Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua jenis makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan
pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif melalui
membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain
termasuk kontraksi otot. Hewan berbeda dengan tumbuhan karena
kemampuannya untuk bergerak dengan cepat dan gerak cepat pada hewan
sering dihubungkan dengan otot. Pada makalah ini, fokus perhatian kita adalah
otot. Dalam makalah ini akan dideskripsikan otot sebagai alat gerak, sifat dan
struktur otot.

B. Batasan Masalah
1. Deskripsi otot sebagai alat gerak.
2. Deskripsi sifat-sifat otot.
3. Deskripsi Struktur otot.

C. Tujuan
1. Dapat memahami sifat dan struktur otot.
2. Dapat memahami sistem gerak hewan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Otot sebagai Alat Gerak


Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Hewan berbeda dengan
tumbuhan karena kemampuannya untuk bergerak dengan cepat dan gerak cepat
pada hewan sering dihubungkan dengan otot (Soewolo, 2000 : 45). Jaringan otot
yang mencapai 40-50 % berat tubuh. Pada umumnya tersusun dari sel-sel
kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan
pergerakan dan melakukan pekerjaaan. Pada tubuh hewan, otot merupakan alat
gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif.

1. Otot Invertebrata
Dalam Soewolo (2000:52-53) Invertebrata telah memiliki otot lurik maupun
otot polos dengan banyak variasi.
a. Bivalvia
Bivalvia atau kerang memiliki dua macam tipe otot, yaitu: (1) otot lurik yang dapat
berkontraksi dengan cepat yang memungkinkan kerang dapat mengatupkan
cangkangnya dengan cepat bila ada gangguan, (2) otot polos yang mampu
melakukan kontraksi dengan lambat dan berlangsung lama. Kini diketahui bahwa
otot retraktor (otot penutup cangkang) memanfaatkan hanya sedikit energi
metabolik dan membutuhkan sedikit impul untuk melaksanakan aktivitasnya.
b. Serangga
Otot terbang pada serangga berlawanan dengan otot pada bivalvia. Sayap pada
beberapa jenis lalalt kecil dapat bergerak dengan frekuensi lebih dari 1000 kali
tiap detik. Otot pada sayap disebut otot fibrilar, otot itu tidak langsung melekat
pada sayap, melainkan pada dinding toraks. Serabut otot vertikal yang
berkontraksi menyebabkan otot toraks turun berkat adanya titik tumpu yang
dibentuk oleh dinding lateral toraks. Sehingga menyebabkan sayap bergerak
keatas. Ketika berkontraksi akan memperpendek toraks pada arah
anteroposterior ini akan meninggikan toraks dan menurunkan sayap.

2
2. Otot Vertebrata
Pada beberapa hewan seperti kuda memiliki otot kutaneus yang terdapat
diantara kulit dan permukaan fasial yang membungkus otot-otot skeletal. Otot
tersebut melekat pada kulit dan bertanggungjawab utuk kerakan kulit. Bila
terdapat lalat yang hinggap pada tubuh kuda, otot kutaneus mampu
menggoyangkan atau menggerakkan kulit dengan maksud untuk mengusir lalalt
tersebut (Frandeson, 1992 : 288).
Keunikan juga ada pada kangguru seperti halnya kangguru merah. Kangguru
ini memiliki otot jantung yang besar yang memiliki banyak mitokondria sama
kekuatannya dengan hewan mamalia atletik berplasenta seperti anjing, kuda.
Kanguru merah memiliki massa otot yang cukup besar , sekitar 50 % dari total
massa tubuhnya dan sebagian besar terletak di sekitar panggul dan tungkai
depan. Gaya gerak untuk kedua bentuk gerak , ` berjalan ' dan melompat ,
disediakan oleh daerah ini . cara berjalan adalah bipedal , dan karakteristik alat
pergerakan yang tidak biasa pada marsupial ini tampaknya hanya perpanjangan
dari kerangka / pola energik dasar otot mamalia. Evolusi pola seperti ini jelas
mendahului perbedaan dari marsupial dan plasental sebelum 125 juta tahun
yang lalu (Dawson, 2004).
B. Sifat-Sifat Otot
Wulangi (1993 : 68-75) menyatakan bahwa otot memiliki 5 sifat, yaitu :
1. Otot memiliki kemampuan berkontraksi dan berelaksasi
Kontraksi otot terjadi apabila otot menerima rangsangan. Kontraksi otot dikenal
dengan penegangan otot. Dikenal dua macam kontraksi otot yaitu Isotonik dan
Isometrik.
Kontraksi isotonik adalah penegangan otot yang mengakibatkan otot mengalami
pemendekan. Contohnya adalah orang yang mengangkat beban tidak terlalu
berat sehingga beban terangkat. Kontraksi isometrik adalah timbulnya
penegangan otot tanpa mengalami pemendekan. Contohnya adalah bila orang
mengangkat beban terlalu berat sehingga beban tidak terangkat. Pada umumnya
kotraksi isometrik digunakan untuk mengetahui panas yang timbul di dalam otot.
2. Elastisitas dan kekenyalan

