Anda di halaman 1dari 11

Morfologi Bakteri

Posted on February 13, 2013 by anitamuina

Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular yang berkembang biak


secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali
beberapa yang bersifat fotosintetik. Bakteri ada yang dapat hidup bebas,
parasit, saprofit, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Bakteri
tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas bumi),
di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk bulat, batang, dan
lengkung, namun bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur. Bakteri
dapat mengalami perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan,
suhu, dan lingkungan, juga dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang
bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat
pertumbuhan yang sesuai. Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 (Regobiz,
2010).

Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, batang


(silindris) atau spiral (heliks). Masing-masing ciri ini penting dalam
mencirikan morfologi suatu spesies. Sel bakteri yang berbentuk seperti
bola atau elips dinamakan kokus. Bakteri ini terdapat dalam beberapa pola
atau pengelompokan yang berbeda, dan karena pengelompokkan sel yang
khusus ini mungkin merupakan ciri marga tertentu maka pengetahuan
tentang pengelompokan ini akan membantu dalam mengidentifikasi
organisme tidak dikenal. Beberapa kokus secara khas hidup sendiri-sendiri,
yang lain dijumpai dalam pasangan, kubus atau rantai panjang tergantung
caranya membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelah
pembelahan kokus yang membelah dalam satu bidang namun tidak
memisahkan diri sering membentuk rantai kokus merupakan sifat khas
marga Streprococus. Kokus yang membelah ke dalam 3 bidang yang tegak
lurus satu sama lain membentuk pakek kubus, cara pembelahan ini
dijumpai pada marga sarana. Kokus yang membelah dalam dua bidang
untuk membentuk empat sel terdapat pada marga Pediococus. Kokus yang
membelah dalam dua bidang untuk membentuk gugusan yang tidak teratur
diklasifikasikan dalam marga Staphylococcus (Volk dan wheeler, 1988).

Bentuk dan ukuran bakteri dapat diamati dengan cara yaitu mengamati sel-
sel dengan pewarnaan. Menurut Sutedjo (1991), tujuan dari pewarnaan
yaitu :

1. Untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop


2. Memperjelas ukuran dan bentuk sel
3. Melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola
4. Menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan
zat warna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat
warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus.
sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-
bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan
ciri yang khas bagi suatu spesies (Regobiz, 2010).

Ada berbagai macam jenis pengecatan yaitu pengecatan sederhana yang


hanya menggunakan 1 cat saja, pengecatan bertingkat yaitu pengecatan
dengan lebih dari satu jenis cat. Pengecatan bertingkat misalnya
pengecatan gram, dan pengecatan bakteri tahan asam atau Ziehl Nellsen.
Pengecatan gram terdiri dari 4 tahap, tahap pertama adalah pengecatan
dengan cat utama yaitu Kristal violet, lalu cat diintensifkan menggunakan
larutan iod, tahap ketiga menggunkana alcohol untuk melunturkan cat
pertama, tahap yang terakhir adalah pengecatan dengan cat penutup yaitu
safranin. Gram positif menunjukan warna ungu, gram negatif menunjukan
warna merah dari safranin. Untuk pengecatan Ziehl Nellsen cat pertama
menggunakan carbolfuchsin, lalu dilunturkan dengan alcohol asam, setelah
itu ditutup dengan cat penutup methylen blue. Untuk yang tahan asam
warnanya biru. Dengan pengecatan gram kita bisa menentukan sifat bakteri
apakah parasit atau tidak. Sedangkan dengan cat ZN kita dapat tahu sifat
bakteri apakah tahan asam atau tidak (Salle, 1961).

Menurut Ahira (2010), ada 2 macam bakteri berdasarkan pewarnaan gram


yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Perbedaan antara
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berdasar pada struktur
dinding sel keduanya. Bakteri gram positif hanya memiliki satu membran
plasma dengan dinding sel yang tersusun atas peptidoglikan. Sebagian
besar dinding sel bakteri memang dibangun dari peptidoglikan, sedangkan
sebagian kecil terdiri atas asam teikoat. Sementara itu, bakteri gram negatif
mempunyai susunan membran sel yang rangkap dua atau memiliki
membran ganda. Selain terdiri atas peptidoglikan, membran pasmanya
diselubungi oleh membran luar yang permeabel atau membran yang mudah
dilewati oleh air.
Staphylococcus adalah bakteri Gram-positif yang berbentuk bola. Bakteri
ini ada yang berkoloni dan berbentu seperti buah buah anggur. Pada tahun
1884, Rosenbach menjelaskan ada dua jenis warna staphylococci
yaitu: Staphylococcus aureus yang berwarna kuning dan Staphylococcus
albus yang berwarna putih. Beberapa karakterististik yang
dimiliki Staphylococcus Aureus diantaranya hemolytic pada darah agar,
catalase-oxidase-positif dan negatif, dapat tumbuh pada suhu berkisar 15
sampai 45 derajat dan lingkungan NaCl pada konsentrasi tinggi hingga 15
persen dan menghasilkan enzim coagulase. Selain itu,biasanya S.
aureus merupakan patogen seperti bisul, styes dan furunculosis beberapa
infeksi (radang paru-paru, radang kelenjar dada, radang urat darah,
meningitis, saluran kencing osteomyelitis dan endocarditis serta
menyebabkan keracunan makanan yaitu dengan melepakan enterotoxins
menjadi makanan sehingga menjadi toksik dengan melepasan
superantigens ke dalam aliran darah (Junaidi, 2010).

Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk


batang,dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus
subtilis tumbuh di berbagai mesophilic suhu berkisar 25-35 derajat Celsius.
Bacillus subtilis juga telah berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di
bawah kondisi keras dan lebih cepat mendapatkan perlindungan terhadap
stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat alkali, osmosa, atau
oxidative kondisi, dan panas atau etanol Bakteri ini hanya memilikin satu
molekul DNA yang berisi seperangkat set kromosom. DNAnya berukuran
BP 4214814 (4,2 Mbp) (TIGR CMR). 4,100 kode gen protein. Beberapa
keunggulan dari bakteri ini adalah mampu mensekresikan antibiotik dalam
jumlah besar ke luar dari sel (Junaidi, 2010)

Menurut Junaidi (2008), Escherichia coli termasuk dalam famili


Enterobacteraceae yang termasuk gram negatif dan berbentuk batang yang
fermentatif. E. coli hidup dalam jumlah besar di dalam usus manusia, yaitu
membantu sistem pencernaan manusia dan melindunginya dari bakteri
patogen. Akan tetapi pada strain baru dari E.coli merupakan patogen
berbahaya yang menyebabkan penyakit diare dan sindrom diare lanjutan
serta hemolitik uremic (hus). Peranan yang mengguntungkan adalah dapat
dijadikan percobaan limbah di air, indikator pada level pencemaran air
serta mendeteksi patogen pada feses manusia yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (Junaidi, 2010).

Bakteri yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bacillus subtilis, E.


coli, dan S. aureus. Berikut akan dijelaskan klasifikasi dari ketiga bakteri
tersebut.

1. E. coli
Filum : Proteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Famili: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Spesies: E. coli

Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif,


berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu
dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil)
dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk
spora maupun kapsula, dan berdiameter 1,1 1,5 x 2,0 6,0 m.

2. Bacillus subtilis
Kingdom: Bacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Bacilli
Order: Bacillales
Family: Bacillaceae
Genus: Bacillus
Species: Bacillus subtilis

3. S. aureus

1. Pengecatan Negatif
Pengecatan negatif menggunakan nigrosin atau tinta cina. Pengecatan ini
termasuk pengecatan tidak langsung karena pengecatan dilakukan pada
latar belakangnya agar gelap sehingga bakterinya yang tampak transparan
dapat terlihat. Bakteri tampak transparan karena nigraosin tidak dapat
melalui dinding sel bakteri. Nigrosin ini merupakan zat warna asam.

Bakeri yang digunakan pada percobaan ini adalah Escherichia


coli dan Bacillus subtilis. Setelah mengalami pegecatan dengan
menggunakan nigrosin, latar belakangnya tampak gelap dan terlihat
bakteri Escherichia coli ada yang berbentuk bulat / coccus dan batang
pendek, sedangkan Bacillus sutilis yang berbentuk batang panjang dan
batang pendek.

2. Pengecatan Gram
Pengecatan ini merupakan pengecatan langsung karena dilakukan
pengecatan langsung pada bakterinya. Fungsi pengecatan gram adalah
untuk mengetahui jenis bakteri, apakah temasuk gram positif atau gram
negate. Pengecatan gram termasuk dalam pengecatan diferensial karena
dapat membedakan kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainnya,
dalam hal ini membedakan gram negatif dan positif.

Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna


metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu
pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah
muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.

Bakteri yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Escherichia


coli danBacillus subtilis. Ada 4 Larutan yang digunakan dalam pengecatan
ini yaitu Gram A yang terdiri dari larutan Huckers violet, gram B yang
terdiri dari larutan luguls iodine, gram C yang terdiri larutn acetone
alcohol, gram B yang terdiri dari larutan safarin.

Pada pengamatan ini tahap awal dimulai dengan pengecatan menggunakan


gram A yang merupakam larutan huckers violet cat utama berwarna ungu,
kemudian dilanjutkan dengan gram B yang merupakan larutan lugols
iodine sebagai cat penguat dari warna car, kedua larutan tersebut mampu
menembus atau berikatan dengan dinding sel bakteri gram positif maupun
gram negatif. Selanjutnya pada saat pemberian aseton alkohol, warna ungu
pada bakteri Escherichia coli menjadi luntur, sebaliknya pada
bakteri Bacillus subtilis warna ungu tidak meluntur. Hal ini jua yang
menyebabkan pada pengecatan selanjutnya dengan larutan safranin,
bakteri Escherichia coli yang telah mengalami pelunturan warna ungu
dapat mengikat warna merah dari safranin. Sedangkan bakteri Bacillus
subtilis yang tetap berwarna ungu atau lebih terlihat sebagai warna biru
pada mikroskop setelah sample diberi aseton alcohol.

Bacillus subtilis termasuk ke dalam bakteri gram positif. Hal ini dapat
dipastikan dengan hasil pengecatan yang ada menunjukan warna biru tua
keunguan. Bakteri gram positif berwarna keunguan karena dinding selnya
kandungan peptidoglikannya tinggi. Peptidoglikan terdiri dari molekul
dengan berat molekul tinggi dan kaya akan gula. Selain itu struktur dari
peptidoglican terdiri dari murein dan mukopeptida. Susunan peptidoglycan
ini membuat peptidoglican dapat mengikat cat dengan kuat dan tidak
mudah luntur.

Sedangkan untuk E. coli berdasarkan hasilnya termasuk gram negatif


ditunjukan dengan warna hasil akhir berwarna merah. Bakteri ini pada
awalnya berwarna ungu saat dilakukan pengcatan pertama. Tetapi
sekalipun telah diintensifkan menggunakan larutan iod setelah
ditambahkan alcohol warna tersebut luntur karena warna tersebut hanya
diikat oleh lapisan tipis diluar peptidoglican. Gram negatif memiliki
struktur membrane multilayer yang lebih komplek dibandingkan gram
positif. Membrane paling luar bakteri gram negatif terdiri dari
lipopolisakarida dan lipoprotein kompleks diluar peptidoglican. Lapisan ini
mengandung lipid sekitar 20%. Lipid ini mengandung antigen dan
endotoksin yang berfungsi sebagai barier terhadap enzim litik. Sehingga
memungkinkan organism ini sebagai saprofit atau parasit. LPS atau
membrane terluar dinding bakteri gram negatif inilah yang mengikat
Kristal violet pada pengecatan pertama. Tetapi dinding ini akan ikut luntur
ketika ditambahkan alcohol sehingga pada pengecatan kedua, cat kedualah
yang warnanya terserap oleh lapisan dibawahnya yaitu peptidoglican.

3. Pengecatan Tahan Asam


Pengecatan ini termasuk pengecatan langsung karena dilakukan
pengecatan pada bakterinya. Tujuan dari pengecatan tahan asam adalah
untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri yang tahan
asam atau tidak. Cat yang digunakan adalah cat Ziehl Nelsen (Zn) yang
terdiri dari 3 larutan yaitu Zn A yang mengandung karbol fuksin yang
bergungsi sebagai cat utama yang memberikan warna merah, Zn B yang
mengandung etanol sebagai peluntur, dan Zn C yang mengandung
methylen blue yang digunakan sebagai larutan pembanding.

Bakteri yang digunakan pada pengamatan ini adalah S. aureus. Pada


pengecatan Zieh Neelsen, yang digunakan adalah reagen Ziehl Neelsen
karbol fuksin (ZN A) yang memberi warna merah, Zn B (etanol) sebagai
peluntur, dan Zn C (Methylen blue) sebagai larutan pembanding.
Pengecatan ini akan memberikan warna merah pada bakteri yang tahan
asam dan warna biru pada bakteri yang tidak tahan asam. Pada bakteri
tahan asam sel-selnya mengandung lemak atau lilin sehingga pewarna
sukar menembusnya, tetapi dengan pemanasan yang ringan atau dengan
deterjen yang dapat mengencerkan komponen lemak yang terdapat pada
dinding sel, setelah sel diberikan etanol (ZN B) dan terjadi pelunturan
warna merah (ZN A) dan setelah diberi ZN C (Methyle blue) berganti
warna menjadi merah, maka bakteri ini adalah bakteri yang tahan asam.
Jika bakteri mengalami pelunturan warna saat diberi etanol (ZN B) dan
tetap berwarna biru (ZN A) setelah diberikan methylen blue (ZN C), maka
bakteri ini merupakan bakteri yang tidak tahan asam. Warna yang terlihat
dibawah mikroskop adalah warna merah, sehingga bakteri S. aureus ini
merupakan bakteri yang tahan asam.

Fungsi pengecatan adalah memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya


sehinga terlihat kontras dan tampak jelas, menunjukkan bagian-bagian
struktur sel, yang kemudian juga dapat mebedakan jenis bakteri yang satu
dengan bakteri yang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengecatan adalah :

1. Fiksasi

Fiksasi dilakukan sebelum pengecatan untuk mencegah mengkerutnya


globula-globula protein sel, membuat sel-sel lebih kuat, melekatkan bakteri
di atas gelas benda, merubah afinitas dan membuat lapisan suspensi bakteri
diatas gelas obyek.

2. Substat

Pengambilan substrat diusahakan agar tidak terlalu tebal, karena substrat


yang terlalu tebal akan sukar diamati dengan jelas dibawah mikroskop.
1. Pelunturan cat : untuk mendapatkan kontras yang baik pada bayangan
mikroskop.
2. Cat penutup : memberikan kontras pada sel yang tidak mengikat cat utama
seperti pada pengecatan tahan asam dan pengecatan gram.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai