Anda di halaman 1dari 20

LEUKIMIA

Pengertian

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukemia
adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan
tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-
sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan
ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal
yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

Leukemia sebenarnya adalah sebuah istilah medis yang luas. Leukemia kanker
dipisahkan menjadi dua, bentuk yang lebih didefinisikan bernama Leukemia kronis dan
leukemia akut. Kanker leukemia akut cenderung menimpa anak-anak dan dewasa muda.
Proliferasi sel-sel tulang sumsum menghambat Sumsum tulang untuk membuat sel benar
sehat. Ini adalah bentuk yang sangat berbahaya dari kanker karena sel-sel ganas yang tersedia
untuk aliran darah untuk transportasi ke organ lain. Istilah leukemia pertama kali dijelaskan
oleh Virchow sebagai darah putih pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang
ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. Leukimia adalah suatu
penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik,
yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk suatu
klon sel leukimia.

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang
bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan
memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi
kembali.Pada kasus Leukemia(kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi.

1
Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal
sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa
gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan. Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus
limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal
dan kulit.

Patofisiologi

Sel leukemia memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan
sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-
sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk
hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal.
Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta bertahan hidup
lebih lama dibandingkan sel normal.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
2
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik


2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun

Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

Morfologi
Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm. Berdasarkan
jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih digolongkan menjadi 2
yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit mononuklear).

3
1. Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma. Berdasarkan warna
granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3 jenis granulosit yaitu neutrofil,
eosinofil, dan basofil.

2. Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit terdiri dari limfosit
dan monosit.

Klasifikasi

a. Leukemia mielogenus akut

Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit,
dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal.
Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit; kelelahan
dan kelemahan yang terjadi karena anemia; dan keccendrungan perdarahan terjadi akibat
trombositopenia, kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi dalam organ
mengakibatkan berbagai gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa atau hati; masalah
kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi pada
leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang.

Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi dalam periode 1-6 bulan.
Hitung sel darah menunjukan penurunan baik eritrosit maupun trombosit. Meskipun jumlah
leukosit total bisa rendah, normal atau tinggi, namun presentase sel yang normal biasanya
sangat menurun. Specimen sumsum tulang merupakan penegak diagnose, menunjukan
kelebihan sel blast imatur. Adanya batang Auer didalam sitoplasma menunjukan adanya
leukemia mielogenus akut (AML).

4
2) Penatalaksanaan

Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasanya
digunakan meliputi daunorobicin hydrochloride (cerubidine), cytarabin (cytosar-U), dan
mercaptopurine (purinethol). Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk darah dan
penanganan infeksi dengan segera. Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari kerabat
dekat, maka dapat dilakukan transplantasi sumsum tulang untuk memperoleh sumsum tulang
normal, setelah terlebih dahulu dilakukan penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.

3) Prognosis

Pasien yang mendapatkan penanganan dapat bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan
kematian yang biasanya terjadi akibat infeksi atau perdarahan. Schiller (1992) melaporkan
bahwa pasien yang berusia dibawah 40 tahun, angka ketahanan hidup 5 tahunnya sekitar 2-5
bulan. Percobaan dengan kombinasi baru obat kemoterapi masih terus dilakukan diberbagai
pusat onkologi diseluruh dunia.

b. Leukimia Mielogenus Kronis

Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia
ditemukan pada 90% sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang menyerang individu
berusia di bawah 20 tahun, namun insidensinya menignkat sesuai pertambahan usia.

1) Manifestasi

Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan gejalanya lebih
ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala selama bertahun-tahun. Terdapat
penignkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa sering membesar.

5
2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran), hydroxyurea, dan
chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid. Ketahanan hidup meningkat
secara bermakna dengan transplantasi sumsum tulang pada pasien yang berusia di bawah 50
tahun dengan donor HLA yang sesuai. Interferon alfa merupakan alternative pilihan
penanganan, namun sangat mahal, mempunyai efek samping yang tidak menyenangkan dan
tidak terbukti memperpanjang ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi pasien yang
penyakitnya tidak berespons terhadap penanganan yang telah dilakukan atau terus memberat
setelah penanganan. Pada kebanyakan pasien, kelak akan mengalami leukemia mielogenus
akut dan biasanya resisten terhadap terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat bertahan
selama 3 sampai 4 tahun. Kematian biasanya akibat infeksi atau perdarahan.

c. Leukimia Limfositik Akut.

Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas.
Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak disbanding perempuan,
dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang terjadi.

1) Manifestasi

Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang dan jaringan perifer dan
menganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terlambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit dan
trombosit jumlahnya rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu
terdapat sel imatur. Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi
pada ALL dari pada bentuk leukemia lain dan mengakibatkan nyeri karena pembesaran hati
atau limpa, sakit kepala, muntah karena keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.

6
2) Penatalaksanaan dan Prognosis

Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai ketahanan hidup
sampai 5 tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vincristine,
prednisone, daunorubicin, dan asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan
kombinasi mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan.
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada sistem saraf pusat.

d. Leukimia Limfositik Kronis

Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama
mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umum terjadi.

1) Manifestasi klinis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan baru terdiagosa pada saat
pemeriksaan fisik atu penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang mungkin terjadi
adalah sehubungan dengan adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus limfe. Dan organ
abdominal. Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi penurunan
jumlah limfosit. (limfositopenia).

Penatalaksanaan medis dan prognosis. Apabila ringan, CLL tidak memerlukan


penanganan. Kemoterapi dengan kortikosteroid dan chlorambucil (leukeran) sering
digunakan apabila gejalanya berat. Banyak pasien yang tidak berespon terhadap terapi ini
dapat mencapai perbaikan dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-
chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin. Efek samping utama obat ini adalah
penekanan sumsum tulang, yang termanifestasi dengan adanya infeksi seperti pneumocystis
carinii, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus. Penanganan intra vena
dengan immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah ini pada pasien tertentu. Ketahanan
hidup rata-rata pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

7
2) Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab


utama kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan masalah gastrointestinal merupakan
komplikasi lain.

Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia)


angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit). Pasien juga dapat
mengalami perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun sampai di bawah 20.000 per
mm3 darah. Dengan alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam
infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai derajat netropenia, sehingga jika
granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi
imun mempertinggi resiko infeksi.

Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi atau


meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu
ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke organ


abnominal selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah,
diare, dan lesi mukosa mulut.

Penyebab

Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia :

8
1. Radiasi
Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus
Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan
radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup
kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.

2. Leukemogenik
Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi
leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida,
obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.

3. Herediter
Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang
normal.

4. Virus
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa.

Bahan Kimia dan Obat-obatan


Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. (
Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko
tinggi dari AML, antara lain : produk produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida,
pestisida, dan ladang elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .

Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang
lambat laun menjadi AML.

9
Penatalaksanaan

1. Kemoterapi

Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan


kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung
pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua
obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

Melalui mulut
Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh
darah balik besar, seringkali di dada bagian atas Perawat akan menyuntikkan obat
ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan
menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak
mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan
dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke
otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.

10
c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

2. Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan
di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi
biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel
leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di
dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.

3. Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar
akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat
menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke
seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum
tulang.)

4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel
induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya.
Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam
sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat
melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi
ini. Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel

11
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah
yang memadai.

Pencegahan

A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi
1. Pengendalian terhadap Paparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang
penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi
dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi,
mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja.
Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik
radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan klinis.
2. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia
Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan
benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan
memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan-bahan
karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan
langsung terhadap zat-zat kimia tersebut.

3. Mengurangi Frekuensi Merokok


Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat
berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA
disebabkan oleh merokok. Dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker
termasuk leukemia (LMA).
4. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah.
Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon
mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan
tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau

12
kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi.
Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.

Diagnosis Dini

1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali
(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis,
dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi
yang mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang
disebabkan adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis
LLK ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-
gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat)
menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK hampir selalu
ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan
nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat
purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan
kadang-kadang priapismus.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah
tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.

a. Pemeriksaan darah tepi


Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis
(60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%).Pada penderita LMA
ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK
ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm, sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm.

b. Pemerikasaan Sumsum Tulang


Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel
muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap).

13
Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan
limfosit B, Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan
keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan
aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm.

Macam-macam obat kemoterapi

Menurut mekanisme kerjanya,maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan menjadi :


a. Alkylating Agent
Obat ini bekerja dengan cara :
Menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan
silang DNA.

Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino,
karboksil, sulfhidril, atau fosfat.

Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik.

Yang termasuk obat golongan ini adalah : Amsacrine, Busulfan, Chlorambucil ,


Cyclophospamid, Ifosphamid, Thiotepa, Cisplatin, Dacarbazine, Procarbazin,
Streptozocin, Mephalan

b. Antibiotik
Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor
yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA
dan RNA. Yang termasuk obat golongan ini adalah : Actinomicin D, Bleomicin,
Daunorubicin, Doxorubicin, Epirubicin, Idarubicin, Mithramicin, Mitomicyn,
Mitoxantron.
c. Antimetabolit
Golongan ini menghambat sintesa asam nukleat. Beberapa antimetabolit memiliki
struktur analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel,
14
beberapa yang lain menghambat enzim yang penting untuk pembelahan. Secara umum
aktifitasnya meningkat pada sel yang membelah cepat. Yang termasuk obat golongan ini
adalah : Azacytidine, Capecitabine, Mercaptopurin, Metotrexate, Mitoguazon.
d. Mitotic Spindle
Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan
disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Yang termasuk obat golongan ini
adalah : Plakitaxel (Taxol), Docetaxel, Vinblastine, Vindesine, Vincristine.
e. Topoisomerase Inhibitor
Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses
transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain : Irinotecan, Topotecan,
Etoposit.
f. Hormonal
Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain :
Adrenokortikosteroid (Prednison, Metilprednisolon, Dexametason)
Adrenal inhibitor (Aminoglutethimide, Anastrozole, Letrozole, Mitotane)
Androgen
Antiandrogen
LHRH
Progestin
g. Cytoprotektive Agents
Macam- macamnya antara lain : Amifostin, Dexrazoxan.
h. Monocronal Antibodies
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya relatif
rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat pula
digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu. Macam-macamnya antara
lain : Rituximab, Trastuzumab.
i. Hematopoietic Growth Factors
Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yang menunjukan
peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lain : Eritropoitin, Coloni
stimulating factors (CSFs), Platelet growth Factors.
j. Lain-lain

Obat ini tidak mempunyai mekanisme khusus, antara lain : L- Asparaginase, Estramustine,
Lavamisol, Oktreotide, Suramin, Hexamethylmelamine, Anagrelide.

15
Mekanismie kerja obat

Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut
berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif,
sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut
Kemoresisten.
Pada inti sel, pada waktu sel membelah (mitosis), makin cepat sel bermitosis, makin
sensitif terhadap kemoterapi. CELL CYCLE PHASE SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja
pada sel yang berkembang aktif, jadi harus diberikan secara kontinyu. CELL CYCLE
PHASE NON SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada sel yang berkembang maupun yang
istirahat, jadi dapat diberikan secara single bolus.

Bentuk sediaan dan dosis obat

Bentuk sediaan
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara infus, disuntikan langsung (pada otot, bawah
kulit, rongga tubuh), dan dengan cara diminum (tablet/kapsul).
a. Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari.
Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.
b. Dalam bentuk suntikan atau injeksi.Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah
sakit, klinik, bahkan di rumah.
c. Dalam bentuk infus.Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis
yang terlatih).
Dosis
Penggunaan dosis obat kemoterapi dihitung berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (LPB).
Sedangkan LPB dihitung dengan tabel berdasarkan tinggi badan dan berat badan.
Apabila tubuh pasien makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk
pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, misalnya : BB = 56 kg, TB = 150
cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x
1,5 mg = 75 mg.

16
Cara pemberian obat kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik, sebagian besar diberikan dengan cara
injeksi kedalam pembuluh vena, sebagian kecil dapat berupa tablet atau capsul dan kadang-
kadang ada yang diberikan subcutan atau suntik dibawah kulit, serta intratekal (diinjeksikan
kedalam system syaraf) jarang sekali yang disuntikan ke otot. Apabila pasien diberikan
suntikan intravena, seringkali digunakan kateter atau selang plastik kedalam vena untuk
mencegah kerusakan vena serta mempermudah injeksi.Kemoterapi diberikan secara siklit,
dapat secara mingguan, dua mingguan 3-4 mingguan. Pasien mendapatkan kemoterapi dosis
tinggi diberikan dalam unit rawat inap.Kondisi pasien juga menentukan apakah dapat
diberikan dirawat jalan atau rawat inap.

Efek samping obat kemoterapi

Intensitas efek samping dari penggunaan obat kemoterapi tergantung pada karakteristik
obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang
timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama. Faktor
nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh yang bermakna.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum
tulang, kerontokan rambut.Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah,
diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul
selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam.

Tergantung jenisnya, kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga
minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Yang paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek
sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya efek samping Kemoterapi.
Ada yang mengalami efek samping ringan. Tetapi ada juga yang sangat menderita karenanya.
Ada-tidak atau berat-ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara
lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi psikis Anda, dan sebagainya. Efek
samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya
membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang
membelah dengan cepat.Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian
tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang
dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
17
Efek samping yang bisa timbul dari penggunaan obat kemoterapi adalah sebagai berikut :
a. Lemas
Efek samping yang umum timbul.Timbulnya dapat mendadak atau perlahan, tidak
langsung menghilang dengan istirahat, dan kadang berlangsung terus hingga akhir
pengobatan.
b. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah
dengan mengkonsumsi obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah
pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.
c. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai
dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare, kurangi
makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila susah BAB, perbanyak makanan berserat, dan olah raga ringan bila
memungkinkan.
d. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat
terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi
selesai.
e. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan
atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
f. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah
trombosit akan mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, dan bercak merah di
kulit.
g. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat dari anemia adalah
seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
18
h. Kulit menjadi kering dan berubah warna
Kulit penderita kanker menjadi lebih sensitif terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih
lambat dan terdapat garis putih melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda. Reaksi tiap orang pada tiap siklus juga
berbeda, tetapi pasien tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya dokter
memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin lagi pula
semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi Anda akan
pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping
kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda.Anda bisa menggunakannya,
tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan dokter juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin diterima
kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan kemoterapi herbal yang
bebas efek samping. Kalau seorang pasien bermaksud menggunakannya, pastikan yang
menangani adalah seorang dokter medis. Paling tidak harus berkonsultasi dengan dokter yang
merawat, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau hasilnya.

Cara mengatasi efek samping ibat kemoterapi

Cara mengatasi efek samping dari pengobatan kemoterapi antara lain :


a. Pemberian anti mual dan muntah
b. Saat merasa mual duduk ditempat yang segar
c. Makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (sereal, bakso, puding, susu, roti
panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma, kacang, dll)
d. Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah makan. Bila
tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih mulut
e. Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
f. Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita
kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi
hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara
waktu.

19
20

Anda mungkin juga menyukai