yang lain yaitu Hasil perhitungan koefisien
pengajaran konvensional diselingi tanya jawab determinasi menunjukkan harga 29%, hal ini
dan diskusi kecil dengan menggunakan LKS berarti pendekatan POE bervisi SETS pada
reaksi redoks bervisi SETS, dengan jumlah pokok bahasan reaksi redoks dapat
alokasi waktu sama dengan kelas eksperimen. menjelaskan 29% hasil belajar yang diperoleh
Post test dilakukan pada pertemuan ketiga siswa, sedangkan 71% dijelaskan oleh faktor
belas. lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini,
Selama proses pembelajaran, siswa karena dalam pembelajaran banyak faktor
diberi kesempatan untuk memperhatikan yang mempengaruhi hasil belajar antara lain
daftar bahan kimia yang ada dalam makanan materi, tujuan pembelajaran, metode
yang mereka konsumsi. Siswa diminta pembelajaran, serta sarana dan prasarana. Hal
membawa pembungkus makanan yang telah ini berarti 71% hasil belajar dipengaruhi oleh
mereka makan. Hal ini menarik karena dengan faktor-faktor lain tersebut. Persentase
ini, guru dapat memantau pola makan siswa ketuntasan belajar siswa pada kelompok
sekaligus memberi informasi tentang apa yang eksperimen secara klasikal sebesar 100%
baik dan buruk mengenai kimia makanan. dengan nilai rata-rata 88, sedangkan pada
Pada awalnya siswa memang terlihat tidak kelompok kontrol sebesar 92% dengan nilai
terbiasa, tetapi kemudian siswa menjadi rata- rata 82. Pencapaian ketuntasan minimal
tertarik dengan pembelajaran kimia. yang ditetapkan sekolah terjadi di kedua kelas.
Ketertarikan mereka muncul karena ternyata Siswa di kelas kontrol yang tidak tuntas
kimia berkaitan juga dengan kehidupan dikarenakan beberapa hal. Faktor kesehatan
mereka. Pada akhirnya siswa menjadi antusias dan minat siswa menjadi penyebabnya. Kelas
dengan pembelajaran yang ada. eksperimen mencapai ketuntasan 100%
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan
data hasil belajar kognitif siswa kelompok POE bervisi SETS pada pokok bahasan reaksi
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya redoks efektif digunakan sehingga mampu
digunakan dalam analisis data. Analisis data mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
tahap akhir menunjukkan bahwa kedua (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Jika
kelompok memiliki distribusi normal. Selain nilai normalized gain <g> dihitung, diperoleh
itu, uji perbedaan dua rata-rata data hasil post N-gain kelompok eksperimen sebesar 0,84,
test kelompok eksperimen dan kontrol sedangkan kelompok kontrol sebesar 0,66.
dilakukan untuk melihat kelompok eksperimen Kelompok eksperimen mengalami
lebih baik daripada kontrol. Hasilnya peningkatan dengan kriteria tinggi sedangkan
diperoleh t hitung (3,52) t (1 )( n1n 22) (1,99) , kelompok kontrol mengalami peningkatan
sedang.

Jurnal Pendidikan Sains 50


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Berdasarkan uraian di atas dapat Walaupun pendekatan POE bervisi


disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SETS memiliki kelemahan, tetapi setidaknya
POE bervisi SETS pada pokok bahasan reaksi dengan pendekatan ini siswa sudah dibawa
redoks mempengaruhi hasil belajar. Peneliti untuk memiliki minat dan kepedulian yang
berusaha maksimal, namun hasil yang lebih kepada lingkungannya.
didapatkan masih belum memuaskan.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam SIMPULAN
penelitian ini adalah : Berdasarkan hasil penelitian dan
(1) Waktu, pembahasan diatas, dapat disimpulkan
Penelitian dilakukan bersamaan bahwa pembelajaran menggunakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh guru pendekatan POE bervisi SETS pada pokok
kimia di sekolah tersebut. Peneliti tentang bahasan reaksi redoks memiliki pengaruh
reaksi redoks, sedangkan guru pembimbing positif pada hasil belajar kimia siswa yang
meneliti hidrokarbon. Alokasi waktu ditunjukkan dengan:
pembelajaran kimia untuk siswa kelas X 1. Pada hasil belajar kognitif koefisien
adalah 3 jam per minggunya, karena waktu korelasi ( rb ) yang didapatkan sebesar 0,54
penelitian yang bersamaan maka peneliti dengan kontribusi sebesar 29% sedangkan
hanya mendapat alokasi waktu 1 jam dalam sisanya sebesar 71% dijelaskan oleh faktor
satu minggu. Kendala yang ada adalah diskusi lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
kelas tidak dapat dilaksanakan secara optimal. 2. Pada hasil belajar afektif didapatkan nilai
Solusi permasalahan ini adalah siswa diberi rata-rata kelas eksperimen sebesar 85
topik diskusi untuk dikerjakan diluar jam dengan kategori sangat baik.
pelajaran, sehingga siswa justru diberi 3. Pada hasil belajar psikomotorik didapatkan
keleluasaan untuk bekerja. Hasilnya kemudian nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 96
dilaporkan pada pertemuan berikutnya. dengan kategori sangat baik.
(2) Instrumen,
Peneliti menyadari bahwa instrumen
yang dikembangkan belum sempurna sehingga SARAN
belum dapat membedakan dengan baik antara 1. Pendekatan POE bervisi SETS sebaiknya
kelas eksperimen yang diajar dengan LKS juga diterapkan pada pokok bahasan kimia
POE bervisi SETS dengan kelas kontrol yang lainnya.
hanya menggunakan LKS bervisi SETS. 2. Diperlukan adanya bahan ajar bervisi SETS
Solusi mengatasi permasalahan ini adalah yang lebih baik untuk menunjang
penyiapan materi POE dan SETS yang lebih pembelajaran kimia.
atraktif dan menarik. Persiapan bahan maupun 3. Perbanyak Praktikum kimia bervisi SETS
alat yang akan digunakan dalam diskusi kelas, dengan menggunakan alat dan bahan yang
serta penyampaian pertanyaan yang berkaitan ada dalam kehidupan siswa.
seputar kehidupan siswa dengan cara yang
berbeda pun dapat mengurangi kekurangan DAFTAR PUSTAKA
dari LKS yang digunakan oleh peneliti.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh Binadja, Achmad. 2005. Pedoman
faktor internal dan faktor eksternal atau faktor Pengembangan Silabus Pembelajaran
lingkungan. Faktor internal yang berupa Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan
kemampuan, motivasi, minat, sikap, Berpendekatan SETS (Science,
ketekunan, sosial ekonomi, fisik, dan psikis. Environment, Technology, Society)
Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh atau (Sains, Lingkungan, Teknologi,
yaitu kemampuan guru, besar kelas, suasana dan Sosial). Semarang: Laboratorium
kelas, dan sarana pendukung. Selain itu guru SETS Unnes Semarang.
juga harus mempunyai persiapan yang lebih
untuk dapat menyampaikan pendekatan ini
dengan sempurna, karena jawaban siswa akan
sangat beragam dan membutuhkan referensi
yang cukup kuat untuk dapat membangun
suasana kelas yang aktif.

Jurnal Pendidikan Sains 51


Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013

Nimah, Tamamun. 2004. Studi Komparasi


Prestasi Belajar IPA Sub topik Zat
Aditif Makanan Antara Siawa yang
diberi Pelajaran Berwawasan SETS
dan Siswa yang diberi Pelajaran
Berwawasan Non-SETS pada Siswa
Kelas II Semester 4 Jurusan Tata Boga
SMK N 3 Purworejo Tahun Pelajaran
2002/2003. Skripsi. FMIPA UNNES
Nawangsari, Okky Ratry. 2005. Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar Kimia
Pada Pokok Bahasan Koloid
Menggunakan Metode Pembelajaran
Probex (Predict-Observe-Explain)
Pada Siswa Kelas II SMA N 2
Pekalongan Tahun Ajaran 2004/2005.
Skripsi.FMIPA UNNES.
Purwaningsih, Asih. 2005. Pembelajaran
Kimia Berpendekatan Sets Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Dan Kreatif Siswa Kelas X
SMA Muhammadiyah 1 Semarang
Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi.
FMIPA UNNES.

Raminah. 2008. Peningkatan Hasil Belajar


Kimia Siswa Kelas XI SMAN 3
Pemalang dengan Metode
Pembelajaran Probex (Predict-
Observe-Explain) melalui Umpan
Balik Kuis. Skripsi. FMIPA
UNNES.Sastrawijaya, Tresna. 1988.
Proses Belajar Mengajar Kimia
Mengajar Kimia. Dirjen Dikti: Jakarta.

Jurnal Pendidikan Sains 52


Universitas Muhammadiyah Semarang

Anda mungkin juga menyukai