MEDICAL RECORD
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Tasikmadu
Agama
: Islam
No RM
: 3211xx
MRS
: 27 10 - 2014
: Disangkal
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat asma
: Diakui
: Disangkal
Riwayat mondok
: Diakui
Riwayat alergi
: Diakui
: Diakui
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat alergi
: Diakui
Sistem Cardiovascular
Sistem Respiratorius
Sistem Genitourinarius
Sistem Gastrointestinal
Sistem Musculosceletal
Ekstremitas atas
Ektremitas bawah
Sistem Integumentum
Sikatriks (-)
Keadaan Umum
: Terlihat Membaik
Kesadaran
Vital Sign
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 94 x/menit
Respirasi
: 28 x/menit
Suhu
: 36,4
Kepala
Leher
Thorax
Paru
Hasil pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Hasil pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
Atas : SIC II di sisi lateral linea sternalis sinistra.
Bawah : SIC Vl lateral linea midclavicularis sinistra.
Abdomen
Abdomen
Hasil pemeriksaan
Inspeksi
Dinding perut sama dengan dinding dada, Sikatrik (), venektasi (-),
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hemoglobin
Angka
15,3
Satuan
Nilai Normal
gr/dl
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Hematokrit
41,2
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
82,9
Pf
82 92
MCH
30,8
Pg
27 -31
MCHC
37,1
32 36
Leukosit
8,38
103ul
5,0 10,0
Trombosit
285
103ul
150 400
Eosinofil
11,7
13
Basofil
0,4
01
VI.
Limfosit
24,4
20 40
Monosit
4,2
28
Gds
108
RESUME
1. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar 28 oktober dengan
keluhan sesak baru tadi sore. Mulai muncul saat pasien pulang dari
sawah karena habis panen pari. Keluhan seperti ini sudah berulang dari
pasien masih muda. Biasanya muncul saat udara dingin datang ataupun
panen pari tiba. Kalau serangan datang pasien berobat ke puskesmas
kadang kedokter klinik. Biasanya saat sesak pasien lebih nyaman pada
posisi duduk dabandingkan berbaring. Saat sesak melanda pasien tidak
dapat melakukan aktivitas apapun. Pasien biasanya memakai semprot
lewat mulut dalam 2 bulan belakangan ini kemaren kehabisan akhirnya
dibawa kerumah sakit.
Sesak lebih dulu dibandingkan dengan batuknya. Disertai batuk
yang awis-awis kadang ada dahaknya. Dahak yang keluar bewarna putih
agak kental. Dahak diakui sedikit-sedikit kadang malah tidak keluar.
Bercak darah (disangkal), nyeri dada (disangkal), mual muntah
(disangkal) pasien mengeluh pusing.
Orang tua menderita hal yang sama (disangkal) tapi kakeknya
mengeluh hal yang sama begitu juga anak perempuannya . Pasien
mengeluh sesak seperti sekarang ini lebih kurang 20 tahun tapi pasien
tidak tau pastinya. Kalau pagi udara dingin pasien mengeluh sering
meler. Bersin-bersin (+) kalau terkena debu. Sering mengeluh gatal
kalau lagi udara dingin. Riwayat asma diakui oleh pasien. Riwayat tensi
tinggi dan gula disangkal oleh pasien.
2. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin
4. Diagnosis Kerja
Asma Bronkhial
5. Diagnosis Banding
Bronkitis Kronik
Emfisema paru
Gagal Jantung Kiri
6. Penatalaksanaan
Inf RL 20 tpm
Nebulizer V + L / jam
Inj Antrain amp/8 jam
Inj Methylprednisolon / 8 jam
Inj Metxim 1 gr/12 jam
Ambroxol syr 3 x 1 C
7. Folow Up
Tanggal
S/
27/10/2014
Sesak
O/
nafas, Ku : sesak
pusing, ekspirasi Ks : cm
A/
P/
Asma
Nebulizer
Bronkhial
F)
(V+
T : 140/80
memanjang.
K/L : SI (-/-),
O2 3-4 tpm
N : 94
Batuk berdahak.
CA (-/-), Pkgb
Inj Antrain/8j
S : 36,4
(-/-)
Amlodipin 1x1
RR : 32
Tho
Sdv(+/+),
Anadryl 3x1C
Captopril
2x
Wh(+/+),rh(+/-
12,5 mg
) BJ I/II murni
reguler
Abd :
BU (+)
NT (+)
28/10/2014
Sesak
sudah Ku : sesak
berkurang, batuk Ks : cm
Asma
Nebulizer (V+
Bronkhial
F)
T : 140/80
sudah
O2 3-4 tpm
N : 84
jarang,
Inj Antrain/8j
S : 36,5
Eosinofil
muntah (-).
