REHABILITASI MEDIK
SEORANG PEREMPUAN, 52 TAHUN, DENGAN
HEMIPARESE SINISTRA
STROKE NON HEMORHAGIK, HIPERTENSI GRADE II DAN
DM TIPE 2 NON OBESE
Oleh :
Nugraha Afandi
G0003144
Pembimbing :
Dr. dr. Hj. Noer Rachma, Sp RM
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh masak
Alamat : Tanggulsari 2/ 16 Banjarsari, Surakarta
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 7 November 2009
Tanggal Periksa : 10 November 2009
No CM : 98 03 06
B. Keluhan Utama :
Separuh badan sebelah kiri terasa lemah
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluh nyeri kepala terus-menerus, kemudian pasien periksa ke dokter
umum diberi obat jalan dan kontrol sekali, nyeri kepala sedikit berkurang,
saat itu pasien masih bisa berjalan. Tetapi sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluh lengan dan tungkai kiri tidak dapat
digerakkan sehingga sejak saat itu pasien kesulitan berjalan. Pagi hari
sesudah mandi pasien tiba-tiba tidak bisa menggerakkan anggota badan
bagian kiri. hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan separuh
badan sebelah kiri terasa lemah termasuk lengan dan tungkai kiri sehingga
pasien sulit mengendalikan tungkainya saat berjalan. Nyeri kepala
dirasakan pada seluruh bagian kepala. Tidak ada kejang atau tetapi
muntah 2 kali dalam sehari. Pasien tidak pingsan dan masih ingat kejadian
saat mulai merasakan lemah pada separuh tubuh sebelah kiri.
1
Buang air kecil 3-4x dalam semalam, lancar, warna kuning jernih,
anyang-anyangen (-), BAK berpasir (-), nyeri saat BAK (-), sering merasa
haus dan lapar. Buang air besar sulit, sudah 3 hari sebelum masuk rumah
sakit penderita belum BAB.
2
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang ibu dari 2 orang anak. Ia tinggal bersama
suami dan keluarga anaknya di Tunggulsari, Banjarsari, Surakarta.
Bekerja sebagai buruh masak. Penderita mondok di RSDM dengan
menggunakan kartu SKTM.
3
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP tidak meningkat,
limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
J. Thoraks
a. retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
c. Paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan
paradoksal (-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ), suara
tambahan (-/-)
K. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-),
lordosis(-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)
Tanda Patrick/Fabere : (-/-)
Tanda Anti Patrick : (-/-)
Tanda Laseque/SLR : (-/-)
Thomas test : (-)
Ober test : (-)
4
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem Akral dingin
- - - -
- - - -
N. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1. Penampilan : wanita, tampak sesuai umur, berpakaian rapi, ,
perawatan diri baik
2. Kesadaran : Kuantitatif : compos mentis
Kualitatif : tidak berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik : normoaktif
4. Pembicaraan : koheren, menjawab pertanyaan dengan cepat
5. Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
5
Sensorium dan Kognitif
- Daya Konsentrasi : baik
- Orientasi : Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
- Daya Ingat : Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik
Insight : Baik
Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
O. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik
- Rasa Ekseteroseptik Lengan Tungkai
Suhu (+/+) (+/+)
Lengan Tungkai
Nyeri (+/+) (+/+)
Rabaan (+/+) (+/+)
- Rasa Propioseptik Lengan Tungkai
Rasa Getar (+/+) (+/+)
Rasa Posisi (+/+) (+/+)
Rasa Nyeri Tekan (+/+) (+/+)
Rasa Nyeri Tusukan ( + / + ) (+/+)
- Rasa Kortikal
Stereognosis : normal
Barognosis : normal
Pengenalan 2 titik : normal
6
Fungsi Motorik dan Reflek :
Atas Tengah Bawah
Ka/ki ka/ki ka/ki
a. Lengan
- Pertumbuhan n/n n/n n/n
- Tonus n/ n/ n/
- Reflek Fisiologis
Reflek Biseps +2/+2
Reflek Triseps +2/+2
- Reflek Patologis
Reflek Hoffman -/-
Reflek Tromner -/+
7
c. Reflek Kulit
- Reflek Dinding Perut (+/+)
- Reflek Cremaster (tidak dilakukan)
Nervus Cranialis
Lesi N. VII sinistra
N. XII sinistra
P. Range of Motion (ROM)
NECK
ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-700 0-700
Ekstensi 0-400 0-400
Lateral bending kanan 0-600 0-600
Lateral bending kiri 0-600 0-600
Rotasi kanan 0-900 0-900
Rotasi kiri 0-900 0-900
8
TRUNK ROM aktif ROM pasif
Fleksi 0-300 0-300
Ekstensi 100-0 100-0
Rotasi 0-100 0-100
TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 2
Ekstensor Thoracic group 5
Lumbal group 5
Rotator M. Obliquus Externus 5
Abdominis
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
9
Ekstremitas Superior Dextra Sinistra
Shoulder Fleksor M Deltoideus anterior 5 0
M Biseps 5 1
Ekstensor M Deltoideus anterior 5 0
M Teres mayor 5 0
Abduktor M Deltoideus 5 0
M Biceps 5 0
Adduktor M Lattissimus dorsi 5 1
M Pectoralis mayor 5 1
Internal M Lattissimus dorsi 5 1
Rotasi M Pectoralis mayor 5 1
Eksternal M Teres mayor 5 1
Rotasi M Infra supinatus 5 1
Elbow Fleksor M Biceps 5 0
M Brachialis 5 0
Ekstensor M Triceps 5 0
Supinator M Supinator 5 0
Pronator M Pronator teres 5 0
Wrist Fleksor M Fleksor carpi radialis 5 0
Ekstensor M Ekstensor digitorum 5 0
Abduktor M Ekstensor carpi radialis 5 0
Adduktor M ekstensor carpi ulnaris 5 0
Finger Fleksor M Fleksor digitorum 5 0
Ekstensor M Ekstensor digitorum 5 0
R. Status Ambulasi
Moderately dependent
10
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah
7/11/09 9/11/09 Satuan Rujukan
Hb 14,3 15,3 g/dl 13.5-18.0
HCT 40,9 44,4 40-54
RBC 4,87 5,14 106/l 4.6-6.2
WBC 12,8 5,89 103/l 4,5-11
AT 421 420 103/l 150-440
GD A
GDS 308 143 mg/dL 80-140
Ureum 14 33 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,5 1,0 mg/dL 0,7-1,3
Asam urat 2,5 mg/dl 3.4 -7.0
Na 131 mmol/ L 136-146
K 4,4 mmol/ L 3,5-5,1
Cl 97 mmol/ L 98-106
Ca mmol/ L 1.00-1.20
Prot. total 7,2 g/dl 6.6-8.7
Alb 4,4 g/dl 3.5-5.0
Glob 2,8 g/dl 0.6-5.2
Bil. Tot 0,48 mg/dl 0-1.10
Bil. Direk 0,28 mg/dl 0-0.25
Bil. 0,32 mg/dl 0-0.75
Indirek
SGOT 22 U/L 0-38
SGPT 17 U/L 0-41
Kolest. 171 mg/dl 50-200
Total
HDL-L 49 mg/dl 41-67
LDL-L 116 mg/dl 0-130
Trigliserid 83 mg/dl 50-150
Glukosa 280 mg/dl
78 110
puasa
Glukosa 375 mg/dl
80 140
2jam pp
11
B. Pemeriksaan laboratorium urin tanggal 9 November 2009
Urinalisa Sedimen Urin
SG 1.020 Eritrosit >100
pH 5,0 Leukosit >100
Leukosit 500 Silinder -
Nitrit - Kristal Phosphat amorf (+2)
Protein 25 mg/dl (+1) Epitel -
Glukosa 1000 mg/dl (+3) Lain-lain Bakteri (-)
Keton 15
UBG Normal
Bilirubin -
Erytrosit -
12
6. Psikologi : Beban pikiran karena kesulitan melakukan
aktivitas sehari hari
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
1. Bed rest total
2. Diet DM 1700 kkal
3. Infus RL 20 tpm
4. Injeksi Piracetam 3 g/8 jam
5. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
6. Aspilet 1 x 80 mg
7. Dulcolax 1x I tab supp
Rehabilitasi Medik:
Hari 1-3 (di sisi tempat tidur)
- Hindari pengaturan posisi pada anggota gerak yang terkena.
- Kurangi tekanan pada daerah yang sering tertekan seperti
daerah lulut dan sakral.
- Catat refleks, tonus dan kekuatan otot.
- Awal PROM dan AAROM, setiap hari oleh OT/ PT atau
perawat.
- Menjuntai keluar dari tempat tidur.
- Duduk di kursi.
- Catat fungsi buang air besar dan berkemih
- Identifikasi dedfisit komunikasi.
- Terapkan modifikasi diet.
- Nilai situasi sosial.
Hari 3-5 (Ke Bagian Terapi)
- Kirim ke bagian PT/ OT dedngan kursi roda.
- Gunakan bantalan kursi rroda, hindari bantal donat.
- Evaluasi potensi berjalan pada papan paralel.
13
- Evaluasi dasar oleh PT/ OT
- Berikan sling jika terjadi subluksasi bahu.
- Angkat kateter indwelling, mulai berkemih dengan waktu
yang teratur.
Hari 7-10 (Rehabilitasi Pasien Rawat Inap Akut)
- Aktivitas berpindah (dari kursi roda ke kasur, dari kursi roda
ke tempat tidur).
- Aktivitas sebelum berjalan.
- Masuk ke unit rehabilitasi akut.
- Latihan ADL perawatan pagi hari dan berpakaian.
- Latihan psikologi.
- Strategi berkomunikasi.
- Menelan yang dilakukan melalui terapi diet/ bicara.
- Belajar mandiri pada tingkat kursi roda.
2-3 minggu (Rehabilitasi pasien rawat inap akut)
- Peningkatan gaya berjalan : alat bantu/ AFO.
- Konferensi keluarga/ tim mengenai prognosis dan rencana
penghentian rehabilitasi akut.
- Evaluasi rumah terapeutik.
- Peningkatan dari berkemih di pispot menjadi berkemih di
kamar kecil.
3-6 minggu (Penghentian rehabilitasi akut)
- Anggota keluarga/ pengasuh belajar program rumahan.
- Pengajaran tentang obat-obat sendiri.
- Mandiri dalam berpakaian, berdandan.
- Mandiri dalam mobilitas dan berpindah ke kursi roda.
- Evaluasi lengkap kamar mandi dan dapur.
- Peningkatan diet.
- Kebutuhan komunikasi diperhatikan.
14
10-12 minggu (Tindak lanjut poliklinik rawat jalan)
- Tinjaulah kemampuan fungsi.
- Bahas masalah keselamatan diri (jatuh).
- Perbaharui/ sesuaikan perintah terapi rawat jalan.
- Perbaharui medikasi.
- Lakukan tindak lanjut dengan dokter lain, sesuai indikasi.
- Nilai perlunya konseling pasien/ keluarga lebih lanjut.
VII. PLANNING
Planning Diagnostik : -
Planning Terapi : -
Planning Edukasi : - Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa
terjadi
- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan
yang dilakukan
- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan
untuk melakukan terapi
Planning Monitoring : - Evaluasi hasil terapi, ROM dan MMT
- Monitoring tekanan darah, kadar glukosa
darah
VIII. TUJUAN
1. Mengurangi atau menghilangkan rasa lemah pada separuh badan
sebelah kiri
2. Mengembalikan penderita pada tingkat aktivitas normalnya
3. Membantu pemulihan penderita sehingga mampu mandiri dalam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
15
TINJAUAN PUSTAKA
I. STOKE
Merupakan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat fungsi
otak fokal ( setempat) atau global ( menyeluruh / merata ) contohnya : pada
perdarahan subarachnoid, menyebar ke seluruh otak dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam / lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain yang jelas ( contoh : trauma, tumor, dll) selain vaskular. Bila <
24 jam disebut TIA ( serangan otak yang sifatnya selintas ).Bila < 24 jam
menyebabkan kematian karena perdarahan yg luas, sudah disebut
stroke.Stroke : diminished quality of life ( memperburuk kualitas hidup
karena tidak bisa kerja dgn baik, lumpuh, dsb ).
10 % : bisa sembuh sempurna
25 % : sembuh dengan sedikit gejala sisa
40 % : ada gejala sisa yg sedang-berat
10 % : memerlukan perawatan khusus di rumah.
15 % : meninggal dalam waktu dekat setelah serangan stroke ( tidak
tertolong )
14 % dari yang sembuh mendapat kemungkinan stroke ulang ( dalam 1 th
setelah kena stroke ). Frekuensi lebih besar daripada orang yang belum
pernah stroke.
Pembagian 2 kelompok stroke :
1. Perdarahan ( Hemoragic stroke )
lebih sering yang perdarahan, tapi gejala sisa umumnya sedikit.
pembuluh darah otak pecah / robek.
karena : tekanan darah tinggi, AVM ( Arterovenosus malforman ),
aneurisma pembuluh darah cerebral.
2. Ischemi ( stroke non hemoragik )
karena pembuluh darah yang memberikan pasokan darah ke otak
tersumbat
jika sembuh gejala sisa lebih banyak.
16
- stroke iskemik menurut klinis :
a. stroke sepintas ( TIA ), berlangsung kurang dari24 jam.
b. stroke reversibel ( RIND) : Reversible Ischemic Neurologic Deficit ),baik
kembali seperti semula setelah 24 jam.
c. stroke berkembang : stroke yang bertambah berat.
d. stroke komplit ( completed stroke ) : stroke yang sudah tidak berkembang
lagi, tetap, tidak membaik tapi juga tidak memburuk.
Perbedaan antara stroke perdarahan dgn stroke iskemik
17
Faktor risiko ( hal-hal yang memperbesar kemungkinan seseorang terkena di
kemudian hari ) stroke iskemik :
1. Faktor yang bisa dipengaruhi ( unmodifiable risk factor )
umur : makin tua kemungkinan stroke makin besar
jns kelamin : pria lebih banyak, mungkin ada kaitannya dengan faktor
hormonal.
herediter : bila ada riwayat keluarga terkena stroke maka kemungkinan
terkena strike lebih besar.
2. Faktor resiko yang bisa dipengaruhi ( Modifiable risk factor ) : bisa
diubah sehingga kemungkinan bisa diperkecil.
a. Sudah mantap dan bukti banyak
Hipertensi dua kali lipat banyak terkena stroke
DM
dislipidemia
merokok
penyakit jantung contoh : infark miocard terutama atrial fibrilation,
terjadi emboli dari jantung yang jalan sampai otak.
b. Belum mantap sehingga bukti belum banyak / belum kuat
obesitas
stress
ACA ( anti Cardiolipin Antibodi )
Hemosistein
18
Stroke sering disebabkan karena aterosklerosis.
ATHEROROGENESIS
NO LDL
PDGF
Toxic product plaque ruptur ( fissura ) Eicosanod
Sitokin
19
Trombus ada beberapa kemungkinan, diantaranya terlepas / menyumbat
pembuluh darah di tempat lain.
Stroke salah satu faktor risikonya adalah penyakit jantung atrial fibrilation.
Cardiac embolus bisa berjalan sampai ke otak dan bisa menyebabkan
stroke.
Thrombus bersama collateral flow, dibantu aliran darah yang lain sehingga
pasien terkadang bisa terbantu.
Aliran darah otak regional dipengaruhi oleh :
1. Resistensi cerebrovascular, dipengaruhi oleh penampang pembuluh
darah.
2. Tekanan perfusi otak
3. Viscositas & koabilitas darah
Pada polisitemia, aliran darah menurun.
Autoregulasi cerebral dan aliran darah otak
- batas normal pada tekanan darah arteriil 50-150 mmHg.
- ADO : 50 ml / 100 gr jaringan otak / menit.
glukosa
arteri mitokondria
O2
cellular memory E ( ATP ) cellular communication
20
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetesi. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti
tersebut di bawah ini :
1. Keluhan klasik DM : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui 3 cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka kadar glukosa darah sewaktu
200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada waktu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir.
2. Jika keluhan klasik DM ditemukan, maka kadar glukosa darah puasa
126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam
air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
tergantung dari hasil yang diperoleh.
a. TGT : glukosa darah plasma bronkiale 2 jam setelah beban antara 140
199 mg/dL (7,8 11,0mmol/L).
b. GDPT : glukosa darah puasa antara 100 -125 mg/dL (5,6 6,9
mmol/L).
Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan
spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun
memiliki keterbatasan tersaendiri. TTGO sulit dilakukan berulang-ulang
dan dalam praktek sangat jarang dilakukan. Dengan pemeriksaan glukosa
21
darah puasa lebih mudah dilakukan, mudah diterima pasien, seta murah,
sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk pemeriksaan DM
C. Faktor Risiko DM
Adapun faktor risiko DM antara lain :
1. usia > 45 tahun
2. berat badan lebih : BBR > 110 % BB Idaman atau Indeks Massa
Tubuh > 23 kg/m2
3. hipertensi ( 140/90 mmHg)
4. riwayat DM dalam garis keturunan (genetik)
5. riwayat abortus berulang.
D. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya
kualitas hidup diabetisi, yaitu :
1. jangka pendek
a. menghilangnya keluhan dan tanda DM
b. mempertahankan rasa nyaman
c. tercapainya target pengendalian glukosa
2. jangka panjang
a. tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
b. Tujuan akhir penatalaksanaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas dini DM.
Untuk tujuan tersebut dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien
secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan
tingkah laku. Pilar penatalaksanaan DM :
1. edukasi
2. terapi gizi medis
3. latihan jasma bronkialeni
4. intervensi farmakologis.
22
E. Penyulit DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan
menahun :
1. penyulit akut
a. ketoasidosis diabetik
b. hiperosmolar non ketotik
2. hipoglikemi.
Petunjuk Praktis Terapi Hipoglikemia dengan Rumus 3-2-1.
(Pengalaman Klinik : Askandar Tjokroprawiro 1996-2002)
Kadar glukosa Terapi hipoglikemia dengan Glukosa
(mg/dL) Rumus 3-2-1 1 flakon = 25 ml
40 % (10 gram)
< 30 mg/dl Injeksi i.v Dekstrosa 40 %, bolus 3 fl Rumus 3
30-60 mg/dl Injeksi i.v Dekstrosa 40 %, bolus 2 fl Rumus 2
60-100 mg/dl Injeksi i.v Dekstrosa 40 %, bolus 1 fl Rumus 1
3. penyulit menahun
a. makroangiopati yang melibatkan :
1) pembuluh darah jantung
2) pembuluh darah tepi
3) pembuluh darah otak
b. mikroangiopati
1) retinopati diabetik
2) nefropati diabetik
c. neuropati
III. HIPERTENSI
A. Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial/ hipertensi primer. Macam-macam hipertensi, antara
lain : hipertensi esensial, hipertensi pada penyakit ginjal, hipertensi
renovaskuler, hipertensi pada kehamilan, krisis hipertensi.
23
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The Seventh Report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
Klasifikasi Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
Normal < 120 dan < 80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertansi derajat 2 160 atau 100
TDS = Tekanan Darah Sistolik TDD = Tekanan Darah Diastolik
B. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul
terutama karena interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktor-
faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :
1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, genetik
2. sistem syaraf simpatis
a. tonus simpatis
b. variasi diurnal
3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi :
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir.
4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system renin,
angiotensin, dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah
Jantung x Tekanan Perifer.
24
C. Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang
umum ditemui pada pasien hipertensi adalah :
1. jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. otak
strok atau transient ischemic attack
3. penyakit ginjal kronis
4. penyakit arteri perifer
5. retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah
pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down
regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain
juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap
garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming
growth factor- (TGF-).
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target
meliputi :
1. jantung
a. pemeriksaan fisik
b. foto polos dada(untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
25
2. pembuluh darah
a. pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
b. USG karotis
c. Fungsi endotel (masih dalampenelitian)
3. otak
a. pemeriksaan neurologis
b. diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial
computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging
(MRI) (untuk pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan
memori atau gangguan kognitif)
4. mata
funduskopi
5. fungsi ginjal
a. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin
urin.
b. perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi
stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus
dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney
Foundation (NKF).
26