DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6
Anggota :
1.VAFENRAH
2.WELLA MIRTA
3.WINDA SAVITRI
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.1.DEFINISI
Merupakansuatupenyakitinfeksisistemikbersifatakut yang
disebabkanolehsalmonella typhi.Penyakitiniditandaiolehpanasberkepanjangan,
ditopamgdengan bacteremia tanpaketerlibatanstruktur endothelia
atauendokardialdaninfasibakterisekaligusmultiplikasikedalamselfagosit monocular dari
hati limpa, kelenjarlimfe , ususdanpeyers patch dandapatmenularpada orang lain
melaluimakananatau air yang terkontaminasi.(sumarmo,2002)
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna,
gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun
(70%-80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun
sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif 1999).
2.1.2.ANATOMI FISIOLOGI
Usus Halus
Usus halus atau intestinium minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya kurang lebih 6m,
merupakian saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil
pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa sebelah dalam,
lapisan otot melingkar (muskular sirkuler), lapisan otot memanjang (muskular
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Fungsi usus halus adalah diantaranya
secara selektif mengabsorpsi produk digesti, usus halus juga mengakhiri proses
pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan lambung. Proses ini diselesaikan oleh
enzim usus dan enzim pancreas serta dibantu empedu dalam hati.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa
di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Bagian dari usus halus terdiri dari
.
Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada
lengkungan ini terdapat pankreas.Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput
lendir, yang membukit disebuit papilla vateri.Pada papilla vateri ini bermuara saluran
empedu (duktus koledukus) dan saluran poankreas (duktus wirngus/duktus
pankreatikus).
Empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang
fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga
menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan
tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan
polipeptida.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar,
kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum.
Jejenum dan Ileum.
Jejenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter.Bagian atas adalah jejenum
dengan panjang 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter.Lekukan jejenum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posteior dengan perantara lipatan peritonium
yang berbentukkipas dikenal sebagai mesenterium.Sambungan antara jejenum dan
ileum tiak mempunyai batas tegas.Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum
dan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileosekalis.
Fungsi Usus Halus meliputi :
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan :
2.1.3. ETIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat
menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Kuman salmonella masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus yang
melepaskan zat pirogen dan menimbulkan infeksi. Infeksi ini bisa merangsang pusat
mual dan muntah di medulla oblongata dan akan mensekresi asam lambung berlebih
sehingga mengakibatkan mual dan timbul nafsu makan berkurang. Apabila nafsu
makan berkurang maka terjadi intake nutrisi tidak adekuat dan terjadi perubahan
nutrisi. Selain itu juga kuman yang masih hidup akan masuk ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakterimia primer), dan menuju sel-sel retikuloendotelial, hati, limfa dan organ-
organ lainnya (Suriadi, 2006 : 254).
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh
limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati
dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe
sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada
perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan menyebar
keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan
tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus. (Ngastiyah, 2005).
1.Gejala pada anak: Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
3.Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
4.Ruam muncul pada harike 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyerikepala, nyeriperut
8.Batuk
9.Epistaksis
13.Deliriumataupsikosis
14.Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.
6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.PemeriksaanDarahPeriferLenkap
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3.PemeriksaanUjiWidal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi.Uji Widal dimaksud untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita
demam tifoid.Akibatadanyainfeksioleh salmonella typhimakapenderitamembuat
antibody (agglutinin)
4.Kultur
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella typhi,
karena antibody Igmmuncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS.
1. Non Farmakologi
-Bed rest
-Diet
Diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.
2. Farmakologi.
-Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50mg/kgBB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari
-Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic adalah
meropenem, azithromisindan fluoroquinolon.
TINJAUAN TEORITS
PENGKAJIAN
a) Identitas pasien
Mencakup identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan tanggal masuk rumah sakit.
Identitas penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, alamat, suku bangsa, hubungan dengan penderita/pasien.
b) Keluhan utama
Keluhan demam 4 hari yang lalu, demam pada sore hari, suhu tubuh 40C, disertai
mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
c) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu.Biasanya klien suka memakan makanan dan minuman
yang tidak terjaga kebersihan.
g) Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen,
identifikasi lamanya waktu dimana gejala hilang, identifikasi metode yang digunakan
untuk mengatasi gejala, dehidrasi (akibat dari mual dan muntah), dan bukti adanya
gangguan sistemik yang menyebabkan gejala typus abdominalis.
h) Psikologis
Kaji apakah penyakit ini berdampak pada psikologis pasien.
Pola nutrisi
Pola tidur
Pola eliminasi
j) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama
sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
Pemeriksaan widal
PENGKAJIAN
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no register,
agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan penanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan kembung, nafsu
makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.
3. Riwayat Kesehatan
Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual , muntah,
diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri otot, lidah kotor,
gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid atau pernah
menderita penyakit lainnya?
Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam typoid atau
penyakit keturunan?
4. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut merata
dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.
2) Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik
konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya baik.
3) Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat peradangan.
4) Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-tanda
peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping hidung taka ada
epistaksis.
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa mulut/bibir
kemerahan dan tampak kering.
6) Leher
7) Dada
Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak., tidak ada
batuk.
8) Abdomen
9) Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak terdapat
fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat
5. Data Psikologis
6. Pemeriksaan Penunjang
a.Darah
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa
menurun atau meningkat.Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa
hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai
sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam
membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya
leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis typoid
b.SGOT, SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
c.Uji Widal
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada kenaikan
titernya. Jika ada maka dinyatakan (+).Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau
1/640,langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala khas.
2.2.Diagnosa Keperawatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan
suhu tubuh
2.3 Intervensi
menangis) nyeri
kimia, fisik,
psikologis)
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutrional status Nutrition management
kebutuhan tubuh Nutrional status: - Kaji adanya alergi
Definisi: asupan food and fluid intake makanan
nutrisi tidak cukup Nutrional status: - Kolaborasi dengan
untuk memenuhi nutrient intake ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan metabolic Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Batasan Kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien.
karakteristik: Adanya - Anjurkan pasien
Kram abdomen peningkatan berat untuk meningkatkan
Nyeri abdomen badan sesuai dengan protein dan vitamin c
Menghindari tujuan - Berikan substansi
makanan Berat badan gula
ekstrem makan
- Tawarkan snack(jus
Faktor yang
buah, buah segar)
mempengaruhi
- Atur kemungkinan
kebutuhan cairan
transfusi
(mis:status
- Persiapan untuk
hipermetabolik)
transfusi
Kegagalan
Hypovolemia management
fungsi regulator
- Monitor status cairan
Kehilangan
termasuk intake dan
cairan melalui rute
ourput cairan
abnormal (mis:
- Pelihara IV line
siang menetap) - Monitor tingkat HB
Agens dan hematorit
fermasutikal (mis: - Monitor tanda vital
diuretic) - Monitor berat badan
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal
5 Konstipasi NOC NIC
Definisi:penurunan Bowel Constipation/ impaction
pada frekwensi eliminational management
normal defakasi yang Hydration - Monitor tanda dan
disetal oleh kesulitan Kriteria hasil: gejala konstipasi
atau pengeluaran Mempertahanka - Monitor bisis usus
tidak lengkap fases/ n bentuk feses lunak - Konsultasi dengan
atau pengeluaran setiap 1-3 hari dokter tentang penurunan
fases yang kering , Bebas dari dan peningkatan bisis usus
keras, dan banyak ketidaknyamanan - Dukung intake cairan
Batasan dan konstipasi - Kolaborasikan
karakteristik Mengidentifikasi pemberian laksatif
Nyeri abdomen indicator untuk - Pantau tanda-tanda
Nyeri tekan mencegah konstipasi dan gejala konstipasi
abdomen dengan Feses lunak - Memantau bising
teraba resistensi otot dan berbentuk usus
Nyeri tekan - Mendorong asupan
abdomen tanpa cairan ,kecuali
teraba resistensi otot dikontraindikasikan
NO DIAGNOSA IMPLMENTASI
1 Ketidakefektifan termoregulasi Temperature regulation (pengaturan
suhu)
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
- Beritahu tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
pananganan yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu
2.5 EVALUASI
1.KETIDAKEFEKTIFAN TERMOREGULASI
KRITERIA HASIL;
Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan
panas
Seimbang antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas
selama 28 hari pertama kehidupan
Keseimbangan asam basa bayi baru lahir
Temperature stabil :36,5-37 C
Tidak ada kejang
Tidak ada perubahan warna kulit
Glukosa darah stabil
Pengendalian risiko: hipertermia
Pengendalian risiko: hyporthermia
Pengendalian risiko: proses menular
2.NYERI AKUT
Kriteria hasil:
Kriteria hasil :
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan
5.KONSTIPASI
Kriteria hasil:
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus.Jika Salmonella spp masuk
bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat
terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat
masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya
memasuki folikel-folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa
usus, bereplikasi dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp.
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi
masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.
B.Saran
- Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan
perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan
hidupumumnya adalah baik.
- Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai
bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara
pencegahan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
2. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga.
FKUI. Jakarta. 1997.
3. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor:
Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
4. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini.
Hipokrates. Jakarta. 1997.
5. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
6. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
7. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
8. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta. 2002.
9. Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV
Sagung Seto. Jakarta. 20 am Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
2001.01.
10. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Dem
11. http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk