Anda di halaman 1dari 22

9

Adalah merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan

jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan sangat bergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah

dan lingkungan sekitarnya.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila didalam diri

orang itu terjadi suatu perubahan contohnya tingkah laku. Perubahan tingkah laku

ini berlaku dalam waktu yang relatif lama, sehingga orang itu dari tidak mampu

mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh tingkah laku. Seseorang dikatakan belajar

apabila ia dapat mengasimsikan dalam dirinya sendiri terjadi suatu proses

kegiatan yang mengakibatkan suatu proses tingkah laku.

Kegiatan belajar dapat berlangsung melalui proses pengamatan,

pendengaran, membaca dan meniru. Banyak ahli telah mencoba merumuskan dan

membuat tafsiran tentang belajar. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu

berbeda satu sama lain. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of

behavior though experiencing). (Slameto, 2010:176)

Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2010).

Dalam hal ini jika tidak ada perubahan tingkah laku maka seseorang belum bisa
10

dikatakan belajar karena tidak terdapat bukti atas apa yang telah dialami

seseorang tersebut.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan, dimana perubahan yang

dimaksudkan adalah perubahan positif.Perubahan itu tidak hanya mengenai

jumlah pengetahuan, melainkan juga bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,

pengertian, minat, penyesuaian diri, dan sebagainya.kata kunci belajar adalah

perubahan tingkah laku.

Sedangkan pengertian dari mengajar menurutAlvinW.Howard, Mengajar

adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk

mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita),

appreciations (penghargaan) dan knowledge.

Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah

laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku

siswanya.Itu suatu bukti bahwa guru harus memutuskan atau merumuskan tujuan.

Guru juga harus memikirkan bagaimana bentuk cara penyajian dalam proses

belajar mengajar dan bagaimana menciptakan kondisi-kondisi, sehingga

meyakinkan terjadinya interaksi edukatif.


11

2. Pengertian Hasil Belajar

Untuk dapat melakukan evaluasi belajar maka diadakan pengukuran

terhadap hasil belajar. Dalam pendidikan ,pengukuran hasil belajar dilakukan

dengan mengadakan testing untuk membandingkan kemampuan siswa yang

diukur dengan tes sebagai alat ukurnya. Hasil belajar merupakan perubahan

perilaku siswa akibat belajar. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak

sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan

dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan sebagai

hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,

keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada

pada individu yang belajar.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian,sikap-

sikap. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu

kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, lisan maupun

tertulis, 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi

,kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan, 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah, 4) Keterampilan motorik yaitukemampuan

melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, 5) Sikap


12

adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap

objek tersebut.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), syntesis (mengorganisasikan, membentuk banguna baru),

dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik juga mencakup

keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan inteklektual.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

a. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian

pada pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran yang dipelajari

sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi adalah tenaga yang

menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat bersifat

internal, artinya datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal yaitu datang

dari orang lain, guru, teman, dan sebagainya


13

b. Keaktifan siswa

Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa, oleh karena itu siswa

harus aktif tidak boleh pasif.Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap

bahwa anak adalah makhluk yang aktif.Sehingga belajar hanya mungkin terjadi

apabila anak aktif mengalami sendiri.

c. Keterlibatan langsung atau pengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar

mengamati secara langsung, ia harus menghayati terlibat langsung dalam

perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Guru hanya bertindak

sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa dalam belajar jangan

diartikan kegiatan fisik saja, tetapi juga keterlibatan mental emosional, kegiatan

kognitif dan dalam pembentukan sikap, nilai dan keterampilan.

d. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan adanya pengulangan dikemukakan oleh

teori psikologi daya, menurut teori ini belajar adalah melatih daya berfikir,

mengamati, menanggapi, menghayal, dan sebagainya.Sehingga daya berfikir,

mengamati, menanggapi dan menjadi berkembang.

e. Tantangan

Dalam belajar siswa memiliki tujuan yang harus dicapai, tetapi selalu ada

hambatannya yaitu bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi

hambatan tersebut.Oleh karena itu agar pada anak timbul motif ang kuat untuk

mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.


14

f. Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar tentang balikkan dan penguatan ditentukan oleh teori

belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Siswa akan semangat belajar

apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan

menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar

selanjutnya. Begitu juga dengan penguatan yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan, atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat

memperkuat belajar.

g. Perbedaan individual

Siswa merupakan individu yang unik artinya setiap siswa memiliki

perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada

cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan

oleh guru dalam upaya pembelajaran.

4. Aktivitas Belajar

Pada dasarnya belajar adalah berbuat.Dimana dalam belajar, berbuat itu

untuk mengubah tingkah laku. Seperti yang diketahui dengan belajar akan

diperoleh perubahan-perubahan didalam tingkah laku, kebiasaan, sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman akan sesuatu. Jadi dalam belajar

pasti melakukan melakukan kegiatan atau aktivitas.

Sekolah merupakan arena untut mengembangkan aktivitas . Banyak jenis

aktivitas yang dilakukan oleh siswa disekolah. Paul B.Diedrich (Hamalik,O 2010)

membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain
15

dapat digolongkan sebagai berikut: a.Visual activities, yang termasuk didalamnya

misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan

orang lain, ; b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan , bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi, ;c.Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian,

percakapan, diskusi, music, pidato.; d.Writing activities, seperti misalnya menulis

cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. ;e. Drawing activities, misalnya :

menggambar, membuat grafik, peta, diagram.f. Motor activities, yang termasuk

didalamnya antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model

mereparasi, bermain, berkebun, beternak. ;g. Mental activities, sebagai contoh

misalnya : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat

hubungan, mengambil keputusan.;h. Emotional activities, seperti misalnya,

menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang,

gugup.

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian dan Istilah Pembelajaran PBL

Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John

Dewey.Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara

umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa

situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan

pada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.


16

Duch, Groh, dan Alen, described the methods used in PBL and the specific

skills developed, including the ability to think critically, analyze and solve

complex, real-world problems, to find, evaluate, and use appropriate

learning resources; to work cooperatively, to demonstrate effective

communication skills, and to use content knowledge and intellectual skills to

become continual leaners.

Metode yang digunakan dan keterampilan khusus yang dikembangkan

melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ini adalah termasuk kemampuan berpikir

kritis, menganalisa dan memecahkannya, memecahkan masalah yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, menemukan, mengevaluasi, bekerja sama,

menunjukkan kemampuan komunikasi yang efektif, danmenggunakan

pengetahuan dan keterampilan intelektual untuk menjadi pelajar yang terus-

menerus.

PBL is an instructional (and curricular) leaner-centered approach that

empowers and skills to develop a viable solution to a defined problem (Jhon,

2006), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah instruksional (dan kurikuler) yang

berpusat untuk memperdayakan siswa untuk melakukan riset, mengintegrasikan

teori dan praktek, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk

mengembangkan solusi yang layak untuk memecahkan masalah. Menurut Arends,

pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran

dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk

menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan

berpikir kritis, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.


17

Dan menurut Barrows & Tamblyn, PBL is an instructional method in

which students learn through solving problems and reflecting on their experiences

(Cindy & Howard, 2006), bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan

metode pembelajaran dimana siswa belajar melalui pemecahan masalah dan

merefleksikan pengalaman mereka. Dengan menggunakan model ini maka siswa

dapat berperan aktif dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran

khususnya pada materi alat ukur serta mampu memahami konsep, mampu

bersikap kritis, siswa dapat mengembangkan sifat ilmiah di dalam dirinya dan

mampu bertanggungjawab menyelesaikan masalah, baik masalah individu

maupun masalah dalam kelompok, dimana siswa akan dituntun untuk

bekerjasama dengan siswa yang lain,PBL is a stundent-centered teaching

approach where students can solve problems in small groups and reflect on their

experiences. Menurut Fauziah, tujuan utama dalam Pembelajaran Berbasis

Masalah adalah untuk menjamin siswa mengeksplorasi pembelajaran mereka

sendiri, terutama dalam hal mengasah kemampuan analisis mereka, meningkatkan

berpikir kritis siswa dalam pengambilan keputusan, menjadi pengamat yang

kreatif, dan melatih keterampilan komunikasi mereka.

Salah satu hasil penting bahwa siswa dapat melatih kemampuan mereka

untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan khususnya dengan anggota

kelompok lainnya, melatih siswa untuk menjadi mandiri, terutama dalam cara

untuk memperoleh informasi, membantu dalam pemahaman konsep-konsep dalam

Alat Ukur, siswa terampil dalam pemecahan masalah, siswa mampu membangun

ide-ide yang berbeda, dan siswa menjadi pemelajar yang bekerja keras. Temuan
18

ini juga didukung oleh Berman dan Macpherson, bahwa pendekatan ini juga

mendorong siswa lebih baik belajar melalui pembelajaran untuk memungkinkan

pemecahan masalah, analisis, kreativitas dan komunikasi di dalam kelas.