3
Setelah mengalami pengembangan atau perpanjangan, otot mampu kembali
pada bentuk dan ukuran semula. Contohnya, rahim yang berisi janin menjadi
mengembang dan jika janin telah keluar, rahim dapat kembali seperti ukuran
semula.
3. Kepekaan terhadap rangsangan atau iritabilitas
Otot mampu mengadakan tanggapan atau respon apabila otot dirangsang. Ada 4
macam bentuk rangsangan yaitu : Mekanik (pijitan, pukulan), Kimia (larutan
asam dan larutan garam), panas dan listrik (arus listrik yang diberikan terhadap
otot atau saraf). Diantara keempat itu yang sering digunakan adalah rangsangan
listrik. Bila otot jantung dirangsang, seluruh ototnya akan berkontraksi secara
maksimal. Hal ini menggambarkan azas semua atau tidak atau dengan kata
lain setiap kontraksi mencapai maksimal bila diberi rangsang. Azas ini juga
berlaku untuk serabut otot.
4. Sifat otot dapat mengalami kecapaian atau fatigue
Yaitu suatu keadaan yang ditandai oleh menurunnya kepekaan dan kemampuan
menegang apabila otot dirangsang secara terus menerus dengan intensitas
rangsang yang sama besar dengan frekuensi 1 rangsang perdetik maka pada
suatu saat otot mengalami kehilangan kemampuan untuk kontraksi. Faktor lain
yang dapat menimbulkan kecapaian adalah aktivitas yang berlebihan, kurng gizi,
gangguan pada sisstem peredaran darah, pernafasan, endrokrin, dan sikap
tubuh yang tidak betul.
5. Otot dapat membesar (Hipertrofi)
Bila otot melakukan kerjaberat secara terus menerus, otot akan membesar yang
disebut dengan hipertrofi. Otot yang mengalami hipertrofi diamater serabut
ototnya meningkat dan jumlah zat didalam otot jugs bertambah. Sebaliknya, otot
yang tidak digunakan menjadi kecil ( Atropi).

c. Struktur otot
Otot pada vertebrata dibedakan menjadi 3 jenis : (1) otot rangka, (2) otot
polos, dan (3) otot jantung.

4
1. otot rangka
Unit struktural jaringan otot ialah serat otot. Serat otot rangka berdiameter
0,01-0,1 mm dgn panjang 1-40 mm. Besar dan jumlah jaringan, terutama
jaringan elastik, akan meningkat sejalan dengan penambahan usia. Setiap 1
serat otot dilapisi oleh jaringan elastic tipis yg disebut sarcolemma. Protoplasma
serat otot uang berisi materi semicair disebut sarkoplasma. Sarkolema yang
dibungkus oleh endomesium yaitu jaringan ikat yang banyak mengandung
serabut kolagen, reticulum dan elastin. Beberapa serabut tunggal akan
bergabung menjadi satu berkas yang disebut fasikulus. Fasikulus dibungkus oleh
jaringan ikat yang disebut perimesium. Seluruh fasikulus dibungkus secara
bersama sama oleh epimesium menjadi sebuah berkas yang biasa kita sebut
sebagai otot. Endomesium, perimesium dan epimesium bergabung bersama
membentuk tendon atau urat untuk melekatkan otot pada tulang atau jaringan
yang lain. Otot rangka diinervasi oleh system saraf somatic ( system saraf
sadar)(Soewolo,2000:55).

Bila kita memisahkan satu sel otot dari fasikulusnya maka dapat dilihat
bahwa di dalam sel otot tersebut terdapat beratus-ratus serabut halus yang
tersusun sejajar dan homogen, yang dikenal dengan nama myofibril.
Bila diamati lebih lanjut akan nampak bahwa di dalam setiap myofibril terdapat
miofilamen tebal dan miofilamen tipis yang tersusun sejajar namun tidak
homogen, sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang myofibril.
Pita gelap disebut sebagai pita A ( A=Anisotropik ), merupakan bagian
yang ditempati filament tebal dan tipis. Ditengah-tengah pita A terdapat daerah
yang agak terang, disebut sebagai zona H (H= Heller yang berarti cahaya). Pita
H merupakan bagian dari myofibril yang dibangun oleh miofilamen tebal. Pita
yang terang disebut pita I ( Isotropik ), yang ditengahnya terdapat garis
berbentuk gambaran garis Z (Z= Zwischensheibe,yang berarti cakram antara).
Pita I merupakan bagian pada myofibril yang dibatasi oleh garis Z disebut
sarkomer,yang panjangnya sekitar 2 um. Jadi setiap sarkomer terdiri atas pita A
yang kedua ujungnya diapit oleh pita I. dengan adanya pita A dan I yang
tersusun berselang seling ini maka otot rangka tampaka bergaris-garis melintang
sehingga disebut sebagi otot lurik. Sarkomer disebut juga sebagi unit fungsional
atau unit kontraksi otot, sebab peristiwa kontraksi otot terjadi pada setiap
sarkomer.

5
Struktur filament tipis (filament aktin)
Filament tipis tersusun terutama atas aktin, tropomiosin dan troponin.
Aktin berada sebagai suatu filament panjang (disebut aktin F), yang tersusun
atas monomer aktin globular (disebut aktin G). setiap filament tipis terdiri atas 2
filamen aktin yang saling terpilin dalam suatu bentukan spiral ganda. Suatu sifat
khusus dari semua molekul aktin G adalah struktur asimetrisnya. Bila molekul
aktin G berpolimerisasi membentuk aktin F, maka mereka saling berikatan
belakang dengan depan, sehingga menghasilkan suatu filament dengan polaritas
yang berbeda. Disamping itu setiap aktin G mengandung suatu tempat
perlekatan dengan myosin (myosin binding site).
Tropomiosin pada suatu filament tipis merupakan suatu benang panjang
(panjang 40 nm), tersusun atas 2 rantai polipeptida yang membentuk suatu
spiral . Rantai polipeptida ini saling berpilin satu sama lain. Pada setiap
filament tipis terdapat dua benang tropomiosin yang berjalan diatas sub unit aktin
sepanjang sisi luar antara dua benang aktin yang terpilin. Fungsi
tropomiosin adalah menutup tempat perlekatan myosin pada molekul aktin pada
saat otot istirahat.
Troponin pada suatu filament tipis merupakan suatu kompleks 3 subunit,
yaitu subunit TnT (yang melekat erat pada tropomiosin), subunit TnC (yang
berfungsi mengikat ion kalsium) dan subunit TnI (berfungsi mengahambat
interaksi antara aktin dan myosin). Setiap molekul tropomiosin menutupis 7
molekul aktin G, akan dibatasi oleh satu kompleks troponin.
Struktur filament Tebal (filament myosin)
Suatu filament tebal tersusun atas molekul-molekul myosin,yang
merupakan suatu molekul besar seperti batang tipis (panjang = 200 nm dan
diameter 2-3 nm), yang tersusun atas dua spiral peptide yang saling terpilin.
Setiap molekul myosin, pada salah satu ujungnya memilki dua bulatan (disebut
bagian kepala ) yang panjangnya 20nm dan lebar 2 nm. Bagian ini disebut
sebagi jembatan silang (cross bridge) myosin yang menonjol keluar filament
tebal. Untuk memudahkan, biasanya molekul myosin digambarkan seperti

