Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Vertigo berasal dari kata latin vertere yang berarti memutar. Vertigo di
dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing; untuk dizzy/dizziness dan
giddy/giddiness diterjemahkan ganar atau gayang. Diantara keluhan-keluhan
penderita yang dikemukakan kepada dokter, pusing merupakan keluhan yang
umum setelah nyeri kepala dan batuk. Penulis lain menunjukkan 15% di antara
penderita yang dikonsultasikan ke ahli saraf atau ahli THT, mengemukakan
keluhan vertigo atau ganar.
Pusing dalam arti sehari-hari mencakup pengertian yang luas di dalam
masyarakat kita, sehingga bila pengertian ini ikut diperhitungkan maka pusing
mungkin menduduki deretan pertama di antara keluhan yang sering kita dengar.
Kali ini akan membahas pusing/vertigo dalam proposi yang sebenarnya.

BAB II
STATUS PASIEN

I.

Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Status Perkawinan
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku Bangsa
Tanggal Masuk RS
Ruang Perawatan

: Nn. Ningsih M
: Perempuan
: 20 tahun
: Jln. Surya Dharma Rt.01 Kec. Kotabaru
: Belum menikah
: Islam
: Swasta
: SMP
: WNI
: 17 Januari 2016, 09:31 WIB
: Makalam/ kelas III

DAFTAR MASALAH
No
.
1.
2.
3.

Masalah Aktif

Tanggal

Masalah

Tanggal

Pasif
Pusing berputar
Mual
Muntah

18-01-2016
18-01-2016
18-01-2016

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Anamnesis dilakukan pada hari
Senin, 18 Januari 2016 pada pukul 14:00 WIB
Keluhan Utama : Pusing berputar sejak 1 hari SMRS.
Keluhan/ Tambahan : Mual, nafsu makan berkurang, lemas.

Riwayat Penyakit Sekarang

Lokasi : Sensasi berputar di kepala (sistem keseimbangan)


Onset
: Mendadak, terutama saat pasien berubah posisi.
Kualitas : Pusing dirasakan berat, terutama bila berubah posisi.
Kuantitas : Berlangsung hilang timbul, memberat bila berubah
posisi, mengganggu aktivitas.
2

Kronologis :
Pasien wanita 20 tahun datang ke IGD Rumah Sakit H. Abdul
Manaf dengan keluhan pusing berputar yang timbul mendadak sejak
1 hari SMRS. Saat datang serangan, pasien merasa dirinya berputar
dan ruangan di sekeliling juga terasa berputar dan sempoyongan.
Menurut pasien pusing dicetuskan oleh perubahan posisi kepala dan
kurang tidur. Pasien memiliki kebiasaan tidur lewat tengah malam.
Pusing berputar dirasakan hilang timbul, masing-masing serangan
berlangsung sebentar kurang dari satu menit disertai keringat dingin,
pusing memberat apabila pasien bangun dari berbaring ke duduk
ataupun berdiri dan sebaliknya, serta bila menggelengkan kepala.
Karena keadaan tersebut, pasien tidak mampu untuk bangun dari
tempat tidur dan berjalan, pasien hanya berbaring terlentang dan
memejamkan mata. Pusing terasa berkurang dengan berbaring dan
memejamkan mata.
Keluhan tambahan:
Pasien mengeluh merasa mual beberapa saat setelah timbul pusing
berputar. Pasien merasa tambah pusing dan mual setelah dilakukan
pemeriksaan Hallpike di RS. Nafsu makan juga berkurang sejak
timbul serangan.
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran seperti bunyi
berdenging, tuli ataupun gangguan pendengaran lainnya. Tidak ada
penurunan kesadaran, kesulitan bicara ataupun kesulitan menelan serta
kejang.

Faktor yang memperberat: saat posisi kepala berubah, seperti perubahan


posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri dan sebaliknya.

Faktor yang memperingan: berbaring, memejamkan mata.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan seperti ini (-)


3

Riwayat Diabetes Melitus disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat alergi obat-obatan, makanan ataupun debu disangkal.


Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat di tempat lain dan belum meminum obat
apapun, karena keluhan tidak juga menghilang, pasien akhirnya dibawa ke
IGD HAM Jambi.
Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari-hari aktivitas sebagai penjaga konter pulsa/HP.
Pekerjaannya sehari-hari hanya melayani penjualan pulsa dan Hand
Phone, tetapi pasien memiliki kebiasaan tidur lewat tengah malam karena
smsan atau BBMan dengan teman laki-lakinya. Pasien tidak merokok.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa. Riwayat
hipertensi pada ibu (+).
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke bawah.
III.

PEMERIKSAAN FISIK (OBJEKTIF)


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 (hari kedua
dirawat)
1.

Keadaan Umum
Kesadaran
Kesan Sakit
Kesan Gizi

2. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi

: Compos Mentis
: Tampak Sakit Sedang
: Gizi cukup

: 110/70 mmHg
: 80 kali/ menit
4

Respirasi
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
BMI
Status Gizi

: 20 kali/ menit, pernapasan reguler


: 36,6C (afebris)
: 55 kg
: 158 cm
: 55 kg/ 1,582 m2= 22,03 kg/m2
: NormoWeight

3. Status Generalis
Kepala

Mata

: Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, 3 mm/ 3 mm,

refleks cahaya (+)/(+), katarak -/THT


: dalam batas normal
Mulut
: Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah

hiperemis (-), T1-T1, faring hiperemis (-).


Leher
: JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-),
pembesaran tiroid (-)

Dada
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, gallop (-), murmur (-)

Paru :

Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri


Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (-), krepitasi (-), fremitus

taktil sama kanan dan kiri


Perkusi : Vocal fremitus sama kiri dan kanan, Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Perut :

Inspeksi : Distensi (-), masa (-).


Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-),

shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba


Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) N,

Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan


Ekstremitas

: Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis (-)/(-)


5

4.

Status Neurologis
1) Kesadaran kualitatif : Compos Mentis
2) Kesadaran kuantitatif (GCS)

: E4 V5 M6

3) Tanda Rangsang meningeal :

Kaku kuduk

:-

Brudzinsky 1

:-

Brudzinsky 2

: -|-

Brudzinsky 3

: -|-

Brudzinsky 4

: -|-

Laseque

: >700 / >700

Kernig

: >1350 / >1350

4) Saraf kranial
1

N. I (Olfactorius )

Daya pembau
Subjektif
Objektif (dengan Bahan)
2

Kanan
DBN
Dbn

Kiri
DBN
dbn

N.II (Opticus)

Daya penglihatan

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Lapang pandang

Dbn

Dbn

Pengenalan warna

Dbn

Dbn

Funduskopi

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

Keterangan
DBN
Dbn

Keterangan

Dalam batas
normal

N.III (Oculomotorius)
Sela mata
Ptosis
Pergerakan

bola

mata
Nistagmus
Strabismus
Ekso/endotalmus
Pupil

Simetris
Tidak ada
Normal

Simetris
Tidak ada
Normal

horizontal
Tidak ada
Tidak ada

horizontal
Tidak ada
Tidak ada

Bentuk, besar
reflex

Bulat, isokor,

Bulat, isokor,

3 mm
+

3 mm
+

Tidak ada

Tidak ada

cahaya

langsung
reflex
konvergensi
reflex konsensual
Diplopia
4

N. IV (Trokhlearis)

Pergerakan bola mata


ke bawah-dalam
Diplopia

Normal

Normal

Tidak ada

Tidak ada

N. V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut
Mengunyah
Mengigit
Sensibilitas Muka
Oftalmikus
Maksila
Mandibula
Reflek Kornea

Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal

N. VI (Abduscens)

Gerak bola mata


Strabismus
7

Normal
Normal
Normal

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Keterangan
Dalam batas

(-)

(-)

normal

N. VII (Facialis)
Kanan

Kiri

Keterangan

Motorik
Saat diam
Mengernyitkan dahi

simetris

simetris

memperlihatkan gigi

Dbn

Dbn

Daya perasa 2/3

Dbn

Dbn

Senyum

anterior lidah
8

Dbn

Dbn

N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan

Kiri

Tuli konduktif

(-)

(-)

Tuli sensorieural

(-)

(-)

Keterangan

Pendengaran
Dalam batas
normal
Vestibular
Nistagmus horizontal

(+)

(+)

a. Pada pemeriksaan vestibuler dilakukan pemeriksaan maneuver


Hallpike, didapatkan vertigo dan nistagmus; pasien menutup mata
karena vertigo hebat yang dirasakan sehingga nystagmus baru
dapat dinilai setelah sekitar 20 detik ketika pasien bisa membuka
mata dengan karakteristik masa timbulnya nistagmus sebentar
hanya 10-15 detik (< 1 menit). Beberapa menit setelah
pemeriksaan pasien kemudian muntah
b. Pada pemeriksaan nistagmus nistagmus horizontal (+)/(+).
9

N. IX (Glossofaringeus)

Arkus farings
Daya perasa 2/3 posterior lidah

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Dbn

Dbn

10 N. X (Vagus)
Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Keterangan

Disfonia

dbn

Dbn

Dalam batas

Refleks muntah

dbn

Dbn

normal

Arkus farings

11 N. XI (Assesorius)
Kanan
Motorik

Kiri

Keterangan
Dalam batas

Menoleh

dbn

dbn

Mengangkat bahu

dbn

dbn

Eutrofi

Eutrofi

Trofi

normal

12 N. XII (Hipoglossus)
Kiri
Dbn

Keterangan

Motorik

Kanan
Dbn

Trofi

eutrofi

eutrofi

Dalam batas

Tremor

(-)

(-)

normal

Disartri

(-)

(-)

5) Sistem motorik
Kanan

Kiri

Kekuatan

Tonus

Trofi

Eu

Eu

(-)

(-)

Kekuatan

Tonus

Trofi

Eu

Eu

Ger.involunter

(-)

(-)

Keterangan

Ekstremitas atas

Ger.involunter
Ekstremitas bawah

6). Sistem sensorik


Sensasi
Raba

Kanan
dbn

Kiri
dbn

Nyeri

dbn

dbn

Suhu

dbn

dbn

Propioseptif

dbn

dbn

Keterangan

7) Refleks
Refleks
Fisiologis

Kanan

Kiri

Keterangan

Biseps

(+)

(+)

Triseps

(+)

(+)

Patella

(+)

(+)

Achilles
Patologis

(+)

(+)

Hoffman

(-)

(-)

Tromer

(-)

(-)

Reflek patologis

Babinski

(-)

(-)

(-)

Chaddock

(-)

(-)

Openheim

(-)

(-)

Gordon

(-)

(-)

Schaeffer
8) Fungsi koordinasi dan keseimbangan
Pemeriksaan
Disdiadokokinesia

Kanan
Dbn

Kiri
Dbn

Test telunjuk-hidung

Dbn

Dbn

Test jari-jari

Dbn

Dbn

Romberg Test

Tidak

Tidak

Pasien belum kuat

diperiksa

diperiksa

berdiri

Tidak

Tidak

Pasien belum kuat

diperiksa

diperiksa

berdiri

dipertajam
Tes tandem gait

Keterangan

9) Sistem otonom
Berkemih

: Tidak ada keluhan

Defekasi

: Tidak ada keluhan

Keringat

: Tidak ada keluhan

10) Fungsi luhur

: dbn

11) Vertebra

: Nyeri tekan (-)

10

IV.

Pemeriksaan Penunjang:
Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 21-10-2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

V.

Hasil
11,8
33,4
4,9
184
4,9

Satuan
g/dL
%
109/l
109/l
109/l

Nilai Rujukan
11,5-16,5
35,0-55,0
3,5-10,0
100-400
3,0 7,0

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja: Diagnosis Neurologi

Diagnosis Klinis

: Vertigo

Diagnosis Topik

: Sistem vestibular-sistem keseimbangan

Diagnosis Etiologi

: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Diagnosis Banding :
Penyakit Meniere
Vestibuler neuritis
Pemeriksaan Spesifik/Penunjang Anjuran :
1. Tes kalori
2. Elektronistagmografi
VI. RINGKASAN
S: Pesien datang berobat ke IGD RS HAM Jambi karena mengalami pusing
berputar ketika berpindah posisi yang terjadi secara tiba-tiba sejak 1 hari
SMRS. Penderita mengeluh pusing berputar, pusing berputar dipengaruhi
oleh perubahan posisi yang hilang timbul berlangsung sebentar kurang dari
satu menit. Mual (+) setelah diprovokasi dengan tes hallpike, gangguan
pendengaran (-), nyeri kepala (-), kelemahan sesisi tubuh (-), mulut mengot
(-), bicara pelo (-). Riwayat pusing sebelumnya (+), Riwayat hipertensi (-),
Riwayat DM (-). Riwayat sakit jantung (-).
Riwayat pusing berputar sebelumnya (-). Riwayat infeksi telinga (-).
O:
Kesadaran : GCS 15 (E:4, M:6, V:5)
Gizi

: cukup

11

Suhu : 36,6C
Nadi

: 80 x/m

Pernapasan

: 20 x/m

Tekanan Darah : 110/70 mmHg


Berat Badan

: 55 cm

Tinggi Badan

: 158 kg

Status Neurologikus
Nn. Cranialis :
N III : Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya normal/normal
N VII : - Lipatan dahi simetris
- Lagopthalmus (-)
- Plica nasolabialis simetris
- Sudut mulut simetris
N VIII : - Nistagmus horizontal (+)/(+)
-

Tinnitus (-)

N XII : - Deviasi lidah (-)


- Fasikulasi (-)
- Disartria (-)
- Atrofi papil (-)
Fungsi Motorik

Lka

Lki

Tka

Tki

Kekuatan

Tonus

Normal

Normal

Normal

Normal

Klonus

Normal

Normal

Normal

Normal

R. Fisiologis
R. Patologis

Fungsi Sensorik

: tidak ada kelainan

Fungsi Luhur

: tidak ada kelainan

Fungsi Vegetatif

: tidak ada kelainan

Gerakan abnormal

:-

12

Koordinasi, Keseimbangan: Disdiadokinesia dbn, tes telunjuk-hidung dbn,


tes jari-jari dbn, test romberg dipertajam tidak dilakukan, tes tandem gait
tidak dilakukan.
A:
Diagnosis Kerja: Diagnosis Neurologi

Diagnosis Klinis

: Vertigo

Diagnosis Topik

: Sistem vestibular-sistem keseimbangan

Diagnosis Etiologi

: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

P:
Non Medikamentosa :
a. Istirahat terlentang selama fase akut dan tidak banyak mengubah
posisi kepala
b. Diet lunak selama mual dan muntah masih ada
c. Terapi Rehabilitatif (Metode Brandt Daroff, Latihan Visual
Vestibular dan Latihan Berjalan)
d. Jika pusing berputar tutup mata
Medikamentosa
IVFD NaCl 0,9% + 1 amp Ketorolac 20 tpm
Betahistine mesylate 3 x 12 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp
Alprazolam 1 x 0,5 (malam, jika susah tidur)
Mx : Pantau tanda-tanda vital dan perbaikan keluhan subjetif
Ex : Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien dan
terapi yang akan diberikan, mengatur pola makan yang sehat,
penanganan stress dan istirahat yang cukup dan kontrol pemeriksaan
secara teratur

VII.

PROGNOSIS
Quo Ad vitam : Ad Bonam. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
kegawatdaruratan dan kelainan tanda vital, serta tidak menderita
penurunan kesadaran ataupun penyakit yang mengancam nyawa.

13

Quo Ad Sanationam : Dubia ad Bonam. Penyakit vertigo yang diderita


pasien tidak diketahui kasusanya, sehingga rekurensi dapat terjadi,
namun dengan terapi yang adekuat, gejala yang berat dapat
diminimalisir dan dengan terapi rehabilitasi medik diharapkan terjadi

reaksi adaptasi dan mengurangi serangan vertigo.


Quo Ad Functionam : Ad Bonam. Fungsi sistem vestibulokoklear
pasien diharapkan berfungsi baik karena tidak terdapat gangguan
pendengaran ataupun gangguan keseimbangan yang sangat berat.

VIII

RIWAYAT PERKEMBANGAN
a. Follow Up Tanggal 19-Januari-2016 ( perawatan hari ke-3)

S : pusing berputar (-) membaik, mual (+), muntah (-), lemas (+)

O:
Kesadaran : GCS 15 (E:4, M:6, V:5)
Suhu

: 36,4C

Nadi

: 72 x/m

Pernapasan

: 20 x/m

Tekanan Darah : 100/70 mmHg


Status Neurologikus
Nn. Cranialis :
N III : Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya
normal/normal
N VII : - Lipatan dahi simetris
- Lagopthalmus (-)
- Plica nasolabialis simetris
- Sudut mulut simetris
N VIII : - Nistagmus horizontal (+)/(+)
-

Tinnitus (-)
N XII : - Deviasi lidah (-)
- Fasikulasi (-)
- Disartria (-)
- Atrofi papil (-)

14

Fungsi Motorik

Lka

Lki

Tka

Tki

Kekuatan

Tonus

Normal

Normal

Normal

Normal

Klonus

Normal

Normal

Normal

Normal

R. Fisiologis
R. Patologis

Fungsi Sensorik

: tidak ada kelainan

Fungsi Luhur

: tidak ada kelainan

Fungsi Vegetatif

: tidak ada kelainan

Gerakan abnormal

:-

Koordinasi, Keseimbangan : Disdiadokinesia dbn, tes


telunjuk-hidung dbn, tes jari-jari dbn, tes romberg dipertajam
jatuh/oyong ke sisi kanan, tes tandem gait arah jalan
menyimpang.

A:
Diagnosis Kerja: Diagnosis Neurologi

Diagnosis Klinis

Vertigo

Diagnosis Topik

Sistem

vestibular-sistem

keseimbangan

Diagnosis Etiologi

Benign

Paroxysmal

Positional Vertigo (BPPV)

P:
Medikamentosa
Betahistine mesylate 3 x 6 mg
Ranitidin 2 x 1 tab
Alprazolam 1 x 0,5 mg (malam, jika susah tidur)

15

Edukasi

Memberikan edukasi tentang penyakit yang pasien alami


Jika serangan vertigo muncul, hindari aktifitas pejamkan

mata sampai pusing hilang atau dibawa tidur.


Tetap menjaga kesehatan dengan makan, makanan yang
tepat kebutuhan gizi harian dan sesuai kebutuhan.

Perbanyak makan sayur, buah dan protein.


Hindari makanan yang dapat memicu mual, dan

mengiritasi lambung, seperti asam, pedas.


Jika keluhan dirasakan semakin berat segera kembali ke
dokter.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau chepalgia, terutama
16

karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering
digunakan secara bergantian. Vertigo
artinya memutar

berasal dari bahasa Latin vertere yang

merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa

keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim


keseimbangan.1
Vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau
obyek-obyek di sekitar penderita bersangkutan dengan kelainan system
keseimbangan (ekuilibrium).2
3.2 Sistem Keseimbangan
Manusia, karena berjalan dengan kedua tungkainya, relatif kurang stabil
dibandingkan dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga
lebih memerlukan informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu
diperlukan juga informasi gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan perubahan
sekelilingnya. Informasi tersebut diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang
melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta sistim vestibuler dan
serebelum sebagai pengolah informasinya; selain itu fungsi penglihatan dan
proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak
anggota tubuh. Sistim tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk
selanjutnya diolah di susunan saraf pusat 1

Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat
dan perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik
[kulit, sendi, otot]). Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum
dan serebrum. Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf
vestibular. Labirin tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan
utrikulus) yang berperan sebagai reseptor sensori keseimbangan, serta koklea
sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara itu, krista pada kanalis
semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar, sedangkan
makula pada otolit mengatur akselerasi linear. 3

17

Segala

input

yang

oleh sistem vestibular

diterima
akan

diolah.

Kemudian,

diteruskan

ke

sistem

visual dan somatokinetik

untuk

merespon

informasi tersebut. Gejala yang timbul akibat gangguan pada komponen sistem
keseimbangan tubuh itu berbeda-beda, pada table dibawah ini. 3

Tabel 3.1 Perbedaan Vertigo vestibular dan non-vestibular


Gejala
Sifat vertigo
Serangan
Mual/muntah
Gangguan
pendengaran
Gerakan pencetus
Situasi pencetus

Vertiogo vestibular
Rasa berputar

Vertigo non-vestibular
Melayang,hilang

Episodik
+
+/-

keseimbangan
Kontinyu
-

Gerakan kepala
-

Gerakan visual
Keramaian, lalu lintas

Tabel 3.2 Perbedaan vertigo vestibular perifer dan sentral


Gejala
Bangkitan vertigo
Derajat vertigo

Vertigo vestibular

Vertigo vestibular

perifer
Lebih mendadak
Berat

sentral
Lebih lambat
Ringan

18

Pengaruh gerakan kepala


Gejala otonom (mual,

++
++

+/+

muntah, keringat)
Gangguan pendengaran

( tinitus, tuli)
Tanda fokal otak

Tabel 3.3 Jenis Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan


JenisVertigo

Disertai Keluhan

Tidak Disertai

Timbul Karena

Berdasarkan

Telinga

Keluhan Telinga

Perubahan Posisi

Awitan Serangan
Vertigo paroksismal

Penyakit

Meniere, TIA arteri vertebro- Benign paroxysmal

tumor fossa cranii basilaris,


posterior,

Vertigo kronis

ischemic

attack lambung

(TIA)

arteri

vertebralis
Otitis media kronis, Kontusio
sindroma

tuberkulosa, tumor komosio,


serebelo-pontine,
zat ototoksik

serebri, Hipotensi ortostatik,


paska vertigo servikalis
multiple

sklerosis,

lesi labirin akibat intoksikasi

Trauma

obat-

obatan
labirin, Neuronitis

herpes zoster otikus, vestibularis,


labirinitis

vertigo

transient vertigo akibat lesi (BPPV)

meningitis

Vertigo akut

epilepsi, positional

akuta, ensefalitis

perdarahan labirin

vestibularis,
multipel sklerosis

3.3 Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap
sekitarnya berkat adanya informasi-informasi yang dating dari indera. Didalam
orientasi ruangan ini indera yang penting peranannya adalah system vestibular
19

(statokinetik), system penglihatan (visual/optic), dan rasa dalam (proprioseptik).


Untuk bekerja secara wajar, unit ini memerlukan normalitas fungsi fisiologi
indera-indera tersebut sehingga informasi yang ditangkap dari sekitarnya adalah
proporsional dan adekuat. Informasi ini dipertukarkan dan diproses lebih lanjut
olehsuatu unit pemroses sentral dan selanjutnya proses yang berlangsung dalam
system saraf pusat akan bekerja secara reflektorik. 2
Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit
proses sentral tidak lagi dapat memproses informasi-informasi secara wajar/biasa,
melainkan menempuh jalur luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain ketidak
sempurnaan adaptasi otot-otot mata dan ekstremitas tersebut juga akan
memberikan tanda/peringatan kegawatan. Tanda ini dapat dalam bentuk yang
disadari ataupun yang tidak disadari oleh penderita.Yang disadari:
-

Bersumber dari pusat vestibular ialah vertigo

Bersumber dari system saraf otonom ialah mual, muntah,


berkeringat, dll.

Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil


Yang tidak disadari : terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya
nistagmus.
Penyimpangan proses yang wajar tersebut diatas dapat sebagai akibat
abnormalitas fungsi fisiologik salah satu atau lebih indera atau akibat informasi
yang tidak harmonis, atau tidak terkoordinasinya informasi-informasi yang datang
dari indera-indera ekuilibrium. Biasanya, bila abnormalitas itu bersumber dari
sistem visual akan menimbulkan rasa ringan dikepala, sedangkan bila bersumber
dari system vestibular akan menimbulkan rasa gerakan. Dikatakan dari semua
indera itu, system vestibularlah yang pegang andil paling besar terhadap
ekuilibrium. Disamping ikut andil dalam orientasi ruangan, system vestibular
merupakan organ penting yang bekerja otomatis mempertahankan dan
menstabilkan posisi dan penglihatan. Sistem ini dapat membangkitkan reflex
otomatis, involuntar, gerakan paksaan yang hanya bergantung pada kesadaran
seseorang. Termasuk gerakan bola mata involuntary/ nistagmus dan reflex
penyesuaian terhadap posisi miring.
a. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
20

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan


menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu;
akibatnya akan timbul vertigo, nystagmus, mual, dan muntah.
b. Teori Konflik Sensorik
Dalam keadaan normal, informasi untuk alat keseimbangan tubuh
ditangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibuler, penglihatan, dan
propioseptif. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan input sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor perifer yaitu antara mata (visus), vestibulum,
dan propioseptif, atau ketidakseimbangan masukan sensorik dari kiri dan
kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respon yang dapat berupa nystagmus (usaha koreksi
bola mata), ataksia, atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau
rasa melayang berputar yang berasal dari sensasi kortikal.
c. Teori neural mismatch
Merupakan pengembangan teori konflik sensorik. Menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada
suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan
yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola
gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
d. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistem
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika system parasimpatis mulai
berperan.
e. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar, dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stress yang
akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor). Peningkatan kadar
CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik (vertigo) yang
selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
system saraf parasimpatik (mual dan muntah), rangsangan berulang
mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah ion calcium dalam sel saraf
presinaps bersamaan dengan semakin menyempitnya kanal calcium yang

21

akan mempersulit Ca influx sehingga terjadi progressive Ca channel closure,


diduga dasar mekanisme proses adaptasi. Teori ini dapat menerangkan gejala
penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan
vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah, dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susunan saraf parasimpatis.

3.4 Etiologi 3,4


Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
penyakit. Penyebab vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin ilmu.
1. Penyakit system vestibular perifer (yaitu labirin, nervus VIII atau inti
vestibularis)
a) Telinga :
-

Telinga luar : serumen, benda asing

Telinga tengah : retraksi membrane timpani, otitis media


purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, koleastetoma,
rudapaksa dengan perdarahan.

Telinga dalam : Labirintis akuta toksika, trauma, serangan


vascular, alergi, hidrops labirin (morbus meniere), mabuk gerakan,
vertigo postural.

b) Nervus VIII :
-

Infeksi

Trauma

Tumor

c) Inti vestibularis (batang otak) :


-

Infeksi ( meningitis, encephalitis, abses otak)

Perdarahan

Trombosis (arteri serebeli postero-inferior)

Tumor

22

Sklerosis multiple

2. Penyakit susunan saraf pusat


a) Vascular
-

Iskemik otak

Hipertensi kronis

Arteriosklerosis

Anemia

Hipertensi kardiovascular

b) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses.


c) Trauma
d) Tumor
e) Migren
f) Epilepsi
g) Kelainan endokrin (hipotiroid, hipoglikemik, keadaan menstruasi, hamil,
menoupase)
h) Kelaianan psikoneurosis
3. Mata : paresis otot mata, kelainan refraksi, glaucoma
4. Kelainan propioseptik : pellagra, anemia pernisiosa, alkohholisme, tabes
dorsalis.
3.5 Diagnosis
1. Anamnesis 1
-

Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang,


goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.

Keadaan

yang

memprovokasi

timbulnya

vertigo:

perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.


-

Apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang


timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit
tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. (gambar dibawah)

23

Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin,


salisilat,

antimalaria dan lain-lain yang diketahui

ototoksik/vestibulotoksik,
-

Apakah ada keluhan yang menyertai


mual, muntah, gangguan pendengaran, tinnitus.

Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit


jantung, hipertensi, hipotensi. Juga kemungkinan trauma akustik.

2. Pemeriksaan Fisik 2,4

Pemeriksaan fisik Umum :

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan


darah diukur; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer
juga perlu diperiksa

Pemeriksaan Neurologis :

- Pemeriksaan mata :
Mencari adanya nistagmus :
a) Pada mata dalam posisi netral bila ada nistagmus disebut nistagmus
spontan.
b) Bila pada mata melirik kekiri dan kanan, atas bawah bila ada nistagmus
disebut nistagmus tatapan.
c) Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan system saraf pusat
mempunyai cirri-ciri, sebagai berikut :

24

Nistagmus pendular : nistagmus


yang tidak mempunyai fase cepat atau lambat.

Nistagmus ventrikal yang murni :


nistgamus yang gerakan ke atas dan bawah.

Nistagmus rotatari yang murni :


gerakannya berputar

Gerakan

nistagmoid

gerakan

bolamata yang bukan nistagmus sebenarnya tetapi mirip dengan


nistagmus.
-

Nistagmus tatapan yang murni :


nistagmus yang berubah arahnya bila arah lirikan mata berubah.

- Uji Dix-Halpike : bertujuan untuk mencari adanya vertigo/nistagmus


posisional

paroksismal

maka

untuk

membangkitkannya

diperlukan

rangsangan perubahan posisi :


* Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat berbaring
terlentang dengan kepala tergantung diujung meja dan cepat-cepat kepala
disuruh menengok kekiri (10-20o) pertahankan selama 10-15 detik, liat
adanya nistagmus kemudian kembali ke posisi duduk dan liat adanya
nistagmus dalam 10-15 detik.
* Ulangi pemeriksaan tersebut kali ini kepala menengok ke kanan. Orang
normal dengan manufer tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.
-

Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus

spontan, dan pada evaluasi neurologis normal.6 Diagnosis BPPV pada


kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan memprovokasi
dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo
dari kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih
perasat Dix-Hallpike atau perasat Sidelying.1
Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike. 3,5Dix dan
Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut: 1)
terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan; 2) nistagmus yang
khas; 3) adanya masa laten; 4) lamanya serangan terbatas; 5) arah

25

nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal; 6)


adanya fenomena kelelahan/fatique nistagmus bila stimulus diulang
a) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,
mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan
pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan
penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.

Gambar 1. Uji Romberg

26

b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki


kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit.

Pada

kelainan

vestibuler

posisi

penderita

akan

menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang


melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.

Gambar 2. Unterberger Tes


d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulangulang dengan mata terbuka dan tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan
penderita ke arah lesi.

27

Gambar 3. Uji Tunjuk Barany


e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang.

Gambar 4. Uji Babinsky Weil


b) Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Pemeriksaan ini untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kiri dan kanan

28

Kepala putar ke samping

Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)

Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa

Gambar 5. Uji Dix-Hallpike


Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat

29

timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo
dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.

Diagnosis Banding
-

Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat
dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan.
Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian
pasien perlu dirawat di Rumah Sakit wrtuk mengatasi gejala dan dehidrasi.
Serangan

menyebabkan

pasien

mengalami

ketidakstabilan

dan

30

ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat


berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.9
-

Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme
telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang
berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif.
Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya,
dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya.
Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan
fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik
dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis
supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam
struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan
fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat
timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops
endolimfatik

atau

perubahan-perubahan

patologik

yang

akhirnya

menyebabkan sklerosi labirin.9


-

Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita
dewasa.
Patofisiologi : pembengkakan endolimfe akibat penyerapan endolimfe
dalam

skala

media

oleh

stria

vaskularis

terhambat.

Manifestasi klinis : vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15


menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan
pendengaran, tinitus yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam
telinga. Serangan pertama hebat sekali, dapat disertai gejala vegetatif
Serangan lanjutan lebih ringan meskipun frekuansinya bertambah.1
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu : 4

31

1. Terapi kausal
Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga terapi lebih
banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif.
2. Terapi Simptomatis
Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar,
melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). Secara umum, penatalaksanaan
medikamentosa mempunyai tujuan utama: (i) mengeliminasi keluhan vertigo,
(ii) memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi
gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapan golongan obat
yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk
penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan
homatropin. Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam
satu sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan
vestibuler melalui reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per
oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping
yang timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan reseptor
muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan
(terutama

pada

populasi

lanjut

usia),

ataupun

gejala-gejala

penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut


kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan
antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan
termasuk di antaranya adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat,
meklozin, dan prometazin. Mekanisme antihistamin sebagai supresan
vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai
efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki motion
sickness. Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian
penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan

32

lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12


jam (misalnya, meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai
antivertigo di beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika.
Betahistin sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek antivertigo
betahistin diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran
darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem
vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik,
dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek samping
relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan
mual pada pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar
antidopaminergik merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada
vestibuler tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa
antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem
vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4
sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai
antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari
antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen,
serta

beberapa

keluhan

yang

berhubungan

dengan

gejala

ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia akut,


dan sebagainya.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan
di tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan
vestibuler diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun,
seperti halnya obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi
vestibuler. Efek farmakologis utama dari benzodiazepine adalah sedasi,
hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd,
serta antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan
adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam.

33

f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium
di dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion
kalsium intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai
supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat
kanal kalsium yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua
obat ini juga digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai
penghambat kanal kalsium, ternyata fl unarizin dan sinarizin
mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin-1.
Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai
waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah 2
bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam
waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka
pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan
peningkatan berat badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan
ialah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih
banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin

dan

amfetamin,

harus

digunakan secara hati-hati karena adanya efek adiksi.


h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini
sebagai antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan
bekerja sebagai prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi
vestibuler aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai
antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan
asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi)
dan nyeri di tempat injeksi.
i. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai
efek antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.
Tabel 3.4 Obat antivertigo, dosis obat per oral
Nama kelompok

Nama Generik

Dosis sekali

Interval

pemberian
34

Antikolinergik

Skopolamin

0,2-0,4 mg

ulangan
3-6 jam

Antihistamin

Atropin
Difenihidramin

0,2-0,4 mg
50-100 mg

3-6 jam
6 jam

Dimenhidrinat

50-100 mg

6 jamk

Sinarizin
d-Amfetamin

75 mg
10 mg

24 jam
12 jam

Efedrin

25-50 mg

4-6 jam

Fenobarbital

15-60 mg

6-8 jam

Diazepam

5-10 mg

4-6 jam

Prometazin

25-50 mg

4-6 jam

Klorpromazin

10-25 mg

4-6 jam

Simpatomimetik
Penenang
Minor
Mayor

3. Terapi rehabilitatif 4
Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan
kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.
(print artikel) Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari system saraf tepi
maupun dari system saraf pusat, dalam usaha memperoleh keseimbangan baru
sehingga tanda kegawatan (alarm reaction) yang merupakan sebab terjadinya
vertigo akan dihilangkan.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan
memberikan rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam
(vestibule), rangsangan terhadap visus dan juga proprioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali
latihan sehingga timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang.
Beberapa cara latihan untuk penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara
lain :
-

Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam


posisi tetap (stasioner)

Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan


yang bergerak.

Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus.

35

Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis.

Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi debris


yang terdapat pada utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah manuver
seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Manuver mungkin diulangi
jika pasien masih menunjukkan gejala-gejala. Bone vibrator bisa ditempatkan
pada tulang mastoid selama manuver dilakukan untuk menghilangkan debris.6

Pasien digerakkan dalam 4 langkah, dimulai dengan posisi duduk


dengan kepala dimiringkan 45 pada sisi yang memicu. (1) Pasien
diposisikan sama dengan posisi Hall-pike sampai vertigo dan nistagmus
mereda. (2) Kepala pasien kemudian diposisikan sebaliknya, hingga
telinga yang terkena berada di atas dan telinga yang tidak terkena berada di
bawah. (3) Seluruh badan dan kepala kemudian dibalikkan menjauhi sisi

36

telinga yang terkena pada posisi lateral dekubitus, dengan posisi wajah
menghadap ke bawah. (4) Langkah terakhir adalah mendudukkan kembali
pasien dengan kepala ke arah yang berlawanan pada langkah 1.6

37

BAB IV
ANALISIS KASUS

1. Vertigo Vestibuler Perifer


Anamnesis :

Pusing berputar sejak 1 hari SMRS (merasa dirinya terasa berputar-putar


dan ruangan disekelilingnya pun ikut terasa berputar)
a. Dicetuskan oleh perubahan posisi kepala dan mobilitas.
b. Hilang timbul, memberat apabila pasien menggelengkan kepala
(menengok ke kanan ataupun ke kiri), bangun dari berbaring ke
duduk ataupun berdiri dan sebaliknya.
c. Berlangsung kurang dari satu menit.
d. Pusing membaik dengan istirahat berbaring dan memejamkan

mata.
e. Pasien tidur lewat tengah malam .
Mual sejak 2 hari SMRS beberapa saat setelah timbul pusing berputar.
a. Mual tidak dipengaruhi oleh makanan

Pemeriksaan Fisik

Pada

pemeriksaan

nervus

vestibulokoklearis

untuk

menimbulkan

nistagmus dengan manuver Hallpike, didapatkan vertigo dan nistagmus;


pasien menutup mata karena vertigo hebat yang dirasakan sehingga
nystagmus baru dapat dinilai setelah sekitar 20 detik ketika pasien bisa
membuka mata dengan karakteristik masa timbulnya nistagmus sebentar
hanya 15-17 detik (< 1 menit). Sekitar 5 menit setelah pemeriksaan pasien

kemudian muntah.
Hasil pemeriksaan ini menunjang untuk vertigo paroksismal akibat
kelainan perifer

Pemeriksaan Penunjang Anjuran :

38

Tes Kalori : Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau
directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional

preponderance menunjukkan lesi sentral.


Elektronistagmografi : merekam gerakan bola mata berdasar atas
perbedaan potensial listrik antara retina dan kornea.

Penatalaksanaan :
a. Istirahat terlentang selama fase akut dan tidak banyak mengubah posisi
kepala
b. Diet lunak selama mual dan muntah masih ada
c. Terapi Rehabilitatif (Metode Brandt Daroff, Latihan Visual Vestibular dan
Latihan Berjalan)
d. Jika pusing berputar tutup mata
Metode Brandt Daroff : Latihan vestibuler untuk pengobatan BPPV. Caranya :
Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kaki tergantung.. Lalu tutup kedua
mata dan berbaring dengn cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik,
kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh ke sisi yang lain
dengan cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2
hari berturut-turut tidak timbul vertigo lagi.

Medikamentosa :
39

1.

IVFD Nacl 0,9% + Ketorolac 1 Amp


20 tpm

2.

Betahistine mesylate 3 x 2 tablet (1


tablet = 6 mg): merupakan obat anti vertigo golongan histaminergik
(analog histamin) dengan mekanisme kerja menginhibisi neuron
polisinaptik pada N. Vestibularis lateralis, dengan cara memperbaiki
mikrosikulasi, dengan demikian menghilangkan endolymphatic hydrops,
memperbaiki sirkulasi serebral, dan meningkatkan aliran darah arteri
karotis interna.

3.

Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp IV,

4.

merupakan obat penghambat sekresi asam lambung, golongan AH2.


Alprazolam 1 x 0,5 mg jika tidak
bisa tidur.

BAB V
KESIMPULAN

Pada pasien wanita 20 tahun ini telah didiagnosis sebagai suspek Benign
Paroxysmal Positional Vertigo atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik terutama
pemeriksaan fisik neurologis saraf vestibuler. Adapun anamnesis yang menonjol
adalah pusing berputar yang karakteristiknya merupakan karakteristik vertigo

40

vestibuler perifer jenis BPPV dimana vertigo dicetuskan oleh keadaan perubahan
posisi kepala, vertigo berlangsung beberapa detik paling lama 1 menit disertai
gejala lain berupa mual dan muntah serta dirasa berat oleh pasien, kemudian
mereda bila pasien menghindarkan posisi pemicu dan mempertahankan posisi
tersebut, pada pasien ini posisi berbaring telentang. BPPV umumnya lebih
sering terjadi pada wanita. Pada pemeriksaan manuver dix hallpike juga
didapatkan nistagmus dengan karakteristik vertigo vestibuler perifer, yaitu
mempunyai masa laten, hilang timbul, disertai vertigo hebat, dan atipikal.
Untuk menunjang diagnosis, maka dapat dilakukan pemeriksaan ENG untuk
melihat karakteristik nistagmus yang ditimbulkan merupakan nistagmus oleh
vertigo vestibuler perifer.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in
primary care, BJMP 2010;3(4):a351
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American
Family Physician January 15, 2006Volume 73, Number 2.

41

4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;


2008. P. 56-8
5. Bashiruddin J. Vertigo: Soepardi EA, Iskandar N editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Keoala Leher. Edisi keenam.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.2007. p. 89-92
6. Anderson JH, Levine SC, sistem vestibulari. Dalam: Adams GL, Boies
LR, Higler PA,editor. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam.
Jakarta: EGC.1997.p. 39-44
7. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.2006. p 176-189
8. Nurimaba
N.
Patofisiologi.
Dalam
:
PERDOSSI
editor.
VertigoPatofisiologi,

Diagnosis,

dan

Terapi.

Jakarta:

Jansen

Pharmaceutica. 1999. P. 26-35

42

Anda mungkin juga menyukai