Pada intinya, pendekatan berbasis masalah dirancang untuk membantu

siswa mencapai dua tujuan, yaitu: (1) untuk memperoleh pemahaman yang

mendalam pada pengetahuan yang lebih spesifik, (2) untuk mengembangkan

pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Lingkungan

memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan

sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga

masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari

pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan

akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta

bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk

memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.Menurut

Ratumanan, Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks.

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil

siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang disepakati oleh siswa dan

guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali

siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan


19

masalah dan berpikir kritis.Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi

oleh teori belajar konstruktivis.Pada model ini pembelajarn dimulai dengan

menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama

di antara siswa-siswa.Dalam model pembelajarn ini guru memandu siswa

menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru

memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan

supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas

yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. Menurut

Gamze, The PBL tutors acted as cognitive coaches (guiding, probing, and

supporting students' initiatives), dimana guru bertindak sebagai pelatih kognitif

(membimbing, menyelidik, dan mendukung inisiatif siswa).

b. Karakteristik dalam Proses Pembelajaran PBL

Menurut Tan dalam (Rusman, 2011:11 ) menguraikan secara detail

karakteristik umum dari Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permaslahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur

c. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata

yang disajikan secara mengambang (ill-structured).

d. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk(multiple perspective).

Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep

dari bidang ilmu yang satu ke bidang ilmu yang lainnya.


20

e. Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan

pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.

f. Sangat mengutamakan belajar mandiri (seft directed learning).

g. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu

sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini

menjadi kunci penting.

h. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar

bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer

teaching),, dan melakukan presentasi.

c. Tujuan Pengajaran PBL

Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki

tujuan:

1. keterampilan pemecahan masalah.Berpikir didefinisikan sebagai proses

yang melibatkan operasi mental seperti penalaran. Tetapi berpikir juga

diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan

mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan

seksama. PBL memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak

hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu

berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain

PBL melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir

tingkat tinggi.
21

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

Menurut Resnick, bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah

amat penting untuk jembatani gabungan antara pembelajaran di

sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang

dijumpai di luar sekolah (Trianto, 2010). Berdasarkan pendapat

Resnick tersebut, maka pembelajaran berbasis masalah memiliki

implikasi:

a. Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas;

b. Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong

pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga cara bertahap

siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak

dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya);

c. Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga

memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan

fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap

fenomena tersebut secara mandiri.

3. Menjadi pembelajar yang mandiri

Pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi

pembelajaranyang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang

secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk

mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata


22

oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas

secara mandiri dalam hidupnya kelak

d. Manfaat Pengajaran PBL

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.Menurut Ibrahim dan

Nur, Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan

intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan

mandiri.

Adapun manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:

menjadi lebih ingat dan meningkat pemahaman siswa atas materi ajar,

meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, mendorong untuk

berpikir,membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan social,

membangun kecakapan belajar (life-long learning skills), memotivasi pembelajar.

e. Sintaks Pengajaran PBL

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus

dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan

masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dengan guru

memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan

penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Menurut Ibrahim, di dalam kelas PBL,
23

peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBL

antara lain sebagai berikut: mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa

kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;

memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau

melakukan eksperimen/percobaan;memfasilitasi dialog siswa; dan mendukung

belajar siswa.

f. PembelajaranPengajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah akan dapat dijalankan jika pengajar siap

dengansegala perlengkapan untuk menjalankan proses pembelajaran. Disamping

itu, siswa juga harus sudah mengerti tahap-tahap atau langkah-langkah proses

PBL, dan siswa tersebut juga sudah membentuk kelompok-kelompok kecil.

Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang sering dikenal dengan

Proses 7 Langkah, yaitu:

Langkah 1 : Mengklarifikasikan istilah dan konsep yang belum jelas

Siswa telah mengerti istilah atau konsep yang terdapat dalam

masalah.

Langkah 2 : Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntun penjelasan

hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena tersebut.

Langkah 3 : Menganalisis masalah


24

Pada tahap ini, semua siswa dalam kelompok membahas masalah

yang telah ada dan informasi yang ada dalam pikiran mereka. Di

sini siswa akan berlatih untuk menyampaikan pendapatnya.

Langkah 4 : Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya

dengan dalam

Masalah yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama

lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang

bertentangan, dan sebagainya.

Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena

kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan

mana yang masih belum jelas.

Langkah 6 : Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain

Pada tahap ini siswa telah tahu informasi yang belum mereka

miliki dan juga tujuan pembelajaran mereka, maka siswa akan

mencari ilmu pengetahuan atau informasi tambahan untuk

menjawab informasi yang belum mereka miliki dan tujuan

pembelajaran mereka.

Langkah 7 : Mensintesadan menguji informasi baru, dan membuat laporan

untuk gurukelas

Pada tahap ini siswa akan mendapat informasi baru dari setiap

kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya.

Keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas,


25

mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya

disajikan dalam bentuk paper atau makalah.

g. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

1) Keunggulan

a. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan tehnik yang cukup

bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat menantang kemampuan

siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru

bagi siswa.

c. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran.

d. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata.

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat

mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil

maupun proses belajarnya.

f. Melalui Pembelajaran berdasarkan masalah bisa memperlihatkan

kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (Alat Ukur, dan lain

sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang


26

harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau

dari buku-buku saja.

g. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka

untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

h. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata.

h. Kelemahan

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,

maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem based learning

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

yang mereka ingin pelajari.

Tabel 2.1Hasil-hasil Penelitian terdahulu dengan model PBL

6. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didasarkan pada

pespektif tradisional tentang pembelajaran siswa yang menyandarkan diri pada

prinsip-prinsip pengajaran yang berpusat pada guru.Ada tiga metode pembelajaran


27

tradisional, yaitu presentasi (ceramah), pengajaran langsung dan pengajaran

konsep.Dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang digunakan adalah

metode presentasi (ceramah).

Pembelajaran dengan konvensional merupakan suatu bentuk proses

belajar mengajar yang sudah biasa dilaksanakan oleh guru atau dengan kata lain

yang paling sering dilakukan oleh guru-guru di suatu sekolah. Secara umum

pelaksanaan metode ini adalah dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa secara lisan. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu menerima

apa saja yang dijelaskan oleh guru. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini lebih

sering menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih mendominasi proses

pembelajaran sementara siswa bersikap pasif.

ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan

penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk

menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar

dan audio visual lainnya. Peranan siswa dalam metode ceramah adalah

mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh

guru.

Sagala (2009) mengungkapkan agar ceramah itu menjadi metode yang

baik, perlu diperhatikan hal berikut: metode ceramah digunakan jika jumlah

khalayak cukup banyak, model ceramah dipakai jika guru akan memperkenalkan

materi pelajaran baru. metode ceramah dipakai khalayaknya telah mampu

menerima informasi melalui kata-kata, sebaiknya ceramah diselingi oleh


28

penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual lainnya, sebelum ceramah dimulai,

sebaiknya guru berlatih dulu memberikan ceramah.

7. Materi Pembelajaran

a. Alat ukur

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan

suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain

yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart.

Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran

atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur.

Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri.

Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak

faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan.

B. Kerangka Konseptual

Hakekat belajar alat Ukur adalah proses perubahan tingkah laku siswa

dalam memahami alat ukur, sehingga meninggalkan dampak terhadap

peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan pemahaman

yang benar tentang konsep dan prinsip alat ukur serta menghubungkan konsep-

konsep alat ukur, maka diharapkan siswa mampu menyelesaikan berbagai

masalah kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat menemukan,

membuktikan, merealisasikan dan mengaplikasikan suatu konsep dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran alat ukur yang
29

ditekankan tidak hanya hasil, tetapi proses untuk mendapatkan hasil juga

diutamakan.

Salah satu kelemahan proses belajar yang dilaksanakan para guru adalah

kurangnya usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa. Dalam mata

pelajaran alat ukur, kondisi belajar siswa yang hanya mendengarkan materi,

menulis dan menghafal harus diubah menjadi sharing pengetahuan, bersikap

inkuiri, berpikir kritis dan menemukan pengetahuan secara aktif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu untuk mencapai hal tersebut adalah

dengan mengubah model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa,

dimana pada saat ini ada banyak model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif

ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Disini penulis tertarik menawarkan

sebuah model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan

berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah

yaitu pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL

kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja

kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan dan model pembelajaran ini dirancang dengan tujuan untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan mengembangkan

kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.


30

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus di uji melalui

penelitian. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada

Perbedaam hasil belajar siswa yang diajar dengan Problem Based Learning (PBL)

dengan Pembelajaran Konvesional pada materi alat ukur di kelas X SMK N 1

Perbaungan T.P 2016/2017 .

Anda mungkin juga menyukai