Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN TYPHUS ABDOMINALIS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 6

Anggota :

1.VAFENRAH
2.WELLA MIRTA
3.WINDA SAVITRI

Dosen Pembimbing :PERMATA SARI S.KEP.NS

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA


TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Typhus Abdominalis (Demam Tipes)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia merupakan salah satu negara yang
penduduknya rentan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit-
penyakit tropis diantaranya demam thypoid.Ditambah dengan buruknya perilaku
masyarakat Indonesia yang tidak peduli terhadap keseimbangan ekosistem, terutama
lingkungan yang merupakan faktor pencetus meningkatnya intensitas angka kejadian
penyakit tropis yang berakibat pada ketidakstabilan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.Salah satu penyakit menjadi momok bagi masyarakat Indonesia karena
banyaknya kasus dan sering mengakibatkan kematian adalah penyakit Demam Thypoid
yang sering menyerang anak-anak.
Penyakit deman thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam, sakit kepala, mual, muntah, tidak nafsu makan.
Masalah-masalah yang diakibatkan dari penyakit ini akan lebih kopleks apabila terjadi
pada anak seperti gangguan pemenuhan istirahat tidur, gangguan pemenuhan nutrisi,
juga anak tidak bisa bermain dengan teman sebayanya. Sedangkan bermain
merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak sekalipun
anak dalam keadaan sakit dan dirawat.Sehingga sangat perlu kiranya jenis penyakit ini
untuk dibahas dan dipahami oleh setiap tenaga kesehatan agar mampu memberikan
asuhan guna memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Atas dasar tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai penyakit ini
dalam sebuah makalah dengan judul Typus abdominalis.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memahami teoritis dan asuhan keperawatan dari typus abdominalis.
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Untuk memahami teoritis dari typus abdominalis (definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, obat-
obatan, pencegahan).
b) Untuk memahami dan mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk
penderita typus abdominalis

1.3 Metode Penulisan


Metode dalam penulisan makalah ini yaitu dengan metode studi pustaka, buku
panduan, serta menggunakkan media internet.
BAB II

2.1 KONSEP PENYAKIT

2.1.1.DEFINISI

Merupakansuatupenyakitinfeksisistemikbersifatakut yang
disebabkanolehsalmonella typhi.Penyakitiniditandaiolehpanasberkepanjangan,
ditopamgdengan bacteremia tanpaketerlibatanstruktur endothelia
atauendokardialdaninfasibakterisekaligusmultiplikasikedalamselfagosit monocular dari
hati limpa, kelenjarlimfe , ususdanpeyers patch dandapatmenularpada orang lain
melaluimakananatau air yang terkontaminasi.(sumarmo,2002)

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi


salmonella Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
(Bruner and Sudart, 199).Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna,
gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun
(70%-80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun
sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif 1999).

2.1.2.ANATOMI FISIOLOGI

Usus Halus
Usus halus atau intestinium minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya kurang lebih 6m,
merupakian saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil
pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa sebelah dalam,
lapisan otot melingkar (muskular sirkuler), lapisan otot memanjang (muskular
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Fungsi usus halus adalah diantaranya
secara selektif mengabsorpsi produk digesti, usus halus juga mengakhiri proses
pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan lambung. Proses ini diselesaikan oleh
enzim usus dan enzim pancreas serta dibantu empedu dalam hati.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa
di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Bagian dari usus halus terdiri dari
.

Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada
lengkungan ini terdapat pankreas.Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput
lendir, yang membukit disebuit papilla vateri.Pada papilla vateri ini bermuara saluran
empedu (duktus koledukus) dan saluran poankreas (duktus wirngus/duktus
pankreatikus).
Empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang
fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga
menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan
tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan
polipeptida.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar,
kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum.
Jejenum dan Ileum.

Jejenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter.Bagian atas adalah jejenum
dengan panjang 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter.Lekukan jejenum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posteior dengan perantara lipatan peritonium
yang berbentukkipas dikenal sebagai mesenterium.Sambungan antara jejenum dan
ileum tiak mempunyai batas tegas.Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum
dan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileosekalis.
Fungsi Usus Halus meliputi :

a) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui


kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
b) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan :

a) Enterokinase mengaktifkan enzim proteolitik.


b) Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
c) Laktase menguabah laktosa menjadi monosakarida.
d) Maltose mengubah maltosa menjadi monosakarida.
e) Sukrose mengubah sukrosa menjadi monosakarida.

2.1.3. ETIOLOGI

Salmonella typhisamadengansalmonela yang lain adalahbakteri gram-negatif,


mempunyaiflagella,tidakberkapsul, tidakmembentukspora, fakultatifanaerob.
Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiridarioligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiridari protein dan envelope antigen(K) yang
terdiridaripolisakarida.Mempunyaimakromolekularlipopolisakaridakompleks yang
membentuk
lapisluardaridimdimgseldandinamakanendotoksin.Salmonellatyphijugadapatmemperol
eh plasmid factor-R yang berkaitandenganresistensiterhadap multiple antibiotic.
2.1.4. PATOFOSIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat
menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Kuman salmonella masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus yang
melepaskan zat pirogen dan menimbulkan infeksi. Infeksi ini bisa merangsang pusat
mual dan muntah di medulla oblongata dan akan mensekresi asam lambung berlebih
sehingga mengakibatkan mual dan timbul nafsu makan berkurang. Apabila nafsu
makan berkurang maka terjadi intake nutrisi tidak adekuat dan terjadi perubahan
nutrisi. Selain itu juga kuman yang masih hidup akan masuk ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakterimia primer), dan menuju sel-sel retikuloendotelial, hati, limfa dan organ-
organ lainnya (Suriadi, 2006 : 254).
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh
limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati
dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe
sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada
perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan menyebar
keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan
tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus. (Ngastiyah, 2005).

2.1.5. MANIFESTASI KLINIS

1.Gejala pada anak: Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.

2.Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3.Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.

4.Ruam muncul pada harike 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

5. Nyerikepala, nyeriperut

6.Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

7.Pusing, Bradikardi, Nyeriotot

8.Batuk

9.Epistaksis

10.Lidah yang berselaput (kotorditengah, tepid an ujung merahserta tremor)

11.Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus

12.Gangguan mental berupasamnolen

13.Deliriumataupsikosis

14.Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.
6.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.PemeriksaanDarahPeriferLenkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositisis atau kadar leukosit


normal.Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertaiin feksisekunder.

2.Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.

3.PemeriksaanUjiWidal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi.Uji Widal dimaksud untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita
demam tifoid.Akibatadanyainfeksioleh salmonella typhimakapenderitamembuat
antibody (agglutinin)

4.Kultur

Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama

Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua

Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

5.Anti Salmonella TyphiIgm

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella typhi,
karena antibody Igmmuncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS.

1. Non Farmakologi

-Bed rest
-Diet

Diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.

2. Farmakologi.

-Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hariterbagidalam 3-4 kali pemberian, oral atau IV


selama 14 hari

-Bila ada kontra indikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis


200mg/kgBB/hari,terbagi dalam 3-4 kali.

-Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50mg/kgBB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari

-Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic adalah
meropenem, azithromisindan fluoroquinolon.
TINJAUAN TEORITS

PENGKAJIAN
a) Identitas pasien
Mencakup identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan tanggal masuk rumah sakit.
Identitas penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, alamat, suku bangsa, hubungan dengan penderita/pasien.

b) Keluhan utama
Keluhan demam 4 hari yang lalu, demam pada sore hari, suhu tubuh 40C, disertai
mual, muntah, dan tidak nafsu makan.

c) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu.Biasanya klien suka memakan makanan dan minuman
yang tidak terjaga kebersihan.

d) Riwayat kesehatan Sekarang


Pasien mengeluh badannya demam, terutama pada sore sampai malam, perasaan
tidak enak, lesu, nyeri kepala, pusing, tidak bersemangat, bibir kering dan pecah -
pecah, lidah kotor, perut kembung, BAB keras / diare.

e) Riwayat Kesehatan keluarga


Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti diderita klien.

f) Riwayat kesehatan lingkungan


Biasanya lingkungan tempat tinggal klien tidak terjaga, yang dapat menimbulkan
kuman ada dimakanan / minuman.

g) Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen,
identifikasi lamanya waktu dimana gejala hilang, identifikasi metode yang digunakan
untuk mengatasi gejala, dehidrasi (akibat dari mual dan muntah), dan bukti adanya
gangguan sistemik yang menyebabkan gejala typus abdominalis.

h) Psikologis
Kaji apakah penyakit ini berdampak pada psikologis pasien.

i) Pemenuhan kebutuhan dasar

Pola nutrisi
Pola tidur
Pola eliminasi

j) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah untuk kultur

Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama
sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.

Pemeriksaan widal

Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis


thypoid abdominalis secara pasti.Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk
dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan
widal)

2) Pemeriksaan sumsum tulang belakang


Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel
System (RES) dengan adanya sel makrofag.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul menurut Brunner &Suddarth :
a. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan hipertermi
dan muntah.
b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik.
e. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasif
f. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat.
g. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan infeksi virus salmonella thyposa
di tandai dengan nyeri abdomen.
BAB III

PENGKAJIAN

1. Identitas

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no register,
agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan penanggung jawab.

2. Alasan Masuk

Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan kembung, nafsu
makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.

3. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual , muntah,
diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri otot, lidah kotor,
gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid atau pernah
menderita penyakit lainnya?

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam typoid atau
penyakit keturunan?

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Biasanya badan lemah


b. TTV : peningkatan suhu,perubahan nadi, respirasi

c. Kesadaran : Dapat mengalami penurunan kesadaran.

d. Pemeriksaan Head To toe

1) Kepala

Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut merata
dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.

2) Mata

Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik
konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya baik.

3) Telinga

Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat peradangan.

4) Hidung

Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-tanda
peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping hidung taka ada
epistaksis.

5) Mulut dan gigi

Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa mulut/bibir
kemerahan dan tampak kering.

6) Leher

Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.

7) Dada

Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak., tidak ada
batuk.
8) Abdomen

Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri tekan,bising usus 12x


/menit,terdapat pembesaran hati dan limfa

9) Ekstremitas

Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak terdapat
fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat

5. Data Psikologis

Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan , perasaan tak berdaya dan


depresi.

6. Pemeriksaan Penunjang

a.Darah

Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa
menurun atau meningkat.Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa
hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai
sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam
membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya
leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis typoid

b.SGOT, SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

c.Uji Widal

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada kenaikan
titernya. Jika ada maka dinyatakan (+).Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau
1/640,langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala khas.
2.2.Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit

2. Nyeri akut b.d proses peradangan

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat

4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan
suhu tubuh

5. Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal (penurunan motilitas


usus)

2.3 Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


O Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan NOC NIC
termoregulasi Hidration Temperature regulation
Definisi: fruktuasi Adherence (pengaturan suhu)
suhu diantara behavior - Monitor suhu minimal
hipotermi dan Immune status tiap 2 jam
hipertermia Risk control - Rencanakan
Batasan Risk detection monitoring suhu secara
karakteristik: Kreteria hasil: kontinyu
Dasar kuku Keseimbangan - Monitor TD, nadi, dan
sianostik antara produksi RR
Fruktuasi suhu panas, panas yang - Monitor warna dan
tubuh diatas dan diterima, dan suhu kulit
dibawah kisaran kehilangan panas - Monitor tanda-tanda
normal Seimbang hipertermi dan hipotermi
Kulit antara produksi - Tingkatkan intake
kemerahan panas, panas yang cairan dan nutrisi
Hipertensi diterima, dan - Selimuti pasien untuk
Peningkatan kehilangan panas mencegah hilangnya
suhu tubuh diatas selama 28 hari kehangatan tubuh
kisaran normal pertama kehidupan - Ajarkan pada pasien
Peningkatan Keseimbangan cara mencegah keletihan

frekwensi pernafasan asam basa bayi akibat panas

Sedikit baru lahir - Diskusikan tentang

mengigil,kejang Temperature pentingnya pengaturan suhu

Pucat sedang stabil :36,5-37 C dan kemungkinan efek

Piloereksi Tidak ada negative dari kedinginan


kejang - Beritahu tentang
Penurunan
Tidak ada indikasi terjadinya keletihan
suhu tubuh dibawah
perubahan warna dan penanganan
kisaran normal
kulit emergency yang diperlukan
Kulit dingin,
Glukosa darah - Ajarkan indikasi dari
kulit hangat
stabil hipotermi dan pananganan
Pengisian ulang
Pengendalian yang diperlukan
kapiler yang lambat,
risiko: hipertermia - Berikan anti piretik jika
takirkardi
Pengendalian perlu
Faktor yang
risiko: hyporthermia
berhubungan:
Pengendalian
Usia yang
risiko: proses
ekstrem
menular
Fluktuasi suhu
Pengendalian
lingkungan
risiko: paparan sinar
Penyakit
matahari
trauma

2 Nyeri akut NOC NIC


Definisi: Pain level Pain management
pengalaman sensori Pain control - Lakukan pengkajian
dan emosional yang Comfort level nyeri secara komprehensif
tidak menyenangkan Kriteria hasil: termasuk lokasi,
yang muncul akibat Mampu karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
yang aktual atau (tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi
potensial atau mampu - Observasi reaksi
digambarkan dalam menggunakan tehnik nonverbal dari
hal kerusakan nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
sedemikian rupa mengurangi nyeri, - Gunakan teknik
(international mencari bantuan) komunikasi terapeutik
association for the Melporkan untuk mengetahui
study of Pain): awitan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
yang tiba-tiba atau berkurang dengan - Kaji kultur yang
lambat dari intesitas menggunakan mempengaruhi respon
ringan hingga berat manajemen nyeri nyeri
dengan akhir yang Mampu - Evaluasi pengalaman
dapat diantisipasi mengenali nyeri nyeri masa lampau
atau diprediksi dan (skala, intensitas, - Evaluasi bersama
berlangsung <6 frekuensi dan tanda pasien dan tim kesehatan
bulan nyeri) lain tentang
Menyatakan ketidakefektifan control
Batasan rasa nyaman setelah nyeri masa lampau
karakteristik: nyeri berkurang - Bantu pasien dan
Perubahan keluarga untuk mencari
selera makan dan menemukan
Perubahan dukungan
tekanan darah - Control
Perubahan lingkunganyang dapat
frekwensi jantung mempengaruhi nyeri
Perubahan seperti suhu ruangan,
frekwensi pencahayaan dan
pernapasan kebisingan
Laporan isyarat - Kurangi faktor
Diaforesis presipitasi nyeri

Perilaku - Kaji tipe dan sumber


distraksi (mis: nyeri untuk menentukan

berjalan mondar- intervensi


mandir mencari - Ajarkan tentang
orang lain dan atau teknik non farmakologi
aktifitas lain, aktifitas - Berikan analgetik
yang berulang) untuk mengurangi nyeri

Mengekspresik - Tingkatkan istirahat

an perilaku (mis: - Monitor penerimaan

gelisah, merengek, pasien tentang menejemen

menangis) nyeri

Masker wajah Analgesic administration

(mis: mata kurang - Tentukan lokasi,

bercahaya, tampak karakteristik, kualitas, dan

kacau, gerakan mata derajat nyeri sebelum

berpencar atau tetap pemberian obat

pada satu focus - Cek instruksi dokter

meringis) tentang jenis obat, dosis,

Sikap dan frekuensi

melindungi area nyeri - Cek riwayat alergi


- Pilih analgesic yang
Focus
diperlukan atau kombinasi
menyempit (mis:
dari analgesic ketika
gangguan persepsi
pemberian lebih dari Satu
nyeri, hambatan
- Tentukan pilihan
proses berfikir,
analgesic tergantung tipe
penurunan interaksi dan beratnya nyeri
dengan orang dan - Tentukan analgesic
lingkungan) pilihan, rute pemberian,
Indikasi nyeri dan dosis optimal
yang dapat diamati - Pilih rute pemberian
Perubahan secara IV, IM untuk
posisi untuk pengobatan nyeri secara
menghindari nyeri teratur
Sikap tubuh - Monitor vital sign
melindungi sebelum dan sesudah
Dilatasi pupil pemberian analgesic

Melaporkan pertama kali

nyeri secara verbal - Berikan analgesic

Gangguan tidur tepat waktu terutama saat

Faktor yang nyeri hebat

berhubungan: - Evaluasi efektivitas

Agen cedera analgesic, tanda dan

(mis: biologis, zat gejala

kimia, fisik,
psikologis)
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutrional status Nutrition management
kebutuhan tubuh Nutrional status: - Kaji adanya alergi
Definisi: asupan food and fluid intake makanan
nutrisi tidak cukup Nutrional status: - Kolaborasi dengan
untuk memenuhi nutrient intake ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan metabolic Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Batasan Kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien.
karakteristik: Adanya - Anjurkan pasien
Kram abdomen peningkatan berat untuk meningkatkan
Nyeri abdomen badan sesuai dengan protein dan vitamin c
Menghindari tujuan - Berikan substansi
makanan Berat badan gula

Berat badan ideal sesuai dengan - Yakinkan diet yang

20% atau lebih tinggi badan dimakan mengandung


dibawah berat badan Mampumengide tinggi serat untuk

ideal ntifikasi kebutuhan mencegah konstipsi

Kerapuhan nutrisi - Berikan makanan

kapiler Tidak ada tanda yang terpilih (sudah

Diare tanda mainutrisi dikonsultasikan dengan

Kehilangan Menunjukkan ahli gizi)

rambut kelebihan peningkatan fungsi - Ajarkan pasien


pengecapan dari bagaimana membuat
Bising usus
menelan catatan makanan harian
hiperaktif
Tidak terjadi - Monitor jumlah nutrisi
Kurang
penurunan berat dan kandungan kalori
makanan
badan yang berarti - Berikan informasi
Kurang
tentang kebutuhan nutrisi
informasi
- Kaji kemampuan
Kurang minat
pasien untuk mendapatkan
pada makanan
nutrisi yang dibutuhkan
Kesalahan Nutrition monitoring
konsepsi - BB pasien dalam
Kesalahan batas normal
informasi - Monitor adanya
Tonus otot penurunan berat badan
menurun - Monitor tipe dan
Cepat kenyang jumlah aktivitas yang biasa

setelah makan dilakukan

Sariawan - Monitor interaksi

rongga mulut anak atau orang tua

Kelemahan otot selama makan

pengunyah - Monitor lingkungan

Kelemahan otot selama makan

untuk menelan - Jadwalkan

Faktor-faktor yang pengobatan dan tindakan

berhubungan: tidak selama jam makan


- Monitor kulit kering
Faktor biologis
dan perubahan pigmentasi
Faktor ekonomi
- Monitor turgor kulit
Ketidak
- Monitor
mampuan untuk
kekeringan,rambut kusam
mengabsorbsi
dan mudah patah
nutrien
- Monitor mual dan
Ketidak
muntah
mampuan untuk
- Monitor kadar
mencerna makanan
albumin, total protein, Hb,
Ketidak
dan kadar Ht
mampuan menelan
- Monitor pertumbuhan
makanan
dan perkembangan
Faktor
- Monitor pucat,
psikologis
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nutrisi
- Catat adanya
edema,hiperemik,hipertoni
k papilla lidah dan cavitas
oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet

4 Resiko kekurangan NOC NIC


volume cairan Fluid balance Fluid management
Definisi: berisiko Hydration - Timbang popok/
mengalami Nutritional pembalut jika diperlukan
dehidrasi vascular, status: food and fluid - Pertahankan catatan
selular, atau Kriteria hasil: intake dan output yang
intraseluler Mempertahanka akurat
Faktor risiko n urine output sesuai - Monitor status
Kehilangan dengan usia dan BB hidrasi(kelembaban
volume cairan aktif urine normal, HT membrane mukosa, nadi
Kurang normal adekuat,tekanan darah
pengetahuan Tekanan darah, ortostatik), jika diperlukan
Penyimpangan nadi, suhu tubuh - Monitor vital sign
yang dalam batas normal - Monitor masukan
mempengaruhi Tidak ada makanan/ cairan dan
absorbs cairan tanda-tanda hitung intake kalori harian

Penyimpanan dehidrasi, elastisitas - Kolaborasikan


yang turgor kulit baik, pemberian cairan IV
mempengaruhi membrane mukosa - Monitor status nutrisi
asupan cairan lembab,tidak ada - Berikan cairan IV

Kehilangan rasa haus yang pada suhu ruangan

berlebihan melalui berlebihan - Dorong masukan oral

rute normal (mis: - Berikan penggantian

diare) nesogatrik sesuai output

Usia lanjut - Dorong keluarga

Berat badan untuk membantu pasien

ekstrem makan
- Tawarkan snack(jus
Faktor yang
buah, buah segar)
mempengaruhi
- Atur kemungkinan
kebutuhan cairan
transfusi
(mis:status
- Persiapan untuk
hipermetabolik)
transfusi
Kegagalan
Hypovolemia management
fungsi regulator
- Monitor status cairan
Kehilangan
termasuk intake dan
cairan melalui rute
ourput cairan
abnormal (mis:
- Pelihara IV line
siang menetap) - Monitor tingkat HB
Agens dan hematorit
fermasutikal (mis: - Monitor tanda vital
diuretic) - Monitor berat badan
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal
5 Konstipasi NOC NIC
Definisi:penurunan Bowel Constipation/ impaction
pada frekwensi eliminational management
normal defakasi yang Hydration - Monitor tanda dan
disetal oleh kesulitan Kriteria hasil: gejala konstipasi
atau pengeluaran Mempertahanka - Monitor bisis usus
tidak lengkap fases/ n bentuk feses lunak - Konsultasi dengan
atau pengeluaran setiap 1-3 hari dokter tentang penurunan
fases yang kering , Bebas dari dan peningkatan bisis usus
keras, dan banyak ketidaknyamanan - Dukung intake cairan
Batasan dan konstipasi - Kolaborasikan
karakteristik Mengidentifikasi pemberian laksatif
Nyeri abdomen indicator untuk - Pantau tanda-tanda
Nyeri tekan mencegah konstipasi dan gejala konstipasi
abdomen dengan Feses lunak - Memantau bising
teraba resistensi otot dan berbentuk usus
Nyeri tekan - Mendorong asupan
abdomen tanpa cairan ,kecuali
teraba resistensi otot dikontraindikasikan

Anoraksi - Anjurkan pasien/

Darah merah keluarga bagaimana untuk


pada feses menjaga buku harian
Perubahan makanan
pada pola defekasi - Menyarankan pasien
Penurunan untuk berkonsultasikan
volume feses dengan dokter jika
Sakit kepala sembelit atau impaksi
Tidak dapat terus ada

makan, mual - Menginformasikan

Sering flatus pasien prosedur

Tidak dapat penghapusan manual dari

mengeluarkan feses tinja, jika perlu

Muntah - Timbang pasien

Faktor yang secara manual dari

berhubungan tinja,jika perlu


- Lepaskan impaksi
Fungsional
tinja secara manual jika
- Kelemahan otot
perlu
abdomen
- Timbang pasien
- Kebiasaan
secara teratur
mengabilkan
- Ajarkan pasien atau
dorongan defekasi
keluarga tentang proses
- Kurang aktifitas
pencernaan yang normal
fisik
- Perubahan
lingkungan saat ini
Psikologis
- Depresi stress
emosi
- Konfusi mental
Farmakologis
- Antasida
mengandung
aluminium
- Antidepresan
- Garam bismuth
- Penyakit
saluran kalsium
- Simpatomimemi
k
Mekanis
- Ketidakseimban
gan elektrolit
- Hemoroid
- Kehamilan
- Pembesaran
prostat
- Abses rectal
- Rektokel, tumor
Fisiologis
- Perubahan pola
makan
- Perubahan
makanan
- Dehidrasi
- Ketidakadekuat
an gigi geligi
- Asupan serat
tidak cukup
- Asupan cairan
tidak cukup
- Kebiasaan
makan buruk
2.4 IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA IMPLMENTASI
1 Ketidakefektifan termoregulasi Temperature regulation (pengaturan
suhu)
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
- Beritahu tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
pananganan yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu

2 Nyeri Akut Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
control nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
- Control lingkunganyang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan pasien tentang
menejemen nyeri
Analgesic administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic ketika pemberian
lebih dari Satu
- Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama kali
- Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesic, tanda
dan gejala
3 Ketidakseimbangan nutrisi dari - Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh. - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin c
- Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipsi
- Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,rambut kusam
dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik papilla lidah
dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4 Kekurangan volume cairan - Timbang popok/ pembalut jika
diperlukan
- Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
- Monitor status hidrasi(kelembaban
membrane mukosa, nadi adekuat,tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan/ cairan
dan hitung intake kalori harian
- Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
- Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
- Tawarkan snack(jus buah, buah
segar)
- Atur kemungkinan transfusi
- Persiapan untuk transfusi
Hypovolemia management
- Monitor status cairan termasuk intake
dan ourput cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat HB dan hematorit
- Monitor tanda vital
- Monitor berat badan
- Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
5 konstipasi
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor bisis usus
- Konsultasi dengan dokter tentang
penurunan dan peningkatan bisis usus
- Dukung intake cairan
- Kolaborasikan pemberian laksatif
- Pantau tanda-tanda dan gejala
konstipasi
- Memantau bising usus
- Mendorong asupan cairan ,kecuali
dikontraindikasikan
- Anjurkan pasien/ keluarga
bagaimana untuk menjaga buku harian
makanan
- Menyarankan pasien untuk
berkonsultasikan dengan dokter jika
sembelit atau impaksi terus ada
- Menginformasikan pasien prosedur
penghapusan manual dari tinja, jika perlu
- Timbang pasien secara manual dari
tinja,jika perlu
- Lepaskan impaksi tinja secara
manual jika perlu
- Timbang pasien secara teratur
Ajarkan pasien atau keluarga tentang
proses pencernaan yang normal

2.5 EVALUASI

1.KETIDAKEFEKTIFAN TERMOREGULASI

KRITERIA HASIL;
Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan
panas
Seimbang antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas
selama 28 hari pertama kehidupan
Keseimbangan asam basa bayi baru lahir
Temperature stabil :36,5-37 C
Tidak ada kejang
Tidak ada perubahan warna kulit
Glukosa darah stabil
Pengendalian risiko: hipertermia
Pengendalian risiko: hyporthermia
Pengendalian risiko: proses menular

Pengendalian risiko: paparan sinar matahari

2.NYERI AKUT

Kriteria hasil:

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

3.KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

Kriteria hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda mainutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

4.KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

Kriteria hasil:

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB urine normal, HT


normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan

5.KONSTIPASI

Kriteria hasil:

Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari


Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi

Feses lunak dan berbentuk

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus.Jika Salmonella spp masuk
bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat
terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat
masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya
memasuki folikel-folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa
usus, bereplikasi dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp.
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi
masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.

B.Saran
- Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan
perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan
hidupumumnya adalah baik.
- Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai
bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara
pencegahan yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
2. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga.
FKUI. Jakarta. 1997.
3. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor:
Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
4. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini.
Hipokrates. Jakarta. 1997.
5. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
6. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
7. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
8. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta. 2002.
9. Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV
Sagung Seto. Jakarta. 20 am Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
2001.01.
10. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Dem
11. http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk

Anda mungkin juga menyukai