6
tongkat golf, dimana bagian yang melengkung adalah jembatan silangnya dan
tangkainya adalah begian leher dan ekornya.
Bila molekul myosin diberi perlakuan dengan tripsin (suatu enzim
proteolitik), maka molekul myosin akan terpisah menjadi 2 bagian, yaitu
meromiosin ringan (LMM) dan meromiosin berat (HMM) . meromiosin ringan
merupakan bagian ekor , dan meromiosin berat membentuk bagian leher dan
kepala myosin. Pada bagian kepala ini terdapat bagian yang mengandung
enzim ATP-ase dan tempat perlekatan aktin. Pada proses kontraksi otot
(penggeseran filament tipis ), bagian kepala ini memegang peranan yang paling
dominan.
Bila jembatan silang myosin bersentuhan dengan molekul aktin, akan
nampak aktivitas ATP-ase mengkatalis reaksi berikut :
Mg-ATP + aktomiosin aktomiosin-Mg2+ + ATP
aktomiosin-Mg2+ + ADP + Pi
Energy yang dibebaskan oleh ATP digunakan untuk menggeser aktin
ketengah sarkomer dengan gerakan rotasi kepala myosin. Perlu dicatat pula
bahwa pelepasan kepala myosin dari aktin juga menggunakan energy ATP. Jadi
kalau tidak ada ATP baru maka kepala myosin tidak dapat terlepas dari aktin.
Retikulum sarkoplasma
Jejaring kantung dan tubulus yang terorganisir pada jaringan otot disebut
dengan retikulum sarkoplasma. Organel ini mirip dengan reticulum endoplasma
di sel lain. Retikulum sarkoplasma terdiri dari tubulus-tubulus yang sejajar
dengan miofibril, yang pada garis Z dan zona H bergabung membentuk kantung
(lateral sac) yang dekat dengan sistem tubulus transversal (Tubulus T).
Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka memilki
suatu system tubulus transversal (tubulus T). system tubulus T ini merupakan
invaginasi sarkolema yang membentuk suatu jaringan tubulus kompleks yang
saling beranastomis melingkari batas antara pita H dan pita I dari setiap
sarkomer myofibril. Membran tubulus T ini berhubungan dengan sisterna
terminal dari reticulum sarkoplasma. Melalui membrane tubulus T ini potensial
aksi dirambatkan untuk memicu pembebasan Ca2+ dari dalam reticulum

7
sarkoplasma. Selain itu Tubulus T dan retikulum sarkoplasma berperan dalam
metabolism dan eksitasi.
Motor dan plates
merupakan tempat inervasi ujung-ujung saraf pada otot.

Motor end
plates

Interaksi kontraksi otot rangka


Pasien penderita diabetes tipe 2 memiliki otot rangka yang mitokondrianya lebih
sensitif dari pada penderita obesitas dan gula normal. Hal ini menunjukan bahwa
obesitas dan kebugaran fisik tidak berpengaruh pada sensitivas mitokondria
penderita diabetes (Larsen, 2011)

2. otot polos
Sel otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak menunjukan
adanya garis-garis melintang. Otot polos vertebrata dapat dijumpai pada dinding
organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran pencernaan, uterus, kendung
kencing, ureter, arteri dan arteriole. Juga terdapat pada iris mata dan otot
penggerak rambut.
Sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan inti ditengah sel,
penampangnya berukuran 2-10 um, sedangkan panjangnya 50-200 um (
penampang melintang otot rangka mencapai 20 kali otot polos dan panjangnya
ribuan kali otot polos). Sering sel-sel otot polos di hubungkan secara kelistrikan
dengan gap junction ( persambungan renggang), sehingga sel-sel pada suatu
area dapat berkontraksi sebagai unit fungsional tunggal. Reticulum sarkoplasma
tidak berkembang dengan baik dan tubulus T tidak ada.
Struktur internal sel-sel otot polos nampak kurang terorganisasi secara
baik dibandingkan dengan otot rangka dan otot jantung. Susunan filament tebal
dan filament tipis dalam otot polos nampak hampir acak, organisasi sarkomerik
dan pita Z nya tidak ada. Proporsi dan organisaasi filament tebal dan filament
tipisnya berbeda, tidak tersusun sejajar tapi saling menyilang membentuk kisi-

