Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di kemajuan teknologi sekarang dan kemajuan dalam segi pembangunan membuat


bangunan banyak yang memiliki tingkat lebih dari 1 dibantu dengan teknologi yang bias
membuat bangunan lebih dari 1 tingkat. Bangunan lebih dari 1 membutuhkan akses
vertical, yang paling sederhana adalah tangga yang menghubungkan antara tingkat, ada
juga menggunakan escalator dan juga ada menggunakan elevator. Bangunan publik
merupakan bangunan yang mewadahi suatu kegiatan yang diikuti oleh banyak orang.
Bangunan publik contohnya seperti rumah sakit, mall, kantor, hotel, dll. Dengan banyaknya
orang dan kegiatan yang ditampung, maka kemungkinan menjadikan bangunan publik
memiliki lebih dari 1 lantai.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan ruang masyarakat, seorang arsitek haruslah


menguasai beberapa kemampuan untuk memaksimalkan hasil rancangannnya. Hasil
rancangan yang maksimal tentu akan menambah poin plus kepada klien yang sedang
dihadapi. Bangunan yang kami observasi merupakan bangunan tempat menginap berupa
the westin ubud resort and spa yang berjumlah 4 lantai. Aktifitas di area resort ini berupa
menginap bersantai dan menikmati pemandangan alam, untuk mempermudah akses naik
turun tingkat dibantu dengan transportasi mekanis berupa lift untuk para pengunjung dan
tamu, namum tidak luput juga adanya tangga manual yang berupa tangga darurat dan
tangga untuk akses pegawai untuk naik turun tingkat. Lift dipasang biasanya di daerah
lobby untuk akses menuju ke atas dari lobby, karena jumlah tingkat hanya 4, hanya
menggunakan lift tamu, untuk lift barang biasanya yang jumlah lantai lebih dari 5 lantai.
Lift merupakan akses untuk mengangkut pengunjung. Lift yang biasanya digunakan adalah
lift doble, dengan kapasitas 6-8 orang di dalam 1 ruang lift. Suatu kewajiban seorang arsitek
untuk mensejahterahkan kehidupan manusia serta memberikan kenyamanan manusia
sesuai ukuran zaman. Bangunan tinggi dapat berbagai macam bentuk, mulai dari gedung
tinggi perkantoran, apartemen, hingga rumah dengan 2 tingkat. Selain keterbatasan lahan,
bangunan tinggi juga di desain agar penghuni nyaman. Dalam masalah kenyamanan, maka
seorang arsitek juga memikirkan bagaimana menjangkau tempat yang berbeda dalam
gedung yang sama. Sistem transportasi telah diciptakan sejak zaman dahulu kala tepatnya
pada zaman Mesopotamia, dimana waktu tersebut menjadi awalan tangga dibuat. Namun,
seiring berkembangnya waktu manusia menutut sistem transportasi yang lebih efisien
tempat serta mengurangi tenaga manusia saat menggunakan sistem transportasi di sebuah
bangunan modern. Permasalahan ini merupakan awalan terjadinya sistem transportasi
dalam arsitektur.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :

Apa yang dimaksud dengan system transportasi mekanis?


Bagaimana system kerja elevator pada wesin resort ubud and spa?
Apa saja keunggulan dan kekurangan dari elevator pada system transportasi vertical
mekanis pada westin resort ubud and spa?
Apa saja kuantitas dan kualitas elevator pada westin ubud resort and spa?

1.3. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
diuraikan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

Untuk mengetahui system transportasi vertical mekanis


Untuk mengetahui system kerja elevator pada the westin ubud resort and spa
Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan system transportasi vertical
mekanis?
Untuk mengetahui kuantitas dan kualitas elevator pada the westin ubud resort and
spa.

