PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari kata latin vertere yang berarti memutar. Vertigo di
dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing; untuk dizzy/dizziness dan
giddy/giddiness diterjemahkan ganar atau gayang. Diantara keluhan-keluhan
penderita yang dikemukakan kepada dokter, pusing merupakan keluhan yang
umum setelah nyeri kepala dan batuk. Penulis lain menunjukkan 15% di antara
penderita yang dikonsultasikan ke ahli saraf atau ahli THT, mengemukakan
keluhan vertigo atau ganar.
Pusing dalam arti sehari-hari mencakup pengertian yang luas di dalam
masyarakat kita, sehingga bila pengertian ini ikut diperhitungkan maka pusing
mungkin menduduki deretan pertama di antara keluhan yang sering kita dengar.
Kali ini akan membahas pusing/vertigo dalam proposi yang sebenarnya.
BAB II
STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Status Perkawinan
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku Bangsa
Tanggal Masuk RS
Ruang Perawatan
: Nn. Ningsih M
: Perempuan
: 20 tahun
: Jln. Surya Dharma Rt.01 Kec. Kotabaru
: Belum menikah
: Islam
: Swasta
: SMP
: WNI
: 17 Januari 2016, 09:31 WIB
: Makalam/ kelas III
DAFTAR MASALAH
No
.
1.
2.
3.
Masalah Aktif
Tanggal
Masalah
Tanggal
Pasif
Pusing berputar
Mual
Muntah
18-01-2016
18-01-2016
18-01-2016
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Anamnesis dilakukan pada hari
Senin, 18 Januari 2016 pada pukul 14:00 WIB
Keluhan Utama : Pusing berputar sejak 1 hari SMRS.
Keluhan/ Tambahan : Mual, nafsu makan berkurang, lemas.
Kronologis :
Pasien wanita 20 tahun datang ke IGD Rumah Sakit H. Abdul
Manaf dengan keluhan pusing berputar yang timbul mendadak sejak
1 hari SMRS. Saat datang serangan, pasien merasa dirinya berputar
dan ruangan di sekeliling juga terasa berputar dan sempoyongan.
Menurut pasien pusing dicetuskan oleh perubahan posisi kepala dan
kurang tidur. Pasien memiliki kebiasaan tidur lewat tengah malam.
Pusing berputar dirasakan hilang timbul, masing-masing serangan
berlangsung sebentar kurang dari satu menit disertai keringat dingin,
pusing memberat apabila pasien bangun dari berbaring ke duduk
ataupun berdiri dan sebaliknya, serta bila menggelengkan kepala.
Karena keadaan tersebut, pasien tidak mampu untuk bangun dari
tempat tidur dan berjalan, pasien hanya berbaring terlentang dan
memejamkan mata. Pusing terasa berkurang dengan berbaring dan
memejamkan mata.
Keluhan tambahan:
Pasien mengeluh merasa mual beberapa saat setelah timbul pusing
berputar. Pasien merasa tambah pusing dan mual setelah dilakukan
pemeriksaan Hallpike di RS. Nafsu makan juga berkurang sejak
timbul serangan.
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran seperti bunyi
berdenging, tuli ataupun gangguan pendengaran lainnya. Tidak ada
penurunan kesadaran, kesulitan bicara ataupun kesulitan menelan serta
kejang.
Keadaan Umum
Kesadaran
Kesan Sakit
Kesan Gizi
2. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
: Compos Mentis
: Tampak Sakit Sedang
: Gizi cukup
: 110/70 mmHg
: 80 kali/ menit
4
Respirasi
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
BMI
Status Gizi
3. Status Generalis
Kepala
Mata
Dada
Jantung
Paru :
Perut :
4.
Status Neurologis
1) Kesadaran kualitatif : Compos Mentis
2) Kesadaran kuantitatif (GCS)
: E4 V5 M6
Kaku kuduk
:-
Brudzinsky 1
:-
Brudzinsky 2
: -|-
Brudzinsky 3
: -|-
Brudzinsky 4
: -|-
Laseque
: >700 / >700
Kernig
: >1350 / >1350
4) Saraf kranial
1
N. I (Olfactorius )
Daya pembau
Subjektif
Objektif (dengan Bahan)
2
Kanan
DBN
Dbn
Kiri
DBN
dbn
N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Lapang pandang
Dbn
Dbn
Pengenalan warna
Dbn
Dbn
Funduskopi
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Keterangan
DBN
Dbn
Keterangan
Dalam batas
normal
N.III (Oculomotorius)
Sela mata
Ptosis
Pergerakan
bola
mata
Nistagmus
Strabismus
Ekso/endotalmus
Pupil
Simetris
Tidak ada
Normal
Simetris
Tidak ada
Normal
horizontal
Tidak ada
Tidak ada
horizontal
Tidak ada
Tidak ada
Bentuk, besar
reflex
Bulat, isokor,
Bulat, isokor,
3 mm
+
3 mm
+
Tidak ada
Tidak ada
cahaya
langsung
reflex
konvergensi
reflex konsensual
Diplopia
4
N. IV (Trokhlearis)
Normal
Normal
Tidak ada
Tidak ada
N. V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut
Mengunyah
Mengigit
Sensibilitas Muka
Oftalmikus
Maksila
Mandibula
Reflek Kornea
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N. VI (Abduscens)
Normal
Normal
Normal
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Keterangan
Dalam batas
(-)
(-)
normal
N. VII (Facialis)
Kanan
Kiri
Keterangan
Motorik
Saat diam
Mengernyitkan dahi
simetris
simetris
memperlihatkan gigi
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Senyum
anterior lidah
8
Dbn
Dbn
N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan
Kiri
Tuli konduktif
(-)
(-)
Tuli sensorieural
(-)
(-)
Keterangan
Pendengaran
Dalam batas
normal
Vestibular
Nistagmus horizontal
(+)
(+)
N. IX (Glossofaringeus)
Arkus farings
Daya perasa 2/3 posterior lidah
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Dbn
Dbn
10 N. X (Vagus)
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Keterangan
Disfonia
dbn
Dbn
Dalam batas
Refleks muntah
dbn
Dbn
normal
Arkus farings
11 N. XI (Assesorius)
Kanan
Motorik
Kiri
Keterangan
Dalam batas
Menoleh
dbn
dbn
Mengangkat bahu
dbn
dbn
Eutrofi
Eutrofi
Trofi
normal
12 N. XII (Hipoglossus)
Kiri
Dbn
Keterangan
Motorik
Kanan
Dbn
Trofi
eutrofi
eutrofi
Dalam batas
Tremor
(-)
(-)
normal
Disartri
(-)
(-)
5) Sistem motorik
Kanan
Kiri
Kekuatan
Tonus
Trofi
Eu
Eu
(-)
(-)
Kekuatan
Tonus
Trofi
Eu
Eu
Ger.involunter
(-)
(-)
Keterangan
Ekstremitas atas
Ger.involunter
Ekstremitas bawah
Kanan
dbn
Kiri
dbn
Nyeri
dbn
dbn
Suhu
dbn
dbn
Propioseptif
dbn
dbn
Keterangan
7) Refleks
Refleks
Fisiologis
Kanan
Kiri
Keterangan
Biseps
(+)
(+)
Triseps
(+)
(+)
Patella
(+)
(+)
Achilles
Patologis
(+)
(+)
Hoffman
(-)
(-)
Tromer
(-)
(-)
Reflek patologis
Babinski
(-)
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Openheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
8) Fungsi koordinasi dan keseimbangan
Pemeriksaan
Disdiadokokinesia
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Test telunjuk-hidung
Dbn
Dbn
Test jari-jari
Dbn
Dbn
Romberg Test
Tidak
Tidak
diperiksa
diperiksa
berdiri
Tidak
Tidak
diperiksa
diperiksa
berdiri
dipertajam
Tes tandem gait
Keterangan
9) Sistem otonom
Berkemih
Defekasi
Keringat
: dbn
11) Vertebra
10
IV.
Pemeriksaan Penunjang:
Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 21-10-2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
V.
Hasil
11,8
33,4
4,9
184
4,9
Satuan
g/dL
%
109/l
109/l
109/l
Nilai Rujukan
11,5-16,5
35,0-55,0
3,5-10,0
100-400
3,0 7,0
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja: Diagnosis Neurologi
Diagnosis Klinis
: Vertigo
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Banding :
Penyakit Meniere
Vestibuler neuritis
Pemeriksaan Spesifik/Penunjang Anjuran :
1. Tes kalori
2. Elektronistagmografi
VI. RINGKASAN
S: Pesien datang berobat ke IGD RS HAM Jambi karena mengalami pusing
berputar ketika berpindah posisi yang terjadi secara tiba-tiba sejak 1 hari
SMRS. Penderita mengeluh pusing berputar, pusing berputar dipengaruhi
oleh perubahan posisi yang hilang timbul berlangsung sebentar kurang dari
satu menit. Mual (+) setelah diprovokasi dengan tes hallpike, gangguan
pendengaran (-), nyeri kepala (-), kelemahan sesisi tubuh (-), mulut mengot
(-), bicara pelo (-). Riwayat pusing sebelumnya (+), Riwayat hipertensi (-),
Riwayat DM (-). Riwayat sakit jantung (-).
Riwayat pusing berputar sebelumnya (-). Riwayat infeksi telinga (-).
O:
Kesadaran : GCS 15 (E:4, M:6, V:5)
Gizi
: cukup
11
Suhu : 36,6C
Nadi
: 80 x/m
Pernapasan
: 20 x/m
: 55 cm
Tinggi Badan
: 158 kg
Status Neurologikus
Nn. Cranialis :
N III : Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya normal/normal
N VII : - Lipatan dahi simetris
- Lagopthalmus (-)
- Plica nasolabialis simetris
- Sudut mulut simetris
N VIII : - Nistagmus horizontal (+)/(+)
-
Tinnitus (-)
Lka
Lki
Tka
Tki
Kekuatan
Tonus
Normal
Normal
Normal
Normal
Klonus
Normal
Normal
Normal
Normal
R. Fisiologis
R. Patologis
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
Gerakan abnormal
:-
12
Diagnosis Klinis
: Vertigo
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
P:
Non Medikamentosa :
a. Istirahat terlentang selama fase akut dan tidak banyak mengubah
posisi kepala
b. Diet lunak selama mual dan muntah masih ada
c. Terapi Rehabilitatif (Metode Brandt Daroff, Latihan Visual
Vestibular dan Latihan Berjalan)
d. Jika pusing berputar tutup mata
Medikamentosa
IVFD NaCl 0,9% + 1 amp Ketorolac 20 tpm
Betahistine mesylate 3 x 12 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp
Alprazolam 1 x 0,5 (malam, jika susah tidur)
Mx : Pantau tanda-tanda vital dan perbaikan keluhan subjetif
Ex : Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien dan
terapi yang akan diberikan, mengatur pola makan yang sehat,
penanganan stress dan istirahat yang cukup dan kontrol pemeriksaan
secara teratur
VII.
PROGNOSIS
Quo Ad vitam : Ad Bonam. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
kegawatdaruratan dan kelainan tanda vital, serta tidak menderita
penurunan kesadaran ataupun penyakit yang mengancam nyawa.
13
VIII
RIWAYAT PERKEMBANGAN
a. Follow Up Tanggal 19-Januari-2016 ( perawatan hari ke-3)
S : pusing berputar (-) membaik, mual (+), muntah (-), lemas (+)
O:
Kesadaran : GCS 15 (E:4, M:6, V:5)
Suhu
: 36,4C
Nadi
: 72 x/m
Pernapasan
: 20 x/m
Tinnitus (-)
N XII : - Deviasi lidah (-)
- Fasikulasi (-)
- Disartria (-)
- Atrofi papil (-)
14
Fungsi Motorik
Lka
Lki
Tka
Tki
Kekuatan
Tonus
Normal
Normal
Normal
Normal
Klonus
Normal
Normal
Normal
Normal
R. Fisiologis
R. Patologis
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
Gerakan abnormal
:-
A:
Diagnosis Kerja: Diagnosis Neurologi
Diagnosis Klinis
Vertigo
Diagnosis Topik
Sistem
vestibular-sistem
keseimbangan
Diagnosis Etiologi
Benign
Paroxysmal
P:
Medikamentosa
Betahistine mesylate 3 x 6 mg
Ranitidin 2 x 1 tab
Alprazolam 1 x 0,5 mg (malam, jika susah tidur)
15
Edukasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau chepalgia, terutama
16
karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering
digunakan secara bergantian. Vertigo
artinya memutar
Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat
dan perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik
[kulit, sendi, otot]). Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum
dan serebrum. Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf
vestibular. Labirin tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan
utrikulus) yang berperan sebagai reseptor sensori keseimbangan, serta koklea
sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara itu, krista pada kanalis
semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar, sedangkan
makula pada otolit mengatur akselerasi linear. 3
17
Segala
input
yang
diterima
akan
diolah.
Kemudian,
diteruskan
ke
sistem
untuk
merespon
informasi tersebut. Gejala yang timbul akibat gangguan pada komponen sistem
keseimbangan tubuh itu berbeda-beda, pada table dibawah ini. 3
Vertiogo vestibular
Rasa berputar
Vertigo non-vestibular
Melayang,hilang
Episodik
+
+/-
keseimbangan
Kontinyu
-
Gerakan kepala
-
Gerakan visual
Keramaian, lalu lintas
Vertigo vestibular
Vertigo vestibular
perifer
Lebih mendadak
Berat
sentral
Lebih lambat
Ringan
18
++
++
+/+
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran
( tinitus, tuli)
Tanda fokal otak
Disertai Keluhan
Tidak Disertai
Timbul Karena
Berdasarkan
Telinga
Keluhan Telinga
Perubahan Posisi
Awitan Serangan
Vertigo paroksismal
Penyakit
Vertigo kronis
ischemic
attack lambung
(TIA)
arteri
vertebralis
Otitis media kronis, Kontusio
sindroma
sklerosis,
Trauma
obat-
obatan
labirin, Neuronitis
vertigo
meningitis
Vertigo akut
epilepsi, positional
akuta, ensefalitis
perdarahan labirin
vestibularis,
multipel sklerosis
3.3 Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap
sekitarnya berkat adanya informasi-informasi yang dating dari indera. Didalam
orientasi ruangan ini indera yang penting peranannya adalah system vestibular
19
21
b) Nervus VIII :
-
Infeksi
Trauma
Tumor
Perdarahan
Tumor
22
Sklerosis multiple
Iskemik otak
Hipertensi kronis
Arteriosklerosis
Anemia
Hipertensi kardiovascular
Keadaan
yang
memprovokasi
timbulnya
vertigo:
23
ototoksik/vestibulotoksik,
-
Pemeriksaan Neurologis :
- Pemeriksaan mata :
Mencari adanya nistagmus :
a) Pada mata dalam posisi netral bila ada nistagmus disebut nistagmus
spontan.
b) Bila pada mata melirik kekiri dan kanan, atas bawah bila ada nistagmus
disebut nistagmus tatapan.
c) Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan system saraf pusat
mempunyai cirri-ciri, sebagai berikut :
24
Gerakan
nistagmoid
gerakan
paroksismal
maka
untuk
membangkitkannya
diperlukan
25
26
Pada
kelainan
vestibuler
posisi
penderita
akan
27
28
Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)
29
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo
dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.
Diagnosis Banding
-
Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat
dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan.
Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian
pasien perlu dirawat di Rumah Sakit wrtuk mengatasi gejala dan dehidrasi.
Serangan
menyebabkan
pasien
mengalami
ketidakstabilan
dan
30
Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme
telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang
berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif.
Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya,
dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya.
Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan
fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik
dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis
supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam
struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan
fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat
timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops
endolimfatik
atau
perubahan-perubahan
patologik
yang
akhirnya
Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita
dewasa.
Patofisiologi : pembengkakan endolimfe akibat penyerapan endolimfe
dalam
skala
media
oleh
stria
vaskularis
terhambat.
31
1. Terapi kausal
Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga terapi lebih
banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif.
2. Terapi Simptomatis
Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar,
melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). Secara umum, penatalaksanaan
medikamentosa mempunyai tujuan utama: (i) mengeliminasi keluhan vertigo,
(ii) memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi
gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapan golongan obat
yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk
penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan
homatropin. Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam
satu sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan
vestibuler melalui reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per
oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping
yang timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan reseptor
muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan
(terutama
pada
populasi
lanjut
usia),
ataupun
gejala-gejala
32
beberapa
keluhan
yang
berhubungan
dengan
gejala
33
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium
di dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion
kalsium intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai
supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat
kanal kalsium yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua
obat ini juga digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai
penghambat kanal kalsium, ternyata fl unarizin dan sinarizin
mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin-1.
Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai
waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2
bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam
waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka
pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan
peningkatan berat badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan
ialah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih
banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin
dan
amfetamin,
harus
Nama Generik
Dosis sekali
Interval
pemberian
34
Antikolinergik
Skopolamin
0,2-0,4 mg
ulangan
3-6 jam
Antihistamin
Atropin
Difenihidramin
0,2-0,4 mg
50-100 mg
3-6 jam
6 jam
Dimenhidrinat
50-100 mg
6 jamk
Sinarizin
d-Amfetamin
75 mg
10 mg
24 jam
12 jam
Efedrin
25-50 mg
4-6 jam
Fenobarbital
15-60 mg
6-8 jam
Diazepam
5-10 mg
4-6 jam
Prometazin
25-50 mg
4-6 jam
Klorpromazin
10-25 mg
4-6 jam
Simpatomimetik
Penenang
Minor
Mayor
3. Terapi rehabilitatif 4
Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan
kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.
(print artikel) Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari system saraf tepi
maupun dari system saraf pusat, dalam usaha memperoleh keseimbangan baru
sehingga tanda kegawatan (alarm reaction) yang merupakan sebab terjadinya
vertigo akan dihilangkan.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan
memberikan rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam
(vestibule), rangsangan terhadap visus dan juga proprioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali
latihan sehingga timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang.
Beberapa cara latihan untuk penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara
lain :
-
35
36
telinga yang terkena pada posisi lateral dekubitus, dengan posisi wajah
menghadap ke bawah. (4) Langkah terakhir adalah mendudukkan kembali
pasien dengan kepala ke arah yang berlawanan pada langkah 1.6
37
BAB IV
ANALISIS KASUS
mata.
e. Pasien tidur lewat tengah malam .
Mual sejak 2 hari SMRS beberapa saat setelah timbul pusing berputar.
a. Mual tidak dipengaruhi oleh makanan
Pemeriksaan Fisik
Pada
pemeriksaan
nervus
vestibulokoklearis
untuk
menimbulkan
kemudian muntah.
Hasil pemeriksaan ini menunjang untuk vertigo paroksismal akibat
kelainan perifer
38
Tes Kalori : Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau
directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
Penatalaksanaan :
a. Istirahat terlentang selama fase akut dan tidak banyak mengubah posisi
kepala
b. Diet lunak selama mual dan muntah masih ada
c. Terapi Rehabilitatif (Metode Brandt Daroff, Latihan Visual Vestibular dan
Latihan Berjalan)
d. Jika pusing berputar tutup mata
Metode Brandt Daroff : Latihan vestibuler untuk pengobatan BPPV. Caranya :
Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kaki tergantung.. Lalu tutup kedua
mata dan berbaring dengn cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik,
kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh ke sisi yang lain
dengan cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2
hari berturut-turut tidak timbul vertigo lagi.
Medikamentosa :
39
1.
2.
3.
4.
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien wanita 20 tahun ini telah didiagnosis sebagai suspek Benign
Paroxysmal Positional Vertigo atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik terutama
pemeriksaan fisik neurologis saraf vestibuler. Adapun anamnesis yang menonjol
adalah pusing berputar yang karakteristiknya merupakan karakteristik vertigo
40
vestibuler perifer jenis BPPV dimana vertigo dicetuskan oleh keadaan perubahan
posisi kepala, vertigo berlangsung beberapa detik paling lama 1 menit disertai
gejala lain berupa mual dan muntah serta dirasa berat oleh pasien, kemudian
mereda bila pasien menghindarkan posisi pemicu dan mempertahankan posisi
tersebut, pada pasien ini posisi berbaring telentang. BPPV umumnya lebih
sering terjadi pada wanita. Pada pemeriksaan manuver dix hallpike juga
didapatkan nistagmus dengan karakteristik vertigo vestibuler perifer, yaitu
mempunyai masa laten, hilang timbul, disertai vertigo hebat, dan atipikal.
Untuk menunjang diagnosis, maka dapat dilakukan pemeriksaan ENG untuk
melihat karakteristik nistagmus yang ditimbulkan merupakan nistagmus oleh
vertigo vestibuler perifer.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in
primary care, BJMP 2010;3(4):a351
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American
Family Physician January 15, 2006Volume 73, Number 2.
41
Diagnosis,
dan
Terapi.
Jakarta:
Jansen
42