8
kisi. Rasio filament tebal dan tipis pada otot polos sebesar 1;16 (pada otot
rangka 1: 2). Filamen tebal mengandung myosin , sedangkan filament tipis
hanya mengandung aktin dan tro[omiosin tanpa troponin. Serabut otot polos
mengandung filament antara (intermediate) yang bersifat non kontraktil, yang
melekat pada dense bodies dan sarkolema. Filament intermediet ini diduga
berfungsi sebagi suatu rangka internal. Dense bodies juga sebagi
tempat melekatnya filament tipis ( sebagai pengganti garis Z).
Berdasarkan pada perbedaan dalam bagaimana serabut otot menjadi aktif
, otot polos dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu otot polos unit jamak ( multi
unit ) dan otot polos unit tunggal ( single unit). Otot polos unit jamak
menunjukkan sifat-sifat antara otot rangka dan otot polos unit tunggal. Seperti
nampak pada namanya, suatuotot polos unit jamak terdiri atas benyak unit-unit
yang fungsinya secara bebas terpisah satu dengan yang lain, yang di stimulus
secara terpisah oleh saraf untuk berkontraksi ( mirip dengan unit-unti motor pada
otot rangka) jadi otot rangka dan otot polos unit jamak keduanya neurogenik,
yaitu kontraksinya tergantung pada adanya impuls dari saraf. Namun berbeda
dengan otot rangka, depolarisasi yang terjadi pada otot polos dalam merespon
stimulasi saraf otonomik untuk menuju ke respon kontraktil adalah depolarisasi
bertingkat ( pada otot rangka adalah potensial aksi). Kekuatan kontraktilnya tidak
hanya tergantung pada jumlah unit-unit yang distimulasi dan kecepatan
stimulasinya, tetapi juga pada pengaruh hormone-hormon dan obat-obatan yang
sedang bersirkulasi.
Otot polos unit jamak terdapat pada (1) dinding pembuluh darah besar ,(2)
saluran udara besar ke paru-paru, (3) otot-otot mata yang mengatur lensa untuk
melihat dekat atau jauh, (4) otot iris mata, dan (5) otot pada dasar folikel rambut.
otot polos unit tunggal disebut juga otot polos viseral sebab di jumpai
pada dinding organ-organ berongga atau visera ( misalnya saluran pancernaan,
alat reproduksi, saluran kencing dan pembuluh darah kecil). Istilah otot polos unit
tunggal diambil dari fakta bahwa serabut-serabut otot polos yang menyusun otot
ini menjadi aktif dan berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal.
Sel-sel otot polos unit tunggal secara kelistrikan dihubungkan bersama oleh

9
persambungan renggang ( gap junction). Bila suatu potensial aksi terjadi pada
suatu daerah pada pembungkus otot polos unit tunggal, maka potensial aksi ini
dengan cepat di sebarkan melalui titik-titik khusus pada kontak kelistrikan ini ke
seluruh kelompok sel yang bersambunganseperti ini, yang fungsinya secara
kelistrikan dan mekanik sebagi suatu unit, dikenal sebagai suatu sinsitsium
fungsional.
Untuk berkontraksi, otot polos unit tunggal dapat mengaktifkan diri
sendiri ( self-excitable) tanpa memerlukan stimulus melalui saraf. Ternyata
dalam otot polos unit tunggal ini ada kelompok-kelompok sel otot polos khusus
yang mampu menghasilkan potensial aksi tanpa stimulasi eksternal sama sekali.
Berbeda dengan sel-sel otot polos unit jamak, sel otot polos unit tunggal
ini tidak menjaga potensial istirahat yang konstan, namun potensial membrannya
berfluktuasi terus tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Ada dua macam
depolarisasi spontan yang di tunjukkan oleh sel-sel aktif secara spontan yang
aktivitas pengatur irama ( pace maker ) dan potensial gelombang lemah ( slow-
wave potentials).
Pada aktivitas pengatur irama, membrane potensial secara bertingkat
mendepolarisai diri sendiri, sebab pergantian aliran ionic pasif menyertai
perubahan otomatis pada permeabilitas membrane. Bila membrane telah
didepolarisai ke ambang, maka suatu potensial aksi di mulai. Setelah
repolarisasi, potensial membrane segera didepolarisasi kembali ke ambang,
begitu seterusnya, sehingga dengan siklus seperti ini pengatur irama dapat
mebangkitkan sendiri potensial aksinya.
Pada potensial gelombang lemah, terjadi pergantian secara bertingkat
antara hiperpolarisai dan depolarisasi. Disini terjadi ayunan potensial yang di
sebabkan oleh perubahan-perubahan siklikal spontan pada kecepatan tranpor
Na+ secara aktif melalui membran. Potensial di gerakkan menjauhi potensial
ambang selama ayunan hiperpolarisasi dan mendekati potensial ambang
selama ayunan depolarisasi. Bila potensial ambang tercapai, maka suatu
ledakan potensial aksi terjadi pada puncak ayunan depolarisasi. Potensial