1.4. MANFAAT
Pembaca dapat mengetahui pengertian dari transportasi vertikal mekanis
(eskalator).
Pembaca dapat mengetahui cara kerja sistem elevator pada bangunan yang diamati.
Pembaca dapat mengetahui keunggulan eskalator pada bangunan yang diamati
Pembaca dapat mengetahui kualitas dan kuantitas eskalator pada bangunan yang
diamati.
BAB 2
METODE DAN OBYEK

2.1. TAHAPAN PERSIAPAN


Tahapan ini meliputi survey terhadap the westin ubud resort and spa yang memiliki
kriteria sesuai yang tertera pada tuntutan tugas, yaitu memiliki sistem transportasi vertikal
mekanis.
Setelah dilakukan survey terhadap beberapa bangunan publik, kemudian dipilih
bangunan yang paling cocok untuk diobservasi, yaitu the westin ubud yang beralamat di
singakerta ubud gianyar.
Pendataan dilakukan setelah penulis melakukan studi pustaka sebagai bahan
referensi dan acuan dalam melakukan observasi terhadap komponen sistem pemadam
kebakaran pada bangunan tersebut.

2.2. TAHAPAN OBSERVASI


Jenis dan metodologi yang digunaan pada saat observasi adalah :
a. Metode Survey
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap
manager dan teknisi bangunan Hardys tersebut tentang komponen sistem
transportasi vertikal mekanis pada bangunan tersebut yang mereka ketahui. Serta
apabila terdapat keluhan pada sistem transportasi vertikal mekanis pada bangunan
tersebut yang dirasakan oleh penghuni dan harapan mereka jika akan dilakukan
perbaikan pada pemasangan sistem transportasi vertikal mekanis seperti apa.

b. Metode Pengukuran dan Penelitian Langsung ke Lapangan


Metode ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung terhadap
komponen system transportasi vertikal mekanis pada bangunan tersebut. Yang
disurvey meliputi : jenis transportasi vertikal mekanis yang dipasang apa saja,
menggunakan bahan atau komponen apa, bagaimana efek penggunaannya apakah
sudah cukup atau masih kurang, bagaimana letak pemasangan yang bisa membuat
system transportasi vertikal mekanis berjalan dengan optimal, dan bagaimana cara
kerja dan perawatan sistem tersebut.
c. Metode Studi Pustaka dan Perbandingan
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan data dari hasil observasi
langsung dengan penelitian dengan data dari bestek bangunan Hardys yang dimiliki
oleh pemilik/owner bangunan tersebut.

2.3. TAHAPAN PENGUMPULAN DATA


Tahapan dari pengumpulan data-data observasi dimulai dengan :
1. Survey ke beberapa lokasi di sekitar Denpasar dan Bukit yang memiliki bangunan
publik berlantai 4.
2. Pemilihan bangunan yang dirasa cocok untuk dilakukan observasi dan memiliki
kelengkapan sistem transportasi vertikal mekanis yang akan diobservasi.
3. Tahapan survey langsung ke lapangan
a. Wawancara langsung dengan narasumber
Daftar pertanyaan :

Apa saja yang teknisi ketahui tentang sistem transportasi vertikal


mekanis yang terpasang pada bangunan Hardys tersebut?
Apa saja kelebihan yang teknisi rasakan dari adanya sistem
transportasi vertikal mekanis di bangunan Hardys tersebut?
Apa saja keluhan yang dirasakan oleh teknisi dari pemasangan dan
pengoperasian sistem transportasi vertikal mekanis pada bangunan
Hardys tersebut.

b. Pengukuran terhadap denah dan jarak antar komponen transportasi


vertical
mekanis
c. Pengumpulan dan rekap data

2.4. TAHAPAN PENARIKAN KESIMPULAN DAN SARAN


Tahapan penarikan kesimpulan dan saran dilakukan setelah selesai melakukan
penelitian dan pembandingan data hasil observasi dengan teori yang didapatkan dari studi
pustaka. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian saran terhadap obyek yang diobservasi
jika terdapat kekurangan.
2.5. OBJEK STUDI
Nama Bangunan : The Westin Ubud Resort and Spa
Fungsi Bangunan : temapt menginap berasntai dan berkumpu dengan keluarga
Alamat : Jalan Lod Tunduh, Br. Kangetan, Desa Singakerta
Tahun Pembangunan : 2010
Luas : 2.245 m2
Peta lokasi :

