Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) menguji kualitas majalah kimia berdasarkan aspek kelayakan
materi, penyajian, bahasa dan gambar, dan (2) mengetahui perbedaan motivasi dan kreativitas peserta
didik di kelas yang menggunakan majalah kimia (kelas eksperimen) dan di kelas yang tidak
menggunakan majalah kimia (kelas kontrol) selama proses pembelajaran kimia. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan melalui tujuh tahap yaitu: penelitian
pendahuluan; perumusan tujuan; perancangan format produk dan pembuatan instrumen penilaian
majalah kimia; penyusunan instrumen variabel (motivasi dan kreaivitas); penyusuanan draft majalah
kimia; validasi oleh teman sejawat, ahli materi, ahli media dan pembelajaran, guru kimia; uji coba
kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Tahap uji coba lapangan menggunakan quasi exsperiment
dengan rancangan non-equivalent control group design dan penelitian ini melibatkan kelas kontrol
(n=29) dan kelas eksperimen (n=30) yang dipilih dengan teknik simple cluster random sampling dari
tiga kelas yang ada di SMA N 1 Mlati. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu instrumen
kualitas majalah kimia, lembar angket motivasi belajar, lembar observasi motivasi, lembar angket
kreativitas peserta didik, dan lembar observasi kreativitas peserta didik, dan lembar respon siswa.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.(1) Hasil penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
pengembangan. (2) Majalah kimia untuk aspek materi oleh temen sejawat dan guru kimia dinilai
sangat baik, dan oleh ahli materi dan peserta didik dinilai baik. (3) Validasi majalah kimia dalam
aspek kelayakan penyajian oleh teman sejawat dinilai sangat baik, sedangkan oleh ahli media dan
pembelajaran, guru-guru kimia, serta peserta didik dinilai baik. (4) Validasi dalam aspek kelayakan
bahasa dan gambar oleh teman sejawat, ahli media dan pembelajaran, serta peserta didik dinilai
sangat baik, sedangkan guru menilai baik. Majalah kimia memiliki kelayakan materi, kelayakan
penyajian, dan kelayakan bahasa serta gambar yang baik sehingga majalah kimia layak digunakan
sebagai sumber belajar mandiri oleh peserta didik. Berdasarkan hasil uji lapangan yang dianalisis
menggunakan uji Multivariate Analisis of Variance (MANOVA) disimpulkan bahwa motivasi dan
kreativitas peserta didik secara simultan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda
signifikan (Sig.= 0,058; p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa majalah kimia belum mampu
meningkatkan motivasi dan kreativitas peserta didik secara simultan.
Kata Kunci: majalah kimia, sumber belajar mandiri, motivasi, dan kreativitas
2
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
akan sangat membantu dalam proses transfer penelitian dilakukan di kelas X SMAN 1 Mlati,
informasi secara efektif dan efesien. Sleman, Yogyakarta.
Beberapa pendekatan yang digunakan
Subjek Penelitian
dalam pembelajaran kimia yaitu pendekatan
Science, Environment, Technology, and Society Penelitian ini melibatkan kelas kontrol
(SETS). Pendekatan SETS digunakan dalam (n=29) dan kelas eksperimen (n=30) yang
pengembangan majalah karena memiliki dipilih dengan teknik simple cluster random
keunggulan tertentu dalam proses transfer sampling dari tiga kelas X yang ada di SMA N
informasi. Kesan dinamis nantinya akan terlihat 1 Mlati.
pada setiap desain layout tiap halaman dalam Prosedur
majalah yang ditata sedemikian rupa agar tidak
monoton dan menimbulkan suasana baru atau Penelitian ini merupakan penelitian
fresh. Selain itu penggunaan kolaborasi pengembangan yang dilakukan melalui tujuh
pendekatan SETS, Chemo Entrepreneurship tahap yaitu: penelitian pendahuluan; perumusan
(CEP), dan penerapan Mind Mapping dalam tujuan; perancangan format produk dan
penulisan materi pelajaran, diharapkan akan pembuatan instrumen penilaian majalah kimia;
menciptakan Joyfull Learning. penyusunan instrumen variabel (motivasi dan
Berdasarkan kajian teori dan kajian kreaivitas); penyusuanan draft majalah kimia;
penelitian yang relevan, maka akan dilakukan validasi oleh teman sejawat, ahli materi, ahli
penelitian tentang perbedaan motivasi dan media dan pembelajaran, guru kimia; uji coba
kreativitas peserta didik pada penggunaan kelompok kecil; dan uji coba lapangan. Tahap
majalah kimia dan buku kimia biasa pada kelas uji coba lapangan menggunakan quasi
X di SMA N 1 Mlati. Penelitian ini exsperiment dengan rancangan nonequivalent
diprediksikan bahwa terjadi perbedaan motivasi control group design
dan kreativitas yang signifikan antara peserta Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
didik yang menggunakan sumber belajar
majalah kimia dan peserta didik yang Data yang diperoleh yaitu data kualitas
menggunakan sumber buku kimia biasa. majalah kimia aspek materi, penyajian dan
Permasalahan yang dikaji dan bahasa dan gambar oleh peer reviewer, ahli
diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu materi, ahli media dan pembelajaran, reviewer
pendidik di SMA N 1 Mlati belum pernah serta peserta didik; data hasil uji coba berupa
menggunakan majalah dalam proses skor motivasi belajar dan kreativitas peserta
pembelajaran kimia, ada kecenderungan didik sebelum dan sesudah pembelajaran; dan
motivasi belajar peserta didik di SMA N 1 data hasil observasi berupa kemunculan
Mlati kelas X dalam belajar kimia masih cukup motivasi belajar dan kreativitas peserta didik
rendah hal ini karena pembelajarannya belum selama proses pembelajaran.
menarik, ada kecenderungan kreativitas peserta Instrumen yang digunakan dalam
didik SMA N 1 kelas X Mlati dalam pelajaran penelitian ini ada 5 macam yaitu instrumen
kimia masih terbatas hal ini dikarenakan proses kualitas majalah kimia, lembar angket motivasi
pembelajarannya belum menarik. belajar, lembar observasi motivasi, lembar
METODE PENELITIAN angket kreativitas peserta didik, dan lembar
observasi kreativitas peserta didik.
Penelitian ini merupakan Research and
Development. Model pengembangan yang Teknik Analisis Data
digunakan yaitu model Borg and Gall 1) Analisis Data untuk Variabel Kualitas
(1983:772). Model Borg & Gall terdiri dari Majalah Kimia:
sepuluh langkah yang merupakan model
prosedural. Pada penelitian ini hanya dilakukan Penilaian kriteia menjadi diubah
hingga langkah ke-7 pada prosedur pada model menjadi skor, dengan skala Likert model
Borg and Gall. Penelitian ini menggunakan skala lima (S.Eko Putro Widoyoko,
pendekatan kuantitatif. 2012:106), selanjutnya skor total dan rata-
rata skor total dihitung untuk setiap sub
Waktu dan Tempat Penelitian komponen majalah kimia. Skor total rata-
Waktu penelitian dilakukan dari bulan rata tiap sub komponen dihitung dengan
Desember 2012 hingga Mei 2013. Tempat rumus:
3
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
5
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Tabel 2. Data Hasil Penilaian Teman Sejawat Tabel 5. Data Hasil Penilaian Penilaian
Majalah kimia Oleh Ahli Materi
Rata-
Aspek Kategori
Responden Skor rata
Penilaian Kategori
Skor Aspek Penilaian Skor
Kelayakan I 4,125 Sangat Baik
Materi II 4,125 4,208 Sangat Baik Sistematika penyajian 5,00
III 4,375 Kemudahan dipahami 4,33 Sangat Baik
Kelayakan I 4,176
Penyajian II 4,000 4,216 Sangat Baik Merangsang kreativitas 5,00 Sangat Baik
III 4,470 Sangat Baik
Menumbuhkan motivasi 4,33
Kelayakan I 4,250
Bahasa II 4,125 Sangat Baik Menumbuhkan Sangat Baik
4,250 5,00
dan III 4,750 ketrampilan berpikir
Gambar Mengembangkan Sangat Baik
4,33
Skor total rata-rata 4,225 kecakapan akademik
Kesesuaian bahasa dan Sangat Baik
4,50
gambar
Keterpahaman bahasa 4,66 Sangat Baik
Tabel 3. Data Hasil Penilaian Majalah Kimia Ketepatan menggunakan
4,00 Baik
oleh Ahli Materi bahasa
Ketepatan penggunaan Sangat Baik
5,00
gambar
Aspek Penilaian Skor Kategori
Font majalah dan kualitas Sangat Baik
5,00
fisik
Mendukung tujuan
4,33 Sangat Baik Skor total rata-rata 4,65 Sangat Baik
Pendidikan
6
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
kreativitas (%)
oleh peserta didik aspek Bahasa dan 100 73 64 73
Persentase
55 59
Gambar
Rata- 50
Aspek Kategori
Responden Skor rata
Penilaian
Skor 0
I(atas) 4,250
II(atas) 4,438 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Kelayakan III(atas) 4,250
Bahasa IV(menengah) 4,125 Sangat Pertemuan ke-n
4,250 Baik
dan V(menengah) 4,063
Gambar VI(mengengah) 4,188
VII(bawah) 4,188 Gambar 2. Grafik Keterlaksanaan Kreativitas
VIII(bawah) 4,500
Berdasarkan angket yang diberikan kepada
Uji coba lapangan
peserta didik setelah proses pembelajaran maka
Majalah kimia yang telah divalidasi diperoleh informasi bahwa: Sebanyak 97%
oleh teman sejawat, ahli materi, ahli media dan peserta didik menyatakan pembelajaran
pembelajaran, guru-guru kimia dan berlangsung cukup baik, Sebanyak 80 %
diujicobakan pada skala kecil, selanjutnya peserta didik membaca majalah kimia cukup
majalah kimia diuji di lapangan. Subyek uji lengkap dan sebanyak 37% peserta didik
lapangan adalah peserta didik kelas X SMAN 1 menyatakan sangat setuju bahwa majalah kimia
Mlati, Sleman. Data pada uji coba lapangan mampu mempermudah dalam belajar kimia.
yaitu berupa angket kreativitas, angket motivasi Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
dan hasil observasi motivasi dan observasi 3, 4 dan 5.
kreativitas peserta didik.
3%0%
Keterlaksanaan proses pembelajaran
sangat baik
dengan menggunakan majalah kimia dilakukan
oleh pengamat (observer). Pengamat 97% Cukup baik
memberikan tanda ceck list () jika descriptor Tidak Baik
variabel motivasi dan kreativitas yang diamati
pada peserta didik nampak. Pengamatan
terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran
Gambar 3. Diagram keterlaksanaan
dengan menggunakan majalah kimia dilakuan
pembelajaran kimia dengan sumber
sebanyak 5 kali pertemuan. Hasil pengamatan
belajar majalah kimia
selama 5 kali pertemuan secara jelas di sajikan
dalam Gambar 1 dan Gambar 2.
17% 3% Sangat
Lengkap
Persentase motivasi
100 75
62,5 62,5
50 50 Cukup
50 80% Lengkap
(%)
Tidak
0
lengkap
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
7
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Data selengkapnya hasil penelitian pada Tabel 11. Distribusi Data ordinal Kreativitas
variabel motivasi dan kreativitas tersaji pada Peserta Didik
Tabel 9, Tabel 10, Table 11, dan Tabel 12. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kriteria Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
% % % %
Sangat
16,66 20 3,40 3,40
0% Sangat Baik
37% Baik 56,67 40 31,10 48,30
Setuju Cukup 26,67 36,67 58,60 44,90
Kurang 3,33 6,90 3,40
Cukup Setuju
63% Sangat
-
Kurang
Tidak Setuju
Tabel 12. Distribusi Data Interval Kreativitas
Peserta Didik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Gambar 5. Diagram kemampuan majalah kimia Deskripsi
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dapat mempermudah dalam Mean 93,232 93,556 80,160 82,918
Standar 13,568 13,255 11,128 11,125
mempelajari kimia dan belajar kimia Deviasi
lebih menarik Varian 184,099 175,686 123,824 123,755
Tabel 9. Distribusi Data ordinal Motivasi Nilai 68,435 69,488 63,149 58,941
minimum
Belajar Peserta Didik Nilai 122,650 120,994 101,920 109,870
Maksimum
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kriteria Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Uji Normalitas
% % % %
Sangat Uji normalitas dilakukan dengan
10 13,33 10,34 -
Baik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov atau
Baik 50 43,33 58,62 66,60 Shapiro Wilk, dengan taraf signifikansi 5%.
Cukup 33,33 36,67 27,59 23,33
Kurang 6,67 6,67 3,45 - Kriteria keputusan yang digunakan yaitu terima
Sangat
- - 6,67
H0 jika nilai siginifikansi > 0,05. Hasil uji
Kurang normalitas selisih (gain) motivasi dan
kreativitas peserta didik terdapat pada Tabel 13.
Tabel 10. Distribusi Data Interval Motivasi
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas
Belajar Peserta Didik
Variabel Kelas Sig. Hasil Ket.
Deskripsi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Motivasi Kontrol 0,067 Sig> Normal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Belajar Eksperimen 0,085 Sig> Normal
Mean 89,659 92,090 87,586 87,703 Kontrol 0,200 Sig> Normal
Standar 13,727 15,896 12,022 13,523 Kreativitas
Eksperimen 0,200 Sig> Normal
Deviasi
Varian 188,437 252,689 144,537 182,874 Uji Homogenitas
Nilai 63,028 57,919 57,000 43,990
minimum Field (2009:152) menyatakan bahwa
Nilai 114,679 123,237 111,000 120,660
Maksimum
untuk menguji homogenitas antar kelompok
dapat menggunakan SPSS dengan Levene test.
Perbedaan Kreativitas dan Motivasi pada Uji homogenitas varians dilakukan dengan taraf
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol signifikansi 5%. Kriteria keputusan yang
Data yang akan dianalisis dalam digunakan adalah jika nilai siginifikansi > 0,05
penelitian ini adalah selisih (gain) kreativitas maka H0 diterima. Hasil uji homogenitas tersaji
dan motivasi belajar peserta didik. Analisis pada Tabel 14.
dilakukan untuk mengetahui perbedaan Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Varians
kreativitas dan motivasi belajar peserta didik
Variabel Kelas Sig. Hasil Ket.
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji Motivasi Eksperimen 0,440 Sig> Homogen
prasyarat yang harus dipenuhi sebelum uji Kreativitas dan kontrol 0,212 Sig> Homogen
mutivariat adalah uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji korelasi. Uji Korelasi
Tingkat Kreativitas Peserta Didik Uji korelasi ini dilakukan dengan uji
Bartlett dan Pearson Product Moment. Uji
Bartlett digunakan untuk mengeathui
8
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
ada/tidaknya hubungan antara motivasi dan kreativitas peserta didik yang mengikuti
kreativitas, dan uji korelasi Pearson Product pembelajaran kimia dengan menggunakan
Moment digunakan untuk mengetahui derajat sumber belajar majalah kimia dan peserta didik
korelasi antara motivasidan kreativitas. Uji yang mengikuti pembelajaran kimia
korelasi ini dihitung menggunakan SPSS 16 for menggunakan buku kimia biasa.
Windows. Kriteria keputusan yang digunakan
Kajian Produk Akhir
adalah jika nilai siginifikansi < 0,05 maka H0
Kelayakan Materi
ditolak. Hasil uji korelasi tersaji pada Tabel 15.
Penilaian terhadap majalah kimia dari
Tabel 15. Hasil Uji Korelasi aspek kelayakan materi oleh beberpa validator
Variabel Sig. (r) Hasil Keterangan menunjukkan bahwa kualitas majalah kimia
Motivasi
Berkorelasi
minimal dikategorikan baik. Hasil penilaian
Belajar dan 0,001 0,421 Sig< terhadap majalah kimia pada aspek materi oleh
signifikan
Kreativitas
teman sejawat mendapatkan kategori sangat
baik, ahli materi menilai majalah kimia dengan
Uji Homogenitas Matriks Varian atau
kategori baik, guru-guru kimia menilai
Kovarian
majalah kimia dengan kategori sangat baik,
Uji homogenitas bertujuan untuk
sedangkan kelompok uji coba terbatas menilai
mengetahui apakah data pada kelompok
majalah kimia dengan kategori baik.
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai
matriks kovarian variabel dependen yang Penilaian majalah kimia dari aspek
homogen atau tidak. Uji homogenitas matriks materi mencakup daya dukung tujuan
varian atau kovarian pada variabel terikat pendidikan, kesesuaian dengan perkembangan
dilakukan menggunakan SPSS 16 for windows, IPTEK, dan kesesuaian dengan penalaran
hasil uji homogenitas matriks varian atau peserta didik. Skor rata-rata yang diberikan oleh
kovarian terhadap motivasi dan kreativitas ahli materi merupakan skor paling rendah
berupa data Boxs M. Kriteria keputusan yang dibanding dengan validator yang lain hal ini
digunakan homogenitas matriks varian atau karena berdasarkan penilaian oleh ahli materi
kovarian adalah jika nilai siginifikansi > 0,05 pada aspek materi: kesesuaian majalah kimia
maka H0 diterima. Hasil uji Homogenitas terhadap IPTEK dikategorikan baik, dan
kmatriks kovarian variabel dependen tersaji kesesuaian bacaan dalam majalah kimia dengan
pada Tabel 16. penalaran peserta didik juga dikategorikan
cukup sedangkan untuk daya dukung majalah
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Matriks
kimia terhadap tujuan pendidikan dikategorikan
Boxs M F Df1 Df2 Sig. sangat baik.
4,433 1,421 3 6,083E5 0,234
Suatu sumber belajar dikatakan baik jika materi
Uji Manova yang dimuat sudah sesuai dengan jenjang yang
menjadi objek sasaran pengembangan. Majalah
Pengambilan keputusan dan penarikan
kesimpulan terhadap uji hipotesis terhadap kimia ini disusun dan diperuntukkan kepada
analisis Manova dengan kriteria penerimaan peserta didik SMA/MA. Materi-materi dalam
majalah kimia disajikan berbeda dengan buku
dan penolakan hipotesis adalah H0. Uji Manova
ini dilakukan pada taraf signifikansi 5%. H0 kimia biasa. Materi dalam majalah kimia
diterima jika signifikansi > 0,05 atau H0 ditolak disajikan dalam bentuk rubrik-rubrik materi
jika signifikansi < 0,05. Berdasarkan analisis uji yang saling berkaitan satu dengan yang lain,
Manova diperoleh hasil pada Tabel 17. sedangkan dari sisi kebenaran keilmuan tetap
selaras dengan bidang kimia.
Tabel 17. Hasil Uji Manova
Kelayakan Penyajian
Effect Value F Df1 Df2 Sig.
Hotellings 0,10 2.988 Teman sejawat menilai majalah kimia
2 56 0,058
Trace 7 a
dengan kategori sangat baik, guru kimia
menilai majalah kimia dengan kategori baik,
Berdasarkan hasil uji Manova menunjukkan
ahli media dan pembelajaran menilai dengan
bahwa nilai F untuk uji statistik Hotellings
kategori baik sedangkan kelompok uji
Trace menunjukkan signifikansi 0,058 (nilai
terbatas menilai majalah kimia dengan kategori
sig. > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
baik. Aspek penilaian kelayakan penyajian
ada perbedaan yang signifikan motivasi dan
9
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
pada majalah kimia meliputi: penggunaan Tabel 18. Orientasi Rubrik dalam Majalah
sistematika penyajian, kemudahan dipahami,
Orientasi dalam Majalah
menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan Nama Rubrik
Motivasi Kreativitas
lebih jauh, mengembangkan ketrampilan Topik utama
berpikir, mengembangkan kecakapan Eksperimen
akademik, mengembangkan kreativitas. Tahu lebih jauh
Amazing! -
Berdasarkan Pusbukkur (2010:1) Profil ilmuwan -
kelayakan suatu buku non-teks ada beberapa hal Kimiawan berwirausaha
salah satunya yaitu kelayakan penyajian. Hal ini Kimiawan tertawa -
Apakah aku dan untuk -
menjadi penting bahwa setiap buku non-teks apa aku?
termasuk ke dalamnya yaitu majalah kimia. Info senyawa-senyawa -
Suatu buku non-teks dikatakan baik jika kimia dan lambang
bahayanya
kualitas penyajian materi, dikategorikan baik. Mind mapping
Hasil pengembangan sumber belajar majalah Chem-browsing -
kimia berdasar kelayakan penyajian Motivasi -
karena itu majalah kimia sudah layak untuk confidence, personal problems, time
digunakan sebagai sumber belajar bagi peserta constraints, and ineffective instructional
didik di SMA/MA. strategies.
Banyaknya faktor yang mempengaruhinya
Pembahasan Peningkatan Motivasi dan
motivasi peserta didik, menjadikan guru tidak
Kreativitas
dapat menjaga motivasi peserta didik konsisten
Penggunaan majalah kimia pada uji selalu ada pada diri peserta didik, seperti yang
lapangan memberikan hasil yang belum optimal dinyatakan oleh Lumsden (1997:1-4).
pada peningkatan motivasi dan kreativitas There are many factors that contribute to
secara simultan. Berdasarkan hasil uji statistik students' interest and level of engagement in
dengan uji hipotesis menggunakan Manova learning, and teachers have little control
menunjukkn bahwa motivasi dan kreativitas over many of those factors selain itu
tidak berbeda signifikan antara kelas kontrol Lumsden juga mengungkapkan bahwa
dan kelas eksperimen. Majalah adalah salah When students enter school, their level of
satu media yang disarankan untuk remaja, interest and desire to engage in learning are
karena disukai, sehingga mereka tertarik untuk also heavily influenced by teachers,
membaca, seperti yang diungkapkan oleh Stein administrators, the school environment, and
(2011:659) menyatakan bahwa: their classmates.
seventeen magazine made its debut in Berdasar pada penelitian Mac Iver and
1944, its was the firts publication to Reuman 1994 (Brewster & Fager, 2000:3)
recognize the potential of the teenage mengungkapkan bahwa teman sejawat juga
population, spesifically, teenage girls. The akan berpengaruh terhadap motivasi belajar
magazine was the initially created to peserta didik, akan tetapi bila tidak dari teman
provide information to teen readers who, up dapat juga berasal dari guru, orang tua, atau
to that point had no such written material orang lain.
produced specifically for them. "Middle school and high school-age
Adanya majalah ini diharapkan dapat students' level of engagement in school is
memfasilitasi remaja untuk dapat mempelajari also highly influenced by peers. As students
dan menambah informasi-informasi ke dalam grow older, their motivation to engage in
dunia mereka dengan menarik. learning may be influenced by their social
Adanya ketertarikan remaja akan group just as much as, if not more than it is
sumber informasi berupa majalah, maka akan by teachers, parents, and other adults
member peluang kepada pendidik untuk Jordan & Porath (2006:247) juga menyatakan
membantu mereka menerima informasi atau bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor
ilmu pengetahuan. Adanya ketertarikan dalam yaitu personal dan lingkungan. Faktor personal
diri anak remaja atau peserta didik SMA/MA meliputi:
maka dapat memperkuat motivasi belajar personal needs, identity, self-consept, self-
mereka untuk mempelajari ilmu kimia melalui esteem, gender, self-effiacy, attribution for
majalah. Adanya peluang ini menjadikan succes or failure, self-regulation, theory of
peneliti mengembangkan majalah kimia sebagai intelegence, and enjoyment of learning
sumber belajar kimia bagi peserta didik
SMA/MA. Faktor lingkungan meliputi: school
Membangkitkan motivasi peserta didik environment, classroom environment, degree of
bukanlah suatu hal yang mudah untuk match between learner and environment,
dilakukan, hal ini disebabkan adanya banyak learning goals), teachers theories of
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi intelligence, and rewards
belajar peserta didik. Motivasi dalam diri Motivasi peserta didik dalam belajar
peserta didik juga dipengaruhi oleh beberapa merupakan suatu wujud keinginan, kebutuhan,
hal seperti yang diungkapkan oleh Drew hasrat, kewajiban untuk berpartisipasi,
(Lewis, 2004:1). memperoleh kesuksesan dalam proses belajar.
factors that can account for poor Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu
motivation include perceived irrelevance of motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
courses to their everyday lives, unrealistic Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang
perceptions of their learning skills, low self- timbul dari dalam diri peserta didik,
11
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
14
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Field, A. (2009). Discovering stastitics using Sarsani, M.R. (2008). Do high and low creative
SPSS third edition. London: Sage children differ in their cognition and
Publication Ltd. motivation?.Creativity Research
Journal Volume 20, Issue 2, 2008 pages
Jordon, E. A. and Porath, M. J. (2006). 155-170
Educational psicology a problem-based
aproach. United State of America: Smaldino, S.E., Lowther, D.L., and Russell, J.
Pearson Educational.In D. (2008). Instructional Technology an
Media for Learning 9th edition. New
Jesusa, S.N.de, Rusb, C. L., Lensc, W., and Jersy: Pearson Education
Imaginrio, S. (2013).
Intrinsic motivation and creativity Sheldon, K.M. (1995). Creativity and self-
related to product: a meta-analysis of determination in personality. Creativity
the studies published between 1990 Research Journal, 8(1), pp.25-36
2010. Creativity Research Journal
Volume 25, Issue 1, 2013 S. Eko Putro Widoyoko. (2012). Teknik
penyusunan instrumen penelitian.
Liu, E. Z-F., Lin,C-H., Jian, P-H., and Liou, P- Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Y. (2012). The dynamics of motivation
and learning strategy in a creativity- Stein, A. (2011). Fashioning teenagers: A
supporting learning environment in Cultural history of seventeen magazine.
higher Education. The Turkish Online Journalism and Mass Communication
Journal of Educational Technology Quarterly Autumn 2011; 88, 3;
January, volume 11, Issue 1 ProQuest Page. 659
15
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Eny Winaryati1
1
Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Muhammadiyah Semarang
email: enie.weye@gmail.com
Abstrak
Kualitas lulusan sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran guru. Kualitas pembelajaran
dapat dievaluasi dari kompetensi pembelajaran guru Kompetemnsi pembelajaran guru meliputi:
ketrampilan instruksional, pengetahuan tentang isi, ketrampilan mengelola kelas, ketrampilan
berkomunikasi, pengetahuan tentang perkembangan siswa, tanggung jawab professional. Tujuan
pemnelitian ini adalah mengevaluasi 6 (enam) kiteria di atas. Hasil rekomendasi dari penelitian ini,
diharapkan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Responden penelitian adalah guru
IPA SMP, kepala sekolah dan siswa SMP di kota Semarang. Penelitian ini memberikan beberapa hasil
evaluasi pembelajaran guru IPA, yaitu: 1) Skor penilaian guru terhadap dirinya sendiri (self assesment)
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dari kepala sekolah (peer assesment). 2) nilai rendah lebih
didominanasi pada kemampuan guru dalam memotivasi, menggali dan meningkatkan potensi siswa. 3)
masih lemahnya guru dalam melakukan penelitian. Saran dari penelitian ini adalah: perlunya bagi
sekolah untuk mengadakan diskusi/workshop tentang psikologi pembelajaran dan penelitian.
Tabel 1. Enam (6) Ketrampilan Pembelajaran judul Teacher, self and peer evaluation of
Berkenaan Dengan Kompetensi Guru. lesson plans written by preservice teachers.
Nilai rendah pada item no 6 dan 9.
Jumlah Item nomer 6 berisi tentang kesesuaian bahan
No Variabel Indikator item materi pelajaran, kegiatan, sumber dan tugas
penilaian untuk kebutuhan kelompok serta pribadi
1. Ketrampian 12 12 item siswa. Item nomor 9 berisi pertanyaan tentang
instruksional indikator kemampuan guru meringkas pelajaran.
2. Pengetahuan 6 indikator 6 item Temuan ini menggambarkan bahwa
tentang isi pembelajaran IPA di SMP belum sepenuhnya
3. Ketrampilan 9 indikator 9 item melakukan pembelajaran yang
mengelola kelas mengakomodasi kepentingan siswanya. Guru
4. Keterampilan 6 indikator 6 item akan dapat mengetahui kebutuhan siswanya,
berkomunikasi bilamana siswa dilibatkan dalam
5. Pengetahuan 5 indikator 5 item pembelajaran. Melibatkan siswa dalam proses
tentang pembelajaran, menuntut guru agar memiliki
perkembangan ketrampilan dan kemampuan memotivasi
siswa siswa agar aktif.
6. Tanggung 9 indikator 9 item Persoalan di atas bila dihubungkan
jawab dengan pembelajaran IPA yang seharusnya
profesional adalah selalu mengkaitkannya dengan
fenomena alam dan realita persoalan yang
a. Ketrampilan Instruksional dihadapi siswa. Hal ini membutuhkan
Guru harus memiliki seperangkat penelitian baik di lapangan maupun di
kriteria berkenaan dengan keterampilan laboratorium. Campbell & Bohn, (2008: 1-
Instruksional. Keterampilan instruksional 36), menyampaikan bahwasanya pengalaman
adalah kategori yang paling spesifik dari di laboratorium, dilaksanakan sebagai usaha
perilaku mengajar. Nilai rata-rata ketrampilan reformasi dalam pendidikan ilmu
instruksional dari penelitian ini, tertera pada pengetahuan. Kegiatan ini lebih menekankan
gambar 1: pelibatan siswa dalam pengalaman belajar,
dengan difasilitasi melalui siswa terlibat dalam
Ketrampilan Instruksional penyelidikan pengalaman. Guru harus
5,00 memiliki kemampuan mengkaitkannya dengan
4,66
4,56 4,63perilaku belajar siswanya. Seperti yang
4,71 4,66
4,50 4,46 4,41 4,39 4,44 4,46 4,46 disampaikan Temiz1, Taar & Tan (2006:
4,39 4,37 4,39 4,44 4,29 4,20
4,10 4,24 4,19 4,07 4,32 1007-1027), dalam temuan penelitiannya
4,12
4,00 4,00 bahwa pembelajaran akan efektif, bilamana
3,50
guru melakukan umpan balik kekurangan dan
kelebihan siswanya.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
18
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
menyampaikan bahwa pembelajaran sains instruksi, bahwa siswa belajar terbaik ketika
dituntut untuk mengadopsi lima domain sains. guru mereka mengakomodasi perbedaan
Gibson, & Wallace (2006:44) dalam tingkat kesiapan mereka, kepentingan
menyampaikan dalam penlitiannya, perlu dan profil belajar mereka. Tidak semua anak
adanya kejelasan pemahaman siswa. belajar dengan cara yang sama. Subban (2006:
Memberikan penekanan siswa untuk belajar 935-947) menyampaikan bahwa kesadaran
secara aktif karena siswa butuh untuk belajar. gaya belajar yang berbeda adalah alat yang
Sebuah pedoman kerangka kerja penting untuk signifikan untuk memahami perbedaan dan
pendidikan sains di Amerika Serikat adalah membantu pengembangan siswa.
National Science Education Standard (NSES),
diterbitkan oleh Dewan Riset Nasional c. Ketrampilan Mengelola Kelas
(NRC,1996). NSES mengambil posisi bahwa Komponen-komponen keterampilan
jika mengajar harus siap dengan pemahaman, pengelolaan kelas ini secara umum ada dua
kebutuhan konten/isi yang kuat dan bagian, yaitu: 1) keterampilan yang
pengetahuan yang spesifik tentang konten/isi berhubungan dengan penciptaan dan
paedagogis. Hal ini memberikan gambaran pemeliharaan kondisi belajar; 2) keterampilan
bahwa seorang guru harus menguasai yang berhubungan dengan pengembangan
konten/isi tentang sains yang dibelajarkan kondisi belajar. Keterampilan yang pertama
kepada siswanya. Pengetahuan tentang isi, meliputi keterampilan sikap tanggap, membagi
dijabarkan dalam 6 indikartor. Hasil dari perhatian, pemusatan perhatian kelompok.
penelitian ini tertera dalam gambar 2 sebagai Ketrampilan suka tanggap ini dapat dilakukan
berikut: dengan cara memandang secara seksama,
gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan
Pengetahuan Isi memberi reaksi terhadap gangguan dan
kekacauhan. Termasuk keterampilan memberi
4,40 perhatian adalah visual (gambar/tulisan) dan
4,32 4,32 4,27 4,29
4,20 4,24 4,22 4,22 verbal (kata-kata) (Djamarah, 2006:186).
4,12 4,15 4,17
Keterampilan mengelola kelas
4,00 adalah keterampilan dalam menciptakan
3,90
3,88 dan mempertahankan kondisi kelas agar
3,80
terjadi proses belajar mengajar yang
3,60 optimal. Tujuan guru menguasai keterampilan
1 2 3 4 5 6 mengelola kelas adalah:1) mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab individu
Rata-rata Kepala Sekolah Rata-rata Guru IPA
maupun klasikal dalam berperilaku yang
Gambar 2. Grafik Rata-Rata Nilai sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang
Pengetahuan Tentang Isi sedang berlangsung; 2) menyadari kebutuhan
siswa; 3) memberikan respon yang efektif
Berdasarkan gambar diatas, nilai terhadap prilaku siswa. Hasil dari penelitian
terendah yang diberikan oleh kepala sekolah tentang keterampilan guru dalam mngelola
dan guru adalah pada item nomor 5, tentang kelas tertera dalam gambar sebagai berikut:
kemampuan guru dalam menolong siswa
menjawab pertanyaan mereka sendiri. Hal ini
memberikan suatu pemahaman bahwa guru Keterampilan Mengelola Kelas
masih belum menguasai persoalan yang
dihadapi oleh siswanya, seberapa jauh
penguasaan siswanya tentang isi pengetahuan 4,56 4,63 4,63
yang diberikannya. Dapat diartikan bahwa 4,44 4,44 4,49 4,44 4,46 Rata-rata
guru masih belum berhasil didalam 4,24 Kepala
menyampaikan pengetahuan kepada siswanya Sekolah
atau dengan kata lain guru belum memahami 1 2 3 4 5 6 7 8 9
isi pengetahuan sains secara komprehensif.
Tomlinson (2005: 262-269), seorang
ahli terkemuka di bidang ini, mendefinisikan Gambar 3. Grafik Rata-Rata Nilai Ketrampilan
Mengelola Kelas
19
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
20
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
22
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
23
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Muhamad Imaduddin1
1
Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Muhmmadiyah Semarang
email: muhamad.imaduddin89@gmail.com
Abstrak
Melihat cakupan materi mata pelajaran kimia yang luas tersebut, tentu saja diperlukan waktu
pembelajan kimia yang tidak singkat untuk mencapai ketuntasan belajar. Guru dituntut untuk
memaksimalkan pembelajaran padahal mata pelajaran kimia seharusnya tidak hanya diajarkan secara
teoritis tetapi juga praktis. Untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu tersebut, maka guru harus
dapat menyusun suatu bahan ajar efektif untuk pembelajaran. Modul merupakan salah satu jenis
bahan ajar serta sebagai media pembelajaran cetak. Cara dan gaya belajar merupakan kunci untuk
mengembangkan kinerja seseorang termasuk siswa di sekolah. Quantum learning mencakup aspek-
aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar modul menggunakan pendekatan
quantum learning diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan quantum
learning adalah perumusan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku). Wujud perumusan tersebut
diwujudkan dalam bentuk visi salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat).
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah antara lain bagaimana menyusun modul
Q-SETS sebagai bahan ajar kimia yang bermuatan quantum learning dan bervisi salingtemas, serta
adakah pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap
hasil belajar siswa. Aplikasi quantum learning bervisi salingtemas dalam modul Q-SETS dapat berupa
kegiatan pencarian gaya belajar diri sendiri, peta konsep, penemuan AMBAK melalui analisis SETS,
dan konsep TANDUR. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah
modul sebagai bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual,
auditorial, maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah.
Alternatif desain modul dapat berupa penyajian strategi pembelajaran dalam media cetak modul.
Penyajian strategi pembelajaran yang bermuatan quantum learning dan visi SETS terdiri dari:
pembelajaran pendahuluan, penyampaian materi pembelajaran, memancing penampilan, pemberian
umpan balik dan kegiatan tindak lanjut. Pembelajaran menggunakan modul Q-SETS berpengaruh
terhadap hasil belajar kimia siswa. Besarnya pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa sesuai
dengan koefisien korelasi sebesar 0,506 dan koefisien determinasi 25,56% dengan kriteria pengaruh
adalah sedang.
PENDAHULUAN
Salah satu mata pelajaran yang diperoleh Siswa sekolah menengah sesuai dengan KTSP
adalah kimia. Menurut Depdiknas (2003: 2) ilmu kimia mengkhususkan diri di dalam mempelajari
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Siswa
mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat
bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk
memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat
materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam
mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja. Mata pelajaran ini
merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang lain seperti kedokteran, geologi, teknik dan lain-
lain.
Melihat cakupan materi mata pelajaran kimia yang luas tersebut, tentu saja diperlukan waktu
pembelajan kimia yang tidak singkat untuk mencapai ketuntasan belajar. Kenyataannya, waktu
pembelajaran kimia di sekolah masih kurang, terutama untuk kelas X. Guru dituntut untuk
26
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
memaksimalkan pembelajaran padahal mata pelajaran kimia seharusnya tidak hanya diajarkan secara
teoritis tetapi juga praktis.
Untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu tersebut, maka guru harus dapat menyusun
suatu bahan ajar efektif untuk pembelajaran. Guru mempunyai wewenang yang besar dalam
menentukan materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menguasai dan
mengembangkan materi bahan ajar yang dibutuhkan oleh Siswa. Berkaitan dengan hal tersebut,
diperlukan pengembangan pembelajaran secara sistematis, terpadu dan terencana melalui bahan ajar
untuk membantu Siswa secara individual dalam menguasai tujuan-tujuan belajarnya secara tuntas.
Modul merupakan salah satu jenis bahan ajar serta sebagai media pembelajaran cetak.
Kendala penggunaan bahan ajar modul adalah sulitnya menarik perhatian Siswa untuk menggunakan
modul dalam belajar. Hal tersebut karena kurang menariknya penampilan, isi, maupun penyampaian
gagasan materi dalam suatu modul. Apalagi jika Siswa belum mengetahui cara dan gaya belajar yang
baik dan sesuai dengan dirinya. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam buku quantum
learning (2008: 110), cara dan gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja
seseorang termasuk Siswa di sekolah.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi (Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki. 2008:14). Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar modul menggunakan pendekatan
quantum learning diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar Siswa.
Selanjutnya, berkaitan dengan perumusan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) dalam quantum
learning, belajar kimia bukan hanya sebatas mempelajari secara teoritis yang bersifat hafalan saja,
tetapi lebih ditekankan pada penerapan-penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk selain memahami materi kimia juga perlu mengetahui keterkaitan
materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari, berupa penerapan dalam bidang teknologi dan juga
dampak bagi lingkungan maupun sosial masyarakat.
Kemajuan teknologi sering tidak diimbangi dengan kepedulian terhadap lingkungan sehingga
kita sering pula menjumpai kerusakan lingkungan akibat pengembangan teknologi. Peran guru untuk
menghasilkan para ilmuwan-ilmuwan yang dapat menghasilkan teknologi ramah lingkungan sangat
diperlukan. Salah satu caranya yaitu mengadakan pembelajaran kimia bervisi salingtemas (sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) atau SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
Dari uraian di atas, maka penyusunan bahan ajar dengan pendekatan quantum learning dan visi
salingtemas atau SETS sangat dipelukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan dan
merekayasa bahan ajar tersebut melalui pembuatan modul Q-SETS, serta mengetahui pengaruh
penggunaannya dalam pembelajaran.
Adapun rumusan masalah pada program penelitian ini adalah bagaimana menyusun modul Q-
SETS sebagai bahan ajar kimia yang bermuatan quantum learning dan bervisi salingtemas, serta
adakah pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap
hasil belajar siswa.
Tujuan dari program ini adalah menyusun modul Q-SETS dan mengetahui pengaruh penggunaan
modul Q-SETS pada materi pokok reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar Siswa.Luaran
yang diharapkan dengan adanya program ini ialah modul Q-SETS dapat digunakan sebagai bahan ajar
mandiri kimia, serta artikel hasil penelitian pengaruh penggunaan modul Q-SETS pada materi pokok
reaksi oksidasi dan reduksi terhadap hasil belajar kimia Siswa.
Kegunaan program ini antara lain 1) Bagi Siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik
Siswa terhadap pelajaran kimia dan meningkatkan pemahaman Siswa terhadap materi kimia
menggunakan modul Q-SETS. 2) bagi guru, memperoleh suatu variasi bahan ajar terhadap materi
kimia yaitu dengan menggunakan pendekatan quantum learning dan visi SETS. Lebih jauh lagi, guru
dapat ikut mengembangkan bahan ajar kimia. 3) Bagi peneliti, memperoleh pengalaman langsung
bagaimana berkolaborasi maupun memilih pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak
ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman. Peneliti akan mempunyai dasar-
dasar kemampuan mengajar dan kemampuan mengembangkan pembelajaran berbantuan modul dan
berbagai media pembelajaran lainnya.
27
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
TINJAUAN PUSTAKA
28
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
pendekatan lain. Meurut Binadja (2005a:2), dianjurkannya visi Salingtemas adalah karena sejumlah
kelebihan berikut:
1) Visi Salingtemas memberi peluang siswa untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan
berpikir dan bertindak berdasarkan analisis dan sintesis dengan memperhitungkan aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat
2) Visi Salingtemas memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan siswa untuk
menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan
Salingtemas secara kuat.
3) Visi Salingtemas memberi kesempatan pendidik dan siswa untuk mengaktualisasikan diri dengan
kelebihan Salingtemas.
Berdasakan hasil beberapa penelitian tentang Salingtemas atau SETS, menunjukkan integrasi
SETS dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa hasil penelitian yang
pernah dilakukan adalah:
1) Mulyani (2008) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang diberi
pembelajaran berpendekatan SETS menggunakan CD pembelajaran lebih baik daripada hasil
belajar kimia mengunakan pembelajaran dengan metode konvensional di SMA N 14 Semarang.
2) Nur Atmaningsih (2006) menunjukkan pengaruh positif pendekatan SETS dalam pembelajaran
kimia pokok bahasan zat radioaktif dan penggunaan radioisotop terhadap minat dan sikap siswa
kelas II SMA Negeri 1 Grinsing pada mata pelajaran kimia.
Aplikasi Quantum Learning dan Visi SETS pada Bahan Ajar Modul
1) Pencarian Gaya Belajar Diri Sendiri
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan
dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Cara menyerap informasi
dibedakan menjadi sistem identifikasi V-A-K (Visual-Auditorial-Kinestetik). (Bobbi DePorter,
2008: 122-136).
2) Peta Konsep
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep
tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994 dalam
Trianto, 2007: 159).
3) Penemuan AMBAK melalui SETS
Aplikasi AMBAK pada modul Q-SETS adalah menggunakan konsep salingtemas yaitu
mengaitkan antara sains, lingkungan, teknologi,dan masyarakat.
4) Konsep TANDUR
Kerangka perancangan pengajaran quantum learning di kelas atau quantum teaching dibuat
dengan menggunakan konsep TANDUR yaitu sebagai berikut :
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, tumbuhkan interaksi dengan siswa.
b. Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang muncul adalah cara
apa yang terbaik agar siswa memahami informasi.
c. Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis di
kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh.
29
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
d. Demonstrasikan
Sudah saatnya siswa mendemonstrasikan di hadapan guru dan teman.
e. Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa aku tahu bahwa aku tahu
ini!.
f. Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu
tugas . (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2008:88)
Materi Pokok Reaksi Oksidasi dan Reduksi Kaitannya dengan Aplikasi Quantum Learning dan
Visi SETS
Keterkaitan antarkonsep yang ada dalam materi pokok konsep reaksi oksidasi dan reduksi dapat
digambarkan dengan peta konsep sebagai berikut (Salirawati, dkk. 2007: 153).
REAKSI REDOKS
OKSIDASI REDUKSI
menaikkan menurunkan
melalui melalui melibatkan melalui melalui melibatkan
BILOKS
tatanama senyawa
Gambar 2. Peta konsep pohon jaringan: keterkaitan antarkonsep yang ada dalam materi pokok konsep
reaksi oksidasi dan reduksi
Keterhubungan antar unsur SETS merupakan suatu bentuk aplikasi dari rumus AMBAK Apa
Manfaatnya Bagiku dalam quantum learning. Contoh penerapan model analisis keterhubungan
antarunsur SETS dapat disajikan dalam peta konsep gambar 3.
Science
Konsep reaksi oksidasi dan
reduksi
Technology
Kembang api
Society Environment
- Lapangan pekerjaan bagi - Pengambilan bahan dari
pembuat dan penjual lingkungan
- Memeriahkan acara - Pencemaran lingkungan
- Dampak negatif: oleh limbah
menyebabkan kebakaran.
Gambar 3. Contoh model analisis keterhubungan antar unsur SETS berdasarkan pada
konsep sains reaksi oksidasi dan reduksi (kembang api).
30
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah jenis Control Group Pre Test-Post Test Design, yaitu
penelitian dengan melihat perbedaan pre test maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol (Arikunto, 2006: 87).
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Pelaksana Post tes
Eksperimen T1 X P T2
Kontrol T1 Y P T2
Keterangan:
X = diajar dengan modul Q-SETS (Pembelajaran quantum bervisi SETS)
Y = kelas kontrol (konvensional bersuplemen SETS)
Populasi adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pecangaan tahun pelajaran 2009/2010 yaitu
sebanyak 276 siswa yang tersebar dalam tujuh kelas yaitu kelas X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh kelas
X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Variabel bebas adalah bahan ajar
yang digunakan sebagai pedoman praktik pembelajaran. Pada kelas eksperimen, peneliti
menggunakan modul Q-SETS sebagai bahan ajar sehingga dalam praktik pembelajaran menggunakan
pembelajaran quantum learning bervisi SETS. Adapun kelas kontrol, menggunakan bahan ajar
konvensional dan suplemen SETS. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
dibatasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapaun analisis pada ranah afektif dan
psikomotorik digunakan teknik deskriptif. Metode pengambilan data penelitian ini adalah (1)
Metode Dokumentasi, (2) Metode Tes, (3) Metode Angket, dan (4) Metode Observasi (aspek afektif
dan psikomotorik). Untuk menganalisis uji coba instrumen maka dilakukan perhitungan terhadap (1)
Validitas (validitas konstruk, validitas isi dan validitas butir soal), (2) Reliabilitas (reliabilitas butir
soal), (3) Daya pembeda butir soal, (4) Tingkat Kesukaran Butir Soal. Soal-soal yang dipakai untuk
pre test dan post test adalah soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, daya beda, dan indeks
kesukaran. Berdasarkan analisis data uji coba soal diperoleh 35 soal layak pakai. Selanjutnya
dilakukan perbaikan terhadap soal-soal yang memungkinkan dapat dipakai kembali dan diperoleh soal
sebanyak 40 soal serta dianggap mampu mewakili ketercapaiaan masing-masing indikator dalam
pembelajaran. Metode analisis data yang digunakan dapat dilihat dalam tabel ini.
31
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Komponen pokok strategi pembelajaran dalam desain modul Q-SETS ini terdiri dari:
pembelajaran pendahuluan, penyampaian materi pembelajaran, memancing penampilan siswa,
umpan balik, dan tindak lanjut (Gafur, 1986: 95).
a) Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan (Pre-instructional Activities)
Kegiatan pendahuluan meliputi pemberitahuan tujuan, ruang dan lingkup materi (jika perlu
dibuatkan bagan atau peta konsep yang menggambarkan struktur atau jalinan antar materi).
Aplikasi quantum learning yaitu pencarian gaya belajar diri sendiri dapat diterapkan pada tahap
ini. Pada tahap ini pula dapat diberikan bagaimana kiat dalam belajar sesuai dengan gaya belajar.
Adapun desain pesan pembelajaran yang telah termuat dalam komponen strategi pembelajaran
tersebut adalah a) Kesiapan dan motivasi (Readness and Motivation), b) Penggunaan Alat Pemusat
Perhatian (Attention Directing Devices), c) Partisipasi Aktif Siswa (Students Active Participation), d)
Perulangan (Repetition), e) Umpan Balik (Feedback). Jika disajikan dalam bentuk matriks penerapan
muatan quantum learning, visi SETS, dan prinsip desain pembelajaran ke dalam lima komponen
strategi pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai
bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial,
maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Bagi siswa tipe
visual, mereka akan lebih mudah belajar apabila menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan
semacamnya. Sementara bagi siswa tipe auditorial, mereka akan lebih mudah belajar melalui
pendengaran atau sesuatu yang diucapkan. Sedangkan siswa tipe kinestetik, mereka akan mudah
belajar sambil melakukan kegiatan dan isyarat tertentu, misalnya membongkar dan memasang
kembali, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya.
32
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Tabel 4. Matriks Contoh rubrik modul Q-SETS, aspek QL dan Salingtemas, serta desain pesan ke
dalam komponen strategi pembelajaran
Komponen Desain
Contoh Rubrik dalam
No. Strategi Aspek QL dan Salingtemas Pesan
Modul Q-SETS
Pembelajaran
1. Kegiatan Ayo Belajar Gaya Pencarian gaya belajar diri Kesiapan
pembelajaran Belajar sendiri dan
pendahuluan Tips n Trick Tumbuhkan Motivasi
Deskripsi Awal (Apa Manfaat Bagiku)
Peta Konsep Materi Peta Konsep
2. Penyampaian Materi Alami Penggunaan
materi Pengalaman Belajar Namai alat pemusat
pembelajaran Kegiatan Praktikum Demonstrasikan perhatian,
SETS In Focus
Ulangi perulangan
Rangkuman
(Visi SETS Pada Materi)
3. Memancing Pengalaman Belajar Alami Partisipasi
penampilan Kegiatan Praktikum Namai aktif siswa,
siswa SETS In Focus Demonstrasikan pemberian
Soal Evaluasi
Ulangi umpan balik
(Kegiatan Analisis SETS)
4. Pemberian Kunci Jawaban Soal Ulangi Pemberian
umpan balik Evaluasi umpan balik
5. Kegiatan tindak Ayo Tahu Lebih Rayakan Partisipasi
lanjut Jauh! (Analisis SETS lanjutan) aktif siswa
Chem-is-story
Chem-is-song
Hasil uji normalitas dan kesamaan varians data akhir (data nilai pre test dan post test)
menyatakan bahwa kelas X3 (kelas eksperimen) maupun kelas X1 (kelas kontrol) berdistribusi
normal dan varians homogen. Hasil uji kesamaan dua rata-rata dan uji ketuntasan belajar dapat dilihat
dalam tabel 5 dan 6 berikut ini.
33
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Hasil untuk kelas eksperimen diperoleh estimasi rata-rata hasil belajar 73,67 < <80,33 dan
untuk kelas kontrol 67,24 < < 73,66. Oleh karena itu dapat diprediksi rentang skor hasil belajar
kelas eksperimen antara 73,67 80,33 dan kelas kontrol antara 67,24 73,66. Adapun peningkatan
hasil belajar yang terjadi pada kedua kelas pada kategori sedang.
Perhitungan nilai rb diperoleh harga sebesar 0,506 sehigga menunjukkan interpretasi adanya
pengaruh sedang dalam penggunaan modul Q-SETS terhadap hasil belajar kimia. Harga rb yang
diperoleh setelah diuji ternyata signifikan sehingga dapat ditentukan koefisien determinasi. Pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui sebesar r2 x 100%= 25,56%.
Hasil analisis terhadap aspek afektif dan psikomotorik dengan menggunakan metode
observasi diperoleh data sebagaimana disajikan dalam tabel 6 berikut ini.
Berdasarkan hasil analisis angket gaya belajar siswa yang diberikan pada kelompok siswa
dengan perlakuan quantum learning, diketahui bahwa 17 siswa memiliki kecenderungan modalitas
visual, 16 siswa memiliki kecenderungan modalitas audio, dan 7 siswa memiliki kecenderungan
modalitas kinestetik. Selain itu, diperoleh data bahwa 16 siwa cenderung memiliki dominasi otak
Sekuensial Konkret (SK), 12 siswa dengan modalitas Sekuensial Abstrak (SA), 8 siswa dengan
dominasi Acak Konkret (AK), dan 4 siswa dengan dominasi Acak Abstrak (AA).
Pembelajaran kelas dalam penelitian menggunakan modul Q-SETS dapat dijabarkan dalam
sebuah model komunikasi seperti pada gambar 4. Model komunikasi tersebut mencitrakan bahwa
pada dasarnya keberpengaruhan penggunaaan modul Q-SETS dalam menstransfer pesan guru kepada
34
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor gangguan. Pesan-pesan yang sudah diterjemahkan melalui
media modul Q-SETS belum mampu sampai seutuhnya kepada penerima pesan (siswa) karena
berbagai faktor dari sumber pesan (guru/peneliti), penerima pesan (siswa), maupun media itu sendiri.
By Design By Utilization
Gangguan
Umpan Balik
Gambar 4. Model Komunikasi Pembelajaran Kelas (Dimodifikasi sesuai dengan materi Tips
Pengembangan Media Pembelajaran sajian Dra. Eko Purwanti, M.Pd pada Workshop
pembuatan video pembelajaran PPMP Unnes 11-17 Mei 2010 ).
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
(1) Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain modul Q-SETS adalah modul sebagai
bahan ajar siswa harus mampu melayani kebutuhan siswa dengan modalitas visual, auditorial,
maupun kinestetik sehingga informasi dalam modul dapat diserap dengan mudah. Alternatif
desain modul dapat berupa penyajian strategi pembelajaran dalam media cetak modul. Penyajian
strategi pembelajaran yang bermuatan quantum learning dan visi SETS terdiri dari: kegiatan
pembelajaran pendahuluan (pre-instructional activities), penyampaian materi pembelajaran
(presenting instructional materials), memancing penampilan siswa (electing performance),
pemberian umpan balik (providing feedback) dan kegiatan tindak lanjut (follow up activities).
(2) Pembelajaran menggunakan modul Q-SETS berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.
Besarnya pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan koefisien korelasi sebesar
0,506 dan koefisien determinasi 25,56% dengan kriteria pengaruh adalah sedang. Pengaruh
terhadap aspek afetif dan psikomotorik ditunjukkan secara deskriptif melalui hasil rata-rata nilai
kelas eksperimen yang lebih baik dari pada kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Dinas Pendidikan BPTP Jabar. 2008. Modul
Semarang: Unnes Press. Penulisan Naskah Bahan Ajar.
Bandung: Balai Pengembangan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Teknologi Pendidikan.
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : I Wayan Santyasa. Metode Penelitian
Rineka Cipta. Pengembnagan dan Teori
Pengembangan Modul. Makalah
Atmaningsih, Nur. 2006. Pengaruh Disajikan dalam Pelatihan Bagi
Pendekatan SETS dalam Para Guru TK, SD, SMP, SMA,
Pembelajaran Kimia Pokok dan SMK Tanggal 12-14 Januari
Bahasan Zat Radioaktif dan 2009, Di Kecamatan Nusa Penida
Penggunaan Radioisotop kabupaten Klungkung.
Terhadap Minat dan Sikap Siswa
Kelas II SMA Negeri 1 Grinsing Kurnia, Setiawan. Quantum Learning.
pada Mata Peajaran Kimia. http://depdiknas.go.id/jurnal/34/e
Skripsi tidak diterbitkan. ditorial34 Diunduh tanggal 21
Semarang: Program Studi Agustus 2008.
Pendidikan Kimia, FMIPA
Unnes. Kustiono. 1998. Pengembangan Bahan Ajar.
Semarang: FIP UNNES.
Binadja, Achmad. 2005. Pedoman
Pengembangan Silabus Mulyani. 2008. Pengaruh Pembelajaran
Pembelajaran Berdasar Kimia Dengan Pendekatan SETS
Kurikulum 2004 Bervisi dan Menggunakan Media CD
Berpendekatan SETS (Science, Pembelajaran terhadap Hasil
Environment, Technology, Belajar Kimia Siswa SMA Negeri
Society) atau (Sains, Lingkungan, 14 Semarang. Skripsi tidak
Teknologi, dan Sosial). diterbitkan. Semarang: Program
Semarang: Laboratorium SETS Studi Pendidikan Kimia, FMIPA
Unnes Semarang. Unnes.
Abstract
Penyebab universal atas rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum diterima oleh
pendidik adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan
prakonsepsi peserta didik. Strategi POE (predict-observe-explain) digunakan untuk memperbaiki
miskonsepsi fisika pada peserta didik. Pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran dengan
strategi POE sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dengan
ceramah dan diskusi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata miskonsepsi kelompok eksperimen lebih
kecil dari rata-rata miskonsepsi kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bahwa strategi
POE (predict-observe-explain) dapat digunakan untuk memperbaiki miskonsepsi fisika.
PENDAHULUAN
Sadia dalam Wilantara (2003:2) menyebutkan bahwa penyebab universal atas masih
rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum diterima oleh para pendidik IPA adalah adanya
miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki peserta
didik. Menurut Howe dalam Sihite (2008) miskonsepsi pada peserta didik yang muncul secara terus
menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah, pembelajaran yang tidak memperhatikan
miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi
belajar. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah peserta didik diberi pengalaman belajar yang
menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam, pertentangan pengalaman baru
dengan konsep lama (prakonsep) akan menyebabkan koreksi konsepsi (Berg 1991:6). Penerapan
strategi pembelajaran yang memperhatikan prakonsepsi peserta didik dan memungkinkan terjadinya
koreksi konsep diyakini dapat memperbaiki miskonsepsi yang terjadi. Strategi POE secara khusus
melibatkan peserta didik dalam suatu situasi/masalah, peserta didik harus memberikan dugaan tentang
suatu peristiwa fisika sehingga prakonsepsi peserta didik dapat diketahui. Kemudian peserta didik
melakukan penyelidikan atas dugaannya, jika dugaannya berbeda dengan apa yang diamati, terjadi
konflik antara prediksi dan observasi, maka peserta didik mengalami perubahan konsep dari yang
tidak benar menjadi benar.
POE merupakan sebuah strategi yang sesui digunakan dalam pembelajaran IPA. Strategi ini
dapat digunakan untuk mengetahui prakonsepsi peserta didik, memberikan informasi tentang
pemikiran peserta didik, dan memotivasi peserta didik untuk menggali konsep (Palmer 1996).
Pembelajaran dengan POE menggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah yaitu memprediksi,
meneliti, dan menjelaskan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui bahwa strategi POE (predict-observe-explain)
dapat digunakan untuk memperbaiki miskonsepsi fisika pada sub pokok bahasan tekanan zat cair bagi
peserta didik kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal.
37
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
38
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
39
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
RPP guru mata pelajaran fisika. Materi, jam berhubungan besarnya sama tidak
pelajaran dan buku yang digunakan tidak tergantung kedalaman. Miskonsepsi peserta
berbeda dengan kelompok eksperimen. didik pada konsep hukum pascal antara lain
Guru menggunakan metode ceramah peserta didik menganggap bahwa gaya yang
dan diskusi dalam pembelajaran bekerja pada dua sisi bejana berhubungan
konvensional. Pada kegiatan inti penyajian yang tertutup sama karena tekanannya sama,
konsep dengan ceramah dan diskusi. tidak tergantung luas penampang.
Pembelajaran diakhiri dengan memberikan Miskonsepsi peserta didik pada konsep
soal latihan kemudian guru dan peserta didik hukum archimedes antara lain (a) peserta
melakukan diskusi membahas soal yang didik menganggap bahwa beban di dalam zat
diberikan. Kelemahan pembelajaran cair lebih ringan karena massa jenis sebuah
konvensional dibanding pembelajaran benda berbeda ketika di udara dan di dalam
dengan strategi POE adalah tidak adanya air, (b) berat benda dalam zat cair tidak
kegiatan penggalian prakonsepsi dan koreksi dipengaruhi massa jenis zat cair, (c) berat
konsep sehingga rata-rata miskonsepsi benda berbanding lurus dengan massa
kelompok kontrol lebih besar dari kelompok jenisnya, (d) volume zat cair yang
eksperimen. dipindahkan tidak mempengaruhi besarnya
Meskipun hasil analisis didapatkan gaya apung. Miskonsepsi peserta didik pada
bahwa strategi POE efektif memperbaiki konsep terapung, melayang, dan tenggelam
miskonsepsi peserta didik tetapi dalam antara lain (a) peserta didik menganggap
penelitian ini masih terdapat miskonsepsi bahwa benda berongga selalu terapung di
yang terjadi pada peserta didik di kelompok dalam air, (b) benda yang terbuat dari bahan
eksperimen. Hal ini antara lain karena sama akan selalu sama bila dimasukkan
miskonsepsi pada peserta didik sulit sekali dalam air, benda yang lebih berat dan lebih
diperbaiki seperti ungkapan Berg sebagai besar selalu tenggelam dalam air, (c) benda
salah satu ciri miskonsepsi. yang terbuat dari logam selalu tenggelam,
Rata-rata miskonsepsi pada (d) volume air mempengaruhi terapung,
kelompok eksperimen yang menggunakan melayang, atau tenggelamnya benda.
strategi POE sebesar 40,24 %, lebih kecil Hasil-hasil tersebut tidak jauh
dibanding kelompok kontrol yang berbeda dengan hasil penelitian Wilantara
menggunakan pembelajaran konvensional (2003) dimana ditemukan miskonsepsi-
sebesar 47,56 %. Seperti yang telah miskonsepsi peserta didik yang berkaitan
disebutkan Berg bahwa miskonsepsi sulit dengan konsep tekanan zat cair antara lain
untuk diperbaiki, sehingga masih terdapat (a) melayang, tenggelam dan terapung suatu
beberapa konsep yang sulit dipahami peserta benda dipengaruhi oleh berat benda, benda
didik. yang berat pasti akan tenggelam, (b) tekanan
Miskonsepsi terjadi pada hampir pada zat cair bersifat seragam semua tempat
semua konsep pada sub pokok bahasan memiliki tekanan yang sama besar, (c)
tekanan zat cair. Miskonsepsi peserta didik tekanan zat cair terbesar berada pada
pada konsep tekanan hidrostatis antara lain permukaan atas karena pada tempat tersebut
(a) peserta didik menganggap bahwa tekanan energi potensialnya maksimum, (d) gaya
pada zat cair tidak dipengaruhi massa apung (Archimedes) dipengaruhi oleh
jenisnya, (b) tekanan pada zat cair besarnya volume zat cair, (e) pada piston
dipengaruhi luas permukaan, (c) tekanan zat alat pengangkat mobil, luas penampang yang
cair berbanding terbalik dengan kedalaman, kecil akan menghasilkan tekanan zat cair
tekanan dipengaruhi besar energi. yang besar, tekanan ini dianggap sama
Miskonsepsi peserta didik pada konsep seperti tekanan pada zat padat.
bejana berhubungan antara lain (a) peserta
didik menganggap bahwa tekanan zat cair
dalam bejana berhubungan dipengaruhi luas
penampang pipa, (b) tekanan zat cair dalam
bejana berhubungan dipengaruhi volume zat
cair, (c) tekanan zat cair dalam bejana
40
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
SIMPULAN
Strategi POE dapat digunakan untuk
memperbaiki miskonsepsi Fisika pada sub
pokok bahasan tekanan zat cair bagi peserta
didik kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, dkk. 1992. Understanding and
Misunderstanding of Eight Gradient
of Five Chemistry Concept Found in
Text Book. Journal of Research in
Science Teaching. 29/2: 105-120.
Berg, Euwe Van Den. 1991. Miskonsepsi
Fisika dan Remidiasi. Salatiga:
Universitas Satya Wacana (UKSW).
Hsu, Liang Rong. 2003. Using The Predict-
Observe-Explain Strategy to Explore
Students Alternative Conceptions of
Combustibility. Department of
Natural Science Education, Natural
Taichung Teacher College.
Kim, Wong Teck. 2008. Keberkesanan
Penggunaan Strategi Predict-
Observe-Explain ke Atas Kerangka
Alternatif Pelajar dalam Tajuk Daya
Apung. Malaysia: UTM. Available at
www.ePusatSumber, Fakulti
Pendidikan UTM.mht [accessed
10/2/10]
Liew, Chong Wang. 1995 A Predict-
Observe-Explain Teaching Squence
for Learning about Students
Understanding of Heat and Expansion
of Liquids. Australian Science
Teacher Journal. 41/0045855.
Palmer, David. 1996. Assesing Students
Using The POE. Australian Primary
& Junior Science Journal. 12/3.
Sihite, Alex. 2008. Penggunaan Model
Pembelajaran Kontruktivisme dalam
Meminimalkan Miskonsepsi Siswa
untuk Mata Pelajaran Fisika.
Available at
http://media.diknas.go.id/media/docu
ment/5591.pdf)
Wilantara, I Putu Eka. 2003. Implementasi
Model Belajar Konstruktivis dalam
Pembelajaran Fisika untuk Mengubah
Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran
Formal Siswa. Singaraja: IKIP.
Available at
http://203.130.198.30//detail.php?id=2
54
41
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
Abstrak
Kompetensi yang harus dimiliki calon guru kimia yaitu meningkatkan pembelajaran kimia di
laboratorium dan lapangan, merancang eksperimen untuk keperluan penelitian, melaksanakan
eksperimen dengan cara yang benar. Untuk mencapai kompetensi calon guru kimia, peneliti ingin
meningkatkan kinerja calon guru pada matakuliah praktikum kimia fisika dengan menerapkan pedoman
kegiatan bervisi SETS. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum dengan menggunakan pedoman kegiatan bervisi-SETS. Penelitian
menggunakan metode kuasi eksperimen dan desain pre-test post-test menggunakan subyek 21
mahasiswa. Instrumen yang digunakan berupa angket dan lembar observasi. Kinerja tersebut dijaring
melalui obervasi dan rubrik selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil kinerja mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum menunjukkan adanya peningkatan pada kategori sangat tinggi.
PENDAHULUAN
memberi efek terhadap hasil belajar peserta
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan didik. Selain itu, pada pendekatan bervsis
untuk mencapai Standar Kompetensi Guru SETS menggunakan alat evaluasi belajar
dalam menerapkan hukum hukum kimia berbentuk pembuatan peper, artikel, proposal
dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari kegiatan sains, kegiatan eksperimen dan
adalah SETS (Science, Environment, pengembangan konsep dalam teknologi
Technology, and Society). Pendekatan SETS sederhana. Penilaian menurut Binadja (2006c)
diharapkan dapat mempermudah mahasiswa didasarkan pada kejelasan pada keterkaitan
dalam memahami materi pelajaran, sehingga secara jelas antara informasi pada masing-
mahasiswa dapat mencapai pemahaman yang masing unsur SETS yang dikembangkan oleh
kompeten, membantu mahasiswa untuk mahasisiwa.
memiliki kemampuan memandang sesuatu
Binadja (1999a) menyatakan bahwa
secara intregatif dengan memperhatikan
pengajaran SETS (Science, Environment,
keempat unsur SETS (Binadja, 2002b). Peran
Technology, and Society) dapat membuat
mahasiswa dalam pembelajaran SETS antara
mahasiswa melakukan penyelidikan untuk
lain: berusaha untuk selalu berwawasan SETS
mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dalam belajar, berfikir dan bertindak;
dengan sains, lingkungan, teknologi, dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
masyarakat yang saling berintegrasi. Kegiatan
berwawasan SETS; berfikir tentang cara
labalatorium dapat membangkitkan minat
memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh
belajar dan memberikan bukti-bukti bagi
melaui jalur SETS; selalu memiliki pikiran
kebenaran teori atau konsep-konsep yang telah
alternatif, produktif dan berwawasan SETS;
dipelajari mahasiswa sehingga teori atau
menerima masukan positif untuk
konsep tersebut menjadi lebih bermakna pada
meningkatkan kualitas belajar dan pembinaan
struktur kognitif mahasiswa (Winataputra,
karier berkenaan dengan bidang yang
1993; Johnstone dan A. Al- Shuaili,1999).
dipelajari. Hasil penelitian yang dilakukan
Yoruk (2009) menyimpulkan bahwa Praktikum membuat mahasiswa lebih
Pendidikan kimia bervisi-SETS akan dapat memperkaya pengalaman,
mengarahkan peserta didik untuk memilih mengembangkan sikap ilmiah, serta hasil
bidang karir masa depan dan belajar akan bertahan lebih lama dalam
ingatan mahasiswa (Rustaman, N, 2003).
42
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
VOLUME 01 NOMOR 01 OKTOBER 2013
disajikan analisis kinerja tiap aspek lebih terbiasa dalam melaksanakan kegiatan
dalam tiap percobaan. yang melatih keterampilan, sehingga
Tabel. 1. Analisis kinerja selama proses keterampilan proses sains dan hasil belajar
praktikum berlangsung mahasiswa secara tidak langsung menjadi
lebih baik.
Indikator Kinerja Percobaan Di samping itu, setelah mencermati
I II III hasil penelitian dan pembahasan secara
Keterampilan 15/19 15/16 8/8 kuantitas, kualitas dan waktu pembelajaran,
Menggunakan Alat dan penggunaan pedoman kegiatan bervisi-SETS
Bahan dalam pembelajaran materi elektrokimia telah
Keterampilan 3/7 4/4 2/2 berhasil menumbuhkan rasa tertarik
Mengamati mahasiswa pada pembelajaran kimia fisika,
Keterampilan 3/5 6/7 7/7 mengembangkan rasa percaya diri mahasiswa
Menafsirkan Pengamatan untuk mampu memecahkan permasalahan
Keterampilan 3/4 3/3 3/3 yang ada, meningkatkan rasa tanggung jawab
Menerapkan Konsep mahasiswa terhadap kelompoknya, serta
Total Pengamatan 24/35 28/30 20/20 mampu menumbuhkan rasa tertarik mahasiswa
Kategori Tinggi Sangat Sangat untuk lebih peduli kepada penerapan konsep
tinggi tinggi elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari.
Partisipasi mahasiswa dalam
Dari hasil analisis, dapat dilihat kelompok dirasakan juga lebih meningkat
bahwa rata-rata nilai kinerja tiap percobaan dibandingkan pada pembelajaran
mencapai nilai kategori tinggi menuju sangat konvensional. Hal ini dikarenakan
tinggi. Oleh karena itu telah terjadi pembelajaran menggunakan pedoman kegiatan
peningkatan kinerja mahasiswa setelah bervisi-SETS dilaksanakan melalui
penelitian. Hasil kinerja mahasiswa dalam pendekatan inkuiri porsi pembimbingan
melaksanakan praktikum menunjukkan adanya rendah, serta diskusi aplikatif dan kegiatan
peningkatan pada kategori sangat tinggi. Pada praktikum yang dilaksanakan oleh siswa
percobaan pertama, mahasiswa masih belum secara berkelompok. Pada kegiatan inkuiri
biasa menggunakan alat berupa multimeter porsi terbimbing rendah mahasiswa dilatuh
serta baru mengetahui tentang media agar-agar untuk mandiri dan mencari informasi dari luar
dalam jembatan garam sehingga terlihat belum kemudian disahkan oleh dosen. Kemandirian
percaya diri tampak pada hasil analisis kinerja ini menjadikan kuatnya solidaritas kelompok
menggunakan alat dan bahan tergolong lebih dengan pembagian tugas masing-masing,
rendah dibandingkan dengan percobaan dua mulai rangkaian alat, bon bahan dan alat. Pada
dan tiga yaitu 15/19. Selanjutnya terjadi pendekatan diskusi analisis SETS mahasiswa
peningkatan menjadi 15/16 dan pada proses dilatih untuk berbagi tugas dengan anggota
pengamatan dan hasil penafsiran pengamatan kelompok lain dalam menyelesaikan tugas
menghasilkan skor kinerja secara kseluruhan kelompok, membantu kesulitan mahasiswa
memiliki kategori tinggi. Hal ini dikarenakan lain dalam penyelesaian tugas, dan mahasiswa
pembelajaran menggunakan pedoman kegiatan menyampaikan hasil diskusi dan memberikan
bervisi-SETS melatih mahasiswa dalam tanggapan atas pertanyaan yang disampaikan
merencanakan penelitian untuk mendapatkan oleh mahasiswa dalam kelompok lain.
bukti dalam merespon pertanyaan, melakukan Mahasiswa lebih mencintai
percobaan, mengkomunikasikan prosedur dan pembelajaran kimia fisika, sehingga asumsi
penjelasan ilmiah, membuat hubungan antar bahwa kimia fisika sulit dan hanya
variabel, menjelaskan penyebab dari perisitiwa berhubungan dengan rumus dapat dihilangkan.
yang terjadi, menghubungkan kejadian atau Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian
peristiwa yang ada di sekitar mahasiswa Haryadi (2003) menyatakan bahwa
dengan konsep yang telah diterima dalam pembelajaran bervisi SETS dapat
proses pembelajaran, dan menjadikan hasil meningkatkan prestasi, minat dan motivasi
praktikum sebagai sumber ajar. Dengan belajar yang lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran ini, para mahasiswa menjadi pembelajaran konvensional. Menurut
Indihartati (2008) dan Baiti (2010) bahwa
Abstrak
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penggunaan pendekatan POE
pada pokok bahasan reaksi redoks bervisi SETS, terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1
Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan POE
pada pokok bahasan reaksi redoks bervisi SETS, terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1
Salatiga. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Salatiga tahun
pelajaran 2008/2009. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-5 sebagai kelas eksperimen
dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol. Teknik pemilihannya dengan cluster random sampling. Metode
yang digunakan dalam pengambilan data adalah dokumentasi dan tes. Hasil penelitian diperoleh rata-
rata hasil belajar kelas eksperimen 88, sedangkan kelas kontrol 81. Untuk aspek psikomotorik rata-
rata nilai siswa sebesar 96 dan afektif sebesar 85. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan pendekatan POE bervisi SETS berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.
Kata Kunci : Pendekatan POE, Visi SETS, Hasil Belajar
strategi, model, atau metode pembelajaran alternatif solusi dalam meningkatkan hasil
inovatif. belajar siswa SMA N 1 Salatiga yaitu melalui
Pendekatan pembelajaran POE pendekatan POE.
(Predict-Observe-Explain) merupakan suatu
cara mengolah materi IPA dengan rumusan METODE PENELITIAN
pertanyaan dari guru sehingga siswa Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis
melakukan prediksi, melakukan quasi eksperimen. Waktu pelaksanaan
pengamatan/percobaan untuk menjawab penelitian dilakukan pada bulan Maret- Mei
pertanyaan tersebut, kemudian menjelaskan tahun 2009.
hasil pengamatan/percobaan terkait dengan Populasi dalam penelitian adalah
prediksi yang mereka buat sebelumnya. seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Salatiga
Rustanto dalam Nawangsari (2005) tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 362
menyatakan pendekatan POE menantang siswa. Berikut ini adalah tabel jumlah populasi
siswa untuk berpikir dan memberikan kelas X SMA N 1 Salatiga.
kepuasan tertentu apabila prediksi siswa Penentuan sampel dalam penelitian ini
ternyata sesuai dengan hasil pengamatan. dengan menggunakan teknik cluster random
Penelitian dari Raminah (2008) menunjukkan sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
bahwa penggunaan pendekatan POE mampu kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas
meningkatkan ketuntasan belajar secara X-1 sebagai kelas kontrol.
klasikal yaitu sebesar 89 % dengan rata- rata Metode pengumpulan data dilakukan
nilai 74. SETS (Science, Environment, dengan empat cara, yaitu metode dokumentasi
Technology, Society) merupakan visi baru untuk mendapatkan data awal berupa nama
dalam dunia pendidikan, dengan visi ini siswa dan hasil ulangan semester, metode tes untuk
tidak hanya mengkaji suatu materi dari sisi mendapatkan hasil belajar kognitif siswa,
ilmu pengetahuan saja tetapi juga pengaruhnya metode observasi untuk mendapatkan data
bagi lingkungan, kehidupan sosial manusia, nilai psikomotorik dan nilai afektif, dan
dan penerapannya dalam bidang teknologi. metode angket untuk mengetahui pendapat
Penggunaan SETS terbukti efektif dalam siswa tentang pelaksanaan pembelajaran.
pembelajaran, terbukti dari penelitian yang Instrumen dalam penelitian ini terdiri
dilakukan Nimah (2004) di SMK N 3 atas silabus, rencana pelaksanaan
Purworejo menunjukkan hasil belajar kimia pembelajaran, lembar observasi afektif dan
siswa kelompok eksperimen menggunakan psikomotorik, bahan ajar atau materi ajar,
SETS mendapatkan rata-rata 8,23 sedangkan lembar kerja siswa, soal post test yang
kelas tanpa SETS 6,72. Penelitian lain yang validitasnya didapatkan dari pakar (expert
dilakukan Purwaningsih (2005) di SMA validity), dan soal-soal post test validitas
Muhammadiyah 1 Semarang terjadi didapatkan dari perhitungan setelah dilakukan
peningkatan hasil belajar siswa yang uji coba pada siswa kelas XII-IPA 4.
dibelajarkan dengan SETS dari rata-rata hasil Desain yang digunakan dalam
belajar 6,79 menjadi 7,07. penelitian ini adalah control group pre test-
SMA Negeri 1 Salatiga merupakan post test design.
salah satu SMA di kota Salatiga yang telah
menerapkan KTSP dan merupakan salah satu HASIL DAN PEMBAHASAN
rintisan sekolah bertaraf internasional Hasil Analisis Tahap Awal
memiliki input siswa yang baik. Pembelajaran Analisis tahap awal digunakan data
kimia, yang dilakukan selama ini masih nilai ujian akhir
kurang memberi penekanan pada aspek semester. Analisis tahap awal
aplikasi, analisis, evaluasi dan sintesis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
merupakan ciri dari kemampuan kritis-kreatif, Perhitungan hasil uji normalitas terangkum
untuk itulah diperlukan adanya pendekatan pada tabel 2. Homogenitas diuji dengan uji
alternatif yang dapat digunakan di dalam dan Bartlett. Perhitungan mendapatkan hasil
di luar kelas, memiliki daya tarik yang cukup hitung = 12,8 dan 2tabel = 16,92 untuk = 5
tinggi, sesuai dengan materi yang %, dan dk = 4-1 = 3. Karena hitung < 2tabel
disampaikan, dan mampu meningkatkan maka dapat disimpulkan bahwa populasi
kemampuan kritis-kreatif siswa. Berdasarkan tersebut homogen dan pengambilan sampel
uraian tersebut, penulis berusaha memberikan
dapat dilakukan dengan teknik cluster random yang dilakukan diperoleh harga rb sebesar
sampling.
Hasil Analisis Tahap Akhir 0,54. Harga rb tersebut secara umum agak
Analisis tahap akhir berdasarkan pada rendah, akan tetapi secara khusus hubungan
hasil belajar kimia siswa yang disajikan dalam antara pendekatan POE bervisi SETS dengan
Tabel 1. hasil belajar kimia redoks siswa belum dapat
Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa ditentukan karena belum ada pembanding.
Rata-Rata Harga koefisien determinasi adalah 100 r2 %,
Kelas n
Pretest Posttest harga rb sebesar 0,54 sehingga harga
Eksperimen 37 29 88 koefisien determinasi sebesar 29%.
(X-5) Hasil belajar afektif diketahui dari
Kontrol 38 46 82 hasil observasi perilaku siswa ketika proses
(X-1) pembelajaran berlangsung.
Nilai afektif siswa diperoleh dari
Analisis tahap akhir meliputi uji normalitas, jumlah skor tiap aspek dibagi dengan skor
uji kesamaan dua varians, uji hipotesis dan total. Pada kelas eksperimen, rata-rata nilai
analisis deskriptif data hasil belajar aspek afektif siswa mencapai 96, hasil ini termasuk
afektif dan psikomotorik. . Uji hipotesis dalam kriteria sangat baik. Sedangkan pada
pendekatan POE bervisi SETS meliputi uji kelompok kontrol, rata-rata nilai afektif siswa
perbedaan dua rata-rata, uji ketuntasan hasil 96 dan termasuk dalam kriteria sangat baik.
belajar, uji korelasi, dan uji koefisien Hasil observasi aktivitas siswa
determinasi. digunakan untuk mengetahui kemampuan
Hasil uji normalitas nilai pretest dan psikomotorik siswa.
posttest terangkum dalam tabel4. Karena Observasi dilakukan pada awal
2hitung < 2tabel maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran. Pada kelas eksperimen, rata-rata
data tersebut berdistribusi normal. nilai psikomotorik siswa mencapai 94, hasil
Uji kesamaan 2 varians untuk nilai ini termasuk dalam kriteria sangat baik.
pretest diperoleh Fhitung (1,65) < Ftabel (1,93), Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata
sedangkan untuk nilai posttest diperoleh Fhitung nilai psikomotorik siswa 95 dan termasuk
(1,65) < Ftabel (1,93) yang berarti bahwa kedua dalam kriteria sangat baik.
kelompok mempunyai varians yang sama.
Uji perbedaan dua rata-rata untuk PEMBAHASAN
nilai posttest diperoleh thitung (3,52) > ttabel Berdasarkan masalah yang teridentifikasi
(1,99) yang berarti bahwa kelompok pada observasi awal peneliti berusaha untuk
eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. mengetahui pengaruh pendekatan POE bervisi
SETS terhadap hasil belajar kimia siswa.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Dengan data nilai UAS digunakan uji
dan Posttest normalitas dan homogenitas. Karena populasi
Kelompok Data hitung tabel berdistribusi normal dan homogen maka
teknik cluster random sampling dapat
Eksperimen Pre test 4,93 7,81
dilakukan. Pemilihan kelas eksperimen yaitu
Post test 6,00 7,81
kelas X-5 memang murni dilakukan secara
Kontrol Pre test 4,78 7,81
random, namun untuk kelas kontrol, pemilihan
Post test 6,64 7,81 dilakukan atas rekomendasi guru pembimbing.
Hal ini dilakukan karena kelas X-1 adalah
Uji ketuntasan hasil belajar, pada salah satu kelas unggulan sehingga guru
kelompok eksperimen diperoleh ketuntasan merasa bahwa peneliti tidak akan terlalu
sebesar 100% dengan rata-rata nilai adalah 88. kesulitan menghadapi siswa dalam proses
Ketuntasan kelas kontrol sebesar 92 % dengan penelitian.
rata-rata nilai adalah 82. Penelitian dilakukan sejak bulan
Uji korelasi digunakan untuk Maret hingga Mei 2009. Pelaksanaan
mengetahui adanya hubungan antara kegiatan pembelajaran untuk kelas ekperimen maupun
belajar menggunakan pendekatan POE bervisi kontrol dilakukan sebanyak 13 kali pertemuan.
SETS dengan hasil belajar kimia siswa Pre test dilakukan pada pertemuan pertama
menggunakan korelasi biseri. Perhitungan
baik untuk kelas ekperimen maupun kelas dihasilkan selama diskusi tersebut dalam
kontrol. Pertemuan kedua, siswa kelas bentuk makalah kelompok.
eksperimen melakukan praktikum reaksi 2. Melakukan pengamatan (observe)
redoks pencoklatan pada buah dan makanan Setelah siswa melakukan prediksi,
kadaluarsa, sedangkan kelas kontrol kemudian siswa diminta untuk mengamati
melakukan praktikum pencoklatan pada buah. secara seksama proses dan hasil perubahan itu.
Pembelajaran di kelas eksperimen Kegiatan pengamatan dapat dilakukan
menggunakan pendekatan POE bervisi SETS terhadap kegiatan demonstrasi ataupun
sedangkan pembelajaran di kelas kontrol praktikum sedangkan untuk sub topik konsep
menggunakan pendekatan konvensional redoks, bilangan oksidasi dan tata nama
bervisi SETS. senyawa pada tahap ini siswa diminta untuk
Secara ringkas penerapan pendekatan mengamati secara cermat permasalahan yang
POE pada materi reaksi redoks bervisi SETS ada lalu siswa diminta melihat kembali
dilaksanakan melalui tiga tahap sebagai prediksi awal mereka, mengamati dan
berikut: memahami konsep sains yang telah diterima
1. Membuat prediksi (predict) dan fakta yang ada di lapangan serta
Untuk kegiatan praktikum siswa kemungkinan adanya dampak yang timbul dari
dihadapkan pada kasus perubahan warna pada permasalahan yang ada dalam kehidupan
apel yang telah dikupas lalu diminta untuk siswa dalam kelompok mereka. Hasil
memprediksi apa yang akan terjadi jika pengamatan kemudian ditulis di lembar kerja
dilakukan perubahan terhadap situasi yang sudah disediakan.
tersebut(misal terhadap apel yang telah telah 3. Membuat penjelasan (explain)
dikupas kulitnya lalu dibiarkan diudara Pada tahap ini siswa menyesuaikan
terbuka, dengan apel yang telah direndam prediksi dan pengamatan mereka. Kemudian
dalam larutan garam dan apel yang telah siswa diminta menuliskan jawaban atau
direndam didalam larutan vitamin C). Selain simpulan yang sebenarnya dalam lembar kerja
itu siswa juga diminta untuk mengamati reaksi siswa. Pada tahap ini juga siswa diharapkan
redoks yang terjadi pada makanan kemasan dapat mencari solusi terhadap masalah-
yang telah kadaluarsa. Siswa hendaknya masalah yang timbul dari persoalan-persoalan
merasa mampu dan didorong untuk yang ada dalam kehidupan mereka.
mengambil resiko dalam membuat Selain itu siswa juga diminta untuk
prediksinya, jawaban benar atau salah tidak menyebutkan dan menjelaskan perbedaan-
lagi relevan. Hasil prediksi ditulis di lembar perbedaan antara hasil yang mereka harapkan
kerja praktikum yang sudah disediakan. dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Tugas
Penerapan pembelajaran dengan guru selanjutnya adalah memberikan
pendekatan POE di kelas dengan sub topik penjelasan kepada siswa untuk menyamakan
konsep redoks, bilangan oksidasi dan tatanama pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
senyawa menurut IUPAC siswa dalam sains yang mungkin berbeda dengan apa yang
kelompok-kelompok kecil diberi lembar kerja mereka harapkan. Ketika pemahaman siswa
POE (predict-observe-explain) materi reaksi telah didapat, lalu guru dapat mulai
redoks bervisi SETS yang berisi soal-soal memberikan siswa latihan soal untuk
cerita dan juga latihan soal mandiri berkaitan meningkatkan keterampilan mereka pada
dengan materi yang telah disampaikan dan aspek kognitif.
juga tentang masalah yang ada di lingkungan Pembelajaran baik di kelas
siswa lalu siswa diminta untuk berdiskusi eksperimen maupun di kelas kontrol
menentukan prediksi mengenai reaksi apa menggunakan lembar kerja siswa bervisi
yang berkaitan dengan soal tersebut. SETS berisi masalah-masalah yang
Sedangkan untuk sub topik aplikasi reaksi mengaitkan konsep materi dengan
redoks dalam kehidupan sehari-hari siswa penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
diberi lembar diskusi POE bervisi SETS untuk Masalah yang dijadikan sebagai fokus
berdiskusi menentukan permasalahan yang ada pembelajaran diselesaikan siswa melalui kerja
di lingkungan mereka sesuai dengan konsep kelompok sehingga dapat memberi
sains yang telah mereka pelajari yang pengalaman-pengalaman belajar yang
selanjutnya mereka rangkum prediksi yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan
interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
pemecahan masalah seperti membuat eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.
hipotesis, merancang percobaan, melakukan Pengujian selanjutnya adalah
penyelidikan, mengumpulkan data, menjawab hipotesis dengan uji korelasi
menginterpretasikan data, membuat biserial untuk mengetahui adanya pengaruh
kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, variabel, dalam penelitian ini yaitu pengaruh
dan membuat laporan. Hasil LKS didiskusikan pendekatan POE pada pokok bahasan reaksi
tiap dua minggu sekali untuk dievaluasi siswa redoks bervisi SETS terhadap hasil belajar
dan guru. siswa SMA Negeri 1 Salatiga. Setelah
Bedanya untuk siswa di kelas dianalisis, diperoleh hasil besarnya koefisien
eksperimen langsung berinteraksi dengan korelasi biserial adalah 0,54 yang jika
bahan sedangkan siswa di kelas kontrol hanya diinterpretasikan ke dalam koefisien korelasi
diberikan lembar diskusi. Diskusi kelas baik menunjukkan adanya hubungan yang agak
kelas eksperimen maupun kontrol dilakukan rendah. Untuk mengetahui pengaruh ini
tiga jam pertemuan. signifikan atau tidak, dilakukan uji signifikansi
Presentasi LKS baik dikelas dengan menggunakan uji t. Hasil perhitungan
eksperimen maupun di kelas kontrol dilakukan diperoleh nilai thitung(3,52)> ttabel(1,99), yang
pada pertemuan terakhir sebelum post test berarti bahwa pendekatan POE bervisi SETS
karena waktu yang tidak memungkinkan. pada pokok bahasan reaksi redoks
Kelas kontrol diberikan pengajaran mempengaruhi hasil belajar siswa.
menyesuaikan kelas yang lain yaitu Hasil perhitungan koefisien
pengajaran konvensional diselingi tanya jawab determinasi menunjukkan harga 29%, hal ini
dan diskusi kecil dengan menggunakan LKS berarti pendekatan POE bervisi SETS pada
reaksi redoks bervisi SETS, dengan jumlah pokok bahasan reaksi redoks dapat
alokasi waktu sama dengan kelas eksperimen. menjelaskan 29% hasil belajar yang diperoleh
Post test dilakukan pada pertemuan ketiga siswa, sedangkan 71% dijelaskan oleh faktor
belas. lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini,
Selama proses pembelajaran, siswa karena dalam pembelajaran banyak faktor
diberi kesempatan untuk memperhatikan yang mempengaruhi hasil belajar antara lain
daftar bahan kimia yang ada dalam makanan materi, tujuan pembelajaran, metode
yang mereka konsumsi. Siswa diminta pembelajaran, serta sarana dan prasarana. Hal
membawa pembungkus makanan yang telah ini berarti 71% hasil belajar dipengaruhi oleh
mereka makan. Hal ini menarik karena dengan faktor-faktor lain tersebut. Persentase
ini, guru dapat memantau pola makan siswa ketuntasan belajar siswa pada kelompok
sekaligus memberi informasi tentang apa yang eksperimen secara klasikal sebesar 100%
baik dan buruk mengenai kimia makanan. dengan nilai rata-rata 88, sedangkan pada
Pada awalnya siswa memang terlihat tidak kelompok kontrol sebesar 92% dengan nilai
terbiasa, tetapi kemudian siswa menjadi rata- rata 82. Pencapaian ketuntasan minimal
tertarik dengan pembelajaran kimia. yang ditetapkan sekolah terjadi di kedua kelas.
Ketertarikan mereka muncul karena ternyata Siswa di kelas kontrol yang tidak tuntas
kimia berkaitan juga dengan kehidupan dikarenakan beberapa hal. Faktor kesehatan
mereka. Pada akhirnya siswa menjadi antusias dan minat siswa menjadi penyebabnya. Kelas
dengan pembelajaran yang ada. eksperimen mencapai ketuntasan 100%
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan
data hasil belajar kognitif siswa kelompok POE bervisi SETS pada pokok bahasan reaksi
eksperimen dan kontrol yang selanjutnya redoks efektif digunakan sehingga mampu
digunakan dalam analisis data. Analisis data mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
tahap akhir menunjukkan bahwa kedua (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Jika
kelompok memiliki distribusi normal. Selain nilai normalized gain <g> dihitung, diperoleh
itu, uji perbedaan dua rata-rata data hasil post N-gain kelompok eksperimen sebesar 0,84,
test kelompok eksperimen dan kontrol sedangkan kelompok kontrol sebesar 0,66.
dilakukan untuk melihat kelompok eksperimen Kelompok eksperimen mengalami
lebih baik daripada kontrol. Hasilnya peningkatan dengan kriteria tinggi sedangkan
diperoleh t hitung (3,52) t (1 )( n1n 22) (1,99) , kelompok kontrol mengalami peningkatan
sedang.