Tho
Amlodipin 1x1
:
Anadryl 3x1C
(11,1)
Sdv(+/+),
Captopril
RR : 24
Wh(-/-),rh(-/-)
12,5 mg
2x
BJ I/II murni
reguler
Abd :
BU (+)
NT (+)
28/10/2014
Asma
Nebulizer
awis-awis, mual Ks : cm
Bronkhial
F)
T : 140/80
muntah
N : 84
pusing (-)
(V+
O2 3-4 tpm
CA (-/-), Pkgb
Inj Antrain/8j
S : 36,3
(-/-)
Amlodipin 1x1
Eosinofil
Tho
(11,1)
Sdv(+/+),
Captopril
RR : 20
Wh(-/-),rh(-/-)
12,5 mg
BJ I/II murni
Anadryl 3x1C
2x
reguler
Abd :
BU (+)
NT (+)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang
dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversibel
dan gejala pernapasan.1 Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang
termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan
suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari
saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat
berubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat.2
B. Epidemiologi
Asma dapat ditemukan pada laki laki dan perempuan di segala usia,
terutama pada usia dini. Perbandingan laki laki dan perempuan pada usia dini
adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada
wanita usia dewasa. Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan
gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan perempuan.3
Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia
prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Diperkirakan
prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat
ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.5
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu, hipersensitifitas saluran pernafasan juga bisa diturunkan
2. Faktor pencetus
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1) Inhalan yang masuk melalui saluran pernafasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan yang msuk melalui mulut seperti makanan dan obatobatan
3) Kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti
perhiasan logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Suhu yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma.
c. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma
d. Lingkungan kerja
e. Olahraga/aktivitas jasmani yang berat. 1
2) Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit memberi
hasil negatif
3) Merupakan kelompok yang heterogen, respon untuk terjadi asma
dicetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-beda.
4) Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas
30 tahun dan disebut juga late onset asma
5) Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan
seringkali menimbulkan kemaian bila pengobatan tanpa disertai
kortikosteroid
6) Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik, namun
tidak dapaat dibuktikan dengan keterlibatan IgE
7) Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan asma ekstrinsik
8) Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid
misalnya sel LE
9) Riwayat keluarga jauh lebih sediking sekitar 12-48%
10) Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
2. Berdasarkan Keparahan Penyakit
a. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam
bebrapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 dalam 1 bulan,
fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak
expiratory folw ( PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second ( PEVI)
> 80%
b. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1
hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari
terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEVI > 80%
c. Asma sedang
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi menganggu aktifitas atau tidur,
gejala asma malam hari terjadi > 1 kali dalam seminggu, menggunakan
inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEVI >
60% dan < 80%
d. Asma parah
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma
malam hari sering terjadi, aktivitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF
dan PEVI < 60%.
3. Berdasarkan terkontrol atau tidaknya asma
Dibagi menjadi 3 yaitu asma terkontrol, asma terkontrol sebagian ( partial)
dan asma tak terkontrol. 1.2
Mediator Sel Mast dan Pengaruhnya terhadap Asma
Mediator
Pengaruh terhadap
Asma
Histamin
- LTC4, D4,E4
- Prostaglandin dan Thromboksan
A2
- Bradikinin
- Platelet-activating factor (PAF)
Histamin
Udema mukosa
- LTC4, D4,E4
- Prostaglandin dan Thromboksan
E2
- Bradikinin
- Platelet-activating factor (PAF)
Chymase
- Radikal oksigen
Histamin
Sekresi mukus
- LTC4, D4,E4
- Prostaglandin
- Hidroxyeicosatetraenoic acid
Radikal oksigen
Deskuamasi epitel
- Enzim proteolitik
Bronkial
nadi
sampai
110-130/menit,
karena
peningkatan
konsentrasi
Pemicu
Hiperreaktivitas
Sel mast
Eosinofil
Limfosit
Melepas mediator :
-
Histamin
Prostaglandin\
Leukotrientt
Netrofil
Bronkokontriksi,
hipersekresi mukus,
edema saluran nafas
F. Diagnosis 6
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk,
sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan
cuaca. Faktor faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan
adanya riwayat alergi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi
saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan
dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering,
mengi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman,
kristal Charcot Leyden).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal
ventilasi paru. Reversibilitas penyempitan saluran napas yang
merupakan ciri khas asma dapat dinilai dengan peningkatan volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital paksa
(FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.
b. Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma.
Pada penderita dengan gejala sma dan faal paru normal sebaiknya
dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus
merupakan cara untuk membuktikan secara objektif hiperreaktivitas
saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus
terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja
sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam
waktu satu bulan. Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan
nonmedikamentosa dan pengobatan medikamentosa :
1. Pengobatan non-medikamentosa
a. Penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pengendali emosi
d.
Pemakaian oksigen
2. Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas Controller dan reliever.
a. Pengontrol (Controllers) Pengontrol adalah medikasi asma jangka
panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai
dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :
1) Kortikosteroid inhalasi
Pengobatan
mengontrol
perbaikan
jangka
asma.
faal
panjang
Penggunaan
paru,
yang
steroid
menurunkan
paling
inhalasi
efektif
untuk
menghasilkan
2) Kortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu
diingat indeks terapi (efek/ efek samping), steroid inhalasi jangka
panjang lebih baik daripada steroid oral jangka panjang.
3) Sodium kromoglikat dan Nedokromil sodium
Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada
asma persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan
untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak.
4) Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek
ekstrapulmoner seperti antiinflamasi. Teofilin atau aminofilin lepas
lambat dapat digunakan sebagai obat pengontrol, berbagai studi
menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol gejala dan
memperbaiki faal paru.
5) Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah
salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (> 12
jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek relaksasi otot
polos,
meningkatkan
pembersihan
mukosilier,
menurunkan
ini
merupakan
antiasma
yang
relatif
baru
dan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Partridge MD. 2007. Examining the unmet need In adults with severe asthma
: Eur Respir Rev
5.
6.
7.