10
ambang tidak selamanya tercapai atau tidak sangat tergantung pada titik
permulaan dari potensial membrane pada permulaan ayunan depolarisasi.
Tidak semua otot polos mengalami perubahan potensial membran.
Namun bagaimanapun juga, sekali potensial aksi dimulai oleh suatu sel otot
polos yang aktif sendiri, maka potensial aksi akan disebarkan ke sel-sel tetangga
dari sinsitsium fungsional melalui persambungan renggang sehingga seluruh
sel pada kelompok berkontraksi tanpa input saraf sama sekali. Aktivitas kontraktil
yang bebas dari pengaruh saraf seperti ini dan berasal dari otot itu sendiri
disebut aktivitas miogenik

3. otot jantung
Otot jantung menyusun dinding jantung, memiliki sifat antara otot rangka
dan otot polos. Serabutnya mirip otot rangka tetapi di sarafi oleh system saraf
otonom dan dapat erkontraksi tanpa stimulasi saraf sama sekali. Sel otot jantung
sering bercabang-cabang dan membentuk anyaman (anastomosis). Di bawah
mikroskop cahaya sel otot jantung tampak bergaris-garis melintang seperti otot
rangka, mempunyai inti terletak di tengah-tengah sel. Antara sel satu dengan sel
lain di sebelahnya membentuk sinsitium yang dihubungkan oleh cakram sisipan
(intercalated disc) yang merupakan persambungan listrik (electrical junction)
yang dapat menyebarkan potensial aksi ke seluruh jantung seperti otot polos unit
tunggal.
Sel otot jantung mamalia memilki reticulum sarkoplasma yang
berkembang baik dan system tubulus T yang pada umumnya lebih luas daripada
yang terdapat pada otot rangka. Otot jantung amfibia terorganisasi lebih
sederhana dari vertebrata yang lebih tinggi, sehingga sangat berguna untuk
mempelajari bagaimana kontraksi di atur oleh aktivitas listrik membrane sel. Otot
jantung katak hanya memiliki suatu reticulum dan system tubular yang
rudimenter.
Ion Ca+ masuk ke sitosol dari reticulum sarkoplasma maupun dari cairan
ekstraselular selama eksitasi jantung. Seperti otot polos unit tunggal, jantung
memperlihatkan aktivitas pengatur irama, yaitu membangkitkan potensial aksinya

11
sendiri tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Seperti pada otot polos, jantung
disarafi oleh system saraf otonom. Keunikan otot jantung yaitu potensial aksinya
memiliki durasi puncak potensial yang jauh lebih panjang sebelum repolarisasi
(Soewolo,2000:54-62).

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A . Kesimpulan

Sistem otot adalah suatu jalinan jaringan otot yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan dengan yang lainnya. Otot mempunyai tugas
utama yaitu berkontraksi, kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-
bagian tubuh dan substansi dalam tubuh. Hampir semua gerakan oleh tubuh
makhluk vertebrata hasil dari otot yang berkontraksi. Otot memberi dukungan
kepada tubuh dan membantu mempertahankan postur tubuh melawan gaya
gravitasi. Dengan adanya fibril serta pola susunannya maka otot dibedakan
menurut morfologinya yaitu otot polos ( Smooth muscle), otot serat melintang
(Striated muscle) dan otot jantung (Cardiac muscle).

B. Saran

Dalam system penulisan makalah ini Kami sebagai penulis belum dapat
mengakui bahwa makalah ini benar-benar sempurna sesuai dengan aslinya,
namun itu penulis membutuhkan saran dan keritikan untuk dapat memperbaiki
karyah ini, dan muda-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
kepada generasi penerus bangsa. Secara global.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dawson et.al . 2004. Aerobic characteristics of red kangaroo skeletal muscles: is


a high aerobic capacity matched by muscle mitochondrial and capillary
morphology as in placental mammals? . Journal of Experimental
Biologyjeb.biologists.org. Diakses tanggal 7 Februari 2014

Frendson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM.

Larsen et.al . 2011. Increased mitochondrial substrate sensitivity in skeletal


muscle of

patients with type 2 diabetes . Diabetologia . Vol. 54 halm : 1427-1436.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdiknas.

Wulangi, Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud.

14

Anda mungkin juga menyukai