Anda di halaman 1dari 71

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PENYIMPANAN SELAMA 8 HARI DALAM


KULKAS DAN COOLER TERHADAP PERUBAHAN KADAR
ETHANOL DALAM SAMPEL DARAH

TESIS

AHMAD ILMAN KAUSAR


096647816

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
JAKARTA
JUNI 2014

Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PENYIMPANAN SELAMA 8 HARI DALAM


KULKAS DAN COOLER TERHADAP PERUBAHAN KADAR
ETHANOL DALAM SAMPEL DARAH

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Dokter Spesialis Forensik

AHMAD ILMAN KAUSAR


096647816

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
JAKARTA
JUNI 2014

Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014


Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WrWb.
Pertama-tama izinkan saya mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan
tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapat
gelar Dokter Spesialis Forensik dari Fakultas Kedokteran UI. Melalui kata
pegantar ini, izinkan saya untuk memberi terima kasih yang sebesar-besarnya
untuk berbagai pihak yang telah membantu saya menyelesaikan penelitian ini
mulai dari penyusunan sampai selesai. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Djaja Surya Atmadja dan dr. Ade Firmansyah Sugiharto sebagai
pembimbing tesis yang telah membantu mengarahkan dan memberi
bimbingan mulai dari perumusan penelitian hingga pembahasan dan
diskusi.
2. Pihak Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta. Kepada
Bapak Endra sebagai pimpinan Labkesda yang telah mengizinkan saya
untuk menjalin kerjasama demi menyelesaikan penelitian. Kepada para
pegawai dan teknisi Laboratorium: Ibu Erna, Mas Maruli, Mbak Yuyun,
dan Mbak Dewi yang telah sangat membantu dalam pemeriksaan Gas
Chromatography. Dan juga kepada staf lainnya yang tidak bisa saya
ucapkan satu persatu.
3. Dr. Sopiyudin Dahlan dari PT Epidemiologi Indonesia sebagai konsultan
statistik.
4. Para Konsulen Forensik yang telah memberi masukan yang berarti selama
pembuatan tesis. Dr. Yuli Budiningsih sebagai Kepala Departemen IKFM,
dr. Oktavinda Safitry sebagai Ketua Prodi. Prof. Agus Purwadianto, Prof.
Budi Sampurna, Prof Herkutanto, dr. Wibisana W, dr. Abdul Munim
Idris, dr. Zulhasmar S., dr. Tjetjep D.S., dr. Fitri AS, dr. Norbert TH, dr.
Putri DIM, dan dr. Yudi.

iv
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
5. Teknisi Forensik, terutama saudara Amrin dan Arif yang sangat membantu
dalam perekrutan subyek dan pengambilan sampel.
6. Rekan sejawat PPDS sekalian: dr. Ardhi, dr. Melati, dr. Jimmy, dr. Baety,
dr. Jauhar, dr. Citra, dr. Retno, dr. Leo, dr. Kinanti, dr. Asri, dan dr. Boge.
7. Staf dan pegawai IKFM dan Kamar Jenazah RSCM yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu namun tetap berkontribusi dalam pembuatan tesis
ini.
8. Orang Tua saya yang saya cintai dan hormati: Ir. Muhammad Haryoko,
MBA dan Ir. Nafisah yang telah memberi bantuan dukungan moral dan
material.
9. Istri dan anak saya tercinta: dr. Ade Hikmah dan Emir Salahudin yang
selalu mendoakan saya dan mendukung saya agar tetap semangat.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu khususnya di bidang Kedokteran Forensik.

Jakarta, 5 Juni 2014


Penulis

v
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : dr. Ahmad Ilman Kausar


Program Studi : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Judul :Pengaruh penyimpanan selama 8 hari dalam kulkas dan cooler
terhadap perubahan kadar ethanol dalam sampel darah.

Latar Belakang:
Untuk mengetahui kadar alkohol dalam tubuh manusia, diperlukan
pemeriksaan kadar alkohol ( Blood Alcohol Concentration atau BAC ) dari sampel
darah dari individu yang bersangkutan. Jenis pemeriksaan yang merupakan
standar emas adalah pemeriksaan kuantitatif melalui perangkat Gas
Chromatography (GC). Idealnya, pemeriksaan dilakukan secepatnya setelah
sampel diambil. Namun tidak semua pemeriksa mempunyai mesin GC, karena
alatnya mahal, memerlukan tenaga terlatih untuk mengoperasikannya dan hanya
ada di fasilitas laboratorium besar di perkotaan. Pengiriman sampel yang tidak
adekuat penyimpanannya dapat mengubah kadar alkohol dalam sampel tersebut.
Penelitian oleh Glover menunjukkan adanya penurunan kadar alkohol 10-15%
pada sampel darah yang disimpan dalam suhu ruangan selama 7 hari. Dalam kerja
di lapangan sampel darah dapat dipreservasi dalam kulkas maupun dalam wadah
cooler yang berupa wadah plastik kedap udara dengan gel pengingin di dalamnya.
Pengaruh kedua jenis penyimpanan tersebut terhadap BAC belum ada datanya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan BAC yang terjadi
selama penyimpanan dalam cooler dan penyimpanan dalam kulkas.

Metode:
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Subjek yang termasuk
kriteria inklusi/eksklusi pada penelitian ini dimintakan informed consent nya.
Subjek yang dipilih berupa 8 sukarelawan laki-laki, yang diberi minum bir dengan
merek dan jumlah yang sama ( merk Guiness kadar alkohol 4,9% sebanyak 620
ml ). Satu jam setelah subjek meminum bir, darah vena nya diambil sebanyak 6
ml dan dibagi ke dalam 2 tabung vacutainer yang berisi antikoagulan EDTA.
BAC sampel darah dalam tabung pertama diperiksa dengan GC dalam waktu 12
jam setelah pengambilan sampel. Sampel darah dalam tabung kedua diperiksa
setelah disimpan dalam kulkas selama delapan hari. Tiga hari setelah perlakuan
pertama, subjek yang sama diminta minum bir sekali lagi dan dilakukan
pengambilan 6 ml sampel seperti sebelumnya. Sampel darah dibagi ke dalam 2
tabung EDTA, satu tabung diperiksa BAC 12 jam setelah pengambilan sampel
dan tabung kedua disimpan dalam cooler selama 8 hari sebelum dilakukan
pemeriksaan BAC. Hasil pemeriksaan dicatat dalam satuan mg%. Kemudian
peneliti melakukan uji statistik t-paired untuk menguji kemaknaan perbedaan 2
rerata berpasangan dengan menggunaan program SPSS versi 11.5. Dalam hal ini
yang diuji adalah selisih dari nilai BAC setelah penyimpanan dan sebelum .

Hasil:
Nilai rata-rata kadar BAC sebelum penyimpanan dalam kulkas adalah
28,26 mg% 12,05 mg% dan nilai setelahnya adalah 34,17 mg% 13,3 mg%.

vii Universitas Indonesia


Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
Selisih rata-rata kadar BAC sebelum dan setelah penyimpanan dalam kulkas
adalah 5,91 mg% 5,68 mg% dengan signifikansi (p) = 0,022. Selisih relatif
rata-rata kadar BAC sebelum dan setelah penyimpanan dalam kulkas adalah 22,53
% 24,65 %.
Nilai rata-rata kadar BAC sebelum penyimpanan dalam cooler adalah
32,12 mg% 12,04 mg% dan nilai setelahnya adalah 21,13 mg% 15,07 mg%.
Selisih rata-rata kadar BAC sebelum dan setelah penyimpanan dalam cooler
adalah -11 mg% 6,31 mg% dengan signifikansi (p) = 0,002. Selisih relatif rata-
rata kadar BAC sebelum dan setelah penyimpanan dalam cooler adalah -43,96 %
31,25 %.

Kesimpulan:
Terdapat peningkatan bermakna BAC pada penyimpanan sampel dalam
kulkas dan terdapat penurunan bermakna pada penyimpanan dalam cooler.
Namun kesimpulan belum dapat diambil karena penelitian ini masih merupakan
penelitian pendahuluan. Untuk membuat kesimpulan akhir, diperlukan penelitian
lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

Kata kunci: kadar alkohol darah (BAC), penyimpanan sampel, kulkas, cooler

viii Universitas Indonesia


Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
ABSTRACT

Name : dr. Ahmad Ilman Kausar


Study program : Forensics Medical Science and Medicolegal
Title : The effect of 8-day storage in refrigeration and cooler towards
ethanol concentration difference in blood sample.

Background:
To determine alcohol level in a human body, a Blood Alcohol
Concentration (BAC) examination is performed on an individual blood sample.
The gold standard for this examination is a quantitative examination by Gas
Chromatography (GC). Ideally,the examination is performed as soon as possible
after the sample was taken. But not all examiner possess a GC apparatus due to its
expensive price. Also a trained operator is needed to operate it, and it is only
available in large laboratorium facilities in cities. Transporting a sample in an
inadequate storage could alter the alcohol level. A study by Glover concluded a
decrease in alcohol level up to 10-15 % in blood sample stored in room
temperature for 7 days. During fieldwork, blood sample can be preserved in a
refrigerator or in a cooler container, an airtight plastic container with cooling gel
inside. There is no study on the effect of this two storing method on BAC. This
study was performed to evaluate the changes of BAC in blood sample when it was
stored in a refrigerator and a cooler.

Method:
In this experimental study, subjects who passed the inclusion/exclusion
criteria signed informed consent. The subjects consisted of 8 male volunteer. Each
was given a bottle of Guiness contained 4,9 % alcohol content and 620 ml. One
hour after the subject drank the beverage, 6 ml of vein blood was collected and
divided into 2 vacutainer tubes with EDTA anticoagulant. BAC of the blood
sample in the first tube was examined by GC within 12 hours after collection.
Blood sample in the second tube was examined after stored in a refrigerator for 8
days. Three days after the first treatment, subjects were asked to drink the same
beverage and another 6 ml blood sample was collected as before. The sample
were divided into 2 vacutainer tube. The first tube was examined 12 hours later
and the second tube was examined 8 days after stored in the cooler. After that, t-
paired statistic method was used to test the significant difference of 2 paired
means using SPSS version 11.5.

Result:
The average of BAC was 28,26 mg% 12,05 mg% and it rose to 34,17
mg% 13,3 mg% after storing in refrigerator for 8 days (p = 0,022). The relative
difference before and after storage is 22,53 % 24,65 %.
The average of BAC was 32,12 mg% 12,04 mg%and it decreased to
21,13 mg% 15,07 mg% after storing in cooler after 8 days (p = 0,002). The
relative difference before and after storage is -43,96 % 31,25 %.

ix Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
Conclusion:
BAC rose after 8 days stored in a refrigerator and decreased after 8 days
stored in a cooler. This is a preliminary research, the final conclusion cannot be
generated. A further research with a larger sample is needed.

