Anda di halaman 1dari 17

CASE REPORT

Benign Hiperplasti Prostat

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Bedah

Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :

dr. Hariyono, Sp.B

Diajukan Oleh:

Reni Febriana, S.Ked J 500100066

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014
CASE REPORT

Benign Hiperplastia Prostat

Diajukan Oleh :

Reni Febriana, S.ked J 500100066

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari, 11 oktober 2014

Pembimbing :

dr.Hariyono, Sp.B (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. Dona Dewi Nirlawati (.................................)


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Bp. Tr
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jm.polo
Tanggal MRS : 17 september 2014

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Tidak bisa buang air kecil

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh buang air kecil tidak lancar sejak 1 bulan. Pasien mengedan
pada saat buang air kecil tetapi yang keluar sedikit-sedikit. Psien mengeluh sering
BAK. Tidak pernah merasa lega sehabis BAK. BAK sakit (-) setelah terpasang
cateter 3 minggu ini yang sebelumnya kalau BAK sakit (+). Air kencing tidak pernah
dikerumuni semut. Pasien juga tidak pernah mengalami operasi sebelumnya. tidak
pernah mengeluarkan darah pada saat buang air kecil, nyeri punggung tidak ada,
perasaan baal/kesemutan tidak ada, kelemahan anggota gerak bawah tidak ada,
buang air besar lancar. Pasien sebelumnya sudah berobat di Puskesmas sekitar 3
minggu yang lalu kemudian dipasan selang untuk mengeluarkan urin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
b. Riwayat Asma : disangkal
c. Riwayat Alergi obat : disangkal
d. Riwayat Hipertensi : disangkal
e. Riwayat DM : disangkal
f. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
b. Riwayat Asma : disangkal
c. Riwayat Alergi obat : disangkal
d. Riwayat Hipertensi : disangkal
e. Riwayat DM : disangkal
f. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

5. Keluhan Sistemik
a. Neuro : Intoleransi panas (-), intoleransi dingin (-), tangan bergetar
(-), sulit tidur (-), mengantuk yang berlebihan (-)
b. Cardio : Nyeri dada kambuh-kambuhan (-), dada berdebar-debar (-)
c. Pulmo : Sesak napas (-), batuk (-), batuk berdahak (-)
d. Abdomen : Diare (-), kembung (-), sulit BAB (-)
e. Urologi : BAK lancar
f. Musculoskeletal : Nyeri otot (-), Nyeri sendi (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oc

2. Status Interna
a. Pemeriksaan Kepala
Normocephal
Pupil isokhor, 2mm
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikhterik (-/-)
b. Pemeriksaan Leher
KGB : tidak ada pembesaran
JVP : tidak ada peningkatan
Terdapat benjolan pada leher sebelah sinistra
c. Pemeriksaan Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, Simetris, tertingal gerak (-), retraksi
intercostae (-)
Palpasi
Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -
Fremitus
Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

Perkusi
Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi
Suara dasar vesikuler

SDV Depan SDV Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

Suara Ronkhi (-/-)

Wheezing (-/-)
Tambahan
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, tidak nampak massa
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat di SIC V LMC sinistra
Perkusi : Batas jantung atas SIC II LPS sinistra, batas jantung kanan,
SIC IV LPS dextra, batas jantung kiri SIC IV LMC sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, bising jantung (-)

d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan perut rata, distended (-), massa (-), bekas luka
operasi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Suara tympani
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
e. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Tidak ada kelainal
Akral : Hangat

3. Status Lokalis
1) Regio flank
Inspeksi : benjolan (-)
Palpasi :NT (-), Nyeri ketok (-)
2) Regio Suprapubik
Inspeksi : Datar, benjolan (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Timpani
2) Regio Genitalia Eksterna
Inspeksi : masa (-), pembesaran scrotum (-) terpasang douwer cateter
(+), produksi (+), urin berwarna kuning jernih
Palpasi : Nyeri tekan (-), masa (-), tidak teraba pengerasan pada
bagian ventral penis. Skrotum lengkap , inflamasi (-) . penis
normal
3) Regio Anal
Inspeksi : Benjolan (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Rectal taucher : Tonus sfingter ani (+),ampula recti kolaps (-), mukosa rectum
licin,
4) Prostat : teraba membesar, kenyal, sulcus medius menyempit.
permukaan licin.Sarung tangan : Feses (+), darah (-), lendir (-)

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1 Leukosit 8000 uL 5000-10000/uL
2 Eritrosit 4,04 jt uL 4,0-5,5 juta/uL
3 Hemoglobin 12 Gr/dl 11,5-13,5 g/dl
4 Hematokrit 39 % 37-43 %
5 MCV 83,3 Femtoliter 82-92 fl
6 MCH 25,6 Pikograms 27-31 pg
7 MCHC 30,8 g/dl 32-36 g/dl
8 Trombosit 249.000 uL 150.000-400.000/uL
9 Limfosit 42.2 % 20/40%
10 Monosit 6,9 % 2-8%
11 Neutrofil 50.9 % 33-70%
12 HBS Ag Negative
13 GDS 87 mg/dl 70 150
14 Ureum 15 mg/dl 10 50
15 Creatinin 0,81 Mg/dl 0,5 0,9

E. RESUME
Bapak bernama Bp. Tr 65 tahun datang dengan keluhan buang air kecil tidak lancar
sejak 1 bulan. Pasien mengedan pada saat buang air kecil tetapi yang keluar sedikit-
sedikit. Psien mengeluh sering BAK. Tidak pernah merasa lega sehabis BAK. BAK sakit
(-) setelah terpasang cateter 3 minggu ini yang sebelumnya kalau BAK sakit (+). Air
kencing tidak pernah dikerumuni semut. Pasien juga tidak pernah mengalami operasi
sebelumnya. tidak pernah mengeluarkan darah pada saat buang air kecil, nyeri punggung
tidak ada, perasaan baal/kesemutan tidak ada, kelemahan anggota gerak bawah tidak ada,
buang air besar lancar. Pasien sebelumnya sudah berobat di Puskesmas sekitar 3 minggu
yang lalu kemudian dipasan selang untuk mengeluarkan urin.

F. DIAGNOSIS KERJA
Benigna hiperplasia prostat
Hidronefrosis ren dextra sinistra grade 0-1
Cistitis cronis

G. DIAGNOSIS BANDING
Vesicolithiasis
Tumor buli
Karsinoma prostat

H. PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa : Pasang cateter

Medikamentosa :

Cefotaxim 2 x 1

Antrain 3x1

Ranitidin 2x1

Metronidazole 3x1

Asam Tranexamat

Drip (ketese dan diazepam)

Operatif : Open prostatectomy


TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hiperplasia Prostat Benigna sebenarnya adalah suatu keadaan dimana
kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan
prostat yang aslike perifer. Selain itu, BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang
bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau
lanjut.

2. Anatomi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelahinferior
buli-buli dan membungkus uretra posterior. Prostat berbentuk seperti pyramid terbalik dan
merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi uretra pars prostatica.
Bila mengalami pembesaran organini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar
pada pria; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm denganlebarnya 4 cm, dan berat 20
gram.
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
a. Lobus Medius
b. Lobus lateralis (2)
c. Lobus anterior
d. Lobus Posterior
Pada kelenjar prostat juga dibagi dalam 5 zona :
a. Zona Anterior atau Ventral .Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri
atas stromafibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat.Zona
ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinomater banyak.
c. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengahmeliputi
25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
d. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih
5% tetapidapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi
benign prostatic hyperpiasia (BPH)
Kelenjar-Kelenjar Periuretra Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan
sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
e. Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus post erior
akanmenjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus
medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain
tampak homogen berwarna abu -abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu,
kista ini disebut kelenjar prostat.

3. Etiologi
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannyadengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak adalah : (1)
Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, (3)
Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, (4) Berkurangnyakematian sel
(apoptosis), dan (5) Teori Stem sel.
a. Teori Dihidrotestosteron (DHT)Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit
androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat.
Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5-reduktase dengan
bantuan koenzim NADPH. DHT yangtelah terbentuk berikatan dengan reseptor
androgen (RA) membentuk kompleksDHT-RA pada inti dan sel selanjutnya terjadi
sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada
berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak
jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas
enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Halini
menyebabkan pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sellebih
banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.
b. Ketidakseimbangan estrogen dan testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan
kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone
relatif meningkat.Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan
terbentuknya sel- sel baru akibat rangsangan testosterone menuru.
c. Interaksi stroma epitel
Bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor ) tertentu.
Setelah sel- sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel- sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel- sel
stroma itu sendiri secara intrakin dan autokrin,serta mempengaruhi sel- sel epitel
secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel- sel epitel
maupun stroma.
d. Berkurangnya kematian sel prostat ( Apoptosis)
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatiskelenjar
prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara
laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah selsel prostat yang
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan
makinmeningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga
hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.
e. Teori stem cellI
Saac dan Coffey mengajukan teori ini berdasarkan asumsi bahwa pada kelenjar
prostat, selain ada hubungannya dengan stroma dan epitel, juga adahubungan antara
jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam jaringan prostat. Stem sel akan berkembang
menjadi sel aplifying, yang keduanya tidak tergantung pada androgen. Sel aplifying
akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen,
sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan menghasilkan
pertumbuhan prostat yang normal.

4. Patofisiologi.
Pertumbuhan kelenjar inisangat bergantung pada hormon testosteron, yang di dalam
sel- sel kelenjar prostathormon akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron
(DHT) dengan bantuan enzim 5 reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara
langsung memacu m-RNA didalam sel- sel kelenjar prostat untuk mensintesis
protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. Pembesaran prostat
menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika danmenghambat aliran urine. Keadaan
ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-
buli harus berkontraksi lebih kuat gunamelawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus
ini menyebabkan perubahananatomik buli- buli berupa hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi,terbentuknya selula sakula, dan divertikel buli- buli. Perubahan struktur pada
buli- buli tersebut, oleh pasiendirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
gejala prostatimus.Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli- buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
dapatmenimbulkan aliran balik urine dari buli- buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-
ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,hidronefrosis
bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

5. Gejala Klinik
Gejala hiperplasia prostat menurut Boyarsky dkk pada tahun 1977 dibagi
atas gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena
penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang
membesar dan kegagalan otot destrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan
cukup lama sehingga kontraksi terputus -putus
Gejalanya :
a. Harus menunggu pada permulaan miksi ( Hesistency)
b. Pancaran miksi yang lemah
c. Miksi terputus (intermittency)
d. Menetes pada akhir miksi (terminal dribbling)
e. Rasa belum puas sehabis miksi (sensation of incomplete bladder
emptying)
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hiperplastia prostat
masih tergantung tiga faktor :
a. Volume kelenjar periuretra
b. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat.
c. Kekuatan kontraksi otot destrusor
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang
tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas
otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica,
sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh., gejalanya ialah :
a. Bertambahnya frekuensi miksi ( frequency)
b. Nokturia
c. Urgency
d. disuria
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinisderajat
berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian
atas +sisa urin > 150 ml
Derajat berat gejala klinik prostat hiperplasia ini dipakai untuk
menentukanderajat berat keluhan subyektif, yang ternyata tidak selalu sesuai dengan
besarnya volume prostat.
Gejala iritatif yang sering dijumpai ialah bertambahnya frekuensi miksi
yang b i a s a n y a l e b i h d i r a s a k a n p a d a m a l a m h a r i . S e r i n g m i k s i p a d a
malam hari disebut nocturia, hal ini disebabkan oleh menurunnya
hambatan kortikal selama tidur dan juga menurunnya tonus spingter dan uretra.
Simptom obstruksi biasanya lebih disebabkan oleh karena prostat dengan volume
besar. Apabila vesica menjadi d ekompensasi maka akanterjadi retensi urin
sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam vesica,hal ini
menyebabkan rasa tidak bebas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut
padasuatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.
Olehkarena produksi urin akan terus terjadi maka pada suatu saat vesica tidak
mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesica akan naik terus dan apabila
tekanan vesica menjadi lebih tinggi daripada tekanan spingter akan terjadi inkontinensia
paradoks (over flow incontinence).
Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluk vesico uretra
dan me yebabkan dilatasi ureter dan sistem pelviokalises ginjal dan
a k i b a t t e k a n a n intravesical yang diteruskam ke ureter dari ginjal maka
ginjal akan rusak dan terjadi g a g a l g i n j a l . O l e h k a r e n a s e l a l u terdapat
sisa urin dalam vesica maka dapat terbentuk batu endapan didalam vesica
dan b a t u i n i d a p a t m e n a m b a h k e l u h a n i r i t a s i d a n m e n i m b u l k a n h e m
a t u r i . D i s a m p i n g pembentukan batu, retensi kronik d apat pula
menyebabkan terjadinya infeksi sehingga terjadi systitis dan apabila terjadi refluk
dapat terjadi juga pielonefritis.

6. Penatalaksanaan
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalami tindakan medik. Kadang-
kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa
mendapatkanterapi apapun atau hanya dengan nasehat saja. Namun adapula yang
membutuhkanterapi medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena keluhannya
semakin parah.Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah :
(1) Memperbaiki keluhan miksi
(2) Meningkatkan kualitas hidup
(3) Mengurangi obstruksi intravesika,
(4) Mengembalikanfungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal,
(5) Mengurangi volume residu urine setelah miksi
(6) Mencegah progrefitas penyakit.
a. Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7,
yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak
mendapat terapi namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin
dapat memperburuk keluhannya, misalnya
(1) jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam,
(2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli(kopi/cokelat),
(3) batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandungfenilpropanolamin,
(4) kurangi makanan pedasa dan asin
(5) jangan menahankencing terlalu lama.
Secara periodik pasien diminta untuk datang control dengan ditanya keluhannya
apakah menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku), disamping itu
dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau uroflometri. Jika keluhan
miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan terapi yang lain.
b. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk :
(1) Mengurangi resistansi otot polos sebagai komponen dinamic penyebab obstruksi
infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergic alfa
(2) Mengurangi volum prostat sebagai kompponen static dengan cara menurunkan kadar
hormone testosterone/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5-reduktase
c. Bedah
1. Operasi transurethral.
Pada jenis operasi, sayatan eksternal tidak diperlukan. Setelah memberikan
anestesi, ahli bedah mencapai prostat dengan memasukkan instrumen melalui uretra.
Prosedur yang disebut reseksi transurethral dari prostat (TURP) digunakan untuk 90
persen dari semua operasi prostat dilakukan untuk BPH. DenganTURP, alat yang
disebut resectoscope dimasukkan melalui penis. Theresectoscope, yaitu panjang
sekitar 12 inci dan diameter 1 / 2 inci, berisi lampu,katup untuk mengendalikan
cairan irigasi, dan loop listrik yang memotong jaringan dan segel pembuluh
darah.Cairan irigan yang dipakai adalah aquades.Kerugian dari aquades adalah
sifatnya yang hipotonis sehingga dapat masuk melalui sirkulasi sistemik dan
menyebabkan hipotermia relative atau gejala intoksikasi air yang dikenal dengan
sindrom TURP. Ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, somnolen dan tekanan
darah meningkat dan terdapat bradikardi.
2. Open surgery.
Dalam beberapa kasus ketika sebuah prosedur transurethral tidak dapatdigunakan,
operasi terbuka, yang memerlukan insisi eksternal, dapat digunakan.Open surgery
sering dilakukan ketika kelenjar sangat membesar (>100 gram),ketika ada
komplikasi, atau ketika kandung kemih telah rusak dan perludiperbaiki.
Prostateksomi terbuka dilakukan melalui pendekatan suprarubik transvesikal
(Freyer) atau retropubik infravesikal (Millin). Penyulit yang dapatterjadi adalah
inkontinensia uirn (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograde(60-80%) dan
kontraktur leher buli-buli (305%). Perbaikan gejala klinis 85-100%.
3. Operasi laser
Kelenjar prostat pada suhu 60-65 derajat C akan mengalami koagulasi dan pada
suhu yang lebih dari 100 derajat C mengalami vaporasi. Teknik laser menimbulkan
lebih sedikit komplikasi sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% setiap
tahun.Kekurangannya adalah : tidak dapat diperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi. Menimbulkan disuri pasca bedah yang dapat
berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi dan
peak flow rate lebih rendah daripada pasca TURP. Serat laser melalui uretra ke
dalam prostat menggunakan cystoscope dan kemudian memberikan beberapa
semburan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik. Energi laser menghancurkan
jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan.

Anda mungkin juga menyukai