Gambar 1 : peta lokasi the westin ubud


Sumber : google earth
BAB 2
PEMBAHASAN

3.1. PENGERTIAN SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL MEKANIS


(ELEVATOR)

Sistem angkut atau transportasi yang digerakan oleh motor listrik dengan arah vertikal atau
ke atas yang dapat mengangkut orang maupun barang. Mempermudah kegiatan dan
pemindahan barang dari lantai bawah ke atas.
ELEVATOR

Elevator (Lift) adalah alat transportasi vertikal antar lantai dalam bangunan bertingkat
secara menerus dengan menggunakan tenaga mesin. Fasilitas transportasi vertikal pada
bangunan berlantai banyak ini hanya membutuhkan ruangan yang relatif kecil. Lift
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibanding alat transportasi dengan mesin lain
dalam hal memindahkan barang atau orang. Umumnya lift digunakan pada bangunan yang
mempunyai jumlah lantai lebih dari tiga.

Gambar 3.1
Sumber : dokumen pribadi

3.2 SISTEM KERJA ELEVATOR


Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi gedung
dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh
beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang
(counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai
antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan
bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak
sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.

Gambar 3.2
Sumber : google.com

Mesin Lift Gearless

Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas
ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari
kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang
mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta
sehingga disebut sebagai kabel bergerak (traveling cable).

Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya


Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan
dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi
poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor
kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.
Gambar 3.2
Sumber : google.com

Syarat Khusus Lift Penumpang :

Waktu menunggu tidak boleh terlalu lama.


Kecepatan yang disarankan:

JUMLAH LANTAI KECEPATAN


DALAM(METER/MENIT

2-10 60-150

10-15 150-210

15-20 210-240

20-50 240-360

Lebih dari 50 360-450

Rumah Sakit 150-210

Rumah Tinggal 60

Gambar 3.3
Sumber : dokumen pribadi
Pada denah lobby ada 1 lift pengunjung, ada lift barang sekaligus service. Lalu ada juga
tangga darurat fire lift untuk jalur evakuasi. Perletakan lift pada daerah yang sudah
strategis cukup mudah di jangkau dan mudah ditemukan.design fire lift juga berdekatan
dengan lift penumpang agar jika terjadi kebakarab lebih mudah dalam evakuasi.

Gambar 3.4 lift penumpang


Sumber : dokumen pribadi
Gambar 3.5 tangga darurat
Sumber : dokumen pribadi

Gambar 3.6 detail perletakan tangga dan lift


Sumber : dokumen pribadi

Lift personal
Gambar 3.7
Sumber : google

Lift personal adalah lift yang digunakan untuk perseorangan atau beberapa orang
saja, dengan menyisakan sedikit ruang saja. Bisa dibilang, ukuran lift sangat kecil dan
disesuaikan dengan tinggi standar orang. Lift personal biasanya dihadirkan dalam proses
pembangunan, konstruksi, dan penambangan yang memerlukan seseorang berpindah dari
level atas ke level bawah, atau dari pemukaaan bumi hingga masuk ke dalam bumi. Maka
dari itu, ukurannya dibuat seminimal dan seefisien mungkin agar tidak menganggu proses
kerja di lapangan.

3.3.9 Perletakan Elevator Pada Bangunan

Dibagi menjadi beberapa zone transportasi, yaitu:

Low Zone Transportation

Medium Zone Transportation

High Zone Transportation

Kecepatan untuk masing-masing zone tersebut berbeda-beda tergantung dari fungsi dan
kebutuhan masing-masing.

Jarak antar elevator / lift juga harus diperhatikan dengan balk, minimal memenuhi
standar, apalagi jika terdapat lebih dari 2 buah car elevator datam sebuah lobby, maka harus
ada suatu space yang cukup tuas, yang diberikan di sekitar area (halt) pada lift.
Diperkirakan di sekitar datam lobby dekat lift membutuhkan ruang untuk menunggu
paling tidak sekitar 5 Sqft (square foot) per-orang. Sedangkan bila agak terpaksa, misalnya
terjadi kondisi berjejal, luasan tersebut dapat berkurang menjadi 3-4 Sqft perorang.

3.3.10 Komponen Elevator

1. MACHINE.

Berfungsi sebagai penggerak elevator dengan dua macam sumber daya listrik yaitu
arus bolak batik dan arus searah.

2. CYLINDRICAL.

Bekerja sebagai katrol penggulung dimana alur-alurnya dililiti kabet baja.

3. CAR.

Fungsi dari bagian ini adalah untuk membawa penumpang atau barang, yang terbuat
dari bahan yang ringan dan mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap waktu
pakai. Car bergerak datam suatu tabung yang berfungsi sebagai shaft atau core.

4. COUNTER WEIGHT.

Fungsi dari komponen ini adalah untuk mengimbangi beban car dan beban muatan
agar mesin penggerak dapat beroperasi lebih ringan.

5. GUIDE RAIL (Ret).

Terdapat dua jenis ret, yaitu ret untuk kereta lift dan ret untuk beban pengimbang
(counter weight). Rel yang dipasang adalah baja dengan profit T yang digunakan
untuk bergerak dengan bantuan guide shoes sebagai pemegang jalur.

6. BRAKE (REM).

Berfungsi untuk menghentikan putaran silinder sesuai dengan perintah.

7. CABLES (Kabel).
Berfungsi untuk menarik dan mengutur kereta (car) dan beban pengimbang.
Biasanya dipakai 4-5 kabet yang tiap kabelnya mempunyai gaga tarik yang lama.

8. CONTROL PANEL.

Adalah alat perekam perintah yang mempengaruhi gerak reaksi lift.

9. GOVERNOR.

Adalah alat untuk menghentikan beban pengimbang dan kereta karena jatuh bebas.

10. LIMIT SWITCH.

Alat otomatis yang menghentikan laju kereta lift/elevator.

11. RHEOSTATIC CONTROL.

Kontrol tenaga listrik dengan bermacam-macam tahapan pada field sirkuit yang
terdapat pada motor pengangkat.

12. OPERATING DEVICE.

Adalah alat pengontrol dalam operasi-operasi lain.

13. HOISTWAY.

Adalah lorong (tabung) luncur kereta dan beban pengimbang, yang dapat berupa
core ataupun hanya shaft Baja yang tidak mempunyai kaftan langsung dengan
struktur bangunan.

14. PITS (Sumur).

Merupakan bagian bawah dari Hoistway yang merupakan dasar minimal dan tempat
berhentinya elevator. Pits berisi bantalan yang dapat meredam benturan akibat
luncuran kereta maupun beban pengimbang.

15. MACHINE ROOM.

Ruangan ini dapat berada di atas hoistway ataupun berada di bawah (lantai
basement). Ketinggian ruang, ventilasi udara, akustik yang meredam kebisingan
merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ruang mesin.
Elevator yang ideal adalah yang menghasilkan waktu menunggu di setiap lantai yang
minimal, percepatan yang nyaman / komfort, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan
penurunan yang cepat di setiap lantai.

3.3 KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN SISTEM ELEVATOR

PENGGUNAAN PADA LIFT

Kelebihan

a) Dapat mengangkut bahan dengan kemiringan curam

b) Lebih aman, lebih beragam penggunaannya, variasi kapasitas yang lebih luas dan
kontinyu

c) Mampu untuk menaikkan material dengan ketinggian sampai 50 meter

d) Dapat mengangkut butiran dan material kering yang sudah lumat serta bongkahan-
bongkahan kecil

Kekurangan

a) Bahan yang diangkut kebersihannya tidak terjaga

b) Bahan yang diangkut dapat mengalir kembali atau jatuh ke bawah

c) Tidak dapat digunakan jika bahan melalui jalur yang berbelok-belok

d) Tidak dapat digunakan untuk mengangkut bahan yang lengket dan bergumpal besar

e) Sensitive dengan kelebihan beban

Tiap lift yang bertipe traksi pasti digerakkan oleh mesin motor. Mesin ini menggerakkan
kabin naik atau turun dengan perantaraan tali-tali seling baja, dibantu dengan
counterweight. Tipe lift ini sangat populer saat ini baik untuk bangunan komersial
maupun tempat tinggal.

Ada dua varian yang kini umum di pasaran, yaitu tipe dengan ruang mesin (Machine
Room) dan tanpa ruang mesin (Machine Roomless, sering disebut juga tipe Roomless).
Mari kita bahas satu persatu.
Machine Room Elevator

Ruang mesin lift traksi umumnya terletak pada bagian atas hoistway. Pada ruangan ini
mesin lift bertahta. Untuk mesin model lama, dalam ruang mesin ini terpasang pula
sistem transmisi (semacam persneleng mobil) untuk menurunkan kecepatan putar mesin
untuk disesuaikan dengan kecepatan naik turun kabin. Adanya persneleng ini membuat
ukuran ruang mesin harus besar, seringkali lebih besar daripada lebar hoistway.

Namun untuk tipe keluaran baru, sistem persneleng ini sudah tidak diperlukan (kecuali
untuk lift beban besar di atas 2 ton). Akibatnya ruang mesin yang diperlukan pun bisa
lebih compact.

Beberapa keunggulan Machine Room Elevator, antara lain:

Perawatan dan maintenace lebih mudah, karena semua panel dan mesin bisa berada pada
satu ruangan.

Teknologi lebih sederhana daripada Machine Roomless lift, sehingga teknisi lebih mudah
memperbaiki, atau trouble shooting, khususnya dalam keadaan darurat.

Harga lebih murah daripada Machine Roomless.

Lebih cocok digunakan untuk high rise building karena posisi dudukan mesin lebih kokoh
dan efisien dalam menggerakkan kabin.

Masalah dengan Machine Room lift adalah, kita perlu menyediakan ruang ekstra di atas
hoistway. Ini menjadi bermasalah jika memang ada keterbatasan tempat akibat restriksi
aturan pemerintah, atau memang space secara fisik memang tidak memungkinkan.

Machine Roomless

Dengan berkembangnya teknologi motor penggerak Lift, sekarang motor traksi dapat
dirancang lebih kecil, sehingga tidak diperlukan lagi ruang khusus mesin (Machine
Room). Mesin biasanya diletakkan pada bagian samping hoistway, pada lantai teratas.

Beberapa keunggulan Machine Roomless elevator antara lain:

Hemat tempat, tidak perlu menambah ketinggian bangunan untuk mengakomodasi ruang
mesin. Desain roomless elevator banyak disebut solusi yang hijau karena hemat tempat.

Hemat daya (menggunakan design pulley yang berbeda dari mesin lift traksi
yang konvensional).

Karena menggunakan gearless motor, maka gerakan kabin bisa lebih nyaman.

Namun ada beberapa kekurangan Roomless elevator yang perlu kita pertimbangkan:

Dengan design roping yang berbeda, maka kurang cocok untuk high rise building
Harganya lebih mahal dari general traction elevator.

Teknologi relatif baru dan lebih canggih daripada mesin traksi biasa sehingga kadang
menyulitkan trouble shooting oleh teknisi lokal.

3.4 KUANTITAS DAN KUALITAS

1. Kapasitas oaring berdasarkan jenis bangunan


No. Jenis gedung Per luas bersih(nett area)
1. Perkantoran 10 m/orang, untuk lt. 1 ~ 20
12 m/orang, untuk lt. 21 ~ 30
14 m/orang, untuk lt. 31 ~ 40
2 Hotel
* unit kamar @ 2 orang
* function rooms 10 m/orang
3. Rumah Sakit
* kamar pasien 3 ~ 4 bed / kamar
* ruang praktek 3 orang / ruang
* ruang tunggu 10 m/orang
4. Apartment
* 1 bed room (1 br) @ 2 orang
* 2 bed room (2 br) @ 3 orang
* 3 bed room (3 br) @ 4 orang
* penthouse (ph) @ 6 orang

2. Average Arrival Interval (AAI dalam detik)


Waktu tunggu rata rata yang diperlukan dalam satuan detik.

Standard AAI yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah 25 ~ 35 detik


* gedung kantor komersial 25 ~ 35 detik
* gedung kantor instansi 30 ~ 40 detik
* hotel berbintang 40 ~ 60 detik
* hotel resort 60 ~ 90 detik
* rumah sakit 40 ~ 60 detik
* apartement kelas mewah 50 ~ 70 detik
* apartment kelas menengah 60 ~ 80 detik
* apartment kelas biasa 80 ~ 120 detik
* gedung sekolah / kuliah 40 ~ 90 detik
3. Handling Capacity (HC dalam %)
Batas kemampuan maksimum kereta dalam mengangkut sejumlah orang tiap 5
menit pertama saat jam-jam padat (rush hour) yang dihitung dalam %.Standard HC
(%) dalam 5 menit yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah 10 ~ 12 %


* gedung kantor komersial 11 ~ 13 %
* gedung kantor instansi 14 ~ 17 %
* hotel berbintang 8 ~ 10 %
* hotel resort 6~8%
* rumah sakit 10 %
* apartement kelas mewah 5~7%
* apartment kelas menengah 6~8%
* apartment kelas biasa 10 ~ 11 %
* gedung sekolah / kuliah 2,5 ~ 25 %
4. Kecepatan dan Berat Lift

Dalam peraturan bangunan khusunya untuk lift, ketepatan berangkat dan


berhentinya lift harus tanpa sentakan yang mengganggu penumpang, sehingga
kecepatan dan berat akan menentukan kenikmatan dalam menggunakan lift.

Untuk 4 s.d. 10 lantai, kecepatan 60 150 m/menit.


Untuk 10 s.d. 15 lantai, kecepatan 180 210 m/menit.
Untuk 15 s.d. 20 lantai, kecepatan 210 240 m/menit.
Untuk 20 s.d. 50 lantai, kecepatan 270 360 m/menit.
Untuk rumah sakit, kecepatan 150 210 m.menit.

Ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah penumpang yang dapat di tampung :

4 orang berat 320 kg


8 orang berat 630 kg
13 orang berat 1000 kg dan seterusnya.

Adapun kriteria kualitas pelayanan elevator adalah waktu menunggu (interval, waiting
time), daya angkut (Handling capacity) dan waktu perjalanan bolak-balik lift
5. Waktu Menunggu (Interval, Waiting Time)
Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan negara di mana
gedung itu ada. Orang-orang di kota besar lazimnya kurang sabar dibanding dengan
orang-orang di kota kecil. Untuk proyek-proyek komersil perkantoran diperhitungkan
waktu menunggu sekitar 30 detik.
Waktu menunggu = waktu perjalanan bolak-balik dibagi jumlah lift.

Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban puncak saat-saat
sibuk, maka untuk proyek-proyek perkantoran yang beberapa lantainya disewa oleh
satu penyewa, jumlah lift totalnya harus ditambah dengan 20-40 %, sebab sebagian
lift ini di dalam zone yang disewa satu penyewa teresebut di pakai untuk lalu lintas
antar lantai, sehingga waktu menunggu di lantai dasar memanjang menjadi 90 detik
atau lebih.

Waktu menunggu juga sangat variabel tergantung jenis gedung, seperti contoh
berikut:
a. Perkantoran 25 45 detik
b. Flat 50 120 detik
c. Hotel 40 70 detik
d. Asrama 60 80 detik
Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain lift:
Menentukan tinggi perjalanan

Gambar 3.8
Sumber : google

Hal yang penting dalam memilih lift yang optimal untuk suatu proyek ialah jarak tempuh
vertikal optimum dari lift. Tinggi perjalanan lift menentukan jenis lift yang harus dipilih.
Nah berikut ini rekomendasi pemilihan jenis lift untuk setiap ketinggian:

1. Perjalanan dibawah 6 meter rekomendasi memakai jenis Hydraulic Elevator.


2. Perjalanan dari 4,5 sampai 7,5 meter rekomedasi memakai jenis Telescopic
Hydraulic Elevator.
3. Perjalanan dari 4,5 sampai 18 meter memakai jenis roped hydraulic elevator.
Untuk medan yang berair akan sulit untuk mengebornya, penuh resiko sehingga
menjadikan biaya pembangunannya menjadi mahal.
4. Perjalanan dari 15 ke 217 meter memakai system Gearless Traction.

Menentukan Ukuran dan Jumlah Lift


Gambar 3.9
Sumber : google

Ukuran serta jumlah lift pada dasarnya di tentukan oleh populasi setiap
lantai, penggunaan gedung serta tipe gedung. Nah sebagai tambahan, lift juga harus
memenuhi aturan dan ketentuan nasional maupun local.
Kebanyakan Negara menentukan kapasitas beban minimum sebesar 1100
kg, memakai pintu terbuka samping. Sedangkan untuk bangunan lebih tinggi lift
dengan pintu bukaan tengah dengan kapasitas 1550 kg umum dipakai
Tahapan perhitungan kebutuhan lift

1. Menentukan Building Population


(populasi dalam bangunan, estimasi jumlah orang dalam bangunan)
2. Tentukan pHC (prosentase yang dihandel)
3. Tentukan HC (Handling Capacity)
= pHC x Building Population
= orang
4. Menentukan Spesifikasi lift
5. Menentukan RT (Round Trip)
waktu yang dibutuhkan setiap pengangkutan
6. Tentukan Car Passenger Capacity(P), berapa orang
7. H= 300 x P
RT
8. Tentukan jumah lift = N = HC
H

CEK INTERVAL

I = RT

Jika Sesuai OK

Jika I > I standar maka kecepatan dinaikkan atau kapasitas lift diperkecil

Jika I < I standar maka kecepatan diturunkan atau kapasitas diperbesar

3.5 TANGGA DARURAT

Tangga daarurat digunakan hanya pada saat darurat seperti keadaan kebakaran dan juga
bencana alam, juga berfungsi sebagai jalur evakuasi.
Jalur evakuasi dilegkapi lampu yang terang yang dipasang pada plat di bawah tangga,
diusahakan tangga darurat lebih terang dari ruang lainya agar pada saat evakuasi terlihat
jelas, namum lampu ini hanya hidup saat keadaan genting terjadi, adanya sensor pada
lampu dan juga saklar on/off pada ruang system.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem transportasi bangunan adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen
atau elemen yang dihubungkan dalam proses perpindahan manusia atau barang yang
bertujuan memudahkan aktivitas manusia sehari-harinya. System transportasi mekanis
yang ada pada bangunan merupakan suatu objek yang dapat memindahkan atau
merupakan objek yang memudahkan pergerakan manusia atau barang dalam satu ruang
ke ruang lain. Contohnya pada bangunan rumah tinggal dua lantai akan memakai tangga
sebagai objek yang memudahkan pergerakan civitas di dalam rumah sehari-harinya.

4.2 Saran
Dalam membuat sistem trasportasi bangunan sangatlah perlu memperhatikan jenis
bangunan serta syarat sistem transportasi mekanis agar sistem transportasi mekanis bisa
bekerja dengan optimal dan nyaman dipergunakan oleh pengguna transportasi mekanis
pada bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

https://arydj.wordpress.com/2010/07/12/sistem-eskalator/

www. googleimage.com

http://archive.kaskus.co.id/thread/4763498/0#4

academia.edu-presentasi-sistem-eskalator

http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2009-2-00089-AR%20Bab%204.pdf

https://jonpurba.wordpress.com/2010/03/10/escalator/

http://www.galeripustaka.com/2013/07/eskalator-dan-travelator-ramp-berjalan.html

Anda mungkin juga menyukai