Keywords: Blood Alcohol Concentration, sample storage, refrigeration, cooler

x Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ........................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Hipotesa ............................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4.1 Tujuan Umum .........................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.5.1 Manfaaat Akademis ........................................................... 4
1.5.2 Manfaaat Pelayanan.......................................................... 5
1.5.3 Manfaaat Penelitian........................................................... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1 Definisi Alkohol .......................................................................... 6
2.2 Blood Alcohol Concentration ...................................................... 8
2.3 Metabolisme Alkohol ................................................................... 9
2.4. Sampel Pemeriksaan ......................................................................... 13
2.5Pengambilan dan Penyimpanan .......................................................... 14
2.6 Gas Chromatography .........................................................................16
2.7 Alat Pemeriksaan BAC Lainnya ......................................................... 19
2.8 Kerangka Teori ................................................................................... 21
2.9 Kerangka Konsep ............................................................................... 22
3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 23
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 23
3.2 Tempat dan Waktu ............................................................................. 23
3.3 Populasi Penelitian ............................................................................. 23
3.4 Kriteria Penerimaan, Penolakan, dan Dropout .................................. 23
3.5 Perkiraan Besar Sampel ..................................................................... 24
3.6 Cara Pengambilan Sampel ................................................................. 24
3.7 Alat dan Bahan yang Dibutuhkan ...................................................... 24
3.7.1 Pengambilan Sampel ............................................................. 24
3.7.2 Penyimpanan Sampel ............................................................ 25
3.7.3 Pemeriksaan Laboratorium ................................................... 25
3.7.4 Pengolahan Data ................................................................... 26
3.8 Cara Kerja ......................................................................................... 26
3.8.1 Pengambilan Sampel ............................................................ 26

xi Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
3.8.2 Penyimpanan Sampel ........................................................... 27
3.8.3 Pemeriksaan Laboratorium .................................................. 28
3.9 Alur Penelitian ................................................................................. 30
3.10 Batasan Operasional .......................................................................31
3.11 Pengolahan dan Analisa Data ........................................................ 32
4. ETIKA PENELITIAN .............................................................................. 33
5. HASIL PENELITIAN ..............................................................................34
5.1 Data Subyek ..................................................................................... 34
5.2 Hasil Pemeriksaan............................................................................35
6. PEMBAHASAN ........................................................................................ 40
7. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 43
7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 43
7.2 Saran ................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46

xi Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persentase kadar ethanol dalam beberapa jenis minuman


beralkohol .............................................................................. 7

Tabel 2.2. Intoksikasi akut alkohol ...................................................... 11

Tabel 5.1. Karakteristik subyek ............................................................ 34

Tabel 5.2. Data kadar ethanol darah (BAC) sebelum dan sesudah
penyimpanan dalam kulkas ................................................. 36

Tabel 5.3. Data kadar ethanol darah (BAC) sebelum dan sesudah
penyimpanan dalam cooler ................................................. 38

xiii Universitas Indonesia


Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram cara kerja Gas Cromatography ............................. 19

Gambar 3.1. Pipet Transferpette ......................................................... 25

Gambar 3.2. Crimping pliers ................................................................... 26

Gambar 5.1. Boxplot perbandingan rerata BAC sebelum dan sesudah


disimpan dalam kulkas selama 8 hari ................................. 37

Gambar 5.2. Boxplot perbandingan rerata BAC sebelum dan sesudah


disimpan dalam cooler selama 8 hari .................................39

xiv Universitas Indonesia


Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent .. 50

Lampiran 2 Lembar Data Dasar Subyek .. 52

Lampiran 3 Lembar Hasil Penelitian ... 53

Lampiran 4 Lembar Permintaan Pemeriksaan Sampel NAPZA 54

Lampiran 5 Lembar Keterangan Lolos Kaji Etik . 55

xv Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toksikologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
racun, yaitu suatu zat yang menyebabkan efek berbahaya terhadap makhluk
hidup setelah terpapar.1 Forensik toksikologi adalah penggunaan toksikologi
untuk kepentingan hukum dan peradilan.2
Alkohol merupakan zat yang telah menyebabkan banyak
kecanduan di berbagai negara. Konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
kecelakaan lalu lintas atau tindakan kriminalitas lainnya. Tiap negara
mempunyai peraturan-peraturan sendiri tentang penanganan kasus yang
berkaitan dengan alkohol, seperti penetapan batas kadar alkohol dalam
darah (Blood Alcohol Concentration /BAC) yang diperbolehkan saat
mengemudi.Di Amerika Serikat, batas maksimum BAC untuk pengemudi
yang diperbolehkan adalah 80 mg%. Beberapa negara Asia Tenggara
menetapkan kadar maksimum seperti di Malaysia (80 mg%), Singapura (80
mg%), dan Thailand (50mg%). Sedangkan untuk negara seperti Saudi
Arabia, Oman, Pakistan, Brunei, dan Jepang menerapkan zero
tolerance(0mg%).3
Saat ini di Indonesia tidak terdapat pembatasan terhadap kadar
BAC.4 Peraturan yang ada antara lain dari UU no. 22 tahun 2009 tentang
lalu lintas pasal 106 ayat 1 yang menyatakan Setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan
kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi. Penjelasan pasal
tersebut menyebutkan meminum minuman yang mengandung alkohol
mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan kendaraan. Sanksi
pelanggaran pasal ini tertulis di Pasal 283 yaitu Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan
melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang
mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat 1 dipidana dengan pidana

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
2

kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak Rp.750.000
(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). 5
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), peraturan
mengenai mabuk dapat dilihat di pasal 492 yang menyatakan: Barang
siapa dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu lintas, atau
mengganggu ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain, atau
melakukan sesuatu yang harus dilakukan dengan hati-hati atau dengan
mengadakan tindakan penjagaan tertentu lebih dahulu agar jangan
membahayakan nyawa atau kesehatan orang lain, diancam dengan pidana
kurungan paling lama enam hari, atau pidana denda paling banyak tiga
ratus tujuh puluh lima rupiah.6
Untuk memeriksa kadar alkohol maka perlu ada standar pelayanan
operasional (Standard Operating Procedure / SOP) dalam hal pengambilan
sampel, penyimpanan, dan pengukuran. Gagal mengikuti standar dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran.Tidak hanya itu, kesalahan proses
penyimpanan dapat menyebabkan gangguan stabilitas kadar ethanol dalam
sampel sehingga terjadi perbedaan saat pemeriksaan ulang.Saat ini Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) belum mempunyai SOP khusus untuk
penyimpanan sampel darah beralkohol. Untuk membuat SOP dapat
mengadopsi protokol dari luar negeri (contoh: Los Angeles Blood Alcohol
Manual 7 ). Namun akan lebih baik kalau protokol tersebut disesuaikan dulu
dengan kemampuan dan fasilitas laboratorium toksikologi setempat.
Penyesuaian protokol tersebut memerlukan data-data empiris, antara lain
data stabilitas alkohol selama penyimpanan. Penelitian penyimpanan sampel
beralkohol dari Kaye8pada tahun 1984 dapat dijadikan dasar penelitian.
Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Petkovic et.al.9yaitu penyimpanan
sampel selama 48 jam dalam lingkungan terkontrol (suhu 40C dan 200C).
Setiap pusat forensik mempunyai kelebihan dan kekurangan
sehingga metode penyimpanan sampel disesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang tersedia. Sebagai contoh: tidak semua pusat forensik
mempunyai kulkas karena itu sampel disimpan dalam kotak pendingin
(cooler).Dan belum tentu laboratorium yang tersedia dapat memeriksa kadar

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
3

alkohol, sehingga harus dikirim ke laboratorium lain. Bila pengiriman


sampel diperkirakan membutuhkan waktu berhari-hari, maka pengirim
harus menentukan bagaimana cara penyimpanan terbaik untuk menjaga
kestabilan BAC. Menurut Petkovic et.al.,9 penyimpanan yang tidak adekuat
akan meningkatkan kadar ethanol. Sedangkan menurut Glover,10 kadar
ethanol justru akan menurun.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan
masalah yaitu belum adanya SOP khusus untuk penanganan sampel darah
beralkohol terutama dalam hal penyimpanan sampel. Namun untuk
membuat SOP tersebut dibutuhkan data stabilitas ethanol dalam sampel
darah. Untuk menentukan stabil atau tidaknya kadar ethanol, maka
dperlukan semacam konsensus tentang batasan perbedaan kadar ethanol
awal dan setelah penyimpanan. Contohnya: Bila terdapat peningkatan kadar
ethanol sebesar 10%setelah disimpan, maka peningkatan itu masih dianggap
wajar dan sampel masih layak.
Peneliti akan melihat pengaruh penyimpanan dalam kulkas
terhadap perubahan kadar ethanol dalam sampel darah. Kulkas yang dipilih
adalah kulkas yang sehari-hari dipakai di Departemen Forensik RSCM.
Untuk pembandingnya dipilih cooler yang diasumsikan sebagai metode
alternatif penyimpanan dan juga transportasi sampel.
Pertanyaan penelitian yang dirumuskan adalah:
1. Berapa rerata selisih dan selisih relatif perubahan kadar ethanol
dalam sampel darah setelah 8 hari penyimpanan dalam kulkas ?
2. Berapa rerata selisih dan selisih relatif perubahan kadar ethanol
dalam sampel darah setelah 8 hari penyimpanan dalam cooler?
3. Apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar ethanol
dalam sampel darah sebelum dan sesudah penyimpanan selama 8
hari dalam kulkas ?

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
4

4. Apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar ethanol


dalam sampel darah sebelum dan sesudah penyimpanan selama 8
hari dalam cooler ?

1.3 Hipotesa
1. Tidak adanya perbedaan bermakna antara kadar ethanol sampel darah
sebelum dan sesudah penyimpanan selama 8 hari dalam kulkas
2. Tidak adanya perbedaan bermakna antara kadar ethanol sampel darah
sebelum dan sesudah penyimpanan selama 8 hari dalam cooler

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Menentukan perbedaan perubahan kadar ethanol dalam sampel darah
setelah disimpan dalam dua metode penyimpanan yang berbeda dalam
rangka mengetahui apakah metode alternatif (cooler) sama baiknya
dengan metode standar (kulkas).

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahuiselisih dan selisih relatif perubahan kadar ethanol dalam
sampel darah setelah 8 hari penyimpanan dalam kulkas
2. Mengetahui selisih dan selisih relatif perubahan kadar ethanol dalam
sampel darah setelah 8 hari penyimpanan dalam cooler
3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara
perubahan kadar ethanol sebelum dan sesudah disimpan dalam kulkas
4. Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara
perubahan kadar ethanol sebelum dan sesudah disimpan dalamcooler

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini berguna sebagai pelatihan untuk menyusun dan melakukan
penelitian untuk mahasiswa PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis).

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
5

1.5.2 Manfaat Pelayanan


Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
data dasar untuk menyusun SOP mengenai penyimpanan sampel darah
beralkohol.

1.5.3 Manfaat Penelitian


Data dari stabilitas ethanol ini masih merupakan data dasar, sehingga
dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Alkohol


Alkohol adalah senyawa kimia organik dengan karakteristik khas
terdapat gugus hidroksil (OH) yang berikatan dengan salah satu gugus
karbon dalam rumus kimia suatu molekul. Sumber alkohol yang umumnya
beredar antara lain ethanol, methanol, isopropanol, dan diethylene glikol.
Ethanol (ethyl alkohol, C2H5OH) digunakan sebagai zat aditif gasolin,
pelarut kosmetik dan farmasi, dan minuman beralkohol. Ethanol berasal dari
fermentasi berbagai jenis karbohidrat dari gandum, buah-buahan, atau
bunga. Dalam bentuk murni, ethanol bersifat tidak berwarna, transparan,
mudah menguap, titik didih pada 780C dan beraroma khas. Minuman
beralkohol dikelompokkan berdasarkan kadar ethanol didalamnya (Tabel
2.1).11-13
Dalam Peraturan Mendagri Nomor: 15/M-DAG/PER/3/2006 pasal 1,
yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah Minuman yang
mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan
terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun
yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau
dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol. Pasal 2
menyebutkan pengelompokan berdasarkan kadar ethanol di dalamnya
sebagai berikut:14
1. Golongan A: 1 % - 5 %
Contoh: Bir, larger, ale, stout, low alcohol wine, minuman
alkohol berkarbonasi, dan brem
2. Golongan B: 5 % - 20 %
Contoh: Anggur/wine, champagne, meat wine, malt wine,
cider, perry, tuak/toddy, beras kencur, dan anggur ginseng.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
7

3. Golongan C: 20 % - 55 %
Contoh: Brandy, gin/genever, liquer, rum, vodka, whisky, dan
arak/samsu.

Tabel 2.1: Persentase kadar ethanol dalam beberapa


jenis minuman beralkohol.

Jenis minuman Kadar ethanol (%)


Beer 3,2 4
Ale 4,5
Porter 6
Stout 68
Malt Liquor 3,2 7
Sake 14 16
Table wine 7,1 14
Sparkling wine 8 14
Fortified wine 14 24
Brandy 40 43
Whisky 40 75
Vodka 40 50
Gin 40 48,5
Rum 40 95
Tequila 45 50,5
12
Sumber: Forensic Chemistry Handbook (telah diolah kembali)

Menurut NIAAA (National Institute in Alcohol Abuse and


Alcoholism), yang disebut satu minuman standar adalah minuman yang
mengandung alkohol murni sebanyak 14 gram. Jumlah ini biasanya
terdapat dalam bir 5% 12 oz (355 ml), anggur 12% 5 oz (148 ml), atau hard
proof liquor (whisky, gin, vodka, dsb.) 40% 1,5 oz (30 ml).15
Selain dari ethanol, jenis alkohol lainnya dianggap tidak aman
untuk dikonsumsi sehingga dikenal sebagai alkohol toksik. Methanol
(methyl alkohol,CH3OH) adalah cairan tidak berwarna dengan bau aromatik

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
8

yang samar dan titik didih 660C. Methanol dihasilkan saat terjadi distilasi
kayu atau molasses. Secara komersial, methanol dijual sebagai spiritus,
campuran pelitur, atau sebagai oplosan ethanol dalam minuman beralkohol.
Penggunaan sebagai minuman dilarang di daerah tertentu, seperti di negara
bagian New York, Amerika Serikat. Intoksikasi methanol dapat
mengakibatkan gangguan penglihatan pada konsumsi 15 ml, dan kematian
pada konsumsi sebanyak 30-60 ml.Sumber alkohol lainnya seperti
isopropanol yang digunakan sebagai alkohol usap, dan diethylene glikol
yang digunakan sebagai zat antibeku. Konsumsi diethylene glikol dapat
menyebabkan gagal ginjal. 11,16

2.2 Blood Alcohol Concentration


Blood Alcohol Concentration (BAC) adalah persentase jumlah
alkohol dalam darah. Satuan yang digunakan untuk mengukurnya adalah
persentase berat per volume (%w/v), yaitu gram alkohol dalam 100 mililiter
(mL) darah atau ekivalen dengan g/dL. Untuk menghindari kerancuan,
semua satuan BAC dalam tulisan ini telah dikonversi menjadi mg% yang
ekivalen dengan mg/ 100 ml. Konversi tidak dilakukan pada satuan
persentase berat/berat (%w/w), yang akan ditulis dalam bentuk aslinya.7,17
Perhitungan matematis untuk mengukur BAC dapat menggunakan
formula Widmark:12,18-20
=

A= ethanol murni yang dikonsumsi (g)


W= berat badan (kg)
R= distribusi rasio ( laki-laki 0,7, perempuan 0,6)
C= BAC (%w/w atau %w/v)
Distribusi ratio (R) diartikan sebagai rasio dari kadar ethanol
seluruh tubuh dan kadar ethanol darah (BAC). Pada riset ini, Widmark
menemukan rata-rata R untuk laki-laki 0,68 (range 0,51-0,85) dan
perempuan 0,55 (range 0,47-0,64). Bias ini terjadi karena tidak
diperhitungkannya beberapa faktor seperti: variasi individual pada jumlah

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
9

air total dalam badan (Total Body Water), asumsi bahwa absorbsi alkohol
terjadi secara langsung, dan tidak diperhitungkannya eliminasi alkohol.19,21
Walaupun ada perbedaan pendapat, formula Widmark masih
dipakai secara luas, salah satunya di bidang forensik toksikologi. Formula
ini digunakan sebagai kalkulasi terbalik yaitu menentukan jumlah alkohol
yang diminum sebelum pemeriksaan. Biasanya dilakukan pada kasus
pengemudi mabuk atau tindakan kriminal lain yang berhubungan dengan
alkohol (alcohol related crime).21Sebagai acuan, menurut Widmark,21
kecepatan eliminasi BAC pada peminum yang sehat rata-rata sebanyak 16
mg%/jam dengan range antara 10-25 mg%/jam. Penggunaan lain formula
ini adalah untuk penelitian alkohol, pembuatan nomogram BAC, kesaksian
ahli dalam persidangan, atau pelatihan personel penegak hukum.20
Untuk menghitung BAC secara individual, maka ada beberapa
parameter yang penting seperti berat badan, konsentrasi ethanol dalam
minuman yang diminum, jumlah minuman, lama dan pola meminum.
Kebiasaan meminum dibagi menjadi ringan, sedang, berat. Peminum ringan
(light) mengkonsumsi 1- 4 minuman beralkohol dalam satu minggu.
Peminum sedang (moderate) laki-laki mengkonsumsi tidak lebih dari 14
kali minum dalam satu minggu dan 4 kali minum sehari, sedangkan untuk
perempuan tidak lebih dari 7 kali minum tiap minggu dan 3 kali minum
sehari. Lebih banyak dari jumlah tersebut dikatakan peminum berat (heavy).
Terdapat juga istilah binge drinking yaitu minum dalam jumlah yang
banyak dalam waktu 2 jam sehingga terdapat kenaikan BAC sampai
80mg%.12,22,23

2.3 Metabolisme Alkohol


Proses farmakokinetik alkohol (absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi) individual dapat dipengaruhi beberapa faktor lain seperti:
umur, gender, ras, indeks massa tubuh, adanya obat lain, makanan dalam
saluran cerna, jenis minuman, genetik, dan status kesehatan individu.12
Secara farmakokinetik, ethanol di absorbsi di lambung dan usus
halus. Absorbsi terhambat dengan adanya sisa makanan dalam lambung,

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
10

yang mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak BAC


menjadi 1-6 jam. Dalam keadaan puasa, BAC puncak akan tercapai dalam
1,5-2 jam. Ethanol bersifat larut dalam air sehingga mudah berdifusi dan
terdistribusi dalam jaringan sesuai kadar air jaringan tersebut. Semakin
besar kadar air jaringan, maka semakin besar kadar ethanol didalamnya.12,24
Konsumsi obat-obat lain yang mempercepat pengosongan lambung
(cisapride, metoclopramide, eritromisin, dsb.) akan mengurangi absorbsi.
Sebaliknya obat-obatan seperti: atropin, chlorpromazine, amfetamin,
morfin, antidiare, kodein, heroin, dsb akan memperlambat pengosongan
lambung dan meningkatkan absorbsi.25
Perempuan dan laki-laki mempunyai TBW yang berbeda (laki-laki
68% dan perempuan 55%). Sehingga bila seorang laki-laki dan perempuan
meminum jumlah alkohol yang sama, kadar BAC perempuan akan lebih
tinggi.12
Metabolisme ethanol terjadi di hati dimana akan mengalami 2
proses oksidatif . Dalam hepatosit terdapat 3 sistem untuk metabolime
ethanol yang terletak di 3 kompartemen selular yang berbeda. Enzim
alkohol dehidrogenase (ADH) terletak di sitosol, microsomal ethanol
oxidizing system (MEOS) di retikulum endoplasma, dan katalase di
peroksisom. Ketiga sistem ini menimbulkan proses oksidatif pertama yang
merubah ethanol menjadi asetaldehida, yang merupakan metabolit toksik
dari alkohol. Proses oksidatif kedua, asetaldehida dirubah menjadi asetat
oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) yang terletak di mitokondria.
Terakhir, asetat yang diproduksi hati akan dikeluarkan ke dalam aliran darah
dan dioksidasi jaringan perifer menjadi karbon dioksida, asam lemak, dan
air.Polimorfisme genetik dapat berperan dalam variasi metabolisme alkohol.
Enzim ADH tipe cepat atau enzim ALDH tipe lambat akan mempercepat
oksidasi alkohol, sehingga konsentrasi asetaldehida cepat meningkat. Efek
fisiologisnya menimbulkan flushing wajah, mual, dan takikardia.Menurut
salah satu literatur, populasi Asia terutama di China, Jepang, dan Korea
mempunyai isoenzim ADH1B*2 yang mempercepat penumpukan
asetaldehida.26,27

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
11

Ekskresi zat sisa metabolisme alkohol terutama melalui ginjal dan


paru-paru dengan kecepatan rata-rata menurut Widmark21 16 mg%/ jam atau
menurut Knight21 12-27 mg%/jam.28
Peningkatan BAC mempengaruhi aktivitas fisiologis tubuh. Pada
intoksikasi alkohol akut, tingginya BAC dapat diukur secara kualitatif dari
gejala yang tampak (Tabel 2.2). Organ yang paling dipengaruhi intoksikasi
akut alkohol adalah susunan saraf pusat (SSP), sehingga menimbulkan
gangguan perilaku dan daya ingat. 12,15,24

Tabel 2.2 Intoksikasi akut alkohol.


BAC
Gejala
(mg%)
10 50 Tahap Subklinis. Perilaku mendekati normal. Sedikit
perubahan fisiologis
50 70 Euforia, peningkatan percaya diri, pengurangan perhatian
dan waktu reaksi
70 110 Tahap Stimulasi. Peningkatan gangguan terhadap reaksi
dan respons, perhatian, ketajaman penglihatan,
koordinasi sensorik-motorik, dan penilaian
100 200 Tahap Confusion. Disorientasi, bingung, mengantuk,
emosi labil, sulit bicara (slurred speech), gangguan
berjalan (staggering gait), hilang koordinasi.
200 300 Gangguan jelas terlihat, dapat tampak mengantuk dan
lemas atau agresif .
300 400 Tahap Stupor. Ditandai dengan penurunan kesadaran
400 + Koma, meninggal
Sumber: Forensic Pathology 2 nd edition24 ; Forensic Chemistry
8
Handbook (telah diolah kembali)

Intoksikasi akut alkohol dapat menyebabkan kematian secara tidak


langsung akibat gangguan kesadaran dan perilaku. Kematian akibat
mengendara sambil mabuk, jatuh dari ketinggian, tenggelam, adalah

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
12

beberapa contohnya. Tindakan kriminal lain seperti pembunuhan,


penganiayaan, dan pemerkosaan dapat pula diasosiasikan dengan konsumsi
alkohol yang menyebabkan ganguan penilaian benar atau salah.25
Konsumsi alkohol secara rutin, sedikit atau berlebihan, mengarah
pada penyakit alkoholisme kronik. Hasilnya adalah degenerasi lambat yang
terutama terjadi pada organ parenkim dan SSP. Pada parenkim hati, terjadi
infiltrasi lemak sehingga berat hati bisa mencapai 3000 g atau lebih. Pada
pemeriksaan makroskopis dapat terlihat jaringan berwarna merah
kekuningan dan tepi tumpul. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat
hepatosit penuh dengan droplet lipid berukuran kecil atau besar yang dapat
memindahkan inti sel. Dalam beberapa kasus, infiltrasi lemak dapat diikuti
dengan pertumbuhan jaringan ikat. Gejala klinis menunjukkan adanya
insufisiensi hepatis yang terlihat dari adanya jaundice dan perdarahan
subkutis akibat defisiensi protombin.11
Menurut Levi,29 konsumsi ethanol kronis adalah penyebab tunggal
utama dari sirosis hati, walau terdapat perdebatan apakah efek tersebut
karena ethanol saja atau akibat defisiensi nutrisi yang biasanya terjadi pada
alkoholisme.
Pada jantung, infiltrasi lemak terjadi pada dinding ventrikel dan
diikuti atrofi otot serat. Keadaan ini disebut alcoholic cardiomyopathy.
Akibatnya jantung tidak bisa memompa darah dengan efektif. Konsumsi
alkohol kronis menyebabkan hipertensi dan dapat menyebabkan stroke atau
aritmia jantung.11,15
Pada SSP, konsumsi alkohol kronis menyebabkan alterasi neuron
sehingga sel otak berkurang, atrofi jaringan cerebral, dan pembesaran
ventrikel otak. Dapat ditemukan pulapial edema dan penebalan
meningens.11,15 Pada sirosis hepatis, akan terjadi peningkatan amonia dalam
darah yang merupakan sebuah neurotoksin dan menyebabkan ensefalopati
hepatis. Penyakit ini menimbulkan gangguan neuropsikiatrik, mulai dari
gangguan psikologis ringan sampai koma.30
Predisposisi terjadinya radang pada pankreas pada kurang lebih
80% kasus disebabkan alkoholisme dan penyakit batu empedu. Komplikasi

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
13

pankreatitis dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga


terjadi perdarahan ke dalam parenkim pankreas (pankreatitis hemoragik
akut) dan dapat menyebabkan kematian mendadak. Konsumsi alkohol
kronis menyebabkan pankreatitis kronik dan meningkatkan resiko kanker
pankreas.11,15,31
Penyakit kanker yang diasosiasikan dengan alkoholisme antara
lain: mulut, esofagus, faring, laring, hati, kolon, rektum, dan payudara.
Resiko terjadinya kanker meningkat bila kebiasaan minum disertai dengan
kebiasaan merokok.15Perubahan degeneratif minor lainnya seperti atrofi
tubulus testis yang menyebabkan kerusakan spermatogenesis.11

2.4 Sampel Pemeriksaan


Sampel yang dapat digunakan untuk memeriksa BAC pada
individu hidup berasal dari darah, urin, nafas, dan saliva. Sedangkan pada
pemeriksaan postmortem, selain darah dan urin, dapat ditambahkan
pemeriksaan cairan vitreous dan otot. Pada sampel darah, kadar alkohol
dalam serum lebih tinggi 1,10-1,35 kali dari sel darah merah, karena itu
penilaian kadar alkohol lebih baik menggunakan whole blood. 12,24
Sampel nafas digunakan untuk mengukur kadar ethanol dalam
udara alveolar yang hasilnya dikonversi untuk menentukan kadar BAC.12
Sampel dari saliva merupakan plasma yang telah mengalami
ultrafiltrasi melalui glandula parotis, sehingga toksikan yang berada dalam
darah ditemukan juga dalam saliva. Pemeriksaan alkohol saliva cocok
untuk pemeriksaan skrining pada individu yang tidak sadar.12
Pengukuran BAC melalui ethanol dalam urin bersifat indirek,
karena tingginya kadar alkohol dalam urin (UAC) tidak selalu sama
dengan tingginya alkohol dalam darah saat sampel diambil.12
Pada pemeriksaan postmortem, harus dipertimbangkan pula faktor
pembusukan mayat. Menurut Sari,32 terjadi peningkatan kadar ethanol
pada mayat yang sudah membusuk dibandingkan yang sebelum
membusuk. Karena itu pemilihan sampel selain darah, seperti sampel dari
cairan vitreous, merupakan alternatif untuk menilai BAC. Cairan vitreous

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
14

dengan kadar air yang lebih tinggi dari darah dapat mengandung kadar
alkohol 0,57-0,96 kali dari darah saat equilibrium. Bila kadar melebih 1
kali, maka kemungkinan kematian terjadi saat pencernaan alkohol dalam
fase absorbsi dan belum mencapai equilibrium. Karena lokasinya yang
terisolasi, ada beda 1-2 jam dari equilibrium di vitreous dibandingkan
dengan darah. Sehingga kadar di vitreous dapat digunakan sebagan
penanda waktu konsumsi alkohol. 12,24
Sampel lain adalah otot yang mempunyai ratio 0,94 kali ( 0,86)
saat BAC lebih besar dari 100 mg% dan 1,48 kali ( 0,13) saat BAC
kurang dari 100 mg%. Jaringan otot yang baik berasal dari tempat yang
terisolasi, seperti otot paha. 24
Selain ethanol, zat lain yang dapat diperiksa adalah ethyl
glukoronida, yang merupakan metabolit minor dari alkohol. Zat ini
bersifat stabil dan spesifik untuk alkohol, dan bisa bertahan sampai 40 jam
setelah konsumsi.Sampel yang dapat diperiksa untuk zat ini antara lain
darah, urin, bahkan rambut. 12,33

2.5 Pengambilan dan Penyimpanan


Untuk menentukan kadar BAC, mulai dari pengambilan sampel
sampai pengukuran, beberapa hal teknis perlu diperhatikan:
a. Jenis sampel
Pemilihan sampel telah diuraikan sebelumnya (Subbab 2.4).
Penggunaan sampel whole blood untuk pengukuran BAC pada subyek
antemortem atau postmortem adalah yang terbaik. Sampel lain
dipertimbangkan pada keadaan tertentu, contoh : sampel darah tidak
bisa diperoleh, atau uji skrining yang diterapkan tidak menggunakan
sampel darah. Pada subyek antemortem, pengumpulan sampel darah
umumnya diambil dari vena cubiti, sedangkan pada subyek
postmortem umumnya dari vena femoral. Saat pengambilan dengan
spuit, dianjurkan tidak menggunakan rubbing alcohol(isopropil
alkohol 70%) pada situs injeksi karena dapat menimbulkan nilai
positif palsu. Sebagai penggantinya digunakan air dan sabun.8,34

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
15

b. Pengawet
Pengawet (preservative) digunakan untuk menghambat aktivitas
enzim mikroorganisme yang dapat menghasilkan ethanol dalam
sampel darah.8Kontaminasi bakteri, seperti Candida albicans, dapat
merubah glukosa menjadi ethanol melalui proses glikolisis dan
menyebabkan hasil postif palsu.9,35 Namun menurut penelitian
Petkovic et.al.,9jumlah produksi ethanol dalam sampel tanpa pengawet
rendah (mendekati batas deteksi minimal instrumen analitik modern)
karena pengambilan sampel yang aseptik dan penggunaan kontainer
yang steril. Pengawet yang dianjurkan untuk sampel beralkohol adalah
natrium fluorida (NaF2) 1% yang mempunyai efek
antiglikolisis.7,8,17,34
c. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah penggumpalan
darah.Bila sampel tidak diberi antikoagulan, maka hasil pembacaan
bisa lebih tinggi dari yang seharusnya karena kadar alkohol dalam
serum lebih tinggi dari whole blood.12Antikoagulan yang dapat
digunakan dalam sampel darah antara lain: EDTA, natrium sitrat, atau
kalium oxalat. Kalium oxalat dianjurkan untuk sampel beralkohol
karena selain sebagai antikoagulan, zat ini juga dapat menginhibisi
aktivitas enzim asam dan alkaline fosfatase, amilase, dan laktat
dehidrogenase.7,8,17,34
d. Kontainer
Syarat utama kontainer adalah kering, steril, dan tertutup. Dapat
terbuat dari kaca atau plastik yang dilengkapi dengan penutup. Label
pada luar kontainer mencakup informasi seperti nama subyek, waktu
pengambilan, dan nama atau inisial petugas yang mengambil.17
e. Penyimpanan
Penyimpanan sampel darah beralkohol mempunyai batas waktu.
Karena itu tiap laboratorium harus menyesuaikan metode
penyimpanan dengan tujuan dan peraturan yang berlaku. Sebagai
contoh: untuk keperluan pemeriksaan ulang saat pengadilan atas

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
16

permintaan pihak terdakwa.8Penyimpanan yang tidak adekuat dapat


mempengaruhi stabilitas BAC dalam sampel, seperti menyebabkan
tumbuhnya mikroorganisme seperti C. albicans dan meningkatkan
kadar ethanol. Kontainer berisi sampel darah disertai pengawet dapat
bertahan pada suhu kamar (25 oC) selama 2 minggu, kulkas (4-5 oC)
selama 3 bulan, dan freezer (-15 oC) selama 6 bulan. Sedangkan tanpa
pengawet, sampel darah dapat bertahan pada suhu kamar selama 2
hari, kulkas selama 2 minggu, dan freezer selama 4 minggu. 8,17
Menurut penelitian Petkovic et.al.,9terjadi peningkatan kadar
ethanol dalam sampel darah yang disimpan dalam suhu 40C dan 200C
walaupun jumlah peningkatan sedikit.
Menurut penelitian Glover,10penyimpanan sampel darah dalam
suhu ruangan (20-450C) akan menyebabkan penurunan BAC sebanyak
10-15 mg%. Dasarnya adalah perubahan alkohol menjadi
asetaldehida karena adanya sel darah merah dan oksigen. Perubahan
ini terjadi walaupun telah sampel telah diberi pengawet. Penelitian ini
dikenal dengan nama Troopers trunk defense yang diambil dari
kebiasaan petugas kepolisian menaruh sampel darah dalam bagasi
atau kompartemen dasbor sebelum dibawa ke laboratorium. Sampel
tersebut bisa disimpan berhari-hari. Situasi ini dapat digunakan
pengacara pembela sebagai alasan adanya kelalaian oleh pihak
kepolisian dalam menangani barang bukti sehingga terjadi kerusakan.

2.6 Gas Chromatography


Nafas yang berbau alkohol, gaya berjalan yang tidak stabil, bicara
melantur, dan mata yang memerah merupakan tanda-tanda fisiologis yang
biasanya diasosiasikan dengan seseorang yang sedang mabuk. Namun
kesimpulan yang diambil berdasarkan gejala-gejala tersebut kurang valid
tanpa adanya bukti empiris, dalam hal ini adalah tingginya BAC. Untuk
menentukan kadar BAC diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemilihan
jenis pemeriksaan disesuaikan dengan tujuannya, yaitu untuk skrining atau
konfirmasi. Uji skrining bersifat kualitatif atau semi-kuantitatif dengan

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
17

metode pemeriksaan yang relatif mudah dan cepat. Hasil pemeriksaan juga
cepat keluar. Uji konfirmasi, bersifat kuantitafif, dilakukan untuk
mengkonfirmasi hasil uji skrining. Instrumen yang digunakan bersifat
lebih spesifik dari uji skrining. Pengujian umumnya dilakukan dalam
laboratorium dengan menggunakan seperangkat alat tes dan dilakukan
oleh teknisi yang mempunyai keahlian khusus.36
Instrumen yang dianjurkan untuk menentukan jumlah komponen
dalam sebuah sampel campuran dan kuantitasnya adalah Gas
Chromatography (GC). Dalam hal menentukan kadar alkohol secara
kuantitatif, sampai saat ini GC merupakan instrumen yang paling akurat
dan tepat.12
Mesin perangkat GC mempunyai komponen-komponen antara
lain:
1. Gas pembawa (carrier)
Pada dasarnya semua alat kromatografi menggunakan 2 fase,
yaitu fase gerak (mobile) dan fase diam (immobile), untuk
memisahkan komponen.GC menggunakan cairan untuk fase diam
dan gas untuk fase gerak. Fungsi gas pembawa adalah mendorong
senyawa untuk melalui kolom. Gas yang digunakan bersifat inert,
seperti: hidrogen, helium, nitrogen, karbon dioksida, dan argon.
Sampai tahap tertentu, jenis gas disesuaikan dengan detektornya,
seperti helium digunakan untuk flame ionizing detector (FID). 37-39
2. Oven
Fungsi oven adalah memanaskan kolom yang terdapat
didalamnya dengan suhu yang seragam dan dapat diatur dengan
teliti. Suhu dalam kolom bisa berkisar antara -1000C sampai
4000C.39
3. Headspace dan gerbang suntik (injection port)
Sampel yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam vial kaca
khusus headspace yang ditutup dengan septum karet. Didalam
headspace, sampel akan dipanaskan dengan suhu suhu yang
mencapai 1000C agar menguap. Septum kemudian disuntik dengan

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
18

jarum dan uap sampel diambil untuk kemudian dialirkan menuju


kolom.39
4. Kolom
Di dalam kolom terdapatfase diam yang berupa lapisan tipis
yang menutupi lapisan dalam kolom. Beberapa fase diam yang
tersedia antara lain: polietilen glikol (carbowax), sianosilikon, gom
metil silikon, polikarboranilen siklosan (dexsil), alkil ftalat, dan lain-
lain. Suhu maksimum dalam kolom dari oven untuk tiap fase diam
berbeda, karena itu harus diatur pembatasannya suhunya mengingat
suhu dalam oven dapat mencapai 4000C.Range suhu untuk
kebanyakan kolom berkisar antara 50-3000C.Untuk pemeriksaan
ethanol dipilih polietilene glikol.39
Ciri utama fase diam adalah untuk melarutkan senyawa yang
dipisah sampai taraf tertentu. Tiap komponen dalam senyawa
mempunyai waktu tambat/retensi (waktu yang menunjukkan berapa
lama suatu senyawa tertahan dalam kolom) yang berbeda, sehingga
akan melewati kolom dalam kecepatan yang berbeda.39
5. Detektor
Fungsi detektor adalah menganalisis gas yang keluar dari
kolom dan memberikan data kepada pencatat. Terdapat beberapa
jenis detektor antara lain: Flame Ionization Detector (FID), Thermal
Conductivity Detector (TCD),Electron Capture Detector (ECD),
Flame Photometric Detector (FPD), dan Photo Ionization Detector
(PID).Detektor ionisasi nyala (flame ionizing detector/FID) saat ini
merupakan pilihan pertama karena mempunyai sensitivitas yang
tinggi (10-10 g). Prinsip dasar FID adalah pembakaran senyawa
sehingga terurai menjadi ion yang bermuatan positif. Ion akan
meningkatkan arus listrik dan diterima oleh elektrode. Arus tersebut
akan diperkuat dan direkam.39,40
6. Pencatat
Aliran gas akan dianalisis oleh detektor dan hasilnya direkam
di pencatat dan keluar sebagai kromatogram. Saat ini, kromatogram

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
19

langsung disimpan dan diproses dengan komputer dan ditampilkan


di monitor.Untuk mengetahui jumlah komponen adalah dengan
menghitung berapa titik puncak di kromatogram dan kuantitasnya
diperoleh dari perhitungan luas puncak. 37-40

Oven (Suhu terkontrol)

Carrier Injection Kolom Detektor Pencatat


Gas port

Gambar 2.1: Diagram cara kerja Gas Cromatography


Sumber: Encyclopedia of Analytical Chemistry40 (telah diolah kembali)

2.7 Alat Pemeriksaan BAC Lainnya


Berikut adalah beberapa jenis pemeriksaan BAC lainnya:
1. GC-MS (Gas Chromatography- Mass Spectrometry)
Pada GCMS, setelah melewati kolom GC, komponen akan
langsung melewati MS dimana akan dialiri elektron energi tinggi.
Proses ini akan memisahkan elektron dari molekul komponen sehingga
menjadi ion positif. Ion yang tersisa akan diakselerasi produksinya.
Setelah akselerasi, ion akan melewati medan magnet dimana tiap ion
akan berubah trajektorinya dan membentuk kurva masing-masing
akibat tarikan gravitasi dan berdasarkan rasio massa/charge (m/z). Ion
dengan m/z rendah akan terdefleksi lebih jauh dibanding ion dengan
m/z besar. Dengan mengatur kekuatan medan magnet, ion dari m/z
tertentu dapat diarahkan menuju detektor dan jumlahnya dapat
dihitung. Hasil akhir GCMS adalah penghitungan jumlah ion positif
sebuah komponen tertentu dalam sampel.37,38
2. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
Prinsip dasar HPLC kurang lebih sama dengan GC. Bedanya
adalah HPLC menggunakan cairan sebagai fase gerak. HPLC juga

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
20

dapat dipasangkan dengan MS. Keuntungan HPLC antara lain: dapat


dikerjakan dalam suhu yang berubah (ambient), tidak merusak
campuran sampel yang akan diperiksa, dan tidak perlu membuat
derivat dari sampel.37
3. Mikrodifusi Conway
Teknik mikrodifusi Conway adalah penentuan kadar alkohol secara
kualitatifdalam darah atau urin dengan melihat perubahan warna pada
reagen Antie setelah pencampuran sampel dengan kalium dikromat.
Warna kuning kenari menunjukkan hasil negatif, dan warna biru
menunjukkan kadar yang tinggi (sekitar 300 mg%).18
4. Breathalyzer (Breath Alcohol Testing Device)
Instrumen ini digunakan sebagai pemeriksaan skrining pengukuran
kadar alkohol dalam nafas (BrAC) karena mempunyai keuntungan
dapat dilakukan on-site, noninvasif, dan cepat memperoleh hasil.
Prinsip pemeriksaan ini adalah asumsi bahwa kadar ethanol dalam
2100 ml udara alveolar ekivalen dengan kadar ethanol dalam 1 ml
darah vena. Dalam breathalyzer terdapat sensor yang akan
mengoksidasi ethanol menjadi asetaldehida yang pada prosesnya
memproduksi elektron bebas. Aliran listrik yang terbentuk saat itu
berbanding proporsional dengan kadar alkohol dalam sampel.12
5. Rapidtest
Sampel untuk pemeriksaan rapidtest dapat berupa saliva atau urin.
Prinsip pemeriksaan ini adalah terjadinya oksidasi enzimatik ADH
yang merubah ethanol menjadi asetaldehida. Oksidasi ini
menyebabkan reduksi nikotinamide-adenine dinukleotida (NAD+
NADH) dimana tingkat perubahannya dapat dilihat melalui perubahan
warna. Pemeriksaan ini cepat memberikan hasil dan non invasif.
Karena bersifat skining, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
konfirmasi.12

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
21

2.8 Kerangka Teori

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
22

2.9 Kerangka Konsep

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
23

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian analitik eksperimentaldalam
lingkungan terkontrol dengan variabel numerik. Variabel bebas nya adalah
kadar ethanol dalam sampel darah yang diperiksa dengan instrumen GC
pada hari pertama. Terdapat 2 variabel terikat yaitu kadar ethanol dalam
sampel darah yang diperiksa dengan instrumen GC setelah disimpan
dalam kulkas selama delapan hari dan dalam cooler selama delapan hari.

3.2 Tempat dan Waktu


Pengambilan sampel akan dilakukan di lokasi subyek. Pemeriksaan
GC akan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
Jakarta. Periode penelitian selama bulan Juni-Juli 2013.

3.3 Populasi Penelitian


1. Populasi target penelitian adalah semua orang yang mengkonsumsi
minuman beralkohol di Indonesia
2. Populasi terjangkau penelitian adalah semua orang yang mengkonsumsi
minuman beralkohol di wilayah DKI Jakarta selama periode Juni 2013.
3. Sampel penelitian adalah sampel darah dari subyek yang mengkonsumsi
minuman beralkohol di wilayah DKI Jakarta selama periode Juni 2013
dan memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan.

3.4 Kriteria Penerimaan, Penolakan, dan Dropout


A. Kriteria Penerimaan
1. Laki/perempuan diatas 21 tahun
2. Bersedia ikut serta dalam penelitian
3. Sudah pernah minum alkohol sebelumnya

B. Kriteria Penolakan
1. Subyek memutuskan untuk berhenti di tengah penelitian

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
24

C. Kriteria Dropout
1. Hasil pemeriksaan sampel melalui GC menunjukkan hasil error.
2. Jumlah sampel tidak cukup untuk pemeriksaan GC

3.5 Perkiraan Besar Sampel


Untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus:41
2
( + )
=
1 2
Kesalahan tipe I = 5% sehingga Z = 1,96
Kesalahan tipe II = 20%, sehingga Z = 0,84
X1-X2 = selisih antara rerata kadar ethanol hari kedelapan dengan rerata
kadar ethanol hari pertama.
SD = standar deviasi. Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian awal
maka nilai SD disamakan dengan X1-X2

Setelah dimasukkan ke dalam rumus diperoleh:


= [1,96 + 0,84]2 = 7,84
Jumlah minimal sampel dibulatkan menjadi 8 sampel

3.6 Cara Pengambilan Sampel


Sampel diambil dengan cara consecutive sampling pada setiap
subyek yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Sampel
diambil sampai terkumpul 8 sampel yang dapat diperiksa.

3.7 Alatdan Bahan yang Dibutuhkan:


3.7.1 Pengambilan Sampel
1. Bir merk Guiness dengan kadar 4,9% berukuran 620 ml
2. Tabung vacutainer 3ml dengan tutup warna ungu yang berisi EDTA
tanpa pengawet
3. Jarum suntik plastik ukuran 12 ml
4. Turniket
5. Kapas steril

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
25

6. Handyplast
7. Sabun cair
8. Wadah plastik tempat air sabun
9. Spidol hitam
10. Lembar informed consent[lihat lampiran 1]
11. Lembar data dasar subyek [lihat lampiran 2]
12. Alat tulis
13. Cooler merk Rubbermaid dengan kapasitas 10 Liter . Untuk selanjutnya,
cooler ini disebut sebagai cooler pengantar.
14. Ice pack

3.7.2 Penyimpanan Sampel


1. Kulkas dua pintu
2. Cooler merk Rubbermaid dengan kapasitas 10 Liter. Untuk selanjutnya,
cooler ini disebut sebagai cooler penyimpan.
3. Thermo-Hygrometer

3.7.3 Pemeriksaan Laboratorium


1. Lembar hasil pengukuran GC [lihat lampiran 3]
2. Lembar permintaan pemeriksaan sampel NAPZA [lihat lampiran 4]
3. Pipet Transferpette

Gambar 3.1: Pipet Transferpette

4. Vial kaca khusus headspace


5. Alumunium cap dengan septum
6. Crimping pliers

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
26

Gambar 3.2: Crimping pliers

7. Larutan standar n-propanol 0,04%


8. Mesin Gas ChromatographyFlame Ionizing Detector (GC-FID) merk
Agilent Technologies model 6890 series
9. Headspaceautosampler merk Perkin Elmer model Turbomatrix 40
10. PC unit dengan software GC Chemstation Rev. A.10.01 (1635)
3.7.4 Pengolahan Data
1. PC unit dengan software SPSSversi 11.5

3.8 Cara Kerja


3.8.1 Pengambilan Sampel
A. Persiapan:
1. Siapkan cooler pengantar yang telah diisi icepack dan rak tabung.
2. Siapkan kit untuk mengambil sampel darah yang berisi turniket, jarum
suntik, kapas, plester, dan air sabun.
B. Pelaksanaan:
1. Peneliti memberi tahu tentang penelitian dan subyek menandatangani
surat persetujuan (informed consent).
2. Data dari subyek dicatat dalam lembar data dasar subyek (lihat
lampiran).
3. Setiap subyek diberi kode subyek, yang berupa nomor urut, contoh:
1,2,3,dst.
4. Subyek diberi minuman beralkohol tipe bir sebanyak 1 botol dan harus
dihabiskan secepatnya. Dicatat waktu pertama kali minum.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
27

5. Satu jam setelah pertama kali minum, dilanjutkan dengan pengambilan


darah.
6. Lengan subyek dipasang dengan turniket. Lokasi pengambilan di
bersihkan dengan air dan sabun.
7. Darah subyek diambil sebanyak 6 ml
8. Hasil pengambilan langsung dibagi kedalam 2 buah tabung vacutainer
masing-masing sebanyak 3 ml yang masing-masing tabung telah ditulisi
kode subyek, kode perlakuan, dan waktu pengambilan (tanggal dan
jam).
9. Dilakukan pengambilan sampel darah kedua pada subyek yang sama
minimal 3 hari setelah pengambilan pertama. Urutan pengambilan kedua
sama dengan pengambilan pertama.
10. Setiap tabung diproses sesuai kode perlakuan masing-masing
11. Kode perlakuan sebagai berikut:
a. Tabung kode A1 dan A2: Tabung akan disimpan dalam cooler
pengantar. 12 jam kemudian diperiksa kadar BAC di Labkesda.
Hari pemeriksaan dianggap sebagai hari pertama. Kode A1
menandakan sampel pengambilan pertama dan A2 pada
pengambilan kedua
b. Tabung kodeB : Tabung akan disimpan dalam kulkas selama
8hari (180 jam) dan setelah itu diperiksa kadar BAC di
Labkesda. Hari pemeriksaan dianggap sebagai hari kedelapan.
c. Tabung kode C : Tabung akan disimpan dalam cooler selama 8
hari (180 jam) dan setelah itu diperiksa kadar BAC di Labkesda.
Hari pemeriksaan dianggap sebagai hari kedelapan.
12. Transportasi vacutainer menggunakancooler yang diisi dengan icepack.

3.8.2 Penyimpanan Sampel


1. Cooler pengantar telah diisi icepack. Semua tabung sampel ditaruh
didalamnya.
2. Tabung kode A1 dan A2 tetap dibiarkan dalam cooler untuk diantar ke
Labkesda dalam 12 jam.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
28

3. Tabung kode B dikeluarkan dan dipindahkan ke dalam kulkas yang telah


dilengkapi alat monitor suhu (thermo-hygrometer).
4. Tabung kode C dikeluarkan dan dipindahkan ke dalam cooler
penyimpan yang telah dilengkapi alat monitor suhu (thermo-
hygrometer).
5. Tabung kode B dan C disimpan selama 8 hari. Kemudian dikeluarkan
dan dimasukkan ke dalam cooler pengantar untuk diantar ke Labkesda.

3.8.3 Pemeriksaan Laboratorium


A. Persiapan Mesin GC
1. Nyalakan mesin GC dan komputernya. Mesin perlu pemanasan
(warm-up) selama 15-30 menit.
2. Masukkan penyetelan untuk pemeriksaan alkohol dalam komputer
sebagai berikut:
a. Oven:
Initial temp: 710C
Run time: 9.00 min
b. Front inlet:
Initial temp: 2000C
Pressure: 9,85 psi
Gas type: helium
c. Column:
Initial flow: 0,7 mL/min
d. Front detector (FID):
Temperature: 2500C
Hydrogen Flow: 40,0 mL/min
Air flow: 450,0 mL/min
Makeup flow: 45,0 mL/min
3. Masukkan penyetelan untuk pemeriksaan alkohol dalam
display headspace sebagai berikut:
Carrier gas: 25,4 psi
Needle (temperature): 900C

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
29

Transfer (temperature): 1100C


Oven (temperature): 900C
4. GC siap dipakai
B. Pelaksanaan
1. Sampel darah dalam tabung vacutainer diterima di Labkesda.
2. Pada saat penerimaan, peneliti mengisi lembaran permintaan
pemeriksaan sampel NAPZA (lihat lampiran).
3. Tabung dibawa ke laboratorium.
4. Penutup tabung dilepas.
5. Darah diambil dari tabung dengan pipet Transferpette sebanyak 1
ml dan dipindahkan ke dalam vial khusus headspace.
6. Ditambahkan larutan standar n-propanol 0,04% sebanyak 1 ml.
7. Vial ditutup dengan headspace alumunium cream cap dan disegal
dengan crimping pliers.
8. Vial sampel di taruh di autosampler
9. Masukkan nama operator dan data file dalam komputer (ditentukan
oleh laboratorium)
10. Masukkan nama sampel dalam komputer (ditentukan oleh peneliti)
11. Klik OK pada layar
12. Tekan tombol start pada display headspace yang sudah
dipersiapkan untuk memeriksa ethanol (lihat persiapan alat)
13. Waktu yang dibutuhkan untuk memroses satu sampel sedikitnya 16
menit (7 menit dalam oven headspace, 9 menit dalam GC FID)
14. Hasil yang direkam di komputer berupa kromatogram yang berisi
waktu retensi, peak, dan area.
15. Untuk menghitung kuantitas ethanol, nilai area dibandingkan
dengan kurva ethanol standar yang telah ada.
16. Didapatkan jumlah ethanol dalam satuan g% dan dikonversi
menjadi mg%
17. Angka dicatat dalam lembar hasil pemeriksaan (Lampiran 3)

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
30

3.9 Alur Penelitian

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
31

3.10 Batasan Operasional


1. Ethanol:Ethanol (ethyl alkohol, C2H5OH), adalah jenis alkohol yang
terdapat dalam minuman beralkohol.
2. Blood Alcohol Concentration: persentase jumlah alkohol dalam darah
yang satuannya adalah mg% yaitu jumlah alkohol dalam miligram
dalam 100 ml darah. Dalam penelitian ini yang dimaksud kadar
alkohol dalam darah sama dengan kadar ethanol dalam darah.
3. Minuman beralkohol: minuman yang mengandung ethanol. Dalam
penelitian ini digunakan Bir merk Guiness berkadar 4,9% sebanyak
620 ml.
4. Standar minuman: satu minuman standar adalah minuman yang
mengandung alkohol murni sebanyak 14 gram. Jumlah ini biasanya
terdapat dalam bir 5% 12 oz (355 ml), anggur 12% 5 oz (148 ml), atau
hard proof liquor (whisky, gin, vodka, dsb.) 40% 1,5 oz (30 ml).
5. Vena cubiti: pembuluh balik yang melewati lipatan siku
6. Ice pack: Cairan yang membeku dalam sebuah kontainer seperti
plastik. Dapat dibekukan secara berulang dalam freezer.
7. Cooler: Wadah tertutup dan portabel yang dapat melindungi objek
didalamnya agar tetap dingin.
8. Kulkas: Lemari pendingin bertenaga listrik yang suhu didalamnya
konstan.
9. Perlakuan kode A1 dan A2: Sampel darah disimpan dalam cooler
pengantar dan dalam 12 jam diantar ke Labkesda untuk diperiksa
kadar ethanol nya dengan GC.
10. Perlakuan kode B: Sampel darah disimpan dalam kulkas selama 8
hari. Setelah itu diantar ke Labkesda untuk diperiksa kadar ethanol
nya dengan GC.
11. Perlakuan kode C: Sampel darah disimpan dalam cooler penyimpan
selama 8 hari. Setelah itu diantar ke Labkesda untuk diperiksa kadar
ethanol nya dengan GC.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
32

3.11 Pengolahan dan Analisa Data


Data yang diperoleh dalam bentuk numerik. Perubahan kadar
ethanol dilakukan dengan mengukur rerata selisih antara kadar hari
kedelapan dengan kadar hari pertama pada kedua metode penyimpanan
(kode B dan C). Untuk mengetahui apakah distribusi data normal
digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk.Kemudian untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan bermakna padakedua metode tersebut,
dilakukan uji hipotesis t-berpasangan (t-paired) bila memenuhi syarat
(distribusi data normal), dan bila tidak memenuhi syarat (distribusi data
tidak normal) digunakan uji Wilcoxon.41

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
33

BAB 4
ETIKA PENELITIAN

Setiap subyek yang dipilih untuk penelitian ini berusia diatas 21 tahun.
Dengan begitu tiap subyek secara sah dikatakan sebagai dewasa secara hukum
dan cukup umur untuk mengkonsumsi alkohol. Batas umur ini sesuai dengan
Permendagri Nomor: 15/M-DAG/PER/3/2006 pasal 34.14
Keiikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tiap subyek telah
dijelaskan tentang tata cara penelitian dalam bentuk lisan dan tertulis. Bila subyek
setuju, maka subyek menandatangani lembar informed consent (lampiran 1)
sebelum penelitian. Penandatanganan tersebutdilakukan subyek dalam keadaan
pikiran yang sehat dan tidak dibawah tekanan dari pihak peneliti. Keiikutsertaan
bersifat rahasia. Semua data tentang subyek akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti dan tidak akan dipublikasikan kecuali atas persetujuan subyek.
Pemeriksaan sampel darah di Labkesda tidak dengan menggunakan nama subyek
melainkan nomor sampel yang telah ditentukan peneliti.
Setiap subyek mempunyai kebebasan untuk mundur dari penelitian ini
kapan saja. Bila terjadi efek samping dari tindakan yang diberikan oleh peneliti,
maka peneliti wajib memberikan biaya pengobatan yang sesuai. Kompensasi
berupa uang sebesar Rp.100.000 diberikan kepada tiap subyek yang mengikuti
penelitian. Kompensasi tetap diberikan walaupun subyek mengundurkan diri
ditengah penelitian (kriteria dropout).
Barang biologis berupa sampel darah yang sudah selesai diproses akan
dimusnahkan sesuai dengan SOP tentang penanganan barang sisa biologis di
RSCM dan Labkesda. Begitu juga terhadap sisa-sisa alat suntik, kapas, striptest,
sarung tangan, dan barang lainnya yang telah terkontaminasi bahan biologis.
Penelitian ini sudah mendapat ethical clearance(lampiran 5) dari komite
etik penelitian kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
34

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Data Subyek


Penelitian ini dilakukan terhadap 8 sukarelawan laki-laki dewasa. Usia
subyek paling muda 23 tahun dan yang paling tua 48 tahun. Semua subyek
sudah pernah minum minuman beralkohol sebelumnya. 7 orang subyek sudah
meminum minuman beralkohol sebelum usia 21 tahun. Pilihan minuman
masing-masing subyek beragam, mulai dari bir dengan kadar alkohol ringan,
anggur dengan kadar alkohol sedang, sampai brandy, Jack Daniels, dan
Mansion dengan kadar alkohol tinggi. 4 subyek mengaku lebih suka minum
kalau sedang bersama-sama teman.
Dalam penelitian ini, subyek diminta menghabiskan satu botol bir dengan
kadar alkohol 4,9% sebanyak 620 ml. Semua subyek dapat menghabiskan
minuman tersebut. Setelah 1 jam meminumnya, 7 subyek mengaku tidak
mengalami perubahan terhadap badannya dan 1 subyek mengaku agak pusing.

Tabel 5.1 Karakteristik subyek


Usia pertama
Jenis minuman beralkohol yang
No. Umur (tahun) kali minum
biasa dikonsumsi
(tahun)
1 23 18 Bir cap orang tua
2 28 22 Anggur merah
3 27 15 Bir merk Angker, Brandy, Jack
Daniels
4 30 14 Manson
5 27 13 Campuran Bir cap topi miring
dan Mansion
6 26 14 Campuran Bir, Mansion, dan
kratingdaeng
7 34 14 Bir cap orang tua
8 48 18 Bir kaleng merk Angker

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
35

5.2 Hasil Pemeriksaan


Setelah subyek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan
menandatangani informed consent, maka subyek diminta minuman yang
sudah disediakan sampai habis. Waktu pertama kali minum ditetapkan
oleh peneliti. Satu jam kemudian, darah subyek diambil dan dimasukkan
ke dalam vacutainer dimana tiap vacutainer diberi perlakuan yang berbeda.
Metode penyimpanan yang diuji adalah kulkas dan cooler yang masing-
masing diukur suhu dan kelembabannya thermo-higrometer
selama penelitian. Suhu kulkas berkisar antara 0,4oC 7,2oC dan
kelembaban 15%- 27%. Suhu dalam cooler berkisar antara 19,2oC
38,1oC dan kelembaban 37%- 93%.
Pada penyimpanan dalam kulkas (tabel 5.2), terlihat peningkatan
kadar BAC pada kedelapan sampel. Rata-rata kadar BAC sebelum
penyimpanan 28,2612,05 mg% meningkat menjadi 34,1713,3 mg%.
Nilai selisih diperoleh dari menghitung perbedaan antara nilai
sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan. Hasil positif
menunjukkan peningkatan kadar BAC, sedangkan hasil negatif
menunjukkan penurunan.

Selisih terendah terjadi pada sampel nomor 7 sebanyak 0,3 mg%


dan tertinggi pada sampel nomor 4 sebanyak 17,5 mg%. Rata-rata
perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah penyimpanan dalam kulkas
adalah 5,915,68 mg%.
Nilai selisih relatif dihitung sebagai berikut:


= 10%

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
36

Selisih relatif terendah terdapat pada sampel nomor 5 sebanyak


2,2% dan tertinggi pada sampel nomor 4 sebanyak 74,8%. Rata-rata
kenaikan selisih relatif adalah22,5324,65 %.

Tabel 5.2 Data kadar ethanol darah (BAC) sebelum dan sesudah penyimpanan
dalam kulkas
Sebelum Sesudah
Selisih
Sampel Penyimpanan Penyimpanan Selisih(mg%)
Relatif
(mg%) (mg%)
1 22,5 31 8,5 37,7%
2 25,3 30,3 5 19,8%
3 30,3 38,6 8,3 27,4%
4 23,4 40,9 17,5 74,8%
5 26,7 27,3 0,6 2,2%
6 38,4 40 1,6 4,2%
7 9,3 9,6 0,3 3,2%
8 50,2 55,7 5,5 10,9%
Rata-rata 28,26 34,17 5,91 22,53%

Untuk menentukan distribusi data dilakukan uji Shapiro-Wilk


dengan hasil data sebelum penyimpanan dalam kulkas nilai signifikasi
(p)= 0,71 dan setelah penyimpanan p= 0,724. Karena p > 0,05 maka
distribusi data normal. Selanjutnya untuk menentukan apakah ada
perbedaan bermakna antara kadar ethanol sebelum penyimpanan dan
sesudah penyimpanan dalam kulkas maka dilakukan uji t-paired untuk
menguji hipotesa. Hasilnya menunjukkan p = 0,022 (p < 0,05), yang
berarti terdapat peningkatan bermakna antara kadar ethanol dalam
darah sebelum dan sesudah penyimpanan dalam kulkas selama 8
hari.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
37

Gambar 5.1 Boxplot perbandingan rerata BAC sebelum dan


sesudah disimpan dalam kulkas selama 8 hari

Pada penyimpanan dalam cooler (tabel 5.3), rata-rata kadar BAC


sebelum penyimpanan adalah 32,1212,04 mg% dan setelah penyimpanan
adalah 21,1315,07 mg%. Dibandingkan dengan penyimpanan dalam
kulkas, terjadi penurunan kadar BAC setelah penyimpanan dalam cooler.
Dari 8 sampel, 7 diantaranya menunjukkan penurunan kadar
ethanol sebelum penyimpanan dengan setelah penyimpanan. Hanya
sampel nomor 8 yang menunjukkan kenaikan kadar ethanol sebanyak 1
mg% (selisih relatif 2%). Secara bersamaan sampel nomor 8 juga
menunjukkan selisih dan selisih relatif terendah dibandingkan sampel
lainnya. Selisih terbesar terdapat pada sampel nomor 1 yang menunjukkan
penurunan sebanyak -17,7 mg%. Selisih relatif terbesar terdapat pada
sampel nomor 7 yang mengalami penurunan sebanyak -100%. Rata-rata
selisih sebesar -116,31 mg%dengan selisih relatif -43,9631,25 %.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
38

Tabel 5.3 Data kadar ethanol darah (BAC) sebelum dan sesudah penyimpanan
dalam cooler
Sebelum Sesudah
Selisih
Sampel Penyimpanan Penyimpanan Selisih(mg%)
Relatif
(mg%) (mg%)
1 35,1 17,4 -17,7 -50,4%
2 37,7 24,6 -13,1 -35,3%
3 32,5 18,8 -13,7 -42,1%
4 25,2 6,9 -18,3 -72,6%
5 36 24,7 -11,3 -31,4%
6 33,2 25,9 -7,3 -21,9%
7 7,6 0 -7,6 -100%
8 49,7 50,7 1 2%
Rata-rata 32,12 21,13 -11 -43,96%

Untuk menentukan distribusi data dilakukan uji Shapiro-Wilk


dengan hasil data sebelum penyimpanan dalam cooler nilai p = 0,265 dan
setelah penyimpanan p= 0,447. Karena p > 0,05 maka distribusi data
normal. Selanjutnya untuk menentukan apakah ada perbedaan bermakna
antara kadar ethanol sebelum penyimpanan dan sesudah penyimpanan
dalam cooler maka dilakukan uji t-paired untuk menguji hipotesa.
Hasilnya menunjukkan p = 0,002 (p < 0,05), yang berarti terdapat
penurunan bermakna antara kadar ethanol dalam darah sebelum dan
sesudah penyimpanan dalam coolerselama 8 hari.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
39

Gambar 5.2 Boxplot perbandingan rerata BAC sebelum dan sesudah disimpan
dalam cooler selama 8 hari

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
40

BAB 6
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dipilih subyek laki-laki usia dewasa dengan tujuan
menaikkan kadar BAC. Dipilih bir Guiness 620 ml dengan dasar dapat menaikkan
kadar ethanol darah namun tidak sampai membuat mabuk. Batasan mabuk yang
dipakai adalah bila kadar BAC mencapai 70 mg% yang menurut DiMaio ditandai
dengan peningkatan gangguan terhadap reaksi dan respons, perhatian, ketajaman
penglihatan, koordinasi sensorik-motorik, dan penilaian seorang individu.24
Penelitian ini bersifat eksperimental karena itu sebisa mungkin peneliti
dapan mengkontrol faktor-faktor yang menyebabkan bias saat pemeriksaan,
seperti meminta subyek tidak meminum minuman beralkohol dalam 24 jam
sebelum pengambilan sampel agar mengurangi kemungkinan kenaikan kadar
BAC dari sumber lain selain dari yang telah ditetapkan peneliti.
Jam pengambilan sampel dan pemeriksaan GC dibuat seragam sehingga
semua sampel menerima penanganan yang sama kecuali pada penyimpanan.
Sebagai contoh, subyek nomor 1 diberi minum jam 20.00 WIB tanggal 1. Pada
jam 21.00 WIB, darah subyek diambil sebanyak 6 ml dan dimasukkan ke dalam
vacutainer berkode A1-01 dan B-01. Kemudian sampel A1-01 dimasukkan ke
dalam cooler pengantar dan sampel B-01 dimasukkan ke dalam kulkas. Keesokan
harinya pada tanggal 2, sampel A1-01 dibawa ke Labkesda dan tepat pada jam
09.00 WIB dilakukan pemeriksaan dengan Gas Chromatography. Hasil
pemeriksaan dicatat. 8 hari kemudian sejak pengambilan darah, pada tanggal 9
jam 09.00 WIB, sampel B-01 diperiksa dengan GC dan hasilnya dicatat. Prosedur
yang sama diterapkan juga pada pemeriksaan untuk sampel A2 dan C dimana
sampel kode C disimpan dalam cooler yang tiap tabungnya dikelilingi dengan
icepack.
Pemilihan mesin Gas Chromatography untuk pemeriksaan kuantitatif
dipilih oleh peneliti karena metode ini merupakan gold standar untuk
pemeriksaan ethanol. Dan juga direkomendasikan dalam manual forensik luar
negeri.7
Hasil dari penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna
antara kadar BAC sebelum dan sesudah penyimpanan, baik dalam kulkas maupun

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
41

dalam cooler, menunjukkan bahwa kadar ethanol tidak lama kestabilannya. Ini
pun sesuai dengan penelitian Kaye8 yang menyatakan batas waktu untuk
penyimpanan sampel darah beralkohol tanpa pengawet, bertahan pada suhu kamar
selama 2 hari dan kulkas selama 2 minggu. Penyimpanan dalam cooler menurut
peneliti melebih suhu kamar karena suhu yang terukur didalamnnya mencapai
38,1oC.
Kulkas mempunyai sumber tenaga dari listrik sehingga secara otomatis
dapat mengkoreksi perubahan suhu kembali ke suhu yang diinginkan. Cooler
tidak mempunyai sumber daya eksternal. Tiap sampel setelah ditutup dengan
icepack, maka cooler akan ditutup selama 8 hari untuk mencegah udara dingin
keluar. Tidak juga dilakukan penggantian icepack.
Pada pemeriksaan sampel setelah penyimpanan dalam kulkas, terdapat
peningkatan kadar ethanol. Dari literatur diperoleh informasi bahwa perubahan ini
akibat adanya mikroba C.albicans yang bertujuan untuk mengubah glukosa dalam
darah menjadi ethanol. Teori ini juga telah diuji pada penelitian Sari yang
menunjukkan peningkatan kadar ethanol pada mayat yang membusuk bila
dibandingkan dengan kadar ethanol sebelum membusuk. Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan bakteri dan mikroorganisme lainnya akibat proses
pembusukan.32Bila dikaitkan dengan pelayanan forensik, maka penyimpanan
dalam kulkas akan tetap menyebabkan perubahan BAC dalam sampel, setidaknya
dalam 8 hari.
Penyimpanan dari cooler menunjukkan penurunan kadar ethanol. Ini
sesuai dengan dasar teori Trooper trunk defenseoleh Glover yang menyatakan
alkoholakan dikonversi menjadi asetaldehida di dalam darah sampel. Perubahan
ini akan semakin cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan yang rendah.
Perubahan ini pun dapat terjadi pada sampel yang sudah diberi pengawet.10
Secara teori, untuk menekan faktor-faktor yang dapat mengubah BAC,
tiap sampel darah dapat ditambahkan pengawet. Ini dilakukan walaupun ada
literatur yang mengatakan pengawet tidak signifikan dalam menjaga kestabilan
ethanol dalam sampel. Dalam manual penganganan sampel darah beralkohol luar
negeri (contoh: Los Angeles Blood Alcohol Manual) jenis pengawet yang
7
ditetapkan adalah natrium fluorida 1%.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
42

Pemilihan waktu 12 jam antara pengambilan sampel sampai pemeriksaan


dipilih oleh peneliti dengan alasan kemudahan untuk mengambil sampel dari
subyek. Dan juga karena pemeriksaan laboratorium di Labkesda hanya bisa
dilakukan pada jam kerja. Berdasarkan penelitian Petkovic9, tidak ada perbedaan
bermakna antara kadar ethanol saat pengambilan sampel sampai 24 jam
kemudian, walaupun disimpan dalam suhu kamar dan tanpa pengawet. Namun
untuk menurunkan faktor resiko dari suhu, maka vacutainer yang telah berisi
darah sampel akan langsung dimasukkan ke dalam cooler yang telah diisi icepack
untuk dibawa ke tempat penyimpanan atau pun ke Labkesda.
.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
43

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, maka pertanyaan dan hipotesa yang
dirumuskan pada awal penelitian dapat dijawab:
1. Untuk sampel dengan kadar BAC awal 28,2612,05 mg% (min: 9,3
mg%, max: 50,2 mg%), rerata selisih perubahan kadar ethanol dalam
sampel darah setelah 8 hari penyimpanan dalam kulkas sebanyak
5,915,68 mg% dan selisih relatif 22,5324,65 %.
2. Untuk sampel dengan kadar BAC awal 34,1512,04 mg% (min: 7,6
mg%, max: 49,7 mg%), rerata selisih perubahan kadar ethanol dalam
sampel darah setelah 8 hari penyimpanan dalam coolersebanyak -
116,31 mg% dan selisih relatif -43,9631,25 %.
3. Terdapat peningkatan yang bermakna antara kadar ethanol dalam
sampel darah sebelum dan sesudah penyimpanan selama 8 hari dalam
kulkas.
4. Terdapat penurunan yang bermakna antara kadar ethanol dalam
sampel darah sebelum dan sesudah penyimpanan selama 8 hari dalam
cooler.

7.2 Saran
1. Penyimpanan dalam kulkas pada sampel beralkohol disarankan tidak
untuk jangka panjang. Disarankan dibawah 8 hari.
2. Untuk penggunaan cooler, baik untuk penyimpanan atau untuk
transportasi, disarankan tidak untuk waktu yang lama (dibawah 8 hari).
Pertimbangkan gunakan icepack yang dapat dipakai ulang untuk
efisiensi.
3. Data yang diperoleh dari penilitan ini dapat digunakan sebagai data
dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya, antara lain:

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
44

a) Untuk menentukan apakah perubahan ethanol juga terjadi pada


sampel dengan kadar alkohol yang tinggi (contoh diatas 100 mg%)
maka disarankan dilakukan pengambilan sampel secara stratified.
Sampel dapat digolongkan berdasarkan kadar BAC, contoh: 50-100
mg%, 100-150 mg%, 150-200 mg%...dst. Dikarenakan bahayanya
kadar alkohol yang berlebihan pada subyek hiup, maka untuk
sampel dengan alkohol yang tinggi disarankan didapatkan dengan
cara memasukkan larutan ethanol yang sudah terukur langsung ke
dalam sampel darah dari subyek yang tidak minum alkohol.
b) Untuk menilai stabilitas ethanol dan melihat kapan tepat terjadinya
perubahan terhadap kadar ethanol, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan secara serial tiap hari pada sampel beralkohol.
c) Untuk menilai faktor lain yang dapat mengurangi selisih
perbedaan, maka disarankan penambahan zat pengawet. Kemudian
dibandingkan apakah sampel dengan pengawet lebih stabil
dibandingkan tanpa pengawet.
d) Untuk penelitian penyimpanan jangka panjang disarankan
menggunakan freezer.
e) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh enzimatik, disarankan
pemeriksaan biokimia terhadap sampel.
f) Untuk mengetahui apakah ada mikroorganisme yang
mempengaruhi perubahan ethanol, maka disarankan diuji dengan
pemeriksaan kultur mikroba.
g) Untuk melihat pengaruh faktor genetik atau polimorfisme, maka
disarankan pemeriksaan DNA molekuler pada sampel.
4. Salah satu kendala dalam penelitian ini adalah penyesuaian jadwal
pengambilan darah dengan jadwal aktivitas subyek. Menurut
pengamatan peneliti, subyek yang terkumpul hanya bersedia mengikuti
penelitian saat malam hari setelah pulang kerja. Ini juga berkaitan
dengan keterbatasan pemeriksaan yang tidak bisa dilakukan pada hari
libur. Karena itu untuk penelitian yang lebih lanjut, disarankan dijalin

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
45

kerjasama dengan laboratorium yang bisa memeriksa sampel 24 jam/7


hari.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Hodgson E. Introduction to toxicology in: Hodgson E. A textbook of modern


toxicology. USA: John Wiley & Sons,Inc.; 2004. p.3
2. Branch S. Forensic and clinical toxicology in: Hodgson E. A textbook of
modern toxicology. USA: John Wiley & Sons,Inc.; 2004. p.399
3. Worldwide blood alcohol concentration (BAC) limits. Disitasi tanggal 19
April 2013
dari http://www.drinkdriving.org/worldwide_drink_driving_limits.php
4. World Health Organization. Global status report: Alcohol policy; 2004.
Disitasi tanggal 19 April 2013
dari http://apapaonline.org/data/National_Data/Indonesia/Alcohol_Policy_Ind
onesia.pdf
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan.
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
7. Los Angeles County Sheriffs Department Scientific Services Bureau Blood
Alcohol Manual. Forensic alcohol analysis of blood and urine samples by
headspace gas chromatography; 2010.
8. Kaye S. The collection and handling of the blood alcohol specimen.
American Journal of Clinical Pathology, Vol. 74, No. 5, November 1980.
9. Petkovic S, Savic S, Zgonjanin D, Samojlik I. Assesment and detection:
Ethanol concentrations in antemortem blood samples under controlled
conditions. Alcohol & Alcoholism Vol.43 No.6; 2008. p.658-660
10. Wigmore JG. Do blood samples need to be refrigerated?. Disitasi tanggal 20
Februari 2013 darihttp://www.wigmoreonalcohol.com/do-blood-samples-
need-to-be-refrigerated/
11. Gonzales TA, Vance M, Helpen M, Umbergen CJ, Legal medicine pathology
and toxicology 2nd edition. Appleton Century Crofts Inc.; 1954. p. 781-786
12. Stripp, R. Forensic and clinical Issues in alcohol analysis. In: Kobilinsky LF,
editor. Forensic chemistry handbook. New Jersey, USA: John Wiley and
Sons Publication; 2012. p.435-52

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
47

13. Bruckner JV, Anand SS, Warren DA. Toxic effects of solvents and vapors.
In: Klaassen CD. Casarett and Doulls Toxicology: The basic science of
poisons. McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p.1012-3.
14. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 15/M-
DAG/PER/3/2006 tentang pengawasan dan pengendalian impor, pengedaran
dan penjualan, dan perizinan minuman beralkohol.
15. National Institute in Alcohol Abuse and Alcoholism. Beyond hangovers:
Understanding alcohols impact on your health. Diunduh tanggal 17 April
2013
dari http://pubs.niaaa.nih.gov/publications/Hangovers/beyondHangovers.pdf
16. Delaware Health and Social Services Division of Public Health. Laboratory:
Toxic alcohols. Revisi Maret 2012.
17. Arkansas Department of Health Office of Alcohol Testing. Arkansas
regulations for alcohol testing, 5th revision; 2013
18. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono, Siswandi et al: Ilmu Kedokteran
Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997. p. 113-120
19. Seidl S, Jensen U, Alt A. The calculation of blood ethanol concentrations in
males and females. Int J Legal Med 114; 2000. p.71-77.
20. Gullberg RG. Estimating the uncertainty associated with Widmarks equation
as commonly applied in forensic toxicology. Forensic Science International
172; 2007. p.33-39
21. Tam TWM, Yang CT, Fung WK, Mok VKK. Alcohol metabolism of local
Chinese in Hong Kong: A statistical determination on the effects of various
physiological factors. Forensic Science International 156; 2006. p.95-101.
22. Doty P, Kirk JM, Cramblett MJ, de Wit H. Behavioral responses to ethanol in
light and moderate social drinkers following naltrexone pretreatment. Drug
and Alcohol Dependence 47;1997. p.109-116.
23. National Institute in Alcohol Abuse and Alcoholism. Moderate and binge
drinking. Disitasi tanggal 17 April 2013
dari http://www.niaaa.nih.gov/alcohol-health/overview-alcohol-
consumption/moderate-binge-drinking

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
48

24. Dimaio VJ, DiMaio D. Forensic pathology 2nd edition. CRC Press;
2001.p.530-533
25. Knight B, Saukko P. Knights Forensic Pathology 3rd edition. UK: Hodder
Arnold; 2004. p.552-558
26. Caballeria J. Current concepts in alcohol metabolism. Annals of Hepatology
2003; 2 (2): April-June: p.60-68.
27. National Institute in Alcohol Abuse and Alcoholism. Alcohol metabolism: an
update. Alcohol Alert Number 72 April 2007. U.S. Department of Health and
Human Services.
28. Levi PE, Hodgson E, Leblanc GA.Elimination of toxicants. In: Hodgson E,
Levi PE, editors. A textbook of modern toxicology 2nd edition. Singapore:
McGraw Hill International Edition; 2000. p.107-117
29. Levi PE.Target Organ Toxicity. In: Hodgson E, Levi PE, editors. A textbook
of modern toxicology 2nd edition. Singapore: McGraw Hill International
Edition; 2000. p.202
30. Munoz SJ. Hepatic encephalopathy. Med Clin N Am 92; 2008. p.795-812
31. Clare-Salzer MJ, Crawford JM, Kumar V. The pancreas. In: Kumar V, Cotran
R, Robbins SL, editors. Robbins pathologic basis of disease 7th edition.
USA:W.B. Saunders Company, Pennsylvania;2003. p.636-637
32. Sari FA. Perbandingan kadar etanol dalam darah tepi mayat yang belum
membusuk dengan mayat yang telah membusuk [thesis]. Jakarta: Universitas
Indonesia; 2009.
33. Hoiseth G, Bernard JP, Karinen R, Johnsen L, Helander A, Christophersen
AS, Morland J. A pharmacokinetic study of ethyl glucoronide in blood and
urine: Applications to forensic toxicology. Forensic Science International
172; 2007. p.119-124.
34. Bowen RAR, Hortin GL, Csako G, Otanez OH, Remaley AT. Impact of
blood collection devices on clinical chemistry assays. Clinical Biochemistry
43; 2010. p.4-25.
35. Barone PT, Crampton JS. Blood alcohol testing: Understanding quantitative
blood alcohol testing in drunk driving cases. Michigan Bar Journal; August
2003. p.16-20

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
49

36. Hearn WL, Jones GR, McCutcheon JR, Logan BK, Middleberg RA.
SOFT/AAFS forensic toxicology laboratory guidelines; 2006
37. Leidy RB, Hodgson E. The measurement of toxicants. In: Hodgson E, Levi
PE, editors. A textbook of modern toxicology 2nd edition. Singapore:
McGraw Hill International Edition; 2000. p.349-358
38. Carey FA. Organic chemistry 4th edition. McGrawhill companies; 2001.
p.526-531.
39. Gritter RJ, Bobbit JM, Schwarting AE. Pengantar kromatografi edisi kedua.
Penerbit ITB Bandung; 1991. p. 34-81
40. Eiceman GA. Instrumentation of gas chromatography. In: Meyers RA,
editors. Encyclopedia of Analytical Chemistry. USA: John Wiley & Sons
Ltd.
41. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta:Salemba
Medika; 2009.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
50

Lampiran 1: Lembar Informed Consent

Penjelasan mengenai penelitian perbedaan antara penyimpanan selama 8


hari dalam kulkas dan cooler terhadap kadar ethanol dalam sampel darah.

Tim peneliti dari Departemen Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit


Cipto Mangunkusumo (RSCM) sedang melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh penyimpanan sampel darah beralkohol terhadap kadar ethanol.
Penyimpanan akan dilakukan di dalam kulkas dan cooler selama 8 hari. Hasil
akhirnya adalah untuk melihat apakah ada perbedaan kadar ethanol diantara
kedua metode penyimpanan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penyimpanan sampel darah beralkohol dalam cooler sama
baiknya atau tidak dengan penyimpanan dalam kulkas.
Anda dipilih sebagai sukarelawan dengan alasan anda telah
mengkonsumsi minuman beralkohol. Efek minuman tersebut adalah
meningkatkan kadar alkohol dalam darah yang terukur dengan pemeriksaan
kuantitatif.
Bila anda bersedia ikut penelitian ini, peneliti akan mengambil sampel
darah dari pembuluh darah di lipat siku anda dengan jarum suntik steril
(syringe). Sebelumnya, daerah yang akan disuntik akan di bersihkan dulu
dengan air sabun dan kapas agar terhindar dari kontaminasi bakteri. Kemudian
peneliti akan menggunakan jarum suntik untuk mengambil darah sebanyak
kurang lebih dua sendok makan (12 ml). Setelah itu jarum suntik akan ditarik
keluar dan lokasi penyuntikan akan ditutup dengan kapas dan plester.
Pengambilan darah akan dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda waktu
minimal 3 hari setelah pengambilan pertama. Banyaknya darah yang diambil
sebanyak satu sendok makan (6 ml) tiap pengambilan. Lokasi pengambilan
darah pertama dilakukan pada lipat siku yang berbeda dari pengambilan kedua.
Pengambilan darah dari lengan biasanya hanya menimbulkan rasa nyeri
ringan, namun terkadang juga dapat terjadi infeksi dan/atau bengkak dan warna
biru yang baru sembuh setelah beberapa hari. Bila terjadi efek samping yang
membutuhkan pengobatan, maka anda akan diberi pertolongan dan dibebaskan
biaya pengobatan yang diperlukan.
Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak
memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda.
Keikutsertaan anda bersifat sukarela dan anda bebas untuk berhenti kapan
saja bila merasa tidak nyaman dengan prosedur penelitian. Anda juga diberi
kesampatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan
penelitian ini.
Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau membutuhkan penjelasan,
anda dapat menghubungi dr. Ilman di Departemen Forensik dan Medikolegal
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jalan Salemba Raya no. 6 Jakarta
Pusat, nomor telepon 08567744003.

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
51

Lampiran 1: Lembar Informed Consent (lanjutan).

Formulir Persetujuan

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan semua


pertanyaan saya telah dijawab oleh dokter. Saya mengerti bahwa bila masih
memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari dr. Ilman.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju sebagai sukarelawan
dalam penelitian ini.

Jakarta, 2013

Tanda tangan subyek:

(Nama jelas: )

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
52

Lampiran 2: Lembar Data Dasar Subyek

DATA DASAR SUBYEK

Tanggal pemeriksaan :.............................................(diisi peneliti)


No. Subyek :.............................................(diisi peneliti)

Nama:
Umur:
Jenis Kelamin:
Apakah ini pertama kalinya minum
alkohol? (lingkari jawaban yang a. YA
benar) b. TIDAK
5. Tidak terasa apa-apa
6. Pusing
Apa yang anda rasakan saat 7. Jantung berdebar
ini?(setelah meminum alkohol) 8. Mual-mual
9. Muka memerah
Lain-lain,...............................
Sudah berapa lama anda minum
alkohol?

Biasanya, berapa banyak yang anda


a. Jenis.....................................
minum tiap kali minum alkohol?
Jumlah..................................
(isi jawaban yang sesuai)
(kaleng/botol/gelas/sloki)*
a. Hilang ingatan
Setelah minum alkohol, pernahkah
b. Pingsan
anda mengalami hal-hal
c. Muntah-muntah
berikut?(lingkari jawaban yang
d. Dirawat di rumah sakit
sesuai, boleh lebih dari satu)
Lain-lain,.............................

* = Coret yang tidak perlu

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
53

Lampiran 3: Lembar Hasil Pemeriksaan

Lembar Hasil Pemeriksaan


Kadar Ethanol (mg%) Selisih dalam Selisih dalam
Sampel cooler (C A2)
A1 A2 B C kulkas (B A1)
1
2
3
4
5
6
7
8

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
54

Lampiran 4: Lembar Permintaan Pemeriksaan Sampel NAPZA

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014
55

Lampiran 5: Lembar Keterangan Lolos Kaji Etik

Universitas Indonesia
Pengaruh penyimpanan..., Ahmad Ilman Kausar, FK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai